Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Post adalah sesudah. (Tiran, Denis, 2006)
Partum (partus) adalah persalinan suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia
luar.(Maimunah, Siti, 2005)
Partus spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan tenaga ibu
sendiri dengan his dan tenaga mengejan.(Maimunah, Siti, 2005)
Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan
plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,disertai
dengan pulihnya organ-organ yang berkaitan dengan kandungan,yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat
melahirkan.(Suherni, Hesti Widyasih, dan Anita Rahmawati, 2009)
Post partum merupakan periode atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil, yang membutuhkan waktu
selama 6 minggu (Farrer, Helen, 1999)
Persalinan dianggap normal jika wanita berada dalam masa aterm,
tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan
persalinan selesai dalam 24 jam.(Bobak, Lowdermilk, dan Jensen, 2005)
Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
post partum spontan adalah suatu periode sesudah wanita melahirkan

janinnya dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar tanpa ada komplikasi,
yang berlangsung dengan tenaga ibu sendiri dengan his dan tenaga mengejan.
B. Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Ibu Post Partum
Bobak, Lowdermik dan Jensen, (2005) menyatakan bahwa periode
post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan. Perubahan fisiologis
yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal dimana proses-proses
pada kehamilan berjalan terbalik. Berikut adalah perubahan atau adaptasi
fisiologi serta psikologi wanita setelah melahirkan.
1. Adaptasi Fisiologi Ibu Post Partum
a. Sistem Reproduksi
1) Involusio Uteri
Involusio adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi
normal setelah kelahiran bayi.(Bobak, Lowdermilk, dan Jensen,
2005). Involusio terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih
kecil karena sitoplasma yang berlebihan dibuang.

Involusio

disebabkan oleh proses autolysis, dimana zat protein dinding


rahim pecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang sebagai air
kencing.

Tinggi fundus uteri menurut masa involusio.


Involusi

Tinggi fundus uteri

Berat uterus

Bayi lahir

Setinggi pusat

1000 gram

Plasenta lahir

2 jari bawah pusat

750 gram

1 minggu

Pertengahan pusat simpisis

500 gram

2 minggu

Tidak teraba diatas simpisis

350 gram

6 minggu

Bertambah kecil

50 gram

8 minggu

Sebesar normal

30 gram

Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa
involusi ( Saleha, Sitti, 2009 )
2) Involusio Tempat Plasenta
Pada pemulaan nifas, bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Biasanya
luka yang demikian, sembuh dengan menjadi parut. Hal ini
disebabkan karena dilepaskan dari dasar dengan pertumbuhan
endometrium baru di bawah pemukaan luka.
Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang atau mules-mules )
disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung 3-4 hari pasca
persalinan.( Cunningham, F Gary, Dkk, 2005 )
3) Lochea
Yaitu sekret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas. Lochia
dapat dibagi menjadi beberapa jenis:

a) Lochea rubra/cruenta
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2
hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah dan kuning berisi darah dan lendir,yang
keluar pada hari ke 3 sampai ke-7 pasca persalinan.
c) Lochea serosa
Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochia rubra.
Lochia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu
kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada
hari ke -7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.
d) Lochea alba
Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit
hingga sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu
berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim
serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.
e) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Locheastatis
Lochea tidak lancar keluarnya.

4) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa
masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
5) Vagina dan perineum
Vagina

dan lubang vagina

pada

permulaan

puerpurium

merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis.

Secara

berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali


seperti ukuran seorang nulipara. Rugae ( lipatan-lipatan atau
kerutan-kerutan ) timbul kembali pada minggu ketiga. Perlukaan
vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak
sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa,
tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam,
terlebih apabila kepala janin harus diputar.

Robekan terdapat

pada dinding lateral dan baru terlihat dengan pemeriksaan


spekulum. Pada perineum terjadi robekan pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah
dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati
pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada

10

sirkumferensia suboksipito bregmatika. Bila ada laserasi jalan


lahir atau luka bekas episiotomi lakukanlah penjahitan dan
perawatan dengan baik.
b. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam
proses tersebut.
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan

plasenta

mempertahankan

kontraksi,

sehingga

mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi


ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali
ke bentuk normal.
2) Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar
pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon
ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang
produksi susu.

Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar

prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel


dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui
bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari
setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan

11

otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi


estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel,
ovulasi, dan menstruasi.
3) Estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti.

