Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing : Ns. Dian Nur Wulaningrum, M.Kep

Disusun Oleh :
Nama : Fita Dwi Kartikasari
Nim : S18235
Kelas : S18E

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2021
A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar

1. Definisi

Isolasi sosial adalah ketidak mampuan membina hubungan yang erat,


hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain (SDKI,2016).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidakm ampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain (Purba,2013).
Isolasi social merupakan kondisi dimana pasien selalu merasa sendiri
dengan merasa kehadiran orang lain sebagai ancaman (Fortinash,2011).
Isolasi social adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya (Damaiyanti, 2012). Klien merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain (Kliat,2011).
Isolasi sosial merupakan upaya Klien untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun
komunikasi dengan orang lain (Trimelia, 2011).

2. Etiologi

Faktor yang beresiko menyebabkan isolasi social menurut Standar


Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI,2018) adalah sebagai berikut
a. Keterlambatan perkembangan
b. Ketidakmampuan menjalani hubungan yang memuaskan

c. Ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan


d. Ketidaksesuaian nilai-nilai dengan norma
e. Perubahan penampilan fisik
f. Perubahan status mental
g. Ketidakadekuatan sumber daya personal
Menurut Keliat (2019) penyebab isolasi social yaitu:
a. Sulit berhubungan/ berinteraksi dengan orang lain
b. Tidak mampu berhubungan/ berinteraksi yang memuaskan
c. Perasaan malu
d. Perasaan tidak berharga
e. Pengalaman ditolak, dikucilkan dan di hina

3. Manifestasi Klinik

Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI,2018) tanda dan


gejala terjadinya isolasi social adalah sebagai berikut
a. Tanda dan gejala mayor:
Subyektif
1) Merasa ingin sendirian
2) Merasa tidak aman di tempat tinggal
Obyektif
1) Menarik diri
2) Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan
b. Tanda dan gejalamunor
Subyektif
1) Merasa berbeda dengan orang lain
2) Merasa asyik dengan pikiran sendiri
3) Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
Obyektif
1) Afek datar
2) Afek sedih
3) Riwayat ditolak
4) Menunjukan permusuhan
5) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
6) Kondisi difabel
7) Tindakan tidak berarti
8) Tidak ada kontak mata
9) Perkembangan terlambat
10) Tidak bergairah/lesu
Tanda dan gejalai solasi social menurut keliat (2019)
a. Tanda dan gejala mayor
Subyektif
1) Ingin sendiri
2) Merasa tidak nyaman di tempat umum
3) Merasa berbeda dengan orang lain
Obyektif
1) Menarik diri
2) Menolak melakukan interaksi
3) Afek datar
4) Afek sedih
5) Afek tumpul
6) Tidak ada kontak mata
7) Tidak bergairah atau lesu
b. Tanda dan gejala minor
Subyektif
1) Menolak berinteraksi dengan orang lain
2) Merasa sendirian
3) Merasa tidak terima
4) Tidak mempunyai sahabat
Obyektif
1) Menunjukan permusuhan
2) Tindakan berulang
3) Tindakan tidak berarti
4. Patofisiologi dan Pathway
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku
menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak
berharga, yang bisa di alami klien dengan latar belakang yang penuh
dengan permasalahan, ketegangan, kekecewan, dan kecemasan. Perasaan
tidak berharga menyebabkan klien semakin sulit dalam mengembangkan
hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau
mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian
terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam
perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitive antara
lain pembicaraan yang austistic dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan
kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi

Pathway

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah, Perubahan penampilan fisik,


keterlambatan perkembangan

5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Jenny (2014) Pemeriksaan penunjang untuk klien dengan
diagnosa isolasi social yaitu:
a. Computed Tomograph (CT) Scan
Hasil yang ditemukan berupa abnormalitas otak seperti atrofi lobus
temporal, pembesaran ventrikel dengan rasio ventrikel otak meningkat
yang dapat dihubungkan dengan derajat gejala yang dapat dilihat.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
c. Positron Emission Tromography (PET)
d. Regional Cerebral Blood Flow (RCBF)
Alat yang dapat menekankan aliran darah dan menyatakan intensifitas
ktivitas pada daerah otak bervariasi.
e. Brain Electrical Activity Mapping (BEAM)
Alat yang dapat menunjukan respon gelombang otak terhadap
rangsangan yang bervariasi disertai dengan adanya respon yang
terlambat dan menurunkan, kadang-kadang di lobus frontal dan sistem
lombik.
f. Addiction Severity Index (ASI)
ASI dapat menentukan masalah ketergantungan (ketergantungan zat)
yang mengkin dapat berkaitan dengan penyakit mental, dan
mengidikasikan area pengobatan yang diperlukang)
g. Elektroensephalogram (EEG)
Dari pemeriksaan didaptkat hasil yang abnormal, menunjukan ada
satu luasnya kerusakan organ pada otak.

