PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan
dengan presentase belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin
(Bandiyah, 2009).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
Angka Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih tinggi yaitu
208/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 26/1.000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2013).
Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesejahteraan perempuan dan target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) tujuan ke 5 yaitu
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun
2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu atau
102/100.000 kelahiran hidup, maka dari itu upaya untuk mewujudkan target
tersebut masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus
(Kemenkes RI, 2013).
Faktor yang berperan penting untuk mengurangi angka kematian maternal
antara lain, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan pelayanan
yang baik ketika persalinan (Reeves, 2011).
Petugas kesehatan harus memiliki sikap empati dan kesabaran untuk
mendukung calon ibu yang melahirkan dan keluarga. Petugas kesehatan
sebagai pemberi perawatan dalam persalinan juga harus mampu memenuhi
tugas diantaranya mendukung wanita; pasangan dan keluarga selama proses
persalinan, mengobservasi saat persalinan berlangsung; memantau kondisi
janin dan kondisi bayi setelah lahir; mengkaji faktor resiko; mendeteksi
masalah sedini mungkin, melakukan intervensi minor jika diperlukan seperti
1
2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan persalinan ?
2. Apa saja tanda-tanda persalinan ?
3. Apa saja tahap-tahap persalinan ?
4. Bagaimana mekanisme persalinan normal ?
5. Bagaimana adaptasi fisiologis dan psikologis ibu ?
6. Bagaimana pathway dari persalinan normal ?
7. Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada intranatal ?
8. Bagaimana cara mengurangi nyeri pada kala I tanpa menggunakan obat ?
C. TUJUAN
1. Apa yang dimaksud dengan persalinan ?
2. Apa saja tanda-tanda persalinan ?
3. Apa saja tahap-tahap persalinan ?
4. Bagaimana mekanisme persalinan normal ?
5. Bagaimana adaptasi fisiologis dan psikologis ibu ?
6. Bagaimana pathway dari persalinan normal ?
7. Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada intranatal ?
8. Bagaimana cara mengurangi nyeri pada kala I tanpa menggunakan obat ?
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan
dengan presentase belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin
(Bandiyah, 2009).
Intensitas dan frekuensi komntraksi pada persalinan normal meningkat,
tetapi tanpa peningkatan tonus istirahat. Intensitas meningkat pada persalinan
lanjut menjadi 60 mmHg dan frekuensi menjadi 2-4 kontraksi setiap menit.
Durasi kontraksi juga meningkat dan kira-kira 20 detik pada awal persalinan
menjadi 40-90 detik pada akhir kala pertama dan kala kedua (Llewellyn, 2009).
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran
bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah.
(Rohani, 2011)
Persalinan adalah proses pengeluaran janin dan plasenta yang dimulai dari
adanya kontraksi pada uterus yang menyebabkan serviks menipis hingga janin
keluar pada usia kandungan cukup bulan.
Bentuk persalinan berdasarkan teknik :
1. Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan
ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan sectio sesaria
3. Persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang. (Rukiyah, 2010)
3
4
B. TANDA-TANDA PERSALINAN
Tanda dan gejala inpartu :
1. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena
robekan kecil pada serviks. Sumbatan mukus yang berasal dari sekresi
servikal dari proliferasi kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan,
berperan sebagai barier protektif dan menutup servikal selama kehamilan.
Bloody show adalah pengeluaran dari mukus.
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan membran
yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi pada 12% wanita,
dan lebih dari 80% wanita akan memulai persalinan secara spontan dalam
24 jam.
5
C. TAHAP PERSALINAN
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0
sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga
dengan kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan mengedan,
janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala uri,
plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari
lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi
apakah terjadi perdarahan post partum. (Rohani, 2011).
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks
mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh
darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran,
ketika serviks mendatar dan membuka.
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
6
1. Engagement
Bila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala
dikatakan telah menancap (engaged) pada pintu atas panggul.
