Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

RISIKO BUNUH DIRI

Diajukan untuk penatalaksanaan asuhan keperawatan jiwa

Disusun oleh :
Shelly Fatimah Nurfarida
NIM 402017055

Program Studi Ners

STIKES ‘AISYIYAH BANDUNG

Jln. Banteng Dalam No.6 Bandung

Tahun 2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN KASUS

RISIKO BUNUH DIRI

I. Kasus (Masalah Utama)


Risiko bunuh diri
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000),
bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain :
1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif),
misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau
secara sengaja berada di rel kereta api

Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian. Perilaku desttruktif diri langsung mencakup aktivitas
bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai
hasil yang diinginkan. Perilaku destruktif diri tak langsung termasuk tiap
aktivitas kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian.
Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi pada kematian akibat
perilakunya dan biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi (Stuart &
Sundeen, 2006). Menurut Shives (2008) mengemukakan rentang harapan putus
harapan merupakan rentang adaptif- maladaptif.

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma- norma
sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif
merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang
kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon
maladaptif antara lain :
1. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan
masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang
bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping
yang baru serta yakin tidak ada yang membantu
2. Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa
gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya : kehilangan
pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal
dan kecewa, rendah diri yang semuanya dapat berakhir dengan bunuh diri
a. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan
kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke
luar dari keadaan depresi berat.
b. Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Laraia, 2005).

B. Penyebab
Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :
1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
3. interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.
4. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan
Menurut Stuart Gw & Laraia (2005), faktor predisposisi bunuh diri antara lain :
1. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
a. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
b. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
c. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko penting untuk prilaku destruktif.
d. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku
destrukif diri
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusan
Tanda dan gejala orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang
tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk
melakukan rencana bunuh diri tersebut adalah: keputusasaan, celaan terhadap
diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna, alam perasaan depresi, agitasi
dan gelisah, insomnia yang menetap, penurunan BB, berbicara lamban,
keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
Adapun petunjuk psikiatrik anatara lain: upaya bunuh diri sebelumnya,
kelainan afektif, alkoholisme dan penyalahgunaan obat, kelaianan tindakan dan
depresi mental pada remaja, dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia.
Sedangkan riwayat psikososial adalah: baru berpisah, bercerai/ kehilangan,
hidup sendiri, tidak bekerja, perubahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami, faktor-
faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan, kegiatan kognitif dan
negatif, keputusasaan, harga diri rendah, batasan/ gangguan kepribadian
antisosial.
C. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Risiko bunuh diri

Risiko bunuh diri

Penatalaksaan medis :

1. Untuk pasien depresi bisa diberikan terapi elektro konvulsi


2. Dierikan obat-obat terutama anti depresan dan psikoterapi misalnya :

Nama obat Cara pemberian Indikasi Kontraindikasi


Clorpromzine Untuk kasus Untuk mensupresi gejala-gejala Tidak diberikan
(CPZ) psikosa dapat psikosa : kepada klien dengan
diberikan per-oral agitasi,ansietas,ketegangan,kebin keadaan
atau suntik gungan ,insomnia,halusinasi, koma,keracunan
intramuskular waham dan gejala-gejala lainnya alcohol,barbiturate,ata
dosis permulaan yang ada pada penderita u narkotika dan
25-100 mg dan skizoprenia,manik pnderita yang
diikuti depresi,gangguan hipersensitif terhadap
peningkatan dosis personalitas,psikosa derita fenotiazine.
hingga mencapai involution,psikosa masa kecil.
300 mg
Haloperidol Dosis oral untuk Gangguan psikotik,sindrom Depresi system syaraf
dewasa 1-6 mg per gilies de la Tourette pada anak- pusat atau dalam
hari yang terbagi anak dan dewasa maupun pada keadaan kom,
menjadi 6-15 mg gangguan perilaku yang berat penyakit Parkinson.
untuk keadaan pada anak-anak
berat
Trihexiphenidil Dosis awal Di berikan pada pasien Depresi susunan sarf
sebaiknya rendah skizoprenia pusat yang
(12,5 mg) hebat,hipersensitif
diberikan tiap 2 terhadap
minggu bila efek fluphenazine,
samping ringan,
dosis di naikan 25
mg dan interval
pemberian di
perpanjang 3-6 mg
setiap kali
suntikan

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri
a. Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria
b. Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
c. Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri
merupakan masalah
d. Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh
diri / penyalahgunaan zat.
e. Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang
dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan social.
f. Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.
g. Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko
mengalami perilaku bunuh diri
2. Masalah keperawatan
a. Resiko Perilaku bunuh diri
DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan
DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls
III. Diagnosis Keperawatan
A. Risiko bunuh diri
Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Perkenalkan diri dengan klien
b. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal
c. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur
d. Bersifat hangat dan bersahabat
e. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
a. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet,
gunting, tali, kaca, dan lain lain)
b. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat
c. Awasi klien secara ketat setiap saat.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
a. Dengarkan keluhan yang dirasakan
b. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan
c. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya
d. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain
e. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya
b. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu
c. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan)
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
a. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit,
menulis surat dll.)
b. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan
c. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan
koping yang efektif
B. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
c. Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri
dan keluarga
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan
yang dimiliki
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
b. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