Diperkirakan

bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon


antidiuretik yang mengikatkan volume darah. Di samping itu,
progesteron

mempengaruhi

otot

halus

yang

mengurangi

perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat


mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva, serta vagina.
c. Sistem kardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama
sekali. Tapi biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20
mmHg. Jika ada perubahan posisi, ini disebut dengan hipotensi
orthostatik yang merupakan kompensasi kardiovaskuler terhadap
penurunan resistensi di daerah panggul.
d. Sistem Urinaria
Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma yang
dapat mengakibatkan udema dan menurunnya sensitifitas terhadap
tekanan cairan, perubahan ini menyebabkan, tekanan yang berlebihan
dan kekosongan kandung kemih yang tidak tuntas, hal ini bisa

12

mengakibatkan terjadinya infeksi. Biasanya ibu mengalami kesulitan


buang air kecil sampai 2 hari post partum.
e. Sistem Gastrointestinal
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada saat melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran
cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan,
haemoroid, dan laserasi jalan lahir.
f. Sistem Muskuloskeletal
1) Ambulasi pada umumnya mulai 1-8 jam setelah ambulasi dini
untuk mempercepat involusio rahim.
2) Otot abdomen terus-menerus terganggu selama kehamilan yang
mengakibatkan berkurangnya tonus otot, yang tampak pada masa
post partum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kendor.
Selama kehamilan otot abdomen terpisah disebut distensi recti
abdominalis, mudah di palpasi melalui dinding abdomen bila ibu
telentang.
Latihan yang ringan seperti senam nifas akan membantu
penyembuhan alamiah dan kembalinya otot pada kondisi normal.
g. Sistem kelenjar mamae
1). Laktasi
Pada hari kedua post partum sejumlah kolostrum, cairan yang
disekresi payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran
bayi, dapat diperas dari putting susu.
13

2). Kolostrum
Dibanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh
payudara, kolostrum mengandung lebih banyak protein, yang
sebagian besar adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetapi
gula dan lemak lebih sedikit. Meskipun demikian kolostrum
mengandung globul lemak agak besar di dalam yang disebut
korpustel

kolostrum,

yang

oleh

beberapa

ahli

dianggap

merupakan sel-sel epitel yang telah mengalami degenerasi lemak


dan oleh ahli lain dianggap sebagai fagosit mononuclear yang
mengandung cukup banyak lemak. Sekresi kolostrum bertahan
selama sekitar lima hari, dengan perubahan bertahap menjadi susu
matur. Antibodi mudah ditemukan dalam kolostrum. Kandungan
immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan pada
neonatus melawan infeksi enterik. Faktor-faktor kekebalan hospes
lainnya, juga immunoglobulin - immunoglobulin, terdapat di
dalam kolostrum manusia dan air susu. Faktor ini meliputi
komponen

komplemen,

makrofag,

limfosit,

laktoferin,

laktoperoksidase, dan lisozim.


3). Air susu
Komponen utama air susu adalah protein, laktosa, air dan lemak.
Air susu isotonik dengan plasma, dengan laktosa bertanggung
jawab terhadap separuh tekanan osmotik. Protein utama di dalam
air susu ibu disintesis di dalam retikulum endoplasmik kasar sel
sekretorik alveoli. Asam amino esensial berasal dari darah, dan
14

asam- asam amino non-esensial sebagian berasal dari darah atau


disintesis di dalam kelenjar mamae. Kebanyakan protein air susu
adalah protein-protein unik yang tidak ditemukan dimanapun.
Juga prolaktin secara aktif disekresi ke dalam air susu.
Perubahan besar yang terjadi 30-40 jam post partum antara lain
peninggian mendadak konsentrasi laktosa. Sintesis laktosa dari
glukosa didalam sel-sel sekretorik alveoli dikatalisis oleh lactose
sintetase. Beberapa laktosa meluap masuk ke sirkulai ibu dan
mungkin disekresi oleh ginjal dan ditemukan di dalam urin kecuali
kalau digunakan glukosa oksidase spesifik dalam pengujian
glikosuria.
Asam-asam lemak disintetis di dalam alveoli dari glukosa. Butirbutir lemak disekresi dengan proses semacam apokrin. Semua
vitamin kecuali vitamin K ada di dalam susu manusia tetapi dalam
jumlah yang berbeda. Kadar masing-masing meninggi dengan
pemberian makanan tambahan pada ibu. Karena ibu tidak
menyediakan kebutuhan bayi akan vitamin K, pemberian vitamin
K pada bayi segera setelah lahir ada manfaatnya untuk mencegah
penyakit perdarahan pada neonatus.
Air susu manusia mengandung konsentrasi rendah besi. Tetapi, besi
di dalam air susu manusia absorpsinya lebih baik dari pada besi di
dalam

susu

sapi.