6. Pengobatan
Penatalaksaan yang dapat diberikan kepada kliendengan isolasi
sosial antara lain pendekatan farmakologi, psikososial, terapi aktivitas,
terapi okupasi, rehabilitasi, dan program intervensi keluarga (Yusuf,
2019).

a. Terapi Farmakologi
1) Chlorpromazine (CPZ) Indikasi: Untuk Syndrome Psikosis yaitu
berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri
terganggu, daya nilai norma sosial dan titik diri terganggu. Berdaya
berat dalam fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan
perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari- hari, tidak mampu bekerja,
hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Efek samping:
sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, anti kolinergik /
parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defikasi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung), gangguan endokrin, metabolik, biasanya
untuk pemakaian jangka panjang.
2) Haloperidol (HLP) Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan
menilai realita dalam fungsi netral serta dalam kehidupan sehari-
hari. Efek samping: Sedasi dan inhibisi prikomotor, gangguan
otonomik.
3) Trihexy Phenidyl (THP) Indikasi: Segala jenis penyakit Parkinson,
termasuk paksa ersepalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson, akibat
obat misalnya reserpine dan fenotiazine. Efek samping: Sedasi dan
inhibisi psikomotor gangguan otonomik.
b. Terapi Psikososial
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian
penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi:
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi
pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap
ramah, sopan, dan jujur kepada pasien.
c. Terapi Individu
Terapi individual adalah metode yang menimbulkan perubahan
pada individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan
perilaku-perilakunya. Terapi ini meliputi hubungan satu-satu antara ahli
terapi dan klien. Terapi individu juga merupakan salah satu bentuk
terapi yang dilakukan secara individu oleh perawat kepada kliensecara
tatap muka perawat-klien dengan cara yang terstruktur dan durasi waktu
tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu bentuk
terapi individu yang bisa diberikan oleh perawat kepada klien dengan
isolasi sosial adalah pemberian strategi pelasanaan (SP). Dalam
pemberian strategi pelaksanaan klien dengan isolasi sosial hal yang
paling penting perawat lakukan adalah berkomunikasi dengan teknik
terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi interpersonal
antara perawat dank klien, yang selama interaksi berlangsung, perawat
berfokus pada kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan pertukaran
informasi yang efektif antara perawat dan Klien . Semakin baik
komunikasi perawat, maka semakin bekualitas pula asuhan keperawatan
yang diberikan kepadaklien karena komunikasi yang baik dapat
membina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien,
perawat yang memiliki keterampilan dalam berkomunikasi secara
terapeutik tidak saja mudah menjalin hubungan saling percaya dengan
klien, tapi juga dapat menumbuhkan sikap empati dan caring, mencegah
terjadi masalah lainnya, memberikan kepuasan profesional dalam
pelayanan keperawatan serta memudahan dalam mencapai tujuan
intevensi keperawatan.
d. Terapi Aktivitas Kelompok Menurut Keliat (2015)
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan suatu rangkaian
kegiatan kelompok dimana klien dengan masalah isolasi sosial akan
dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di
sekitarnya. Sosialissai dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal, kelompok, dan massa).
e. Terapi Okupasi
Terapi okupasi yaitu Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan
partisipasi seseorang dalam melaksanakan aktifitas atau tugas yang
sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat,
meningkatkan harga diri seseorang, dan penyesuaian diri dengan
lingkungan. Contoh terapi okupasi yang dapat dilakukan di rumah sakit
adalah terapi berkebun, kelas bernyanyi, dan terapi membuat kerajinan
tangan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam
keterampilan dan bersosialisasi.
B. Asuhan Keperawatan
1. MasalahKeperawatanYang Mungkin Muncul
a. Isolasi social(D.0121)
b. Harga Diri Rendah(D.0086)
c. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (D.0085)
2. DiagnosaKeperawatan (SDKI, 2018)
a. Isolasi sosial (D.0121)
1) Definisi
Isolasi social adalah ketidakmampuan untuk membina
hubungan yang erat, hangat, terbuka dan independen dengan orang
lain(SDKI,2018).
2) Tanda dan Gejala Isolasi social
a) Tanda dan Gejala Mayor
Subyektif
- Merasa ingin sendirian
- Merasa tidak aman di tempat umum
Obyektif
- Menarik diri
- Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain
atau lingkungan
b) Tanda dan Gejala Minor
Subyektif
- Merasa berbeda dengan orang lain
- Merasa asyik denagan pikiran sendiri
- Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
Obyektif
- Afek datar
- Afek sedih
- Riwayat ditolak
- Menunjukan permusuhan
- Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
- Kondisi difabel
- Tindakan tidak berarti
- Tidak ada kontak mata
- Perkembangan terlambat
- Tidak bergairah/lesu