2. Penurunan
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan
terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan
langsung kontraksi fundus pada janin, dan kontraksi diafragma serta
otototot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan.
3. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul,
atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu
didekatkan kearah dada janin.
4. Putaran paksi dalam
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika. Setiap
kali terjadi kontraksi kepala janin diarahkan ke bawah lengkung pubis, dan
kepala hampir selalu berputar saat mencapai otot panggul.
5. Ekstensi
Saat kepala janin mancapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior
oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis
pubis, kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi.
6. Restitusi dan putaran paksi luar
Restitusi adalah gerakan berputar setelah kepala bayi lahir hingga mencapai
posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas. Putaran paksi luar
terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan mirip dengan gerakan
kepala.
7. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan
badan bayi di keluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah simfisis pubis.
10
6. Perubahan neuriologis
Menunjukan bahwa timbul stress dan rasa tidak nyaman pada masa
persalinan. Perubahan sensori terjadi saat wanita masuk ke tahap I
persalinan dan masuk kesetiap tahap berikutnya. Mula-mula wanita terasa
euphoria kemudian menjadi serius dan mngelami amnesia diantara fraksi
selama tahap ke II akibatnya wanita merasa senang atau merasa letih saat
melahirkan.
7. Perubahan pencernaan
Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernafas melalui mulut,
dehidrasi, dan sebagai respon emosi terhadap persalinan. Selama
persalinan, mortilitas dan absorbsi saluran cerna menurun dan waktu
pemasangan lambung menjadi lambat. Mual, muntah, dan sendawa juga
terjadi sebagai respon refleks terhadap dilatasi serviks lengkap.
8. Perubahan endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat
diakibatkan oleh penurunann kadar progresteron dan peningkatan estrogen,
prostaglandin dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar aliran darah
dapat menurun akibat proses persalinan.
12
F. PATHWAY
13
14
e) Seksualitas :
(1) dilatasi serviks dari kira-kira 4 sampai 8 cm (1,5 cm/jam
miltipara, 1,2 cm/jam nulipara).
(2) perdarahan dalam jumlah sedang. c) janin turun ±1-2 cm
dibawah tulang iskial.
3) Fase transisi
a) Sirkulasi : TD meningkat 5-10 mmHg diatas nilai normal kien,
nadi meningkat.
b) Integritas ego :
(1) perilaku peka.
(2) mungkin mengalami kesulitan mempertahankan control.
(3) memerlukan pengingat tentang pernafasan.
(4) mungkin amnestik, dapat menyatakan “saya tidak tahan
lagi”.
c) Eliminasi : dorong untuk menghindari atau defekasi melalui
fekal ( janin pada posisi posterior).
d) Makanan/ cairan : terjadi mual muntah.
e) Nyeri / ketidaknyamanan :
(1) Kontraksi uterus kuat setiap 2-3 menit dan berakhir 45- 60
detik.
(2) Ketidaknyamanan hebat pada area abdomen / sakral.
(3) Dapat menjadi sangat gelisah.
(4) Menggeliat-geliat karena nyeri / ketakutan
(5) Tremor kaki dapat terjadi.
f) Keamanan :
(1) DJJ terdengar tepat diatas simphisis pubis.
(2) DJJ dapat menimbulkan deselerasi lambat (sirkulasi uterus
terganggu) atau deselerasi awal.
g) Seksualitas :
(1) Dilatasi serviks dari 8-10 cm.
(2) Penurunan janin + 2 - +4 cm.
16
7) Keamanan :
a) Diaphoresis sering terjadi.
b) Bradikardia janin (tampak saat deselerasi awal pada pemantau
elektrik) dapat terjadi selama kontraksi (kompresi kepala).
c) Seksualitas :
(1) Serviks dilatasi penuh (10 cm) dan penonjolan 100 %.
(2) Peningkatan perdarahan pervaginam.
(3) Penonjolan rektum atau perineal dengan turunnya janin.
(4) Membran dapat ruptur bila masih utuh.
(5) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kotraksi.
c. Pengkajian kala III
1) Aktivitas / istirahat : perilaku dapat direntang dari senang sampai
keletihan
2) Sirkulasi :
a) TD meningkat saat curah jantung meningkat kemudian kembali
normal dengan cepat.
b) Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan
anestesi.
c) Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan curah
jantung.
3) Makanan / cairan : kehilangan darah normal 250-300cc.
4) Nyeri / ketidaknyamanan : dapat mengelih tremor kaki/menggigil.
5) Keamanan :
a) Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya
robekan atau laserasi.
b) Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
6) Seksualitas :
a) Darah berwarna kehitaman dari vagina terjadi saat plasenta
lepas dari endometrium, biasanya 1-5 mnt setelah melahirkan
bayi.
b) Tali pusat memanjang pada muara vagina
18
d. Pengkajian kala IV
1) Aktivitas/istirahat : dapat tampak berenergi atau
kelelahan/keletihan, mengantuk.
2) Sirkulasi :
a) Nadi biasanya lambat (50-70 dpm), karena hipersensitivitas
vagal
b) Tekanan darah bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesia/anestesi, atau meningkat pada respons
terhadap pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan
(HKK)
c) Edema bila ada, mungkin dependen (mis, ditemukan pada
ekstermitas bawah), atau dapat meliputi ekstermitas atas dan
wajah, mungkin umum (tanda-tanda HKK)
d) Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sempai 400-
500 ml untuk kelahiran vaginal atau 600-800 ml untuk kelahiran
sesaria.
3) Integritas ego :
a) Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah; mis,
eksitasi atau perilaku menunjukan kurang kedekatan, tidak
berminat (kelelahan), atau kecewa.
b) Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk
perilaku intrapartum atau kehilangan kontrol; dapat
mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru lahir
dan perawatan segera pada neonatal.
4) Eliminasi :
a) Hemoroid sering ada dan menonjol.
b) Kandung kemih mungkin teraba diatas simfisis pubis atau
kateter urinarius terpasang.
c) Dieresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi
menghambat aliaran urinarius, dan/atau cairan I.V. diberikan
selama persalinan dan kelahiran.
19
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kala I
1) Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
2) Resiko tinggi cidera pada janin berhubungan dengan hipoksia
jaringan.
3) Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan perubahan hormonal
4) Resti kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
hipoksia jaringan janin
5) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan pada jarinan sekitar
6) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
aliran balik vena
b. Kala II
1) Nyeri akut berhubungan dengan peregangan jaringan
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan
masukkan, perdarahan
c. Kala III
1) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kurangnya intake, muntah diaphoresis
2) Resiko tinggi cidera pada ibu berhubungan dengan kesulitan dalam
pelepasan plasenta
d. Kala IV
1) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi/
peningkatan perkembangan anggota keluarga.
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kelelahan/kegagalan miometri dari mekanisme homeostatik.
3) Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis/edema jaringan,
kelelahan fisik dan psikologis
3. Intervensi Keperawatan dan Rasional
a. Kala I
1) Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
Tujuan : nyeri dapat berkurang
21
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
A. PENGKAJIAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 31 tahun
No. Medrec : 743143
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Pasirluyu no. 88 RT 05/03
Kelurahan Pasirluyu Kecamatan Regol Bandung
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Status Maritas : Menikah
Golongan Darah :B
Tanggal Masuk RS : 3 November 2017
Tanggal Operasi :-
Tanggal Pengkajian : 3 November 2017
Diagnosa Medis : G3P2A0 + HBs Ag (+)
35
36
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengatakan mules pada perut.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)
Pada hari Kamis (2 November2017) malam klien merasa mules pada
perutnya tetapi klien masih bisa menahan sakitnya. Saat hari Jumat (3
November 2017) shubuh pukul 04.30 WIB klien merasa mulas lebih
sering dan keluar lendir berwarna coklat dari vulvanya. Klien pun
langsung dibawa ke Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung oleh
suaminya.
Pada saat pengkajian di IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
pukul 04.45 WIB klien masih merasa mules dan keluar lendir berwarna
coklat. Rasa mules dirasakan skala 5 dari 10. Hasil pemeriksaan TTV,
TD: 120/80 mmHg, N: 82x/menit, R: 20x/menit, S: 36,2°C. Klien
disarankan untuk melakukan cek darah laboratorium (hasil terlampir).
Klien langsung dipindahkan ke ruang VK Rumah Sakit Muhammadiyah
Bandung.
Pada saat dikaji pukul 07.15 WIB, klien mengeluh mules pada perutnya.
Hasil pemeriksaan TTV: TD: 120/80 mmHg, N: 86x/menit, R:
22x/menit, S: 36,5°C. Pembukaan klien 6 cm. Keluar lendir dari vulva
klien. DJJ 132x/menit.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit berat atau yang
menyebabkan klien dirawat sebelumnya. Klien mengatakan tetangga-
37
Intervensi
No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri Setelah dilakukan Manajemen nyeri: Manajemen nyeri:
persalinan b.d asuhan keperawatan 1. Lakukan 1. Dengan melakukan
dilatasi serviks selama 1 x 24 jam, pengkajian nyeri pengkajian nyeri,
DS: klien diharapkan klien dapat pada klien perawat dapat
mengatakan mengkontrol nyeri 2. Ajarkan teknik mengetahui seberapa
nyeri dan dengan kriteria hasil relaksasi berat nyeri klien dan
mules sebagai berikut : dapat menentukan
DO: - Menggunakan rencana pengurangan
- Skala nyeri 7 tindakan nyeri yang tepat
dari 10 pengurangan nyeri 2. Relaksasi dapat
- HIS kuat 2-3 tanpa analgesik memvasodilatasi
menit sekali yaitu relaksasi pembuluh darah dan
- Durasi otot yang tegang
kontraksi 40- sehingga akan
50 detik menekan syaraf
- Frek nafas: nyeri.
25x/menit
C. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium
Tanggal 3 November 2017, pukul 05:42 WIB
Hasil :
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,3 gr/dL 12-16
Hematokrit 31 % 36-48
Leukosit 10.900 sel/mm3 4.000-10.000
Trombosit 171.000 sel/mm3 150.000-400.000
BT 2’30” menit 1-3
CT 6’00” menit 1-3
GOLONGAN DARAH ABO
Golongan darah ABO B
Golongan darah rhesus Positif
48
IMUNO-SEROLOGI
Rapid HBs Ag Reaktif Non Reaktif
BAB IV
PEMBAHASAN
A. KALA I
Pada kala I, klien mengeluh nyeri dan mulas dengan skala 6 dari 10. Pada
saat setelah pemberian oksitosin drip skala nyeri klien bertambah menjadi 8
dari 10. Klien dilakukan tindakan back massage dengan teknik effleurage nyeri
klien berkurang 1 skala nyeri menjadi 7 dari 10. Effleurage adalah gerakan
punggung atau masase punggung yang sejak dulu digunakan dalam
keperawatan untuk meningkatkan istirahat atau rileksasi (Kazier, 2009).
Pemijatan dilakukan pada punggung karena rangsangan nyeri disalurkan oleh
tulang belakang, khususnya saraf lumbal dan sakral T10, T11, T12, S2, S3 dan
S4. Rangsangan fisik lokal seperti pijat punggung menutup gerbang simpatik di
sumsum tulang belakang yang menghalangi rangsangan nyeri (Mohanraj,
2016).
Pada saat pengkajian fase aktif kala I, ketuban klien masih utuh. Menurut
Rohani (2011) dalam fase aktif ketuban kadang-kadang pecah dengan
sendirinya. Pada klien dilakukan tindakan Amniotomi. Amniotomi adalah
perobekan membran amnion dengan tujuan medis untuk mengalirkan cairan.
Pemecahan ketuban buatan memicu pelepasan prostaglandin. Amniotomi dapat
dilakukan sejak awal sebagai tindakan induksi, dengan atau tanpa oksitosin.
Ada dua cara yang biasanya dilakukan untuk memulai proses induksi, yaitu
kimia dan mekanik. Namun pada dasarnya, kedua cara ini dilakukan untuk
mengeluarkan zat prostaglandin yang berfungsi sebagai zat penyebab otot
rahim berkontraksi. Namun ada komplikasi atau risiko yang dapat timbul
setelah dilakukan amniotomi yakni: sekitar 0,5% terjadi prolaps tali pusat,
infeksi (jika jangka waktu antara induksi-persalinan >24 jam), perdarahan post
partum (risiko relatif 2 kali dibandingkan dengan tanpa induksi persalinan),
hiperbilirubinemia neonatus (bilirubin >250 ųmol/L) (Cunningham, 2013).
Klien juga diberikan oksitosin 2 IU yang dilarutkan kedalam larutan RL
500 cc dan diberikan 20 tetes/menit. Oksitosin berfungsi untuk menghasilkan
49
50
B. KALA II
Pada saat pengkajian kala II, cairan ketuban klien berwarna hijau. Cairan
amnion/ketuban berfungai sebagai kantong pelindung di sekitar janin yang
51
memberikan ruang pada janin untuk bergerak, tumbuh meratakan uterus pada
partus, dan mencegah trauma mekanik dan trauma termal.
Pada usia kehamilan 8 minggu, terbentuk uretra dan ginjal janin mulai
memproduksi urin. Selanjutnya janin mulai bisa menelan. Eksresi dari urin,
sistem pernafasan, sistem digestivus, tali pusat dan permukaan plasenta
menjadi sumber dari cairan amnion.
Warna normal cairan ketuban yaitu putih agak keruh karena ada campuran
partikel solid yang terkandung didalamnya yang berasal dari lanugo, sel epitel,
dan material sebasea. Apabila cairan ketuban berwarna hijau bisa jadi karena
janin sudah mengeluarkan feses untuk pertama kalinya di dalam kandungan.
Feses janin yang berkarakteristik kehijuan bercampur dengan cairan ketuban
sehingga ketika janin dan air ketuban keluar terlihat cairan ketuban berwarna
hijau.
Pada saat bayi sudah lahir, terdapat robekan pada mulut serviks klien. pada
kala I klien sempat dilakukan pemeriksaan dalam dan ditemukan hasil benjolan
(polip) pada mulut serviks sehingga menghalangi jalan lahir. Polip serviks
termasuk kelainan jinak yang sering ditemukan. Polip merupakan suatu
adenoma maupun adeno fibroma yag berasal dari selaput lendir endoserviks.
Wanita hamil memiliki risiko yang lebih tinggi karena perubahan tingkat
hormon, mungkin dari peningkatan produksi hormon beredar juga. Janin
memaksa untuk turun dan menekan mulut serviks. Mulut serviks yang tertekan
oleh kepala bayi akhirnya pecah dan menimbulkan robekan di mulut serviks
(Llewellyn, 2009).
C. KALA III
Pada saat pengkajian kala III, tali pusat sempat terputus dari plasenta.
Dalam manajemen aktif kala III tercantum melakukan penegangan tali pusat
terkendali. Penegangan tali pusat terkendali adalah melakukan tarikan kearah
sejajar dengan sumbu rahim saat uterus berkontraksi, dan secara stimulant dan
melakukan tahanan pada daerah supra pubik. Tujuan melakukan ini adalah
melepaskan plasenta dan melahirkan plasenta. Penanganan ini memberikan
52
dampak lepas dan turunnya plasenta. Penegangan tali pusat ini harus
dihentikan segera bila dalam 30-40 detik tidak terdapat penurunan plasenta,
dan dapat diteruskan lagi pada kontraksi uterus selanjutnya. Potensi komplikasi
yang terjadi adalah inverse uterus, dan retensi sebagian dari plasenta, Namun
kunci utama untuk melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan aman
adalah prosedur pelaksanaan dan petugas kesehatan yang sudah terlatih dengan
baik (Hall, 2007).
Jika sebelum plasenta lahir dan mendadak terjadi perdarahan maka segera
lakukan tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan kavum uteri,
sehingga uterus segera berkontraksi secara efektif dan perdarahan dapat
dihentikan. Jika pasca tindakan tersebut, masih terjadi perdarahan maka
lakukan kompresi bimanual internal/eksternal atau kompresi aorta, atau pasang
tampon kondom katete. Beri oksitosin 10 IU dosis tambahan atau misoprostol
600 – 1000 mcg per rektal. Tunggu hingga uterus dapat berkontraksi kuat dan
perdarahan berhenti, baru hentikan tindakan kompresi atau keluarkan tampon
(APN, 2011).
D. KALA IV
Pada saat pengkjajian kala IV, tinggi fundus ureus klien masih 2 jari
diatas pusar. Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat,
12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap
hari. Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi
disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi dan
tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut (postpartum haemorrhage)
(Kumalasari, 2015).
Klien dilakukan tindakan eksplorasi setelah 2 jam diobservasi. Keluar
gumpalan-gumpalan darah berukuran cukup besar dari uterus klien. Pada
umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuratase. Dalam kondisi
tertentu apabila memungkinkan, sisa plasenta dapat dikeluarkan secara manual.
Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim
relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus (Depkes, 2007).
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Persalinan adalah proses pengeluaran janin dan plasenta yang dimulai dari
adanya kontraksi pada uterus yang menyebabkan serviks menipis hingga janin
keluar pada usia kandungan cukup bulan. Persalinan terdiri dari 4 tahap yaitu
kala I (proses pelunakan dan pembukaan serviks, turunnya janin ke vulva), kala
II (proses pengeluaran janin), kala III (proses pengeluaran plasenta), dan kala
IV (observasi perdarahan ibu).
Asuhan keperawatan pada klien dengan post partum adalah suatu tindakan
keperawatan mulai dari pengkajian data, menentukan diagnosa yang muncul,
membuat rencana tindakan, lalu mengimplementasikan dan terakhir
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan berdasarkan kala yang sedang
klien hadapi. Pada Ny. S dapat ditegakkan satu masalah pada kala I yaitu nyeri
akut b.d kontraksi uterus. Pada kala II ditegakan satu masalah yaitu nyeri
persalinan b.d dilatasi serviks. Pada kala III ditegakan satu masalah yaitu risiko
kekurangan volume cairan b.d perdarahan pada robekan portio. Pada kala IV
ditegakan dua masalah yaitu risiko kekurangan volume cairan b.d pengeluaran
darah pasca melahirkan dan keletihan b.d pengeluaran energi berlebih. Setelah
dilakukan tindakan maka hasil evaluasi yang diperoleh semua masalah teratasi
sebagian sehingga intervensi dihentikan.
Back massage yang dilakukan menggunakan teknik effleurage dinyatakan
cukup efektif mengurangi skala nyeri klien pada kala I dari skala 8 dari 10
menjadi 7 dari 10.
B. SARAN
Saran bagi perawat dan bidan di ruang maternitas agar mencoba
mengimplementasikan back massage pada klien yang mengeluh nyeri pada
kala I agar skala nyeri klien dapat berkurang.
53
DAFTAR PUSTAKA
APN, 2011. Asuhan Persalinan Normal Dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta:
JNPK-KR
Guyton, Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). Edisi 11.
Alih Bahasa: Rachman RY, Hartanto H, Novrianti A, Wulandari N. Jakarta:
EGC.
Moorhead, Sue et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5. Alih
Bahasa: Intansari Nurjanah & Roxana Devi Tumanggor. Jakarta:
Mocomedia.