Simpanan

besi

ibu

tampaknya

tidak

mempengaruhi jumlah besi di dalam air susu. Kelenjar mamae,

15

seperti kelenjar tiroid, menghimpun iodium, yang muncul di dalam


air susu. (Cunningham, F Gary, Dkk, 2005)
h. Sistem Integumen
Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hiperpigmentasi kulit.
1). Hiperpigmentasi pada aerola mammae dan linea nigra mungkin
menghilang sempurna sesudah melahirkan.
2. Adaptasi Psikologi Ibu Post Partum
Menurut Rubin dalam Varney (2007) adaptasi psikologi ibu post partum
dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase Taking In (Fase mengambil) / ketergantungan
Fase ini dapat terjadi pada hari pertama sampai kedua post partum.
Ibu sangat tergantung pada orang lain, adanya tuntutan akan
kebutuhan makan dan tidur, ibu sangat membutuhkan perlindungan
dan kenyamanan.
b. Fase Taking Hold / ketergantungan mandiri
Fase ini terjadi pada hari ketiga sampai hari ke sepuluh post partum,
secara bertahap tenaga ibu mulai meningkat dan merasa nyaman, ibu
sudah mulai mandiri namun masih memerlukan bantuan, ibu sudah
mulai memperlihatkan perawatan diri dan keinginan untuk belajar
merawat bayinya.

16

c. Fase Letting Go / kemandirian


Fase ini terjadi pada hari ke sepuluh post partum, ibu sudah mampu
merawat diri sendiri, ibu mulai sibuk dengan tanggung jawabnya.
C. Kebutuhan dasar ibu post partum
1. Nutrisi dan cairan
Pada masa postpartum masalah diet perlu mendapat perhatian serius,
karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu
dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus
bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak
mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut
yaitu mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet
berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, pil zat besi harus diminum untuk
menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pascapersalinan, minum
kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada
bayi melalui ASI.(Saleha, Sitti, 2009)
2. Ambulasi
Ambulasi dini ( early ambulation ) ialah kebijaksanaan agar secepat
mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya
dan membinmbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum telentang ditempat
tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah

17

diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam waktu 24-48 jam


postpartum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut yaitu Ibu merasa
lebih sehat dan kuat dengan early ambulation, faal usus dan kandung
kemih lebih baik, early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu
cara merawat anaknya selama ibu masih dirumah sakit. Misalnya
memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan. Lebih sesuai
dengan keadaan-keadaan di Indonesia ( sosial ekonomis).

Menurut

penelitian-penelitian yang seksama, early ambulation tidak mempunyai


pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal,
tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka diperut,
serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.
Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan
penyulit misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam
dan sebagainya.
Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-angsur,
jadi bukan maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci,
memasak dan sebagainya.
3. Eliminasi
a. Buang air kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil ( miksi ) 6 jam postpartum. Jika
dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih
belum melebihi 100 cc,maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau

18

ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk


kateterisasi.
Berikut ini sebab- sebab terjadinya kesulitan berkemih ( retensio urine)
pada ibu postpartum yaitu Berkurangnya tekanan intraabdominal, otototot perut masih lemah, udema pada uretra, dinding kandung kemih
belum sensitif.
b. Buang air besar
Buang air besar pada ibu postpartum biasanya tertunda selama 2-3
hari, karena enema persalinan, diit cairan, obat-obatan analgetik,dan
perineum yang sangat sakit. Bila lebih dari 3 hari belum bisa buang air
besar bisa diberikan obat laksantia. Ambulasi secara dini dan teratur
akan membantu dalam regulasi buang air besar, asupan cairan yang
adekuat dan diit tinggi serat sangat dianjurkan.
4. Personal higiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat
penting untuk tetap dijaga.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri
ibu postpartum adalah sebagai berikut yaitu anjurkan kebersihan seluruh
tubuh, terutama perineum, mangajarkan ibu bagaimana membersihkan
daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti
untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke

19

belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu


untuk membersihkan daerah vulva setiap kali selesai buang air kecil atau
besar.

Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci
dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan setrika. Sarankan
ibu untuk mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi
atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari dan menyentuh
daerah tersebut.
5. Istirahat dan tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan
istirahat dan tidur adalah sebagai berikut yaitu anjurkan ibu agar istirahat
cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Sarankan ibu untuk
kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan,
serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. Kurang istirahat
akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu mengurangi jumlah
ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan
untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
6. Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus
memenuhi syarat yaitu secara fisik aman untuk memulai hubungan suami
istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu dua

20

jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai
malakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya yang
mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu
tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
D. Pengkajian Fokus
Suatu pengkajian fisik lengkap termasuk pengukuran tanda-tanda vital,
dilakukan pada saat masuk ke unit pasca partum. Selain itu komponen
pengkajian awal yang lain yang perlu dikaji pada ibu post partum menurut
Doenges, 2001 adalah sebagai berikut :
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Bagaimana keadaan ibu saat ini ?
b. Bagaimana perasaan ibu setelah melahirkan ?
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?
b. Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?
c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?
d. Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?
3. Pola aktivitas dan istirahat
a. Apakah ibu tampak kelelahan, keletihan ?
b. Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?
c. Apakah ibu tampak mengantuk ?

21

4. Pola eliminasi
a. Apakah ada diuresis pasca persalinan ?
b. Adakah nyeri dalam BAB pasca persalinan ?
(Cunningham, F Gary, Dkk, 2005)
5. Neuro sensori
a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?
b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?
c. Bagaimana nyeri yang ibu rasakan ?
d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?
P

: Palitaif yaitu yang meningkatkan atau mengurangi nyeri

: Qualitas / Quantitas yaitu frekwensi dan lamanya keluhan


dirasakan, deskripsi sifat nyeri

: Regio / tempat yaitu lokasi sumber dan penyebarannya

: Skala yaitu derajat nyeri dengan menggunakan rentang nilai

: Time yaitu kapan keluhan dirasakan dan lamanya keluhan


berlangsung.

e. Apakah nyerinya mengganggu aktivitas dan istirahatnya ?


6. Pola persepsi dan konsep diri
a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini
b. Adakah

permasalahan

yang

berhubungan

dengan

perubahan

penampilan tubuhnya saat ini ?

22

7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
1). Pemeriksaan tanda tanda vital
2). Pengkajian tanda-tanda anemia
3). Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4). Pemeriksaan reflek
5). Kaji adanya varises
6). Kaji CVAT (cortical vertebra area tenderness)
b. Payudara
1). Pengkajian daerah areola
2). Kaji adanya nyeri tekan
3). Kaji adanya abses
4). Observasi adanya pembengkakan atau ASI terhenti
5). Kaji pengeluaran ASI
c. Abdomen atau Uterus
1). Observasi posisi uterus atau tinggi fundus uteri
2). Kaji adanya kontraksi uterus
3). Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau Perineum
1). Observasi pengeluaran lokhea
2). Observasi penjahitan laserasi atau luka episiotomi
3). Kaji adanya pembengkakan
4). Kaji adanya luka

23

5). Kaji adanya hemoroid


8.

Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium bisa segera dilakukan pada periode
pasca partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali
dibutuhkan pada hari pertama pada postpartum untuk mengkaji
kehilangan darah pada saat melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pengambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan
kateter atau dengan teknik pengambilan bersih (clean cath)
spesimen ini dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan
urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika cateter
indwelling dipakai selama paska inpartum. Selain itu catatan
prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubella dan
rhesus dan kebutuhan terapi yang mungkin.(Bobak, Lowdermilk,
dan Jensen, 2005)

24

E. Pathways
Pathways Post Partum Spontan
Post partum spontan

Adaptasi Fisiologi

Proses involusi

Adaptasi Psikologi

Vagina dan

Laktasi

perineum

Taking in

Taking hold

Letting go

( ketergantungan)

( ketergantungan

( kemandirian )

Struktur dan karakter


Peningkatan
kadar oksitosin,
peningkatan
kontraksi uterus

payudara ibu
Trauma
mekanik

Personal

Nyeri
Akut

Butuh

hygiene

rusak

pelayanan
Aliran darah di

Hormon estrogen

payudara berasal

baik

Perdarahan

dari uterus

Prolaktin

Retensi darah di

Resiko
kekurangan

infeksi

Volume

pembuluh payudara

Pembentukan ASI

Belajar mengenai

Kondisi tubuh

perawatan diri

mengalami

dan bayi

perubahan

peran menjadi
orang tua

Berfokus pada diri


sendiri dan lemas

meningkat

Genetalia kotor
Resiko terjadi

Resiko perubahan

perlindungan dan

Pembuluh darah

kurang
Nyeri

mandiri)

Butuh informasi

Gangguan pola tidur


Kurang pengetahuan

Bengkak

cairan
ASI keluar

Penyempitan pada duktus intiverus

Bobak, Lowdermilk, dan Jensen, 2001


Doenges, M. E dan Moorhouse, M. F, 2001

Payudara

ASI tidak

bengkak

keluar

Carpenito, Lynda Juall, 2001

Retensi ASI
Mastitis

Menyusui
tidak efektif

25

F. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan laserasi atau trauma
jalan lahir. ( Doenges, 2001 )
2. Risiko terhadap ketidakefektifan menyusui yang berhubungan dengan
tidak berpengalaman dan / atau payudara membengkak. ( Carpenito,
Lynda Juall. 2001)
3. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan invasi bakteri sekunder
akibat trauma selama proses persalinan. ( Carpenito, Lynda Juall. 2001 )
4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan adanya
hemoragi. (Doenges, 2001)
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan
psikologis, nyeri / ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran
melelahkan. ( Doenges, 2001)
6. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi,tidak mengenal sumbersumber.( Doenges, 2001)
7. Resiko terhadap perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan tidak
berpengalaman, perasaan inkompeten, ketidakberdayaan, anak yang tidak
diingini, kekecewaan dengan anak, kurangnya model peran.( Carpenito,
Lynda Juall, 2001)

26

G. Rencana keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan laserasi atau trauma
jalan lahir. (Doenges, 2001)
a. Tujuan : Nyeri pasien berkurang / hilang atau terkontrol.
b. Kriteria hasil :
1) Klien menyatakan tidak nyeri
2) Klien menyatakan nyaman
3) Skala nyeri berkurang
4) Klien dapat beraktivitan tanpa merasa nyeri.
5) Ekspresi klien nyaman.
c. Fokus intervensi dan rasional
1). Kaji karakteristik nyeri, tingkat nyeri, tempat nyeri, skala nyeri.
Rasional : Mengetahui seberapa berat nyeri yang dialami pasien
2). Inspeksi daerah perineum dan daerah episiotomi. Perhatikan
adanya udem, nyeri tekan lokal, purulen.
Rasional : Mengetahui apakah ada tanda-tanda peradangan daerah
sekitar vulva.
3). Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam
pertama setelah melahirkan.
Rasional

Memberi

anestesi

lokal,

meningkatkan

vasokonstriksi,dan mengurangi edema dan vasodilatasi.

27

4). Berikan kompres panas lembab ( mis, rendam duduk/bak mandi )


diantara 100 dan 105 F ( 38,0 sampai 43,2 C ) selama 20 menit,
3 sampai 4 kali sehari, setelah 24 jam pertama.
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan
oksigenasi dan nutrisi pada jaringan, menurunkan edema dan
meningkatkan penyembuhan.
5). Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : Analgetik dapat mengurangi nyeri
2. Risiko terhadap ketidakefektifan menyusui yang berhubungan dengan
tidak berpengalaman dan / atau payudara membengkak. ( Carpenito,
Lynda Juall. 2001)
a. Tujuan : Pasien mengetahui tentang cara perawatan payudara bagi ibu
menyusui
b. Kriteria hasil :
1). Klien mengetahui cara merawat payudara bagi ibu menyusui
2). Asi keluar
3). Payudara bersih
4). Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri
5). Bayi mau menyusu
c. Fokus intervensi dan rasional
1). Kaji pengetahuan pasien mengenai manajemen laktasi dan
perawatan payudara

28

Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini


dan mengembangkan rencana perawatan.
2). Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologi dan
keuntungan menyusui, perawatan puting dan payudara, kebutuhan
diet khusus, dan faktor-faktor yang memudahkan atau mengganggu
keberhasilan menyusui.
Rasional : membantu menjamin suplai susu adekuat, mencegah
puting pecah dan luka, memberikan kenyamanan, dan membuat ibu
menyusui.

Pamflet dan buku-buku menyediakan sumber yang

dapat dirujuk klien sesuai kebutuhan.


3). Kaji puting klien, anjurkan untuk melihat puting setiap habis
menyusui.
Rasional : identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah/
membatasi terjadinya luka atau pecah puting, yang dapat merusak
proses menyusui.
4). Anjurkan klien untuk mengeringkan puting dengan udara selama
20-30 menit setelah menyusui.

Insruksikan klien menghindari

penggunaan sabun atau penggunaan bantalan bra berlapis plastik,


dan mengganti pembalut bila basah atau lembab.
Rasional : pemajanan pada udara atau panas membantu
mengencangkan putting, sedangkan sabun dapat menyebabkan
kering.

Mempertahankan

putting

pada

media

lembab

maningkatkan pertumbuhan bakteri dan kerusakan kulit.

29

3. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan invasi bakteri sekunder


akibat trauma selama proses persalinan.(Carpenito, Lynda Juall. 2001 )
a. Tujuan : Tidak terjadi infeksi dan pengetahuan pasien bertambah
b. Kriteria hasil :
1) Klien meyertakan perawatan bagi dirinya
2) Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri
3) Jahitan perineum besar
4) Vulva bersih dan tidak infeksi
5) Tidak ada tanda perawatan
6) Vital sign dalam batas normal
c. Fokus intervensi dan rasional
1). Pantau vital sign
Rasional : Peningkatan suhu dapat mengidentifikasikan adanya
infeksi
2). Kaji daerah perineum dan vulva
Rasional : Menentukan radakah tanda peradangan di daerah vulva
dan perineum
3). Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu post partum
Rasional : Pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
4). Ajarkan perawatan vulva bagi pasaien
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
5). Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang daerah
vulvanya

30

Rasional : Meminimalkan terjadinya infeksi


6). Lakukan perawatan hygiene
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa
nyaman bagi pasien
4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
adanya hemoragi atau perdarahan. (Doenges, 2001)
a. Tujuan

Kebutuhan

cairan

pasien

terpenuhi

dan

mencapai

keseimbangan
b. Kriteria hasil
1). Intake dan output seimbang
2). Tanda-tanda vital normal
3). Berat badan pasien ideal
c. Fokus intervensi dan rasional
1). Monitor vital sign
Rasional : tanda vital dapat digunakan untuk mengidentifikasi
perubahan-perubahan yang terjadi pada keadaan umum pasien
terutama untuk mengetahui adakah tanda-tanda syok hipovolemik
2). Kaji dan awasi turgor kulit
Rasional : capilary refil time yang lebih dari 2 detik dapat
mengidentifikasikan terjadinya dehidrasi
3). Monitor intake dan output
Rasional : membantu dalam menganalisa keseimbangan cairan dan
derajat kekurangan cairan

31

4). Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan sedikitnya 8


gelas sehari
Rasional : mengganti kehilangan cairan karena kelahiran dan
diaforesis
5). Kolaborasi pemberian cairan intravena jika diinstruksikan
Rasional : membantu kebutuhan cairan dalam tubuh
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan
psikologis, nyeri / ketidaknyamanan, proses persalinan, dan kelahiran
melelahkan.(Doenges, 2001)
a. Tujuan : kebutuhan pola tidur terpenuhi
b. Kriteria hasil
1) klien tampak segar
2) klien mengungkapkan dapat tidur
3) tidak ada lingkaran hitam dibawah mata
c. Fokus intervensi
1) Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama
persalinan dan jenis kelahiran.
Rasional : persalinan atau kelahiran yang lama dan sulit, khususnya
bila ini terjadi malam,meningkatkan tingkat kelelahan.
2) Kaji faktor-faktor, bila ada, yang mempengaruhi istirahat.
Organisasikan perawatan untuk meminimalkan gangguan dan
memberi istirahat serta periode tidur ekstra.

Anjurkan untuk

32

mengungkapkan pengalaman melahirkan.

Berikan lingkungan

yang tenang.
Rasional : membantu meningkatkan istirahat, tidur, dan relaksasi
dan menurunkan rangsang.

Bila ibu tidak terpenuhi kebutuhan

tidurnya, lapar tidur dapat terjadi, memperpanjang proses


perbaikan dari periode pascapartum.
3) Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada
suplai ASI
Rasional : kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis,
suplai ASI, dan penurunan reflek secara psikologis.
4) Kaji lingkungan rumah, bantuan di rumah, dan adanya sibling dan
anggota keluarga.
Rasional : multipara dengan anak di rumah memerlukan tidur lebih
banyak di rumah sakit untuk mengatasi kekurangan tidur dan
memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan keluarga.
5) Kolaborasi dengn dokter dalam pemberian obat-obatan misalnya
analgesik
Rasional : mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan
tidur sesuai kebutuhan.
6. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurang mengingat,kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumbersumber.(Doenges, 2001)
a. Tujuan : kurang pengetahuan dapat teratasi

33

b. Kriteria hasil
1) Klien mengungkapkan pemahaman
2) Klien mampu melakukan aktivitas dengan menjelakan alas an
c. Fokus intervensi
1) Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama
persalinan, dan tingkat kelelahan klien.
Rasional : terdapat hubungan antara lama persalinan dan
kemampuan untuk melakukan tanggung jawab tugas dan aktivitas
aktivitas perawatan diri/ perawatan bayi. Makin lama persalinan
makin negative persepsi klien tentang kinerja persalinan, dan
semakin lama hal tersebut klien memikul tanggung jawab terhadap
perawatan dan mensintesa informasi baru serta mempelajari peranperan baru.
2) Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar.

Bantu klien /

pasangan dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan.


Rasional : periode pascanatal dapat merupakan pengalaman positif
bila

penyuluhan

yang

tepat

diberikan

untuk

membantu

mengembangkan pertumbuhan ibu, maturasi dan kompetensi.


Namun, klien memerlukan waktu untuk bergerak dari fase taking
in ke taking hold , dimana penerimaan dan kesiapannya
ditingkatan dan ia secara emosional dan secara fisik siap untuk
belajar informasi baru untuk memudahkan pelaksanaan peran
barunya.

34

3) Mulai rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format


yang distandasrdisasi atau ceklis. Dokumentasikan informasi yang
diberikan dan respon klien.
Rasional : membantu menstandardisasi informasi yang diterima
orangtua dari anggota staf, dan menurunkan kebingungan klien
yang disebabkan oleh diseminasi dari masukan atau informasi yang
bertentangan.
4) Berikan informasi tentang peran program latihan pascapartum
progresif.
Rasional : latiha membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasi,
menghasilkan tubuh yang seimbang, dan meningkatkan perasaan
sejahtera secara umum.
5) Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan
perineal dan hygiene, perubahan fisiologis, termasuk kemajuan
normal dari rabas lokhia, kebutuhan untuk tidur dan istirahat,
perubahan peran, dan perubahan emosional.

Biarkan klien

mendemonstrasikan materi yang dipelajari, bila diperlukan.


Rasional : membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan
dan penyembuhan, dan berperan pada adaptasi yang positif dari
perubahan fisik dan emosional.
7. Resiko terhadap perubahan menjadi orangtua berhubungan dengan tidak
berpengalaman, perasaan inkompeten, ketidakberdayaan, anak yang tidak

35

diingini, kekecewaan dengan anak, kurangnya model peran.(Carpenito,


Lynda Juall, 2001)
a. Tujuan : menyadari perubahan klien menjadi orangtua
b. Kriteria hasil
1) Mendiskusikan peran menjadi orangtua secara realistis
2) Secara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi baru lahir
dengan tepat
3) Mengidentifikasi ketersediaan sumber-sumber
c.

Fokus intervensi
1) Kaji kekuatan, kelemahan, usia,status perkawinan, ketersediaan
sumber pendukung, dan latar belakang budaya.
Rasional : mengidentifikasi faktor-faktor resiko potensial dan
sumber-sumber pendukung,

yang mempengaruhi kemampuan

klien/pasangan untuk menerima tantangan peran menjadi orangtua.


2) Perhatikan respons klien/pasangan terhadap kelahiran dan peran
menjadi orangtua.
Rasional : kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk
menjadi orangtua mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan
kuat.
3) Mulai asuhan keperawatan primer untuk ibu dan bayi saat di unit.
Rasional : meningkatkan perawatan berpusat pada keluarga,
kontinuitas dan asuhan yang diberikan secara individu, serta
mungkin memudahkan terjadinya ikatan keluarga positif.

36

4) Evaluasi sifat dari menjadi orangtua secara emosi dan fisik yang
pernah dialami klien/ pasangan selama masa kanak-kanak.
Rasional : peran menjadi orangtua dipelajari, dan individu memakai
peran orangtua mereka sendiri menjadi model peran.

Yang

mengalami pengaruh negatif atau menjadi orangtua yang buruk


berisiko besar terhadap kegagalan memenuhi tantangan daripada
yang merasakan menjadi orangtua positif.

37

Anda mungkin juga menyukai