b. Harga Diri Rendah (D.0086)


1) Definisi
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi atau perasaan
negative terhadap diri sendiri atau kemampuan klien seperti tidak
berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu
lama (SDKI,2018).
2) Tanda dan Gejala
a) Tanda dan gejala mayor
Subyektif
- Menilai diri negatif
- Merasa malu/bersalah
- Merasa tidak mampu melakukan apapun
- Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
- Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
- Melebih-lebihkan penilaian negative terhadap diri sendiri
- Menolak penilaian positif tentang diri
Obyektif
- Enggan mencoba hal yang baru
- Berjalan menunduk
- Postur tubuh menunduk
b) Tanda dan gejala minor
Subyektif
- Merasa sulit berkonsentrasi
- Sulit tidur
- Mengungkapkan keputusasaan
Obyektif
- Kontak mata kurang
- Lesu dan tidak bergairah
- Berbicar pelan dan lirih
- Pasif
- Perilaku tidak asertif
- Mencari penguatan secara berlebih
- Bergantung pada pendapat orang lain
- Sulit membuat keputusan
- Sering kali mencari penegasan

c. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi


Menurut SDKI (2018)
GangguanPersepsiSensori
1) Definisi
Gangguan persepsi sensori adalah perubahan persepsi
terhadap stimulasi baik internal maupun eksternal yang disertai
dengan repon yang berkurang, berlebihan atau terdistorsi.
2) Tanda dan Gejala
a) Tanda dan Gejala Mayor
Subyektif
- Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
- Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman,
pengecapan
Obyektif
- Distrosi sensori
- Respons tidak sesuai
- Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba,
atau mencium sesuatu
b) Tanda dan gejala Minor
Subyektif
- Menyatakan kesal
Obyektif
- Menyendiri
- Melamun
- Konsentrasi buruk
- Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
- Curiga
- Melihat kesatu arah
- Mondar mandir
- Bicara sendiri
Menurut Keliat (2019)
1) Definisi
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respone
panca indra yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan,
dan pengecapan terhadap sumber yang tidak nyata.
2) Tanda dan Gejala
a) Tanda dan Gejala Mayor
Subyektif
- Mendengar suara orang berbicara
- Melihat benda, orang atau sinar tanpa ada obyeknya
- Menghirup bau – bau yang tidak sedap, seperti bau badan
padahal tidak
- Merasakan pengecapan yang tidak enak
- Merasakan rabaan atau gerakan
Obyektif
- Bicara sendiri
- Tertawa sendiri
- Melihatke satu arah
- Mengarahkan telinga kearah tertentu
- Tidak dapat memfokuskan pikiran
- Diam sambil meningamati halusinasi
b) Tanda dan Gejala Minor
Subyektif
- Sulit tidur
- Khawatir
- Takut
Obyektif
- Konsentrasi buruk
- Disorientasi waktu,tempat,orang, atau situasi
- Afek datar
- Curiga
- Menyindir, melamun
- Mondar- mandir
Kurang mampu merawat diri

3. Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI, SIKI 2018)


