Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN

HARGA DIRI RENDAH

Oleh :

ANANDA GALUH RAKA SIWI

NIM. 10217003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Perasaan tidak berharga,
tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (Fajariyah, 2012).
Harga diri rendah adalah semua pemikiran, kepercayaan dan keyakinan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain. Harga diri terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan
realitas dunia (Stuart,2006).
2. Anatomi Fisiologi
3. Klasifikasi
Menurut fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan di mana indvidu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
b. Harga diri rendah kronik merupakan perasaan negatif terhadap diri telah
berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir
yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptif. Kondisi ini
dapat ditemukan pada klien dengan gangguan fisik yang kronis atau pada klien
gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab Harga Diri
Rendah adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan, kurang
diharga, tidak dibei kesempatan, dan tidak diterima dalam kelompok. (Yosep,
2007)
4. Manifestasi Klinis
Menurut (Suliswati, 2005), Perilaku yang berhubungan dengan gangguan harga diri
rendah didapatkan dari data subjektif dan objektif yaitu :
1) Mengkritik diri sendiri ataupun orang lain.
2) Merasa diri tidak mampu dan tidak layak.
3) Merasa bersalah.
4) Mudah marah dan tersinggung
5) Perasaan negatif terhadap dirinya sendiri.
6) Ketegangan peran.
7) Pandangan hidup psimis.
8) Keluhan fisik.
9) Pandangan hidup bertentangan.
10) Penolakan terhadap kemampuan pribadi dekstrutif terhadap diri sendiri.
11) Menarik diri secara sosial dan menarik diri secara realistis.
5. Faktor Yang Mempengaruhi
Penyebab terjadi harga diri rendah (Yosep, 2009) adalah :
a) Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.
b) Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima.
c) Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau pergaulan
d) Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut
lebih dari kemampuannya.
6. Masalah Yang Terjadi
Menurut Karika (2015) harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial :
menarik diri, isolasi soasial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial. Dan sering dirtunjukan dengan perilaku antara lain :
Data subyektif
a) Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan atau pembicaraan.
b) Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain.
c) Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.
Data obyektif
a) Kurang spontan ketika diajak bicara.
b) Apatis.
c) Ekspresi wajah kosong.
d) Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal.
e) Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara.
7. Patofisiologi
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri
rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu
tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya
bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif
mendorong individu menjadi harga diri rendah. Harga diri rendah kronis terjadi
disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh
dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas
sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan
fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan
menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika
lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan
terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri
rendah kronis (Direja, 2011).
8. WOC

9. Penatalaksanaan
1. Psikofarmaka
1) Chlorpromazine ( CPZ ): 3 x100 mg
a. Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,
kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu,
berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental : waham, halusinasi, gangguan
perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam
fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dam
melakukan kegiatan rutin.
b. Cara kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak khususnya sistem
ekstra piramidal.
c. Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, ketergantungan
obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran yang disebabkan CNS Depresi.
d. Efek samping
(1) Sedasi
(2) Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik / parasimpatik, mulut
kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur,
tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung).
(3) Gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia, sindrom
parkinsontremor, bradikinesia rigiditas).
(4) Gangguan endokrin (amenorhoe, ginekomasti).
(5) Metabolik (Jaundice)
(6) Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka pan
2) Halloperidol ( HP ): 3 x 5 mg
a. Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada lansia,
pengendalian hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak.
b. Cara kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai antipsikosis
kuat dan efektif untuk fase mania, penyebab maniak depresif, skizofrenia dan
sindrom paranoid. Di samping itu halloperidol juga mempunyai daya anti
emetik yaitu dengan menghambat sistem dopamine dan hipotalamus. Pada
pemberian oral halloperidol diserap kurang lebih 60–70%, kadar puncak dalam
plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap 2-4 jam. Halloperidol
ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat, sebagian besar
diekskresikan bersama urine dan sebagian kecil melalui empedu.
c. Kontra indikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang hipersensitif
terhadap halloperidol, dan keadaan koma.
d. Efek samping
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi reaksi
ekstapiramidal seperti hipertonia otot atau gemetar. Kadang-kadang terjadi
gangguan percernaan dan perubahan hematologik ringan, akatsia, dystosia,
takikardi, hipertensi, EKG berubah, hipotensi ortostatik, gangguan fungsi hati,
reaksi alergi, pusing, mengantuk, depresi, oedem, retensio urine, hiperpireksia,
gangguan akomodasi.
3) Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg
a. Indikasi
Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra piramidal berkaitan
dengan obat-obatan antipsikotik.
b. Cara kerja
Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan kedua
neurotransmiter mayor secara alamiah yang terdapat di susunan saraf pusat
asetilkolin dan dopamin, ketidakseimbangan defisiensi dopamin dan kelebihan
asetilkolamin dalam korpus striatum. Reseptor asetilkolin disekat pada sinaps
untuk mengurangi efek kolinergik berlebih.
c. Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini atau antikolonergik lain, glaukoma, ulkus
peptik stenosis, hipertrofi prostat atau obstruksi leher kandung kemih, anak di
bawah 3 tahun, kolitis ulseratif.
d. Efek samping
Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing, penglihatan kabur,
disorientasi, konfusi, hilang memori, kegugupan, delirium, kelemahan,
amnesia, sakit kepala. Pada kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik,
hipertensi, takikardi, palpitasi. Pada kulit seperti ruam kulit, urtikaria,
dermatitis lain. Pada gastrointestinal seperti mulut kering, mual, muntah,
distres epigastrik, konstipasi, dilatasi kolon, ileus paralitik, parotitis supuratif.
Pada perkemihan seperti retensi urine, hestitansi urine, disuria, kesulitan
mencapai atau mempertahankan ereksi. Pada psikologis seperti depresi,
delusu, halusinasi, dan paranoid.
2. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan
diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang
baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
(Maramis,2005)
3. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua
temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik. (Maramis, 2005)
4. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia
yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku
menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi
(Keliat dan Akemat,2005). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas
yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga
diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).
10. Asuhan Keperawatan Teori
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan,
topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal
pengkajian dan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit,
apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah ini.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan
fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan
criminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami
gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan.
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien.
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh
b. Konsep diri
c. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi
klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
d. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status
dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan
yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
e. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang
terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat
perubahan tersebut.
f. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan
klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya.
g. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien
dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai
harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan,
penilaian klien terhadap pandangan / penghargaan orang lain.
h. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang
biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti
dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok /
masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam
berinteraksi dengan orang lain.
i. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan.
6. Status mental
a. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada
yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status psikologis
klien.
b. Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering
terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu
memulai pembicaraan.
c.   Aktivitas motorik
Lesu, tegang, gelisah, agitasi, tik, grimasem, tremor, kompulsif.
d. Alam perasaan
Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan, ketakutan, khawatir.
e. Afek : Datar, tumpul, labil, tidak sesuai.
f. Interaksi selama wawancara
Kooperatif, tidak kooperatif, mudah tersinggung, bermusuhan, kontak kurang,
curiga 
g. Persepsi
Jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada
saat klien berhalusinasi.
h. Proses pikir
Pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan, pembicaraan yang
berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan, pembicaraan tidak ada hubungan
antara satu kalimat dengan kalimat lainnya, pembicaraan yang meloncat dari
satu topik ke topik yang lainnya, pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa
gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali, kata-kata yang diulang
berkali-kali, kalimat yang diulang berkali-kali.
i. Isi fikir
Obsesi, phobia, keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang
sebenarnya tidak ada, depersonalisasi.
j. Tingkat kesadaran
Tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada tujuan),
mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar, stuppor.
k. Memori
Gangguan mengingat jangka panjang, gangguan mengingat jangka pendek,
gangguan mengingat saat ini, pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
dengan memasukan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu berhitung.
m. Daya tilik diri
Klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada
dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan / klien menyangkal keadaan
penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya, menyalahkan
orang lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau
masalah sekarang.
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi
kemampuan klien menyiapkan dan membersihkan alat makan.
b. Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan klien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air
Kecil (BAK), pergi menggunakan WC atau membersihkan WC.
c. Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci
rambut, gunting kuku, observasi kebersihan tubuh dan bau badan klien.
d. Berpakaian
Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan
pakaian, observasi penampilan dandanan klien.
e. Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam, persiapan
sebelum tidur dan aktivitas sesudah tidur.
f. Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara
pemberian.
g. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan lanjut, siapa saja
sistem pendukung yang dimiliki.
h. Aktivitas di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan makanan,
merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri, mengatur kebutuhan biaya sehari-
hari.
i. Aktivitas di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari,
aktivitas lain yang dilakukan di luar rumah.
j. Pola dan mekanisme koping
Data didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya.
8. Aspek medis
Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan oleh Dokter, tuliskan obat-obatan
klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah kronis
2. Harga diri rendah situasional
3. Koping tidak efektif
4. Isolasi sosial
5. Defisit perawatan diri
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
. Keperawatan Hasil
1. Harga diri Setalah dilakukan Observasi - Dapat
rendah kronis intervensi keperawatan - Identifikasi mengidentifikasi
1x24 jam maka harga harapan untuk harapan untuk
diri meningkat dengan mengendalikan mengendalikan
kriteria hasil : perilaku perilaku
1. Penilaian diri - Monitor - Dapat membantu
positif verbalisasi agar tidak
meningkat (5) yang berperilaku pasif dan
2. Perasaan merendahkan agrefis
memiliki diri sendiri - Dapat menyadarkan
kelebihan atau Terapeutik bahwa verbalisasi
kemampuan - Diskusikan positif untuk diri
positif tanggung sendiri sangat
meningkat (5) jawab terhadap penting
3. Penerimaan perilaku - Agar keluarga dapat
penilaian positif - Cegah perilaku membantu proses
terhadap diri pasif dan pembentukan
sendiri agresif kognitif
meningkat (5) - Motivasi
terlibat dalam
verbalisasi
positif untuk
diri sendiri
Edukasi
- Informasikan
keluarga
bahwa
keluarga
sebagai dasar
pembentukan
kognitif
2. Harga diri Setalah dilakukan Observasi - Dapat
rendah intervensi keperawatan - Identifikasi mengidentifikasi
situasional 1x24 jam maka harga harapan untuk harapan untuk
diri meningkat dengan mengendalikan mengendalikan
kriteria hasil : perilaku perilaku
1. Penilaian diri - Monitor - Dapat membuat
positif verbalisasi pasien merasa
meningkat (5) yang berguna
2. Perasaan merendahkan - Dapat menyadarkan
memiliki diri sendiri bahwa verbalisasi
kelebihan atau Terapeutik positif untuk diri
kemampuan - Diskusikan sendiri sangat
positif tanggung penting
meningkat (5) jawab terhadap - Agar keluarga dapat
3. Penerimaan perilaku membantu proses
penilaian positif - Jadwalkan pembentukan
terhadap diri kegiatan kognitif
sendiri terstruktur
meningkat (5) - Motivasi
terlibat dalam
verbalisasi
positif untuk
diri sendiri
Edukasi
- Informasikan
keluarga
bahwa
keluarga
sebagai dasar
pembentukan
kognitif
3. Koping tidak Setalah dilakukan Observasi - Pasien dapat
efektif intervensi keperawatan - Identifikasi memenuhi peran
1x24 jam maka status persepsi sesuai usianya
koping membaik mengenai - Dapat membantu
dengan kriteria hasil : masalah dan pasien mengatasi
1. Kemampuan informasi yang masalah
memenuhi peran memicu
sesuai usia konflik
meningkat (5) - Identifikasi
2. Perilaku koping adanya peran
adaptif yang tidak
meningkat (5) terpenuhi
3. Verbalisasi Terapeutik
kemampuan - Diskusikan
mengatasi kelebihkan dan
masalah kekurangan
meningkat (5) dari setiap
solusi
- Fasilitasi
adaptasi peran
keluarga
terhadap
perubahan
peran yang
tidak
diinginkan
Edukasi
- Informasikan
alternatif
solusi secara
jelas
Kolaborasi
- Kolaborasi
dengan tenaga
kesehatan lain
dalam
memfasilitasi
pengambilan
keputusan
4. Isolasi sosial Setalah dilakukan Observasi - Pasien dapat
intervensi keperawatan - Identifikasi berinteraksidengan
1x24 jam maka kemampuan oarng lain
keterlibatan sosial melakukan - Pasien mau untuk
meningkat dengan interaksi mengikuti kegiatan
kriteria hasil : dengan orang di luar lingkungan
1. Minat interaksi lain - Pasien mau untuk
meningkat (5) - Identifikasi terlibat dalam suatu
2. Verbalisasi hambatan hubungan
ketidakamanan melakukan
di tempat umum interaksi
menurun (5) dengan orang
3. Perilaku lain
menarik diri Terapeutik
menurun (5) - Motivasi
meningkatkan
keterlibatan
dalam suatu
hubungan
- Motivasi
berinteraksi di
luar
lingkungan
Edukasi
- Anjurkan
berinteraksi
dengan orang
lain secara
bertahap
5. Defisit Setalah dilakukan Observasi - Pasien dapat
perawatan diri intervensi keperawatan - Identifikasi melakukan
1x24 jam maka kebiasaan perawatan diri dan
perawatan diri aktivitas menjaga kebersihan
meningkat dengan perawatan diri diri secara mandiri
kriteria hasil : sesuai usia
1. Verbalisasi - Monitor
keinginan tingkat
melakukan kemandirian
perawatan diri Terapeutik
meningkat (5) - Sediakan
2. Minat lingkungan
melakukan yang
perawatan diri terapeutik
meningkat (5) - Siapkan
3. Mempertahanka keperluan
n kebersihan diri pribadi
meningkat (5) Edukasi
- Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara
konsisten
sesuai
kemampuan
DAFTAR PUSTAKA

Fajariyah N. 2012. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri Rendah.


Jakarta: Trans Info Media.
Fitria, Nita. 2009. prinsip dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S-1 Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Stuart, GW & Sunden, SJ. 2006. Buku Saku Keperwatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
S. N. Ade Herma Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Edisi 1, Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) : Definisi dan Tindakan Keperawatan . Edisi 1, Jakarta : DPP
PPNI
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai