TAHUN 2022
LEMBARAN PERSETUJUAN
“HARGA DIRI RENDAH”
( ) ( )
Mahasiswa
I PUTU ARYAWAN
( PO7120119052 )
TAHUN 2022
BAB II
Tinjauan Teori
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang
lama.Individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih
rendah dari orang lain.Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negative dan dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspersikan.Perasaan negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri
dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
2. Rentang Respon
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dialkukan klien harga diri
rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis,
missalnya pemakian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus
menerus.Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok
sosial, keagamaan dan politik.Kegiatan yang memberi dukungan sementara,
seperti mengikuti suatu kompetisi atau konteks popularitas.Kegiatan mencoba
menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan.
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secra yang dapat
mempenagaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula berdampak
pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonim yang
menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien
depresi kecenderungan haga diri rendah kronis semakin besar karena klien
lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri
rendahh kronis adalah :
a. System limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan
harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa
tidak berguna atau gagal terus menerus
b. Hypothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi. Karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak
motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang
sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien
mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan
tersebut.
c. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi emngatur arus
informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah
berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah
apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi snesori
yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi berlebihan
yang mengakibatkan perasaan negative yang ada selalu mendominasi
pikiran dari klien
d. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang dapat
digunakan adalah :
a. Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak
b. CT Scan, untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi
c. Single photon emission computed tomography (SPECT), melihat wilayah
otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan
perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi.
d. Magnetic resonance imaging (MRI), suatu tehnik radiologi dengan
menggunakan magnet, gelombang radio computer untuk mendapatkan
gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang
kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak. Beberapa posedur
menggunakan kontras gadolinium untuk meningkatkan akurasi gambar.
Isolasi sosial
4. Faktor Predisposisi
Faktor prediposisi terjadinya harga dirirendah kronis adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis,kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,ideal diri yang tidak
realistis.
5. Faktor Presipitasi
Faktor presipistasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep
diri : harga diri rendah kronis in dapat terjadi secara situasional maupun
kronik.
6. Manifestasi Klinik
Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguna jiwa dengan harga
diri rendah yaitu :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimistis
d. Tidak menerima pujian
e. Penurunan produktivitas
f. Penolakan terhadap kemampuan diri
g. Kurang memperhatikan perawatan diri
h. Berpakaian tidak rapi selera amakan berkurang tidak berani menatap
lawan bicara
i. Lebih banyak menunduk
j. Bicara lambat dengan nada suara lemah
7. Mekanisme koping
Mekanisme koping digunakan untuk menghadapi ansietas dan
ketidakpastian kebingungan identitas. Terbagi menjadi dua yaitu pertahanan
jangka pendek dan pertahanan jangka panjang.
a. Jangka pendek
Empat kategori pertahanan jangka pendek adalah :
1) Memberikan pelarian sementara dari krisis identitas berupa kegiatan
yang dilakukan untuk lari sementara krisis : pemakaian obat-obatan,
kerja keras menonton tv terus-menerus.
2) Memberikan identitas pengganti sementara berupa kegiatan
mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial, keagamaan
politik)
3) Sementara memperkuat atau meningkatkan rasa membaur diri berupa
kegiatan yang memberi dukungan sementara
4) Mewakili upaya jangka pendek untuk membuat identitas diri berarti
dan pembauran identitas untuk menegaskan bahwa makna hidup itu
sendiri tidak berarti berupa kegiatan mencoba menghilangkan
identitas sementara.
b. Jangka panjang
1) Salah satu upaya pertahanan jangka pendek mungkin dikembangkan
menjadi pertahanan jangka panjang yang menghasilkan prilaku
maladaptif
2) Mengenali penyitaan atau penutupan identitas
3) Hal ini terjadi ketika orang mengadopsi “siap pakai” jenis identitas
yang digunakan oleh orang lain tanpa benar-benar menjadi aspirasi
atau inspirasi mereka sendiri
4) Identitas negatif : asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat. Dalam hal ini orang mencoba untuk mendefinisikan diri
dengan antisosial. Pilih identitas negatif adalah upaya untuk
mempertahankan beberapa penguasaan situasi dimana identitas
positif tanpaknya tidak mungkin.
8. Sumber Koping
Adapun beberapa sumber koping antara lain :
a. Olahraga dan kegiatan diluar ruangan
b. Hobi dan kerajinan
c. Seni ekspresif
d. Kesehatan dan perawatan diri
e. Pendidikan atau platihan
f. Vokasi atau posisi
g. Bakat khusus
h. Intelijensi
i. Imajinasi dan Kreatifitas
j. Hubungan personal
9. Penatalaksanaan Umum
Menurut Eko (2016), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya.Terapi yang
dimaksud meliputi :
a. Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya diperoleh dengan
resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk
golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine
HCL, dan Haloperridol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya :
Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
Ariprprazole.
b. Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul
lagi engan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya
pasien tidak mengasingkan diri lagi karena jika pasien menarik diri dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama.
c. Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah pengobatan
untuk menimbulkan kejang granmall secara artifical dengan melewatkan
aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples.
Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi listrik 5-5 joule/
detik.
d. Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia dan
kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan ketrampilan
sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi
diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi
aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi.
e. Adapun tindakan terapi untuk pasien dengan harga diri rendah menurut
Kaplan & Saddock, 2015 mengatakan, tindakan keperawatan yang
dibutuhkan pada pasien dengan harga diri rendah adalah terapi kognitif,
terapi interpersonal, terapi tingkah laku, dan terapi keluarga. Tindakan
keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah bisa secara individu,
terapi keluarga, kelompok dan penanganan dikomunikasi baik generalis
keperawatan lanjutan. Terapi untuk pasien dengan harga diri rendah yang
efisian untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan
orang lain, sosial, dan lingkungannya yaitu dengan menerapkan terapi
kognitif pada pasien dengan harga diri rendah
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data Yang Perlu Dikaji
Masalah
Data Yang Perlu Dikaji
Keperawatan
Harga diri rendah Subjektif :
kronis a.Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
b. Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
c.Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk
beraktivitas atau bekerja
d. Mengungkapkan dirinya malas melakukan
perawatan diri (mandi, berhias, makan atau toileting)
Objektif :
a.Mengkriktik diri sendiri
b. Persaan tidak mampu pandangan hidup pesimis
c.Tidak menerima pujian
d. Penurunan produktivitas
e.Penolakan terhadap kemampuan diri
f. Kurang memperhatikan perawatan diri
g. Berpakaian tidak rapi
h. Berkurang selera makan
i. Tidak berani menatap lawan bicara
j. Lebih banyak menunduk
k. Bicara lambat dengan nada suara lemah
2. Diagnosa
a. Harga diri rendah kronis
3. Intervensi Dan Rasional
Diagnosa : Harga Diri Rendah
Strategi Pelaksanaan
SP1P SP1K
1. Identifikasi kemampuan positif yang 1. Identifikasi masalah yang
dimiliki dirasakan dalam merawat
2. Nilai kemampuan yang dapat dilakukan pasien
saat ini 2. Jelaskan proses terjadinya
3. Pilih kemampuan yang akan dilatih HDR
4. Diskusikan dengan pasien beberapa 3. Jelaskan tentang cara merawat
aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih pasien
sebagai kegiatan yang akan pasien 4. Main peran dalam merawat
lakukan sehari-hari pasien HDR
5. Bantu pasien menetapkan aktivitas mana 5. Susun RTL Keluarga/jadwal
yang dapat pasien lakukan secara mandiri keluarga untuk merawat
6. Nilai kemampuan pertama yang telah pasien
dipilih
7. Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
SP2P SP2K
8. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1) 6. Evaluasi kemampuan SP1
9. Pilih kemampuan kedua yang dapat 7. Latih keluarga langsung ke
dilakukan pasien
10.Latih kemampuan yang dipilh 8. Menyusun RTL keluarga /
11.Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien jadwal keluarga untuk
merawat pasien
SP3P SP3K
12.Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1dan 2) 9. Evaluai kemampuan keluarga
13.Memilih kemampuan ketiga yang dapat 10. Evaluasi kemampuan pasien
dilakukan
14.Masukkan dalam jadwal egiatan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Direja Surya Herman Ade. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Direktorat kesehatan jiwa, Ditjen. 2013. Teori dan tindakan keperawatan jiwa.
Jakarta: Yankes RI Keperawatan Jiwa