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
Keperawatan Hasil (SLKI)
1 Isolasi sosial Setelah dilakukan tindakan Promosi Sosialisasi
(D.0121) keperawatan selama 3x24 (I.13498)
jam masalah Keterlibatan 1. Observasi
Sosial (L.13116) - Identifikasi
meningkat dengan kriteria kemampuan
hasil : melakukan interaksi
1. Minat berinteraksi dengan orang lain
dengan skor 5 - Identifikasi
(meningkat) hambatan
2. Verbalisai isolasi melakuakn interaksi
dengan skor 4 (cukup dengan orang lain
menurun) 2. Terapeutik
3. Perilaku menarik diri - Motivasi
dengan skor 4 (cukup meningkatkan
menurun) keterlibatan dalam
4. Kontak mata membaik suatu hubungan
dengan skor 5 - Motivasi
(meningkat) berpartisipasi dalam
aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
- Motivasi
berinteraksi di luar
lingkungan
- Diskusikan
kekuatan dan
keterbatasan dalam
berkomunikasi
dengan orang lain
- Diskusikan
perencanaan
kegiatan dimasa
depan
- Berikan umpan
balik positif dalam
perawatan diri
- Berikan umpan
balik positif
padasetiap
peningkatan
kemampuan
3. Edukasi
- Anjurkan
berinteraksi dengan
orang lain secara
bertahap
- Ajurkan ikut serta
kegiatan social dan
kemasyarakatan
- Anjurkan
pengguanaan alat
bantu
- Anjurkan membuat
perencanaan
kelompok kecil
untuk kegiatan
khusus.
- Latih bermain
peran untuk
meningkatkan
keterampilan
komunikasi
2 a. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Manajemen
Persepsi keperawatan selama 3x24 Halusinasi (I.09288)
Sensori: jam masalah 1. Observasi
Halusinasi Persepsi sensori - Monitor perilaku
(L.09083)meningkat yang mengidikasi
dengan kriteria hasil : halusinasi
1. Verbalisasi mendengar - Monitor dan sesuai
bisikan, melihat kantingk ataktivitas
bayangan, merasakan dan stimulasi
sesuatu melaui indra lingkungan
perabaan, merasakan - Monitor isi
sesuatu melaui indra halusinasi
penciuman, merasakan 2. Terapeutik
sesuatu melaui indra
- Pertahankan
pengecapan dengan
skor 5 (menurun) lingkungan yang
2. Perilaku halusinasi aman
dengan skor 5 - Lakukan tindakan
(menurun) keselamatan ketika
3. Respons sesuai tidak dapat
stimulus dengan skor 5 mengontrol
(membaik) perilaku
- Diskusikan
perasaan dan
respon terhadap
halusinasi
- Hindari perdebatan
tentang validitas
halusinasi
3. Edukasi

- Anjurkan
memonitor sendiri
situasi terjadinya
halusinasi
- Anjurkan bicara
pada orang yang
dipercaya untuk
member dukungan
dan umpan balik
koreaktif terhadap
halusinasi.
- Anjurkan
melakukan distraksi
(mis.
mendengarkan
musik, melakukan
aktivitas dan
tekhnik relaksasi).
- Anjarkan pasien
dan keluarga cara
mengontrol
halusinasi
4. Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian obat anti
psikotik atau anti
ansietas, jika perlu

3 Harga Diri Setelah dilakukan tindakan Manajemen Perilaku


Rendah keperawatan selama 3x24 (I.12463)
Kronis jam masalah Harga diri
1. Observasi
(D.0086) (L.09069) meningkat
- Identifikasi
dengan kriteria hasil :
harapan untuk
1. Penilaian positif
mengendalikan
tentang diri klien
perilaku
dengan skor 5
2. Terapeutik
(meningkat)
- Diskusikan
2. Penerimaan penilaian
tanggung jawab
terhadap diri klien
terhadap perilaku
dengan skor 5
- Jadwalkan
(meningkat)
kegiatan terstruktur
3. Perasaan malu terhadap
- Ciptakan dan
diri sendiri dengan skor
pertahankan
5 (menurun)
lingkungan dan
kegiatan perawatan
konsisten setiap
dinas
- Tingkatkan
aktivitas
fisiksesuai
kemampuan
- Bicara dengan
nada rendah dan
tenang
- Cegah perilaku
pasif
- Beri penguatan
positif terhadap
keberhasilan
mengendalikan
perilaku
3. Edukasi
- Informasikan
keluarga bahwa
keluarga sebagai
dasar pembentukan
kognitif
DAFTAR PUSTAKA

Jenny, M., Purba, S. E., Mahnum, L. N., &Daulay, W. 2014.Asuhan Keperawatan


pada Kliendengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa.Medan: USU
Press

Keliat, B.A. 2019. Asuhan keprawatan jiwa.Jakarta :EGC

Tim Pokja PPNI.2016.Standar Diagnose Keperawatan Indonesia:Definisi Dan


Indicator Diagnostic Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.

Tim Pokja PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesi:.Definisi Dan


Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI

Tim Pokja PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan


Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI

Purba, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogjakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai