Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. Pengertian
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama.
Individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih
rendah dari orang lain.(Therapy et al. 2019)
Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative
dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspersikan
Perasaan negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan.
B. Tanda dan gejala
Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguna jiwa dengan harga
diri rendah:
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi selera amakan berkurang tidak berani menatap lawan
bicara
9. Lebih banyak menunduk
10. Bicara lambat dengan nada suara lemah
C. Proses terjadinya masalah
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga
diri rendah situasional yang tidak diselesaikan atau dapat juga terjadi terjadi
karena invidu tidak pernah mendapat feeed back dari lingkunga tentang perilaku
klien sebelumnya bahkan meungkin kecenderungan lingkungan yang selalu
member respon negative mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga adiri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya
individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tunutas sehingga timbul pikiran bahwa
diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan penilaian individu
terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah
kondisi diri rendah situasional, jika lingkungan tidak member dukungan positif
atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.

D. Rentang respons

ResponAdaptif Respons Maladaptif

Aktualisasi diri konsep diri positif Harga diri rendah keracunan depersonalisasi
identitas

Harga diri rendah merupakan komponen episode depresi mayor,


dimana aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment. Depresi
adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat bermakna patologik
apabila mengganggu perilaku sehari-hari, menjadi pervasive dan muncul
bersama penyakit lain.
Tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai perilkau telah
dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi
mengatakan hal yang negative tentang diri sendiri dalam waktu lama dan
terus menerus, mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah, kontak
mata kurang/tidak ada. Selalu mengatakan ketidak mampuan/ kesulitan
untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif dan
hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan
membesarkan umpan balik negtaif mengenai dirinya.
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dialkukan klien harga
diri rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis,
missalnya pemakian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus
menerus.Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok
sosial, keagamaan dan politik.Kegiatan yang memberi dukungan
sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau konteks
popularitas.Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara,
seperti penyalahgunaan obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang
diharapakn individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka
panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat
mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa
mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. Identitas negative,
dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering diguanakan adalah
fantasi, eregresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihakn marah berbalik
pada diri sendiri dan orang lain. Terjadinya gangguan konsep diri harga diri
rendah kronis juga dipengaruhi beberapa faktor predisposisi seperti faktor
biologis, psikologis, sosial dan cultural.
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secra yang
dapat mempenagaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula
berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar
serotonim yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi
dan pada pasien depresi kecenderungan haga diri rendah kronis semakin
besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negative dan tidak
berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga
diri rendahh kronis adalah :
1. System limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan
harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa
tidak berguna atau gagal terus menerus
2. Hypothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi. Karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih
banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan
tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat
padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah
dijadwalkan tersebut.
3. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi emngatur arus
informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah
berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri
rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi
snesori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi
berlebihan yang mengakibatkan perasaan negative yang ada selalu
mendominasi pikiran dari klien
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang
dapat digunakan adalah :
1. Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak
2. CT Scan, untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi
3. Single photon emission computed tomography (SPECT), melihat
wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan
menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi.
4. Magnetic resonance imaging (MRI), suatu tehnik radiologi dengan
menggunakan magnet, gelombang radio computer untuk mendapatkan
gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi perubahan
yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak. Beberapa posedur
menggunakan kontras gadolinium untuk meningkatkan akurasi gambar.
Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak seperti :
1. Acetycholine (ach), untuk pengaturan atensi dan mood, mengalami
penurunan
2. Neropinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, puast perhatian dan
orientasi, mengatur “fight-flight” dan proses pembelajaran dan memori,
mengalami penurunan yang mengakibatkan kelemahan dan depresi.
3. Serotonim, mengatur status mood, mengalami penurunan yang
mengakibatkan klien lebih dikuasia oleh pikiran-pikiran negative dan
tidak berdaya
4. Glutamate, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien yang
kurang energy, selalu terlihat mengantuk. Selain itu berdasarkan
diagnose medis klien yaitu skizofrenia yang sering mengindikasikan
adanya penurunan glutamate
Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang adapat
diguanakan adalah :
1. PositronEmisssion (PET),mengukur emisi/pancaran dari bahan kimia
radioktif yang diberi label dan telah di suntik kedalam aliran darah
untuk mengasilkan gambarandua atau tiga dimensi melalui distribusi
dari bahan kimia tersebut di dalam tubuh dan otak.pet dapat
memperlihatkan gambaran aliran darah,oxygen, metabolism glukosa
dan kosentrasi obat dalam jaringan otak. Yang merefleksikan aktivitas
otak sehingga dapat dipelajari lebih lanjut tetang fisiologi dan neuro –
kimiawi otak.
2. Transcranial magnetic stimulations (TMS)dikombinasikan dengan
MRI, para ahli dapat melihat dan mengetahui fungsi spesifik dari otak.
TMS dapat menggambarkan proses motorik dan visual dan dapat
menghubungkan antara kimiawi dan struktur otak dengan perilaku
manusia dan hubungannya dengan gangguan jiwa.
Berdasarkan faktor psikologi , harga diri rendah konis sangat
berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan
peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami
harga diri rendah kronis meliputi penolakan orang tua,harapan orang tua
yang tidak realitas,orang tua yang tidak percaya pada anak,tekanan teman
sebaya peran yang tidak susai dengan jenis kelamin dan peran dalam
pekerjaan.
Faktor sosial : secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi
proses terjadinya harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan,tempat
tinggal di daerah kumuh dan rawan kultur social yang berubah missal
ukuran keberhasilan individu.
Faktor cultural : tuntutan pada sesuai kebudayaan sering
meningkatkan kejadian harga diri rendah kronis antara lain : wanita sudah
harus menikah jika umur sudah mencapai dua puluhan, perubahan kultur
kearah gaya hidup individualisme.
Akumulasi faktor predisposisi ini baru menimbulkan kasus harga
diri rendah kronis setelah adanya faktor presipitasi.faktor presiptasi dapat
disebabkan dari dalam diri sendiri ataupun dari luar,antara lain
ketengangan peran,koflik peran yang tidak jelas,peran
berlebihan,perkembngan transisi, situasi transisi peran dan trransisi peran
sehat – sakit.
E. Faktor predisposisi

Faktor prediposisi terjadinya harga dirirendah kronis adalah penolakan


orang tua yang tidak realistis,kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,ideal diri yang tidak
realistis

F. Faktor Presipitasi
Faktor presipistasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
in dapat terjadi secara situasional maupun kronik.

G. Pohon masalah

Risiko tinggi perilaku kekerasan

Effect Perubahan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial
Core problem Harga diri rendah kronis

Causa Koping individu tidak efektif

H. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


1. Harga diri rendah kronis
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
5. Risiko tinggi perlaku kekerasan

I. Data yang perlu dikaji

Masalah Data yang perlu dikaji


keperawatan

Harga diri rendah Subjektif :


kronis  Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
 Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
 Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk
beraktivitas atau bekerja
 Mengungkapkan dirinya malas melakukan
perawatan diri (mandi, berhias, makan atau
toileting)
Objektif :

 Mengkriktik diri sendiri


 Persaan tidak mampu pandangan hidup pesimis
 Tidak menerima pujian
 Penurunan produktivitas
 Penolakan terhadap kemampuan diri
 Kurang memperhatikan perawatan diri
 Berpakaian tidak rapi
 Berkurang selera makan
 Tidak berani menatap lawan bicara
 Lebih banyak menunduk
 Bicara lambat dengan nada suara lemah

J. Diagnose keperawatan
Harga diri rendah kronis

K. Rencana asuhan keperawatan

Tujuan Criteria evaluasi Intervensi

Pasien mampu : Setelah….x pertemuan, SP 1


 Mengidentifikasi pasien mempu :  Identifikasi
kemampuan dan  Mengidentifikasi kemampuan positif
aspek positif yang kemampuan aspek yang dimiliki
dimiliki postitf yang dimilik - Diskusikan
 Menilai kemampuan  Memiliki bahwa pasien
yang dapat kemampuan yang masih
digunakan dapat digunakan memiliki
 Menetapkan/memilih  Memilih kegiatan sejumlah
kegiatan yang sesuai sesuai kemampuan kemampuan
dengan kemampuan  Melakukan kegiatan dan aspek
 Melatih kegiatan yang sudah dipilih positif seperti
yang sudah dipilih,  Merencanakan kegiatan di
sesuai kemampuan kegiatan yang sudah rumah adanya
 Merencanakan dilatih keluarga dan
kegiatan yang sudah lingkungan
dilatihnya. terdekat pasien
- Beri pujian
yang realitas
dan hindarkan
setiap kali
bertemu
dengan pasien
penilaian yang
negative
 Nilai kemampuan
yang dapat
dilakukan saat ini
- Diskusikan
dengan pasien
kemampuan
yang masih
digunakan saat
ini
- Bantu pasien
menyebutkann
ya dan
memberi
penguatan
terhadap
kemampuan
diri yang
diungkapkan
pasien
- Perlihatkan
respon yang
kondusif dan
menjaadi
pendegar yang
aktif.
 Pilih kemampuan
yang akan dilatih
 Diskusikan dengan
pasien beberapa
aktivitas yang
dapat dilakukan
dan dipilih sebagai
kegiatan yang
akan pasien
lakukan sehari-
hari
 Bantu pasien
menetapkan
aktivitas mana
yang dapat pasien
lakukan secara
mandiri
- Aktivitas yang
memerlukan
bantuan
minimal dari
keluarga
- Aktivitas apa
saja yang
perlu bantuan
penuh dari
keluarga atau
lingkungan
terdeekat
pasien
- Beri contoh
cara
pelaksanaan
aktifitas yang
dapat
dilakukan
pasien
- Susun bersama
pasien
aktivitas atau
kegiatan
sehari-hari
pasien
 Nilai kemampuan
pertama yang telah
dipilih
- Diskusikan
dengan pasien
untuk
menetapkan
urutan
kegiatan (yang
sudah dipilih
pasien) yang
akan
dilatihkan
- Bersama
pasien dan
keluarga
memperagaka
n beberapa
kegiatan yang
akan
dilakukan
pasien
- Beri dukungan
atau pujian
yang nyata
sesuai
kemajuan
yang
diperlihatkan
pasien
 Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
- Beri
kesempatan
pada pasien
untuk
mencoba
kegiatan
- Beri pujian
atas
aktifitas/kegiat
an yang dapat
dilakukan
pasien setiap
hari
- Tingkatkan
kegiatan
sesuai dengan
toleransi dan
perubahan
sikap
- Susun daftar
aktifitas yang
sudah
dilatihkan
bersama
pasien dan
keluarga
- Berikan
kesempatan
mengungkapk
an
perasaannya
setelah
pelaksanaan
kegiatan.
Yakinkan
bahwa
keluarga
mendukung
setiap aktifitas
yang
dilakukan pasi
Sp 2
 Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP1)
 Pilih kemampuan
kedua yang dapat
dilakukan
 Latih kemampuan
yang dipilh
 Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
SP 3
 Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP
1dan 2)
 Memilih
kemampuan
ketiga yang dapat
dilakukan
 Masukkan dalam
jadwal egiatan
pasien
Keluarga mampu Setelah.…..x SP 1
merawat pasien pertemuan, keluarga  Identifikasi
dengan HDR di rumah mampu : masalah yang
dan menjadi system  Mengidentifikasi dirasakan dalam
pendukung yang kemampuan yang merawat pasien
efektif bagi pasien dimiliki pasien  Jelaskan proses
 Menyediakan terjadinya HDR
fasilitas untuk  Jelaskan tentang
pasien melakukan cara merawat
kegiatan pasien
 Mendorong pasien  Main peran
melakukan kegiatan dalam merawat
 Memuji pasien saat pasien HDR
pasien dapat  Susun RTL
melakukan kegiatan Keluarga/jadwal
 Membantu melatih keluarga untuk
pasien merawat pasien
 Membantu SP 2
menyusun jadwal  Evaluasi
kegiatan pasien kemampuan SP1
 Membantu  Latih keluarga
perkembangan langsung ke
pasien pasien
 Menyusun RTL
keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien
SP 3
 Evaluai
kemampuan
keluarga
 Evaluasi
kemampuan
pasien
 RTL kleuarga
- Follow up
- Rujukan

DAFTAR PUSTAKA

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori Dan Aplikasi.


Yogyakarta : ANDI OFFSET
Zaini, Mad. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial Dipelayanan
Klinis Dan Sosial. Yogyakarta : Deepu blish
Chandra, I Wayan, Dkk. 2017. Psikologi Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta : ANDI
Nurwijayanti, Andriyani Mustika, Muhammad Khabib, Burhanuddin Iqomh, and
Kecamatan Weleri. 2019. “Hubungan Antara Usia Dan Pendidikan Dengan
Perilaku Verbal Relationship Between Age And Education With Abuse Verbal
Behavior By Family.” 7(3): 337–42. diunduh pada tanggal 14 Desember 2022
Teori, D A N, and Adaptasi Roy. 2019. “Penerapan Assertiveness Training Dan
Terapi Kelompok Application Of Assertiveness Training And Supportive Group
Therapy Using Theory Of Stress Adaptation Stuart And Theory Of Roy
Adaptation Approach.” 7(3): 275–80. diunduh pada tanggal 14 Desember 2022
Therapy, Nursing, Toward The, Coping Of, and Famillies Of. 2019. “Terapi
Keperawatan Terhadap Koping Keluarga Pasien Nursing Therapy Toward The
Coping Of Famillies Of Schizophrenic.” 7(3): 253–56. diunduh pada tanggal 14
Desember 2022

Anda mungkin juga menyukai