IV. Rencana Tindakan Keperawatan

PERENCANAAN
DX
TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Resiko Pasien tetap Setelah ….. pertemuan Sp .1 (Tgl……………)
bunuh diri aman dan pasien mampu 1. Identifikasi benda-benda
selamat mengidentifikasi benda- yang dapat
benda yang dapat mampu membahayakan pasien
mengendalikan dorongan 2. Amankan benda-benda
bunuh diri yang dapat
membahayakan pasien
3. Lakukan kontrak
treatment
4. Ajarkan cara
mengendalikan dorongan
bunuh diri
5. Latih cara
mengendalikan bunuh
diri
Setelah….. pertemuan Sp .2 (Tgl……………)
pasien mampu 1. Identifikasi aspek positif
mengidentifikasi aspek pasien
positif dan mampu 2. Dorong pasien untuk
menghargai diri sendiri berfikir positif terhadap
sebagai individu yang diri
berharga 3. Dorong pasien untuk
menghargai diri sebagai
individu yang berharga
Setelah….. pertemuan Sp.3 (Tgl………….)
pasien mampu 1. Identifikasi pola koping
mengidentifikasi pola yang yang biasa
koping yang konstruktif dan diterapkan pasien
mampu menerapkannya 2. Nilai pola koping yang
biasa dilakukan
3. Identifikasi pola koping
yang konstruktif
4. Dorong pasien memilih
pola koping yang
konstruktif
5. Anjurkan pasien
menerapkan pola koping
yang konstruktif
Setelah….. pertemuan Sp.4 (Tgl…………)
pasien mampu membuat 1. Buat rencana masa depan
rencana masa depan yang yang realistis bersama
realistis dan mampu pasien
melakukan kegiatan 2. Identifikasi cara
mencapai rencana masa
depan yang realistis
3. Beri dorongan pasien
melakukan kegiatan
dalam rangka meraih
masa depan yang realistis
Keluarga mampu Setelah…... pertemuan Sp.1 (Tgl…………)
merawat pasien keluarga mampu merawat 1. Diskusikan masalah yang
dengan resiko pasien dan mampu dirasakan keluarga dalam
bunuh diri menjelaskan pengertian, merawat pasien
tanda dan gejala serta jenis 2. Jelaskan pengertian,tanda
perilaku bunuh diri dan gejala resiko bunuh
diri dan jenis perilaku
bunuh diri yang dialami
pasien serta proses
terjadinya
3. Jelaskan cara merawat
pasien dengan resiko
bunuh diri
Setelah…... pertemuan Sp.2 (Tgl………)
keluarga mampu merawat 1. Latih keluarga
pasien dan mampu mempraktekan cara
melakukan langsung cara merawat pasien dengan
merawat pasien resiko bunuh diri
2. Latih keluarga
melakukan cara merawat
langsung kepada pasien
resiko bunuh diri
Setelah…... pertemuan Sp.3 (tgl………)
keluarga mampu membuat 1. Bantu keluarga membuat
jawdal aktifitas dirumah jadwal aktifitas dirumah
dan maupun melakukan termasuk minum obat
follow up 2. Jelaskan follow up pasien
setelah pulang.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

RISIKO BUNUH DIRI

Nama Pasien : Tn. J

Hari/tanggal : Kamis/ 24 Mei 2018

Pertemuan ke :1

Fase : Akut

A. Proses Keperawatan
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Pertemuan ke : 1
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya Shelly yang bertugas di
ruang Nuri dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang nanti”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana keadaan bapak hari ini ?”
“Bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol tentang apa yang bapak rasakan
selama ini ? Kita akan ngobrol juga tentang cara mengendalikan diri dari
keinginan-keinginan negatif. Bagaimana ? Apakah bapak mau ? Bapak mau
ngobrol dengan saya jam berapa ? Bapak mau ngobrol dengan saya berapa
lama ? Bapak mau ngobrol-ngobrol dimana ?”
c. Kontrak
Topik : Mengendalikan dorongan bunuh diri
Waktu : 08.00 – 08.15 (15 menit)
Tempat : Depan taman
2. Fase Kerja
“Bapak terlihat tidak menghabiskan makanan yang diberikan, mengapa bapak
tidak nafsu makan? Apakah bapak berniat untuk menyakiti diri sendiri? Apakah
bapak pernah mencoba untuk bunuh diri sebelumnya? Apa sebanya dan
bagaimana caranya?”. Jika klien telah menyampaikan ide bunuh dirinya, segera
lanjutkan dengan tindakan keperawatan untuk melindungi pasien, “Baiklah,
tampaknya bapak membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar bapak untuk
memastikan tidak ada benda yang membahayakan bapak.”
“Apa yang bapak lakukan kalau keinginan untu bunuh diri muncul? Kalau
keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya bapak harus langsung
mengucapkan Astagfirullahal’adzim... elus-elus dada bapak sembari mengingat
betapa Allah sayang kepada bapak. Apabila sudah beristigfar, bapak bisa
berjalan-jalan keluar dan mengobrol dengan yang lain atau bapak bisa ajak
perawat untuk mengobrol. Jadi bapak jangan sendirian ya.. Kalau bapak sedang
sendiri lanjutkan dzikirnya.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Apa yang bapak rasakan setelah ngobrol-ngobrol dengan saya?”
“Bisa bapak sebutkan lagi bagaimana caranya apabila keinginan bunuh diri
bapak muncul?”
b. Rencana tindak lanjut
1) Menemani Tn. J agar tidak sendiri
2) Memeriksa isi kamar Tn. J dan mengamankan Tn. J dari benda-benda
berbahaya
3) Mengajak Tn. J TAK dengan klien risiko bunuh diri lainnya tentang
keberhasilan menahan keinginan bunuh diri
4. Kontrak yang akan datang
Topik : Berfikir positif dan menghargai diri sendiri
Waktu : 08.00 – 08.15 (15 menit)
Tempat : Depan taman

Anda mungkin juga menyukai