ISOLASI SOSIAL
Disusun Oleh :
Nama : Fita Dwi Kartikasari
Nim : S18235
Kelas : S18E
1. Definisi
2. Etiologi
3. Manifestasi Klinik
Pathway
Isolasi Sosial
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Jenny (2014) Pemeriksaan penunjang untuk klien dengan
diagnosa isolasi social yaitu:
a. Computed Tomograph (CT) Scan
Hasil yang ditemukan berupa abnormalitas otak seperti atrofi lobus
temporal, pembesaran ventrikel dengan rasio ventrikel otak meningkat
yang dapat dihubungkan dengan derajat gejala yang dapat dilihat.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
c. Positron Emission Tromography (PET)
d. Regional Cerebral Blood Flow (RCBF)
Alat yang dapat menekankan aliran darah dan menyatakan intensifitas
ktivitas pada daerah otak bervariasi.
e. Brain Electrical Activity Mapping (BEAM)
Alat yang dapat menunjukan respon gelombang otak terhadap
rangsangan yang bervariasi disertai dengan adanya respon yang
terlambat dan menurunkan, kadang-kadang di lobus frontal dan sistem
lombik.
f. Addiction Severity Index (ASI)
ASI dapat menentukan masalah ketergantungan (ketergantungan zat)
yang mengkin dapat berkaitan dengan penyakit mental, dan
mengidikasikan area pengobatan yang diperlukang)
g. Elektroensephalogram (EEG)
Dari pemeriksaan didaptkat hasil yang abnormal, menunjukan ada
satu luasnya kerusakan organ pada otak.
6. Pengobatan
Penatalaksaan yang dapat diberikan kepada kliendengan isolasi
sosial antara lain pendekatan farmakologi, psikososial, terapi aktivitas,
terapi okupasi, rehabilitasi, dan program intervensi keluarga (Yusuf,
2019).
a. Terapi Farmakologi
1) Chlorpromazine (CPZ) Indikasi: Untuk Syndrome Psikosis yaitu
berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri
terganggu, daya nilai norma sosial dan titik diri terganggu. Berdaya
berat dalam fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan
perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari- hari, tidak mampu bekerja,
hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Efek samping:
sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, anti kolinergik /
parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defikasi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung), gangguan endokrin, metabolik, biasanya
untuk pemakaian jangka panjang.
2) Haloperidol (HLP) Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan
menilai realita dalam fungsi netral serta dalam kehidupan sehari-
hari. Efek samping: Sedasi dan inhibisi prikomotor, gangguan
otonomik.
3) Trihexy Phenidyl (THP) Indikasi: Segala jenis penyakit Parkinson,
termasuk paksa ersepalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson, akibat
obat misalnya reserpine dan fenotiazine. Efek samping: Sedasi dan
inhibisi psikomotor gangguan otonomik.
b. Terapi Psikososial
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian
penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi:
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi
pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap
ramah, sopan, dan jujur kepada pasien.
c. Terapi Individu
Terapi individual adalah metode yang menimbulkan perubahan
pada individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan
perilaku-perilakunya. Terapi ini meliputi hubungan satu-satu antara ahli
terapi dan klien. Terapi individu juga merupakan salah satu bentuk
terapi yang dilakukan secara individu oleh perawat kepada kliensecara
tatap muka perawat-klien dengan cara yang terstruktur dan durasi waktu
tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu bentuk
terapi individu yang bisa diberikan oleh perawat kepada klien dengan
isolasi sosial adalah pemberian strategi pelasanaan (SP). Dalam
pemberian strategi pelaksanaan klien dengan isolasi sosial hal yang
paling penting perawat lakukan adalah berkomunikasi dengan teknik
terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi interpersonal
antara perawat dank klien, yang selama interaksi berlangsung, perawat
berfokus pada kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan pertukaran
informasi yang efektif antara perawat dan Klien . Semakin baik
komunikasi perawat, maka semakin bekualitas pula asuhan keperawatan
yang diberikan kepadaklien karena komunikasi yang baik dapat
membina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien,
perawat yang memiliki keterampilan dalam berkomunikasi secara
terapeutik tidak saja mudah menjalin hubungan saling percaya dengan
klien, tapi juga dapat menumbuhkan sikap empati dan caring, mencegah
terjadi masalah lainnya, memberikan kepuasan profesional dalam
pelayanan keperawatan serta memudahan dalam mencapai tujuan
intevensi keperawatan.
d. Terapi Aktivitas Kelompok Menurut Keliat (2015)
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan suatu rangkaian
kegiatan kelompok dimana klien dengan masalah isolasi sosial akan
dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di
sekitarnya. Sosialissai dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal, kelompok, dan massa).
e. Terapi Okupasi
Terapi okupasi yaitu Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan
partisipasi seseorang dalam melaksanakan aktifitas atau tugas yang
sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat,
meningkatkan harga diri seseorang, dan penyesuaian diri dengan
lingkungan. Contoh terapi okupasi yang dapat dilakukan di rumah sakit
adalah terapi berkebun, kelas bernyanyi, dan terapi membuat kerajinan
tangan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam
keterampilan dan bersosialisasi.
B. Asuhan Keperawatan
1. MasalahKeperawatanYang Mungkin Muncul
a. Isolasi social(D.0121)
b. Harga Diri Rendah(D.0086)
c. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (D.0085)
2. DiagnosaKeperawatan (SDKI, 2018)
a. Isolasi sosial (D.0121)
1) Definisi
Isolasi social adalah ketidakmampuan untuk membina
hubungan yang erat, hangat, terbuka dan independen dengan orang
lain(SDKI,2018).
2) Tanda dan Gejala Isolasi social
a) Tanda dan Gejala Mayor
Subyektif
- Merasa ingin sendirian
- Merasa tidak aman di tempat umum
Obyektif
- Menarik diri
- Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain
atau lingkungan
b) Tanda dan Gejala Minor
Subyektif
- Merasa berbeda dengan orang lain
- Merasa asyik denagan pikiran sendiri
- Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
Obyektif
- Afek datar
- Afek sedih
- Riwayat ditolak
- Menunjukan permusuhan
- Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
- Kondisi difabel
- Tindakan tidak berarti
- Tidak ada kontak mata
- Perkembangan terlambat
- Tidak bergairah/lesu
- Anjurkan
memonitor sendiri
situasi terjadinya
halusinasi
- Anjurkan bicara
pada orang yang
dipercaya untuk
member dukungan
dan umpan balik
koreaktif terhadap
halusinasi.
- Anjurkan
melakukan distraksi
(mis.
mendengarkan
musik, melakukan
aktivitas dan
tekhnik relaksasi).
- Anjarkan pasien
dan keluarga cara
mengontrol
halusinasi
4. Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat anti
psikotik atau anti
ansietas, jika perlu