Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK PADA NY. S DENGAN PENYAKIT ASAM URAT


(GOUT ARTHRITIS)

Untuk Memenuhi Tugas Profesi


Keperawatan Gerontik

Dosen Pembimbing :
Paramita Ratna G., S. Kep, Ns, M. Kes

Oleh :
ANANDA GALUH RAKA SIWI, S. Kep
NIM. 40221003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 1
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


GERONTIK PADA NY. S DENGAN PENYAKIT ASAM URAT
(GOUT ARTHRITIS)

Untuk Memenuhi Tugas Profesi


Keperawatan Gerontik

Oleh :
ANANDA GALUH RAKA SIWI, S. Kep
NIM. 40221003

Telah Disetujui Pada Tanggal :

Oleh Dosen Pembimbing :

Paramita Ratna G., S. Kep, Ns, M. Kes

Mengetahui :
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Sri Wahyuni, S. Kep, Ns, M. Kep

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 2


LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP LANSIA
1. Definisi Lansia
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode di
mana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau
beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Secara biologis lansia adalah proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai
dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian (Wulansari, 2011).
2. Batasan Lansia
Batasan usia lansia menurut WHO meliputi (Santi, 2009):
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun
Batasan lansia menurut Depkes RI (2009) meliputi :

a. Menjelang usia lanjut (45-54 thn) : masa vibrilitas

b. Kelompokusialanjut (55 – 64 thn) : masapresenium

c. Kelompokusialanjut (> 64 thn) : masasenium

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Sosial membagi lansia ke dalam
2 kategori yaitu usia lanjut potensial dan usia lanjut non potensial. Usia lanjut potensial
adalah usia lanjut yang memiliki potensi dan dapat membantu dirinya sendiri bahkan
membantu sesamanya. Sedangkan usia lanjut non potensial adalah usia lanjut yang tidak
memperoleh penghasilan dan tidak dapat mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhannya
sendiri (Hayati, 2010).
3. Kebutuhan Hidup Lansia
Secara lebih detail, kebutuhan lansia terbagi atas (Subijanto et al, 2011):
a. Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, papan, kesehatan.
b. Kebutuhan psikis yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan mendapatkan perhatian
lebih dari sekelilingnya.
c. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
d. Kebutuhan ekonomi, meskipun tidak potensial lansia juga mempunyai kebutuhan secara
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 3
ekonomi sehingga harus terdapat sumber pendanaan dari luar, sementara untuk lansia
yang potensial membutuhkan adanya tambahan keterampilan, bantuan modal dan
penguatan kelembagaan.
e. Kebutuhan spiritual, spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang
manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan
spiritual diidentifikasi sebagai kebutuhan dasar segala usia. Fish dan Shelly
mengidentifikasi kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan akan makna dan tujuan, akan
cinta dan keterikatan dan akan pengampunan (Stanley, 2008).
4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut (Stanley, 2008):
a. Perubahan Fisik
1) Perubahan penampilan
Saat seseorang memasuki usia lanjut, penampilan secara fisik akan berubah. Misal
sudah mulai terlihat kulit keriput, bentuk tubuh berubah, rambut mulai menipis.
2) Perubahan fungsi fisiologis
Perubahan pada fungsi organ juga terjadi pada lansia. Perubahan fungsi organ ini
yang menyebabkan lansia tidak tahan, terhadap temperatur yang terlalu panas atau
terlalu dingin, tekanan darah meningkat, berkurangnya jumlah waktu tidur.
3) Perubahan panca indera
Perubahan pada indera berlangsung secara lambat dan bertahap, sehingga setiap
individu mempunyai kesempatan untuk melakukan penyesuain dengan perubahan
tersebut. Misal, kacamata dan alat bantu dengar hampir sempurna untuk mengatasi
penurunan kemampuan melihat atau kerusakan pendengaran.
4) Perubahan seksual
Pada lansia, terjadi penurunan kemampuan seksual karena pada fase ini klimakterik
pada lansia laki – laki dan menopause pada wanita. Tapi, hal itu juga tidak
membuat potensi seksual benar – benar menurun. Ini disebabkan penurunan atau
peningkatan potensi seksual juga dipengaruhi oleh kebudayaan, kesehatan dan
penyesuain seksual yang dilakukan di awal.
5) Perubahan Kemampuan Motorik
a. Kekuatan
Terjadi penurunan kekuatan otot. Hal ini menyebabkan lansia lebih cepat capai
dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk memulihkan diri dari keletihan
dibandingkan orang yang lebih muda.
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 4
b. Kecepatan
Kecepatan dalam bergerak nampak sangat menurun setelah usia enam puluhan.
c. Belajar keterampilan baru
Lansia yang belajar keterampilan baru cenderung lebih lambat dalam belajar
dibanding dengan yang lebih muda dan hasil akhirnya juga cenderung kurang
memuaskan.
d. Kekakuan
Lansia cenderung canggung dan kagok, yang menyebabkan sesuatu yang
dibawa dan dipegangnya tertumpah dan jatuh. Selain itu, lansia juga
melakukan sesuatu dengan tidak hati – hati dan dikerjakan secara tidak teratur.
6) Perubahan Kemampuan Mental
a. Belajar
Lansia lebih berhati – hati dalam belajar, memerlukan waktu yang lebih banyak
untuk dapat mengintegrasiakan jawaban mereka dan kurang mampu
mempelajari hal – hal baru yang tidak mudah diintegrasikan dengan
pengalaman masa lalu.
b. Berpikir dalam memberi argument
Secara umum terdapat penurunan kecepatan dalam mencapai kesimpulan, baik
dalam alasan induktif maupun deduktif.
c. Kreativitas
Kapasitas atau keinginan yang diperlukan untuk berpikir kreatif bagi lansia
cenderung berkurang.
d. Ingatan
Lansia pada umumnya cenderung lemah dalam mengingat hal – hal yang baru
dipelajari dan sebaliknya baik terhadap hal – hal yang telah lama dipelajari.
e. Mengingat kembali
Kemampuan dalam mengingat ulang banyak dipengaruhi oleh faktor usia
dibanding pemahamam terhadap objek yang ingin diungkapkan kembali.
Banyak lansia yang menggunakan tanda – tanda, terutama simbol visual, suara,
dan gerakan, untuk membantu kemampuan mereka dalam mengingat kembali.
f. Mengenang
Kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada masa lalu
meningkat semakin tajam sejalan dengan bertambahnya usia.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 5


g. Rasa humor
Kemampuan lansia dalam hal membaca komik berkurang dan perhatian
terhadap komik yang dapat mereka baca bertambah dengan bertambahnya usia.
h. Perbendaharaan kata
Menurunnya perbendaharaan kata yang dimiliki lansia menurun dengan sangat
kecil, karena mereka secara konstan menggunakan sebagian besar kata yang
pernah dipelajari pada masa anak – anak dan remajanya.
i. Kekerasan mental
Kekerasan mental tidak bersifat universal bagi usia lanjut.
j. Perubahan Minat
1) Minat Pribadi
Minat pribadi meliputi minat terhadap diri sendiri, minat terhadap
penampilan, minat pada pakaian dan minat pada uang. Minat terhadap diri
sendiri pada lansia cenderung meningkat, sedangkan minat terhadap uang
dan penampilan cenderung menurun. Untuk minat terhadap pakaian,
disesuaikan dengan kegiatan sosial lansia.
2) Minat Kegiatan Sosial
Dalam bertambahnya usia mengakibatkan banyak orang yang merasa
menderita karena jumlah kegiatan sosial yang dilakukannya semakin
berkurang. Hal ini lazim diistilahkan sebagai lepas dari kegiatan
kemasyarakatan (social disengagement).
3) Minat Rekreasi
Lansia cenderung untuk tetap tertarik pada kegiatan rekreasi yang biasa
dinikmati pada masa mudanya, dan mereka hanya akan mengubah minat
tersebut kalau betul – betul diperlukan.
4) Minat Kegiatan Keagamaan
Sikap sebagian besar lansia terhadap agama mungkin lebih sering
dipengaruhi oleh bagaimana mereka dibesarkan atau apa yang telah
diterima pada saat mencapai kematangan intelektualnya. Bagaimanapun
juga, perubahan minat dan sikap terhadap kegiatan keagamaan merupakan
ciri orang berusia lanjut dalam beberapa kebudayaan dewasa ini. Beberapa
perubahan keagamaan selama usia lanjut memberi pengaruh pada usia
lanjut, antara lain dalam hal toleransi keagamaan dan ibadat keagamaan.
Terdapat bukti-bukti bahwa kualitas keanggotan dalam tempat
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 6
peribadatan memainkan peranan yang lebih penting bagi penyesuaian
individual pada usia lanjut dibanding keanggotan itu sendiri. Mereka yang
aktif di tempat peribadatan secara sukarela di waktu masih muda
cenderung dapat menyesuaikan diri dengan pada masa tuanya dibanding
mereka yang minat dan kegiatannya dalam perkumpulan keagamaan
terbatas.
5. Minat Mengenai Kematian
Semakin lanjut usia seseorang, biasanya mereka menjadi semakin kurang
tertarik terhadap kehidupan akherat dan lebih mementingkan tentang
kematian itu sendiri serta kematiannya sendiri.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 7


DAFTAR PUSTAKA

Santi, N. 2009. Hubungan Antara Senam Dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha. Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.
Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare. 2006.Buku Ajar KeperawatanGerontik, ed 2.
Jakarta: EGC
Subijanto HAA, Dhani R, Yoni FV.2011. Modul Pembinaan Posyandu Lansia guna Pelayanan
Kesehatan Lansia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Wulansari, Sapti (2013). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kepercayaan diri Lansia di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Wilayah Merangin Jambi. Jurnal Kesehatan,
ISSN 1999-7821, Vol. 3, No. 2.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 8


KONSEP ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS)
1. Definisi
Gout artritis merupakan salah satu penyakit degenerative yang menyerang
systempersendian dimana penyakit ini ditandai dengan peningkatan kadar asam urat dalam
tubuhsecara berlebihan dan gout artritis yang terjadi berulang atau bertahun akan
menyebabkantimbulnya tophi (Songgilan dkk, 2019).
Asam urat merupakan proses katabolisme purin yang memproduksi senyawa nitrogen,
proses katabolisme purin terjadi karena dua hal yaitu dari purin yang terkandung dalam
makanan maupun dari asam nukleat endogen DNA. Asam urat dalam jumlah besar
dikeluarkan oleh ginjal, namun dapat juga di eksresi melalui saluran cerna, tetapi dalam
jumlah yang sedikit (Prayogi, 2017).
Gout/asam urat adalah jenis artritis umum yang menyebabkan nyeri hebat,
pembengkakan, dan kekakuan pada persendian. Serangan asam urat dapat datang dengan
cepat dan terus berulang seiring waktu, secara perlahan merusak jaringan di
daerah peradangan , dan bisa sangat menyakitkan (Medical News Today, 2020) . Angka
normal kadar asam urat :
a. Perempuan: 2,4–6,0 miligram per desiliter (mg/dL)
b. Laki-laki: 3,4–7,0 mg/dL
c. Anak-anak: 2,0–5,5 mg/dL
2. Anatomi Fisiologi
Menurut Evelyn (2010), secara sederhana sendi didefinisikan sebagai daerah tempat
tulang bertemu. Ada 3 tipe utama sendi :
1. Sendi sinovialis
Paling umum pada tubuh memungkinkan gerak bebas antara 2 tulang yang bersendi.
Cairan pemulas, dikenal sebagai cairan sinoval, yang ditemukan dalam rongga sendi
antara kedua tulang, memberi fasilitas gerak. Rongga ini ditutupi oleh dua struktur:
kartilago artikularis pada permukaan ujung tulang dan membran sinovialis yang dalam
hubungannya dengan bagian luar kapsula fibrosa, menyusun kapsula artikularis.
Periosteum kedua tulang yang bertemu bercampur bersama kapsula artikularis tersebut.
Periosteum dari kedua tulang ini menyatu bersama dengan kapsula artikul. Seringkali
sendi ini diperkuat oleh ligamentum disekitar. Ada 6 tipe sendi sinovialis, yaitu:
Tipe sendi sinovialis Contoh Tipe gerak
Sendi geser (plane Artikulasio Menggeser pada satu sumbu
joints) akromioklavikularis
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 9
Sendi engsel (hinge Artikulasio kubitis Fleksi ekstensi,
joints)
Sendi pelana (saddle Artikulasio Fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi,
joints) karpometakarpal sirkumduksi
Sendi kondiloidea Artikulasio Sama seperti sendi pelana, biasanya
(condyloid joints) metakarpofalangeal dengan sumbu yang satu lebih besar
daripada sumbu yang lain
Sendi bola dan solet Artikulasio koksa Fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi,
(ball and soclet joints) sirkumuduksi, rotasi ke
medial/lateral
Sendi putar (privot Artikulasio Rotasi (pronasi/supinasi seperti pada
joints) atllantoepistrofika radiasi; rotasi atlas mengelilingi dens
pada artikulasio atlantoepistrofika)

2. Sendi kartilaginea
Dua tipe sendi kartilaginea ada pada tubuh di seluruh perkembangan. Sendi
kartilaginea primer dengan khas merupakan persendian sementara tulang yang dibangun
dari kartilago hialin: sendi ini ada saat perkembangan tulang panjang dan pada lempeng
epifiseal. Sendi kartilaginea sekunder dibangun dari fibrokartilago. Contoh tipe sendi ini
adalah diskus intervertebralis yang menggabungkan vertebra bersama dan memungkinkan
untuk pembatasan gerak tulang belakang.
3. Sendi fibrosa
Tulang yang bersendi dihubungkan oleh ligamentum atau membrane fibrosa. Gerak pada
sendi ini dapat terbatas atau tidak ada, bergantuk pada pembatasan fibrosa yang
menghubungkan tulang-tulang. Contohnya: tulang tengkorak, simfisis osium pubis dan
sendi yang menghubungkan radius dan ulna.
3. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, penyakit asam urat digolongkan menjadi2, yaitu:
a. Gout Primer
Penyebab kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini diduga berkaitan
dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yanggangguan metabolisme yang
dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat. Hiperurisemia atau
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh dikatakan dapat menyebabkan
terjadinya gout primer. Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang masih
belum jelas diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah gout dan
hiperurisemia primer. Gout arthritis primer yang merupakan akibat dari hiperurisemia

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 10


primer, terdiri dari hiperurisemia karena penurunan ekskresi(80-90%) dan karena
produksi yang berlebih (10-20%).
b. Gout Sekunder
Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan yang
menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang menyebabkan
peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang
menyebabkan sekresi menurun. Hiperurisemia sekunder karena peningkatan biosintesis
de novo terdiri dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT pada
syndome Lesh-Nyhan, kekurangan enzim glukosa-6 phosphate pada glycogen storage
disease dan kelainan karena kekurangan enzim fructose-1 phosphate aldolase melalui
glikolisis anaerob. Hiperurisemia sekunder karena produksi berlebih dapat disebabkan
karena keadaan yang menyebabkan peningkatan pemecahan ATP atau pemecahan asam
nukleat dari dari intisel. Peningkatan pemecahan ATP akan membentuk AMP dan
berlanjut membentuk IMP atau purine nucleotide dalam metabolisme purin, sedangkan
hiperurisemia akibat penurunan ekskresi dikelompokkan dalam beberapa kelompok
yaitu karena penurunan masa ginjal, penurunan filtrasi glomerulus, penurunan fractional
uric acid clearence dan pemakaian obat-obatan.
4. Manifestasi Klinis
Terdapat empat stadium perjalanan klinis Gout Arthritis yang tidak diobati (Nurarif,
2015) diantaranya :
a. Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik. Pada stadium ini AsamUrat serum
meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan Asam Urat serum.
b. Stadium kedua Gout Arthritis Akut terjadi awitan mendadak pembengkakandan nyeri
yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendiMetatarsofalangeal.
c. Stadium ketiga setelah serangan Gout Arthritis Akut adalah tahap Interkritikal.Tidak
terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari beberapabulan sampai
tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan Gout Arthritisberulang dalam waktu
kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
d. Stadium keempat adalah tahap Gout Arthritis Kronis, dengan timbunan AsamUrat yang
terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.Peradangan Kronis
akibat Kristal-kristal Asam Urat mengakibatkan nyeri, sakit,dan kaku juga pembesaran
dan penonjolan sendi.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 11


5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan oleh factor primer
dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui (Idiopatik). Namun, diduga
berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan
gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan peningkatan produksi Asam Urat atau
bisa juga disebabkan oleh kurangnya pengeluaran Asam Urat dari tubuh. Faktor sekunder,
meliputi peningkatan produksi Asam Urat, terganggunya proses pembuangan Asam Urat
dan kombinasi kedua penyebab tersebut. Umumnya yang terserang Gout Artritis adalah
pria,sedangkan perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause. Gout
Artritis lebih umum terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun (Susanto, 2013).
Menurut Fitriana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi Gout Arthritis adalah :
a. Usia
Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai dari
usiapubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan Gout
Arthritisterjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada
saatMenopause. Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah yang
dapatmembantu proses pengeluaran Asam Urat melalui urin sehingga Asam
Uratdidalam darah dapat terkontrol.
b. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada wanita, sebabwanita
memiliki hormon ektrogen.
c. Konsumsi Purin yang berlebih
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam Urat di dalamdarah,
serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi Purin.
d. Konsumsi alcohol
e. Obat-obatan
f. Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis rendah (kurang dari
2-3 g/hari) dan sejumlah obat Diuretik, serta Antihipertensi.
6. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung
Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat akan mengasilkan
akumulasi Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurisemia), sehingga
mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan
iritasi lokal dan menimbulkan respon Inflamasi (Sudoyo, dkk, 2009).
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 12
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout Arthritis. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi Asam Urat dalam darah.
Mekanisme serangan Gout Arthritis Akut berlangsung melalui beberapa fase secara
berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium Urat dapat terjadi di jaringan bila
kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium,
jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal Urat yang bermuatan
negatif akan dibungkus oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan
merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal. Pembentukan kristal
menghasilkan factor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya
akan terjadi Fagositosis Kristal oleh leukosit (Nurarif, 2015).

Kristal difagositosis olah leukosit membentuk Fagolisosom dan akhirnya membran


vakuala disekeliling oleh kristal dan membran leukositik lisosom yang dapat menyebabkan
kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadiikatan hidrogen antara permukaan
Kristal membram lisosom. Peristiwa ini menyebabkan robekan membran dan pelepasan
enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan
jaringan. Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan ke dalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan
(Nurarif,2015).

Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka Asam
Urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan
berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh,penumpukan ini disebut
Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon inflamasi akutdan netrofil melepaskan
lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan tetapi juga menyebabkan inflamasi.
Serangan Gout Arthritis Akut awalnya biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan
ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini timbul rasa nyeri berat yang
menyebabkan tulang sendi terasa panas dan merah. Tulang sendi Metatarsophalangeal
biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang
sendi pinggang. Kadang-kadang gejala yang dirasakan disertai dengan demam ringan.
Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang (Sudoyo, dkk,2009).

Periode Interkritikal adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan Gout
Arthritis. Kebanyakan penderita mengalami serangan kedua pada bulan ke-6sampai 2 tahun
setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan Poliartikular yang tanpa

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 13


kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lenganyang biasanya disertai dengan demam.
Tahap akhir serangan Gout Arthritis Akutatau Gout Arthritis Kronik ditandai dengan
Polyarthritis yang berlangsung sakitdengan Tofi yang besar pada kartigo, membrane
sinovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari tangan, kaki, lutut, ulna, helices
pada telinga, tendonachiles dan organ internal seperti ginjal (Sudoyo, dkk, 2009).

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 14


7. WOC

Gout Primer Gout Sekunder

Adanya metabolisme asam Konsumsi obat-obatan


urat bawaan (faktor genetik diuretik dan adanya penyakit
dan hormonal) ginjal (gangguan pada ginjal)

Produksi dan
sintetis asam urat
terganggu

Menghambat
ekskresi asam urat
di tubulus ginjal

Gangguan metabolisme purin

ASAM URAT Kurang terpapar


informasi

Peningkatan asam urat


dalam darah Mk : Defisit
(Hiperuresemia) Pengetahuan

Pengendapan kristal
monosodium urat

Kerusakan pada Mk : Ansietas


jaringan sendi

Mekanisme
Kekakuan pada sendi
peradangan

Mk : Gangguan Mobilitas
Fisik Mk : Nyeri
Akut

Mk : Resiko Jatuh
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 15
8. Komplikasi
Menurut (Mayo Clinic, 2019) dalam beberapa kasus, asam urat dapat berkembang menjadi
kondisi yang lebih serius, seperti:
a. Batu ginjal
Jika kristal urat terkumpul di saluran kemih, bisa menjadi batu ginjal.
b. Gout berulang
Beberapa orang hanya mengalami satu kambuh; yang lain mungkin kambuh secara
teratur, menyebabkan kerusakan bertahap pada sendi dan jaringan sekitarnya.
9. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi menjadi
penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3 tahapan dalam terapi
penyakit ini yaitu,Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut, Mengurangi kadar Asam Urat
untuk mencegah penimbunan Kristal Uratpada jaringan, terutama persendian, dan Terapi
mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.
Pada penatalaksanaan Gout Arthrititis ada 2 terapi yaitu :
a. Terapi Non Farmakologis
Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan GoutArthritis,
seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat, modifikasidiet, mengurangi
asupan alkohol dan menurunkan berat badan.
b. Terapi Farmakologis
Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan penanganan
serangan kronis.
1) Serangan Akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya Indometasin
200mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam
menangani serangan Gout Arthritis Akut, asalkan tidak ada kontra indikasi terhadap
NSAID. Aspirin harus dihindari karena eksresi Aspirin berkompetisidengan Asam
Urat dan dapat memperparah serangan Gout Arthritis Akut. Keputusan memilih
NSAID atau Kolkisin tergantung pada keadaan klien. Misalnya adanya penyakit
penyerta lain atau Komorbid, obat lain juga diberikan klien pada saat yang sama dan
fungsi ginjal.Obat yang menurunkan kadar Asam Urat serum (Allopurinol dan obat
Urikosurik seperti Probenesid dan Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada
serangan Akut (Nurarif, 2015).
Obat yang diberikan pada serangan Akut antara lain:
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 16
a) NSAID, NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien yang
mengalami serangan Gout Arthritis Akut. Hal terpenting yang menentukan
keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih melainkan pada seberapa
cepat terapi NSAID mulai diberikan. NSAID harus diberikan dengan dosis
sepenuhnya (full dose) pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri
hilang.Indometasin banyak diresepkan untuk serangan Akut Gout Arthritis,
dengan dosis awal 75-100 mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5 hari
bersamaan dengan meredanya gejala serangan Akut. Efek samping Indometasin
antara lain pusing dan gangguan saluran cerna, efek ini akan sembuh pada saat
dosis obat diturunkan. NSAID lain yang umum digunakan untuk mengatasi Gout
Arthritis Akut adalah :
1. Naproxen – awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari.
2. Piroxicam – awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari.
3. Diclofenac – awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48 jam.
Kemudian 50 mg dua kali/ hari selama 8 hari.
4. COX-2 Inhibitor: Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 Inhibitor
yangdilisensikan untuk mengatasi serangan Gout Arthritis Akut. Obat ini
efektif tapicukup mahal, dan bermanfaat terutama untuk klien yang tidak
tahan terhadap efekGastrointestinal NSAID Non-Selektif. COX-2 Inhibitor
mempunyai resiko efeksamping Gastrointesinal bagian atas yang lebih
rendah dibanding NSAID nonselektif.
5. Colchicine, Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk serangan
Gout Arthritis Akut. Namun dibanding NSAID kurang populer karena awal
kerjanya (onset) lebih lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.
6. Steroid, strategi alternatif selain NSAID dan Kolkisin adalah pemberian
Steroid Intra-Articular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan cepat
ketika hanya 1 atau 2 sendi yang terkena namun, harus dipertimbangkan
dengan cermat diferensial diagnosis antara Gout Arthritis Sepsis dan Gout
Arthritis Akut karena pemberian Steroid Intra-Articular akan memperburuk
infeksi.
2) Serangan Kronis
Kontrol jangka panjang Hiperurisemia merupakan faktor penting untuk
mencegahterjadinya serangan Gout Arthritis Akut, Gout Tophaceous Kronis,
keterlibatanginjal dan pembentukan batu Asam Urat. Kapan mulai diberikan obat
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 17
penurunkadar Asam Urat masih kontroversi. Penggunaan Allopurinol, Urikourik
danFeboxostat (sedang dalam pengembangan) untuk terapi Gout Arthritis
Kronisakan dijelaskan berikut ini:
a) Allopurinol; Obat Hipourisemik, pilihan untuk Gout Arthritis Kronis adalah
Allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi
ginjal.Allopurinol menurunkan produksi Asam Urat dengan cara menghambat
Enzim Xantin Oksidase. Dosis pada klien dengan fungsi ginjal normal dosis
awal Allopurinol tidak boleh melebihi 300 mg/24 jam. Respon terhadap
Allopurinol dapat terlihat sebagai penurunan kadar Asam Urat dalam serum
pada 2 hari setelah terapi dimulai dan maksimum setelah 7-10 hari. Kadar Asam
Urat dalam serum harus dicek setelah 2-3 minggu penggunaan Allopurinol untuk
meyakinkanturunnya kadar Asam Urat.
b) Obat Urikosurik; kebanyakan klien dengan Hiperurisemia yang
sedikitmengekskresikan Asam Urat dapat diterapi dengan obat Urikosurik.
Urikosurik seperti Probenesid (500mg-1 g 2x/hari) dan Sulfinpirazon (100mg 3-4
kali/hari) merupakan alternative Allopurinol. Urikosurik harus dihindari pada
klien Nefropati Urat yang memproduksi Asam Urat berlebihan. Obat ini tidak
efektifpada klien dengan fungsi ginjal yang buruk (Klirens Kreatinin <20-30
ml/menit).Sekitar 5% klien yang menggunakan Probenesid jangka lama
mengalami mual,nyeri ulu hati, kembung atau konstipasi (Nurarif, 2015).
10. Asuhan Keperawatan Teori
A. Pengkajian
Pengumpulan data klien, baik subjektif maupun objektif melalui anamnesis riwayat
kesehatan dahulu, sekarang, riwayat penyakit keuarga, pola makan, aktivitas,
pemeriksaan fisik melalui tekhnik inspeksi, auskultasi dan palpasi (Stanley,Mickey.2007)
1. Anamnesis : Identitas ( Meliputi nama,tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
agama, status perkawinan.
2. Riwayat penyakit sekarang : Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan
dan secara umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang.
Penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic, allopurinol.

3. Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab


yang mendukung terjadinya gout (misalnya penyakit gagal ginjal kronis, leukemia,
hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernakah klien

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 18


dirawat dengan maslah yang sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang berlebihan,
penggunaan obat diuretic.

4. Riwayat penyakit keluarga : Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang
mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh
faktor genetic.

5. Aktivitas dulu dan sekarang : Seseorang yang tak pernah berolahraga atau
diikutsertakan dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai suatu
program latihan di usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau menyakitkan.

6. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, nafsu makan, pola makan, kesulitan menelan dan
mual muntah.
7. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi,defekasi, ada tidaknya masalah defekasi.
8. Personal Hygine
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan.
9. Neurosensori
Kebas / kesemutan tangan dan kaki, hilang sensasi jari tangan, pembengkakan pada
sendi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Mekanisme peradangan
2. Defisit pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi
3. Gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan pada sendi
4. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
5. Resiko jatuh b.d kekakuan pada sendi

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 19


C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


Nyeri akut b.d Mekanisme Setelah dilakukan Observasi
peradangan intervensi selama 3x24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
jam maka tingkat nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
menurun, dengan kriteria nyeri
hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Kemampuan 3. Identifikasi faktor yang memperberat
menuntaskan aktifitas 4. Monitor keberhasilan terapi
meningkat (5) komplementer yang sudah diberikan
2. Keluhan nyeri menurun 5. Monitor efek samping penggunaan
(5) analgesik
3. Meringis menurun (5) Terapeutik
4. Sikap protektif 6. Berikan teknik non farmakologis
menurun (5) untuk mengurangi rasa nyeri
5. Gelisah menurun (5) 7. Kontrol lingkungan yang
6. Kesulitan tidur memperberat rasa nyeri
menurun (5) 8. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
9. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
10. Jelaskan strategi meredakan nyeri
11. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
12. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
13. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan Observasi
Kurang terpapar informasi intervensi selama 3x24 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 20
jam maka tingkat menerima informasi
pengetahuan meningkat, 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
dengan kriteria hasil : meningkatkan dan menurunkan
1. Perilaku sesuai motivasi perilaku hidup bersih dan
anjuran meningkat (5) sehat
2. Verbalisasi minat Terapeutik
dalam belajar 3. Sediakan materi dan medika
meningkat (5) pendidikan kesehatan
3. Pertanyaan tentang 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan
masalah yang dihadapi sesuai kesepakatan
menurun (5) 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
6. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan Observasi
b.d Kekakuan pada sendi intervensi selama 3x24 1. Identifikasi adanya nyeri atau
jam maka mobilitas fisik keluhan fisik lainnya
membaik, dengan kriteria 2. Identifikasi toleransi fisik melalui
hasil : pergerakan
1. Pergerakan ektremitas 3. Monitor frekuensi jantung dan
meningkat (5) tekanan darah sebelum memulai
2. Kekuatan otot mobilisasi
meningkat (5) 4. Monitor kondisi umum selama
3. Rentang gerak melakukan mobilisasi
meningkat (5) Terapeutik
4. Nyeri menurun (5) 5. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
5. Kaku sendi menurun alat bantu
(5) 6. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 21


6. Gerakan terbatas perlu
menurun (5) 7. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
8. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
9. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilalukan
Ansietas b.d Setelah dilakukan Observasi
ketidakmampuan mengenal intervensi selama 3x24 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
masalah d.d ancaman jam maka tingkat ansietas berubah
terhadap konsep diri menurun, dengan kriteria 2. Identifikasi kemampuan mengambil
hasil : keputusan
1. Verbalisasi 3. Monitor tanda-tanda ansietas
kebingungan menurun Terapeutik
(5) 4. Ciptakan suasana terapeutik untuk
2. Verbalisasi khawatir menumbuhkan kepercayaan
akibat kondisi yang 5. Temani pasien untuk mengurangi
dihadapi menurun (5) kecemasan
3. Perilaku gelisah 6. Pahami situasi yang membuat
menurun (5) ansietas
4. Perilaku tegang 7. Dengarkan dengan penuh perhatian
menurun (5) 8. Gunakan pendekatan yang tenang
5. Konsentrasi membaik dan meyakinkan
(5) 9. Tempatkan barang pribadi yang
6. Pola tidur membaik (5) memberikan keamanan
10. Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
11. Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
12. Informasikan secara faktual

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 22


mengenai diagnosa, pengobatan, dan
prognosis
13. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
14. Anjurkan untuk melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif
15. Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
16. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
17. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
Resiko jatuh b.d Kekakuan Setelah dilakukan Observasi
pada sendi intervensi selama 3x24 1. Identifikasi kebutuhan keselamatan
jam maka tingkat jatuh 2. Monitor perubahan status
menurun, dengan kriteria keselamatan lingkungan
hasil : Terapeutik
1. Jatuh dari tempat tidur 3. Hilangkan bahaya keselamatan
menurun (5) lingkungan, jika memungkinkan
2. Jatuh saat berdiri (5) 4. Modifikasi lingkungan untuk
3. Jatuh saat bejalan (5) meminimalkan bahaya dan risiko
5. Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan
6. Gunakan perangkat pelingdung
Edukasi
7. Ajarkan individu, keluarga dan
kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 23


DAFTAR PUSTAKA

Fitriana, Rahmatul. (2015). Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.
Iqbal, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:Salemba
Medika.
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke-3(Revisi).
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke-2.Jakarta: DPP
PPNI.
Prayogi, G. H. (2017). Kadar Asam Urat Pada Wanita Menopause [KTI, STIKes ICME].
Songgigilan, dkk. 2019. Hubungan Pola makan dan Tingkat pengetahuan dengan Asam Urat
dalam darah pada penderita GOAT Arthritism di Puskesmas Ranota Weru. Manado: E-
Jurnal Keperawatan. Vol. 7 No. 1
Sudoyo, Samudra A.W, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 5. Jakarta:
Interna Publishing.
Sunaryo, dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: ANDI.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 24


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN LANSIA

A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. S
Alamat : Dsn. Geneng RT/RW 002/006 Kec. Banyakan
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 60 Th
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Lama tinggal di panti :-
Orang yang paling dekat dihubungi : Tn. J
Hubungan dengan klien : Suami
B. Riwayat Keluarga
Pasangan
Hidup / Meninggal : Hidup
Umur : 63
Pekerjaan : Wiraswasta
Status kesehatan : Sehat
Tahun meninggal :-
Penyebab meninggal :-
Anak
Hidup / Meninggal : Hidup
Umur : 36
Pekerjaan : Guru
Status kesehatan : Sehat
Tahun meninggal :-
Penyebab meninggal :-

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 25


Genogram :

Keterangan :

: Meninggal : Perempuan

: Klien : Laki-laki

: Tinggal 1 rumah

C. Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan sebelumnya : Industri
Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Pendapatan jualan dari suami dan
uang dari anak
D. Riwayat Lingkungan Hidup
Kebersihan dan kerapihan ruangan : Rapi
Penerangan : Baik
Keadaan kamar mandi dan WC : Bersih
Pembuangan sampah : Ada
E. Riwayat Rekreasi
Hobi / minat : Tidak Ada
Keanggotaan organisasi : Tidak Ada
Liburan / perjalanan : Di rumah saja
F. Sumber/sistem Pendukung yang digunakan :
Suami dan Anak
G. Status Kesehatan
Status kesehatan saat ini
Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Kaki terasa nyeri dan kaku
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 26
Gejala yang dirasakan : Kaki terasa nyeri dan kaku
Faktor pencetus : Usia
Timbulnya keluhan : ( ) Ya ( ) Tidak
Upaya mengatasi : Minum Obat
Konsumsi obat – obatan sendiri : ( ) Ya ( ) Tidak
Konsumsi obat tradisional : ( ) Ya ( ) Tidak
Obat-obatan
NO NAMA OBAT DOSIS
1 Novastan 500 Sehari 3 x 1
2
3
4

Status kesehatan masa lalu


Penyakit yang pernah di derita : Tidak Ada
Riwayat alergi (obat, makanan, debu, binatang) : Tidak Ada
Riwayat kecelakaan : Tidak Ada
Riwayat dirawat di RS : Tidak Pernah
Riwayat konsumsi obat : Tidak Ada
H. Aktivitas Hidup Sehari-hari
Nutrisi
Frekuensi makan : 3x Sehari
Pantangan makanan : Tidak Ada
Keluhan yang berhubungan dengan makan : Tidak Ada
Eliminasi
BAK : Frekuensi : 4x Sehari
Kebiasaan BAK pada malam hari : 1x
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak Ada
BAB : Frekuensi : 1x Sehari
Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Tidak Ada
Pengalaman memakai pencahar : Tidak Ada

Aktivitas
Aktifitas sehari – hari : Ibu Rumah Tangga dan mengasuh cucu
Keluhan saat aktifitas : Kaki terasa nyeri dan kaku
Kebersihan diri : Bersih
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 27
Kemampuan kemandirian : Mampu melakukan aktifitas sehari-hari
Istirahat dan tidur
Lama tidur malam : 7 Jam
Lama tidur siang : 1 Jam
Keluhan yang berhubungan dengan tidur : Tidak Ada
Psikososial
Cemas : ( ) Ya ( ) Tidak
Depresi : ( ) Ya ( ) Tidak
Gugup : ( ) Ya ( ) Tidak
Kesulitan dalam mengambil keputusan : ( ) Ya ( ) Tidak
Kesulitan berkonsentrasi : ( ) Ya ( ) Tidak
kesulitan berhubungan dengan oranglain : ( ) Ya ( ) Tidak
Stressor yang dihadapi saat ini : Klien merasa cemas dan bingung karena kurang
mengetahui tentang penyakitnya

Mekanisme koping yang digunakan : Adaptif


I. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Compos Mentis
GCS : 4, 5, 6

Tanda-tanda vital : TD : 120/90 mmHg RR : 22x/menit


S : 36◦C Nadi : 80x/menit
Sistem Integumen
Luka : ( ) Ya ( ) Tidak
Pruritus : ( ) Ya ( ) Tidak
Pigmentasi : ( ) Ya ( ) Tidak
Mudah memar : ( ) Ya ( ) Tidak
Perubahan tahi lalat : ( ) Ya ( ) Tidak
Perubahan kuku : ( ) Ya ( ) Tidak
Pola penyembuhan lesi : -
Hemopoetik
Perdarahan abnormal : ( ) Ya ( ) Tidak
Pembengkakan kelenjar limfe : ( ) Ya ( ) Tidak
Anemia : ( ) Ya ( ) Tidak
Riwayat transfusi darah : ( ) Ya ( ) Tidak

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 28


Kepala
Sakit kepala : () Ya ( ) Tidak
Pusing saat perubahan posisi : () Ya ( ) Tidak
Keluhan lain : Tidak Ada 5

Mata
Masalah penglihatan : ( ) Normal ( ) Terganggu : ( ) Kiri ( ) Kanan
Kabur : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Gatal : ( ) Ya: ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Nyeri : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Riwayat infeksi : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Pemakaian kacamata : ( ) Ya ( ) Tidak
Bengkak sekitar mata : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Keluhan lain : Tidak Ada
Telinga
Masalah pendengaran : ( ) Normal ( ) Terganggu : ( ) Kiri ( ) Kanan
Tinitus : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Riwayat infeksi : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Pemakaian alat bantu pendengaran : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Tuli : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Keluhan lain : Tidak Ada
Hidung dan sinus
Epistaksis : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Riwayat infeksi : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Keluhan lain : Tidak Ada
Mulut dan tenggorokan
Nyeri tenggorokan : ( ) Ya ( ) Tidak
Luka : ( ) Ya ( ) Tidak
Serak : ( ) Ya ( ) Tidak
Kesulitan menelan : ( ) Ya ( ) Tidak
Perdarahan gusi : ( ) Ya ( ) Tidak
Pemakaian gigi palsu : ( ) Ya ( ) Tidak
Masalah dalam pemakaian gigi palsu : ( ) Ya ( ) Tidak
Riwayat infeksi : ( ) Ya ( ) Tidak
Keluhan lain : Tidak Ada

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 29


Leher
Kekakuan : ( ) Ya ( ) Tidak
Benjolan : ( ) Ya ( ) Tidak
Nyeri tekan : ( ) Ya ( ) Tidak
Keluhan lain : Tidak Ada
Payudara
Benjolan : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Bengkak : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Nyeri tekan : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Keluhan lain : Tidak Ada
Sistem Pernapasan
Batuk : ( ) Ya ( ) Tidak
Sesak nafas : ( ) Ya ( ) Tidak
Asma : ( ) Ya ( ) Tidak
Keluhan lain : Tidak Ada
Sistem kardiovaskuler
Nyeri dada : ( ) Ya ( ) Tidak
Palpitasi : ( ) Ya ( ) Tidak
Keluhan lain : Tidak Ada
Sistem endokrin
Polifagia : ( ) Ya ( ) Tidak
Polidipsi : ( ) Ya ( ) Tidak
Poliuria : ( ) Ya ( ) Tidak
Sistem persyarafan
Kejang : ( ) Ya () Tidak
Tremor : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Kelumpuhan : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Keluhan lain : Tidak Ada
K. Data Tambahan
Short Porteble Mental Status Questionaire ( SPMSQ )
= 5 (Kerusakan intelektual sedang)
Mini - Mental State Exam ( MMSE )
= 19 (Kemungkinan ada gangguan fungsi kognitif)
Depresi Geriatri
= 3 (Tidak ada depresi)
Indeks Katz
= A (Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi)
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 30
Apgar Keluarga
= 10 (Disfungsi keluarga ringan / tidak ada)
L. Data Penunjang
Tidak Ada

Kediri, 23 November 2021

(Ananda Galuh Raka Siwi, S. Kep)

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 31


SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA

Nama klien : Ny. S Tanggal : 23 November 2021


Jenis kelamin : Perempuan Umur : 60 tahun
Pendidikan terakhir : SD
Skor
+ - NO Pertanyaan Jawaban

1 1 Tanggal berapa hari ini ? (tanggal, bulan dan Tidak pernah tau tanggal
tahun)
1 2 Hari apa sekarang ini ? Selasa
1 3 Apa nama tempat ini ? Dirumah sendiri
1 4 Dimana alamat anda ? Ds. Maron
1 5 Berapa umur anda ? 60
1 6 Kapan anda lahir ? Tidak ingat
1 7 Siapa presiden Indonesia sekarang ? Tidak ingat namanya

1 8 Siapa presiden sebelumnya ? Tidak ingat namanya

1 9 Siapa nama kecil ibu anda? Bu siami

1 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 17, 15


dari setiap angka baru, semua secara
menurun !
Jumlah Kesalahan Total 5

Keterangan :
Skor Penilaian
0–2 Fungsi intelektual utuh
3–4 Kerusakan intelektual ringan
5–7 Kerusakan intelektual sedang
8 – 10 Kerusakan intelektual berat

a. Bisa dimaklumi jika terdapat lebih dari satu kesalahan, bila subyek hanya berpendidikan sekolah dasar.
b. Bisa dimaklumi jika terdapat kurang dari satu kesalahan, bila subyek mempunyai pendidikan di atas
sekolah menengah atas

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 32


MINI MENTAL STATE EXAM (MMSE)
PENILAIAN ASPEK KOGNITIF DAN FUNGSI MENTAL

Nama klien : Ny. S Tanggal : 23 November 2021


Jenis kelamin : Perempuan Umur : 60 tahun
SKOR SKOR
MAX MANULA
ORIENTASI
5 2 Sekarang ( hari ), ( tanggal ), ( bulan ), ( tahun ), dan ( musim ) ?
5 4 Sekarang kita berada dimana : ( jalan ), ( no. Rumah ), ( kota ), ( kabupaten ),
( propinsi )
REGRISTASI
3 3 Minta klien menyebutkan nama 3 buah benda, 1 detik untuk tiap benda. Kemudian
mintalah manula mengulang ke 3 nama tersebut. Berikan Bila masih salah, ulanglah
penyebutan ke 3 nama benda tersebut. Sampai ia dapat mengulangnya dengan benar.
Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah ( misal : bola, kursi, sepatu )
( Jumlah percobaan 1x)
PERHATIAN DAN KALKULASI
5 0 Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai dari 100 ke bawah. Berhenti setelah 5
hitungan ( 93, 86, 79, 72, 65 ).
Kemungkinan lain, ejalah kata ”dunia” dari akhir ke awal ( a-i-n-u-d )
MENGINGAT
3 3 Tanyakan kembali nama ke 3 benda yang telah disebutkan di atas.
BAHASA
2 2 a. Apakah nama benda-benda ini ? Perlihatkan pensil dan jam tangan
1 1 b. Ulanglah kalimat berikut : ” tidak ada jika, dan, atau tetapi ”
3 3 c. Laksanakan 3 perintah ini : Ambil selembar kertas dengan tangan kanan anda,
lipat kertas menjadi dua dan letakkan di lantai
1 1 d. Bacalah dan laksanakan perintah berikut : ” PEJAMKAN MATA ANDA ”
1 0 e. Tulislah sebuah kalimat
1 0 f. Tirulah gambar ini

SKOR 19
TOTAL

Keterangan :
Nilai 24 – 30 : Normal
Nilai 17 – 23 : Kemungkinan ada gangguan fungsi kognitif
Nilai 0 – 16 : Ada gangguan kognitif

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 33


SKALA DEPRESI GERIATRIK
PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA

Nama klien : Ny. S Tanggal : 23 November 2021


Jenis kelamin : Perempuan Umur : 60 tahun
NO SKALA DEPRESI GERIATRIK YA TIDAK
1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda ? YA TIDAK
Apakah anda sudah menghentikan banyak kegiatan dan hal-hal yang YA TIDAK
2
menarik minat anda ?
3 Apakah anda merasa hidup anda hampa ? YA TIDAK
4 Apakah anda sering bosan ? YA TIDAK
5 Apakah anda biasanya semangat / gembira ? YA TIDAK
Apakah anda takut jangan-jangan sesuatu yang tidak baik akan terjadi TIDAK
6 YA
pada diri anda ?
7 Apakah anda biasanya merasa senang / bahagia ? YA TIDAK
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya ? YA TIDAK
Apakah anda lebih suka tinggal di rumah, daripada pergi ke luar dan YA
9 TIDAK
melakukan hal-hal yang baru?
Apakah anda merasa mengalami kesulitan untuk mengingat daripada YA
10 TIDAK
biasanya ?
Apakah anda mengganggap sesuatu yang luar biasa bahwa anda hidup YA TIDAK
11
sekarang ?
12 Apakah menurut anda keadaan anda sekarang rasanya kurang berharga ? YA TIDAK
13 Apakah anda merasa penuh energi ? YA TIDAK
14 Apakah anda merasa situasi anda tanpa harapan ? YA TIDAK
Apakah anda merasa bahwa kebanyakan orang lebih berhasil daripada TIDAK
15 YA
anda ?
SKOR TOTAL 3 0
KETERANGAN :
Hitung jawaban yang bercetak tebal
b. Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai skor 1
c. Skor 5 – 9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
d. Skor 10 atau lebih merupakan depresi

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 34


INDEKS KATZ
PENILAIAN TINGKAT KEMANDIRIAN PADA AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Nama klien : Ny. S Tanggal : 23 November 2021


Jenis kelamin : Perempuan Umur : 60 tahun

SKOR KRITERIA

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua kecuali satu dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan.
F Kemandirian dalam semua kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu
fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai C, D,
E, F, dan G.

Keterangan:
Mandiri : berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak
melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 35


APGAR KELUARGA
NO ITEMS PENILAIAN SELALU KADANG- TIDAK
KADANG PERNAH
(2) (1) (0)
1 A : Adaptasi 
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga ( teman-teman ) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 P : Partnership 
Saya puas dengan cara keluarga ( teman-
teman ) saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan masalah
saya.
3 G : Growth 
Saya puas bahwa keluarga ( teman-
teman ) saya menerima & mendukung
keinginan saya untuk melakukan aktifitas
atau arah baru.
4 A : Afek 
Saya puas dengan cara keluarga ( teman-
teman ) saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi saya,
seperti marah, sedih atau mencintai.
5 R : Resolve 
Saya puas dengan cara teman-teman saya
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama mengekspresikan afek dan berespon
JUMLAH 10 -
Penilaian :
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi Nilai
: 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
: 7-10 : Disfungsi keluarga ringan / tidak ada

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 36


ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Peningkatan asam urat Nyeri Akut
- Klien mengatakan kaki dalam darah
terasa nyeri dan kaku (hiperuresemia)
- P : Nyeri semakin terasa
saat bergerak Pengendapan kristal
Q : Nyeri cenut-cenut monosodium urat
R : Nyeri di kaki
S:5 Kerusakan pada
T : Nyeri hilang timbul jaringan sendi
DO :
- Klien tampak meringis Mekanisme
saat berjalan peradangan
- TD : 120/90 mmHg
- RR : 22x/menit Nyeri Akut
- Nadi : 80x/menit

2. DS : Kurang terpapar Defisit


- Klien mengatakan tidak informasi Pengetahuan
tahu penyebab yang
memicu penyakitnya Defisit pengetahuan
- Klien mengatakan tidak
tahu diet yang tepat
untuk penyakitnya
DO :
- Klien terlihat cemas dan
bingung saat ditanya
tentang penyakitnya
- Klien bertanya bagaimana
cara mencegah
penyakitnya agar tidak

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 37


kambuh Gangguan
3. DS : Mekanisme Mobilitas Fisik
- Klien mengatakan kaki peradangan
terasa nyeri
- Nyeri semakin terasa Kekakuan pada sendi
saat bergerak
- Klien mengatakan pada Gangguan mobilitas
saat sholat kaki terasa fisik
kaku saat dibuat sujud
DO :
- Sendi kaku
- Gerakan terbatas

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 38


INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. S


Dx Medis : Asam Urat
NO DIAGNOSA KEP. TUJUAN INTERVENSI
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
Mekanisme keperawatan selama 1 kali 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
peradangan d.d kunjungan maka nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
Kaki terasa nyeri menurun, dengan kriteria intensitas nyeri
dan kaku hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non
menurun (5) verbal
2. Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang
(5) memperberat dan memperingan
3. Kaku sendi nyeri
menurun (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
7. Monitor efek samping penggunaan
analgetik

Terapeutik
8. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
9. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
10. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
11. Jelaskan strategi meredakan nyeri
12. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 39


2. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan intervensi Observasi
b.d Kurang terpapar keperawatan selama 1 kali 1. Identifikasi kesiapan dan
informasi d.d Klien kunjungan maka tingkat kemampuan menerima informasi
merasa cemas dan pengetahuan meningkat, 2. Identifikasi faktor-faktor yang
bingung karena dengan kriteria hasil : dapat meningkatkan dan
kurang mengetahui 1. Perilaku sesuai menurunkan motivasi perilaku
tentang penyakitnya
anjuran meningkat hidup dan sehat
(5) Terapeutik
2. Kemampuan 3. Sediakan materi dan media
menjelaskan pendidikan kesehatan
pengetahuan tentang 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan
suatu topik sesuai kesepakatan
meningkat (5) 5. Berikan kesempatan untuk
3. Perilaku sesuai bertanya
dengan pengetahuan Edukasi
meningkat (5) 6. Jelaskan faktor risiko yang dapat
4. Pertanyaan tentang mempengaruhi kesehatan
masalah yang 7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
dihadapi menurun sehat
(5) 8. Ajarkan strategi yang dapat
5. Persepsi yang keliru digunakan untuk meningkatkan
terhadap masalah dan menurunkan motivasi perilaku
menurun (5) hidup bersih dan sehat

3. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan intervensi Observasi


fisik b.d kekakuan keperawatan selama 1 kali 1. Identifikasi adanya nyeri atau
pada sendi d.d Saat kunjungan maka tingkat keluhan fisik lainnya
sholat kaki terasa ansietas menurun, dengan 2. Identifikasi toleransi fisik
kaku saat dibuat kriteria hasil : melakukan ambulasi
sujud 1. Verbalisasi Terapeutik
kebingungan 3. Fasilitasi melakukan mobilisasi
menurun (5) fisik, jika perlu
2. Verbalisasi khawatir 4. Libatkan keluarga untuk
akibat kondisi yang membantu pasien dalam

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 40


dihadapi menurun meningkatkan ambulasi
(5) Edukasi
3. Keluhan pusing 5. Jelaskan tujuan dan prosedur
menurun (5) ambulasi
4. Frekuensi 6. Anjurkan melakukan ambulasi dini
pernapasan menurun 7. Ajarkan ambulasi sederhana yang
(5) harus dilakukan
5. Frekuensi nadi
menurun (5)
6. Tekanan darah
menurun (5)
7. Pola tidur membaik
(5)

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 41


IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. S


Dx Medis : Asam Urat
NO TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) PARAF
DX
1. 27-11- 16.00 1. Mengidentifikasi lokasi, S: Ny. S mengatakan
2021 karakteristik, durasi, frekuensi, rasa nyeri di kaki
kualitas, intensitas nyeri sudah sembuh dan
2. Mengidentifikasi skala nyeri sudah tidak terasa
3. Mengidentifikasi respon nyeri nyeri saat bergerak
non verbal O: Ny. S sudah tidak
4. Mengidentifikasi faktor yang tampak meringis saat
memperberat dan berjalan
memperingan nyeri A: Masalah teratasi
5. Mengidentifikasi pengetahuan P: Intervensi
dan keyakinan tentang nyeri dihentikan
6. Memonitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
7. Memonitor efek samping
penggunaan analgetik
8. Meberikan terapi
komplementer kompres jahe
untuk mengurangi rasa nyeri
9. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
10. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
11. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
12. Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 42


2. 27-11- 16.00 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : Ny. S mengatakan
2021 kemampuan menerima sudah mengetahui
informasi penyebab yang
2. Mengidentifikasi faktor-faktor memicu penyakitnya
yang dapat meningkatkan dan dan diet yang tepat
menurunkan motivasi perilaku untuk penyakitnya
hidup dan sehat O : Ny. S terlihat
3. Menyediakan materi dan media sudah tidak cemas dan
pendidikan kesehatan bingung saat ditanya
4. Menjadwalkan pendidikan tentang penyakitnya
kesehatan sesuai kesepakatan A : Masalah teratasi
5. Memberikan kesempatan untuk P : Intervensi
bertanya dihentikan
6. Menjelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan
7. Mengajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
8. Mengajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih
dan sehat

3. 27-11- 16.00 1. Mengidentifikasi adanya nyeri S : Ny. S mengatakan


2021 atau keluhan fisik lainnya rasa nyeri di kaki
2. Mengidentifikasi toleransi fisik sudah sembuh dan
melakukan ambulasi sudah tidak terasa
3. Melibatkan keluarga untuk nyeri saat bergerak,
membantu pasien dalam pada saat sholat kaki
meningkatkan ambulasi sudah tidak terasa
4. Menjelaskan tujuan dan kaku saat dibuat sujud
prosedur ambulasi O : Sendi sudah tidak
5. Menganjurkan melakukan kaku dan gerakan

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 43


ambulasi dini sudah tidak terbatas
6. Mengajarkan ambulasi A : Masalah teratasi
sederhana yang harus P : Intervensi
dilakukan dihentikan

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 44


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : ASAM URAT


Sub Pokok Bahasan :
1. Menjelaskan pengertian asam urat
2. Menjelaskan tanda dan gejala asam urat
3. Menjelaskan faktor resiko yang mempengaruhi asam urat
4. Menjelaskan pencegahan asam urat
5. Menjelaskan makanan yang dianjurkan, tidak dianjurkan, dan yang sebaiknya
dibatasi
6. Menjelaskan terapi komplementer asam urat
Sasaran : Ny. S
Waktu : 16.00 - 16.30 WIB
Hari/tanggal : Sabtu, 27 November 2021
Tempat : Rumah Ny. S
Pelaksana : Ananda Galuh Raka Siwi

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mengikuti penyuluhan tentang asam urat, diharapkan Ny. S dapat memahami
tentang hal-hal yang berkaitan dengan asam urat.
2. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
1. Ny. S mengetahui pengertian asam urat
2. Ny. S mengetahui tanda dan gejala asam urat
3. Ny. S mengetahui faktor resiko yang mempengaruhi asam urat
4. Ny. S mengetahui pencegahan asam urat
5. Ny. S mengetahui makanan yang dianjurkan, tidak dianjurkan, dan yang sebaiknya
dibatasi
6. Ny. S mengetahui terapi komplementer asam urat
7. MATERI
1. Menjelaskan pengertian asam urat
2. Menjelaskan tanda dan gejala asam urat
3. Menjelaskan faktor resiko yang mempengaruhi asam urat
4. Menjelaskan pencegahan asam urat
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 45
5. Menjelaskan makanan yang dianjurkan, tidak dianjurkan, dan yang sebaiknya dibatasi
6. Menjelaskan terapi komplementer asam urat
7. PENGORGANISASIAN
a. Penanggung Jawab : Paramita Ratna G., S. Kep, Ns, M. Kes
b. Moderator : Ananda Galuh Raka Siwi
c. Penyaji : Ananda Galuh Raka Siwi
d. Notulen : Ananda Galuh Raka Siwi
8. MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Asam Urat
Gout/asam urat adalah jenis artritis umum yang menyebabkan nyeri hebat,
pembengkakan, dan kekakuan pada persendian. Serangan asam urat dapat datang dengan
cepat dan terus berulang seiring waktu, secara perlahan merusak jaringan di daerah
peradangan, dan bisa sangat menyakitkan. Angka normal kadar asam urat : a. Perempuan:
2,4–6,0 miligram per desiliter (mg/dL) b. Laki-laki: 3,4–7,0 mg/dL c. Anak-anak: 2,0–5,5
mg/dL).
B. Tanda dan Gejala Asam Urat
1. Peningkatan Asam Urat Serum
2. Pembengkakan
3. Pembesaran dan penonjolan sendi
4. Kaku
5. Nyeri
C. Faktor Resiko yang Mempengaruhi Asam Urat
1. Usia (Laki-laki usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, Wanita pada saat Menopaus)
2. Jenis Kelamin (Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada
wanita)
3. Konsumsi purin yang berlebih
4. Konsumsi Alcohol
5. Obat-obatan.
D. Pencegahan Asam Urat
1. Menghindari makanan yang tinggi purin
2. Hindari Minuman beralkohol
3. Menjaga pola makan agar berat badan dapat terkontrol
4. Olahraga yang teratur.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 46


E. Makanan yang Dianjurkan, Tidak Dianjurkan, dan yang Sebaiknya Dibatasi
Makanan yang dianjurkan : 8. Durian
1. Ubi 9. Alpukat
2. Jagung 10. Makanan bersantan
3. Roti Makanan yang sebaiknya dibatasi :
4. Bihun. 1. Daging sapi
Makanan yang tidak dianjurkan : 2. Ayam
1. Bebek 3. Ikan
2. Sarden 4. Udang
3. Kornet 5. Tahu
4. Sea food 6. Tempe
5. Jeroan 7. Bayam
6. Alkohol 8. Daun singkong
7. Tape
F. Terapi Komplementer Asam Urat
KOMPRES HANGAT JAHE
Jahe memiliki kandungan yang bermanfaat mengurangi nyeri pada gout arthritis karena
jahe memiliki sifat pedas, pahit dan aromatic dari olerasin seperti zingeron, gingerol dan
shogaol.
9. Kegiatan Penyuluhan
N Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode
o
1. 16.00- 1. Pembukaan: Ceramah
16.05
a. Mengucapkan salam. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan dari Memperhatikan
kegiatan penyuluhan
d. Menyebutkan materi yang Memperhatikan
akan disampaikan
2. 16.05- 2. Pelaksanaan : Ceramah
16.20
a. Menjelaskan pengertian asam Memperhatikan
urat
b. Menjelaskan tanda dan gejala Memperhatikan

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 47


asam urat
c. Menjelaskan faktor resiko Memperhatikan
yang mempengaruhi asam
urat Memperhatikan
d. Menjelaskan pencegahan
asam urat Memperhatikan
e. Menjelaskan makanan yang
dianjurkan, tidak dianjurkan,
dan yang sebaiknya dibatasi Memperhatikan
f. Menjelaskan terapi
komplementer asam urat
3. 16.20- Evaluasi : Diskusi
16.25 Menjawab dan Tanya
Melakukan tanya jawab seputar
pertanyaan jawab
materi yang diberikan
4. 16.25- 3. Terminasi : Ceramah
16.30
a. Mengucapkan terimakasih Mendengar dan
atas waktu yang diluangkan, membalas ucapan
perhatian serta peran aktif terima kasih
klien selama mengikuti
kegiatan penyuluhan.
b. Salam penutup. Menjawab salam

VI. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
VII. EVALUASI
a. Struktur
1. Kelengkapan media-alat : Tersedia dan siap digunakan
2. Pelaksana siap melakukan PENKES
b. Proses
1. Pelaksana dan peserta (Ny. S) mengikuti PENKES sesuai waktu atau sampai selesai.
2. Peserta aktif dalam PENKES
3. Peserta mampu menjawab pertanyaan
4. Pelaksana menyajikan semua materi secara lengkap
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 48
c. Hasil
Setelah diberikan PENKES peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian asam urat
2. Menjelaskan tanda dan gejala asam urat
3. Menjelaskan faktor resiko yang mempengaruhi asam urat
4. Menjelaskan pencegahan asam urat
5. Menjelaskan makanan yang dianjurkan, tidak dianjurkan, dan yang sebaiknya
dibatasi
6. Menjelaskan terapi komplementer asam urat.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 49


DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.
Fitriana, Rahmatul. (2015). Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.
Minasdiarly . (2007 ). Rematik , Asam Urat - Hiperurisemia, Artritis Gout Edisi 1. Jakarta : Obor
Populer. Ayu , Ninda. (2019 ).
LITERATURE REVIEW: PENGARUH JAHE TERHADAP SKALA NYERI PADA LANSIA
DENGAN ARTRI T IS GOUT . Jurnal Ners LENTERA. Vol. 7, No. 2. 1.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 50


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
Alamat : Jl. K.H Wakhid Hasyim No 65 Bandar Lor
Kota Kediri, Jawa Timur, 64114

DAFTAR PESERTA PENYULUHAN

No. Nama Alamat TTD


1. Ny. S Banyakan 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.

Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 51


DOKUMENTASI
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019

LITERATURE REVIEW: PENGARUH JAHE TERHADAP SKALA NYERI


PADA LANSIA DENGAN ARTRITIS GOUT
(A Literature Review: Effect of Ginger to Decrease Scale of Pain Gout Arthiris
in Elderly)

Ninda Ayu Prabasari P


Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Jl. Raya Kalisari Selatan 1, Surabaya; Telp.(031)99005299
Email:nindaayu@ukwms.ac.id

ABSTRAK

Pendahuluan: Proses penuaan mengakibatkan gangguan metabolisme purin yang


memicu Arthritis gout dengan gejala pembengkakan, kemerahan, panas pada
sendi sehingga terjadi kekakuan dan timbul rasa nyeri di malam hari. Nyeri terjadi
secara terus menerus menyebabkan penurunan kualitas hidup lansia. Tujuan dari
literature review untuk mereview efektifitas jahe terhadap nyeri pada lansia
dengan Arthritis Gout. Metode: Literature review dilakukan berdasarkan issue,
metodologi dan persamaan hasil. Penelitian yang digunakan berjumlah 11
menggunakan quantitative study, desain pre ekperimen menggunakan atau tanpa
kelompok kontrol. Variabel yang digunakan adalah skala nyeri pada pasien
Arthritis Gout. Hasil: Intervensi pemberian jahe didapatkan 9 menggunakan jahe
sebagai kompres dan 2 lainnya menggunakan sebagai rendam kaki. Terdapat 2
penelitian yang hasilnya tidak ada beda tetapi menunjukan efektifitas jahe
terhadap penurunan nyeri pada lansia Arthritis Gout. Penelitian pertama
membandingkan terapi rendam air hangat dengan rendam air hangat jahe dan
penelitian kedua membandingkan kompres jahe putih dengan kompres parutan
jahe putih dengan hasil penelitian menunjukkan adanya efektifitas jahe terhadap
nyeri. Diskusi: Jahe dapat digunakan sebagai alternative intervensi untuk
mengurangi nyeri pada lansia dengan Arthritis Gout. Hasil penelitian
menunjukkan efektifitas terapi jahe sebagai terapi komplementer untuk
mengurangi nyeri lansia Athritis Gout.
Kata kunci: jahe, nyeri, lansia, arthritis gout

ABSTRACT

Introduction: The aging process resulted disturbance of purine metabolism which


triggers gout arthritis with symptoms of swelling, redness, heat in the joints
resulting in stiffness and pain at night. Pain occur continuously causing decrease
the elderly life quality. The objective is to review the effectiveness of ginger
against elderly pain with Gout Arthritis. Method: Literature review is based on
issues, methodology and results equality. The study used 11 quantitative studies,

167
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019

pre-experimental designs using or without control group. The variable used


elderly with Gout Arthritis. Results: Ginger intervention was obtained 9 gingers
as compress and 2 others used foot bath. There were 2 studies whose results are
no different but show the effectiveness of ginger against elderly pain with Arthritis
Gout. The first study compared warm water soaking therapy with warm water
ginger and the second study compared white ginger compresses with grated
ginger compresses with the results of the study showed the effectiveness of ginger
against pain. Discussion: Ginger can be used as an alternative intervention to
reduce elderly pain with gout arthritis. The results showed the effectiveness of
ginger therapy as a complementary therapy to reduce the pain of elderly gout
arthritis.
Keywords: ginger, pain, elderly, arthritis gout

PENDAHULUAN Prevalensi artritis gout di


Lanjut usia terjadi penurunan Indonesia diperkirakan 12%-34%
kapasitas fungsional dan dari 18,3 juta orang penduduk
kemunduran sel-sel karena proses Indonesia. Prevalensi ini meningkat
penuaan dapat berakibat pada seiring dengan meningkatnya umur.
kelemahan organ, kemunduran fisik, Nyeri pada serangan Gout banyak
timbulnya berbagai macam penyakit diderita penduduk Indonesia di atas
seperti peningkatan kadar asam urat umur 45 tahun. Seiring dengan
(hiperurisemia) (Sustrani, 2009). meningkatnya jumlah penduduk
Arthritis gout berhubungan erat didunia maka jumlah penderita Gout
dengan gangguan metabolisme purin secara otomatis akan meningkat pula.
yang memicu peningkatan kadar Jika dilihat dari karakteristik umur,
asam urat dalam darah prevalensi tertinggi pada umur ≥ 75
(hiperurisemia) (Junaidi, 2013). tahun (54,8%). Penderita wanita juga
Tumit, pergelangan kaki, lebih banyak (27,5%) dibandingkan
pergelangan tangan, jari dan siku dengan pria(21,8%) (Riskesdas,
adalah bagian tubuh yang sering 2013)
mengalami Gout dengan tanda dan Asam urat (Gout Arthritis)
gejala pada bagian sendi yang disebabkan tumpukan asam urat pada
mengalami Gout akan mengalami sendi-sendi tubuh. Ketika terdapat
pembengkakan, kemerahan, panas. kelebihan asam urat pada aliran
Muncul keluhan pada sendi dimulai darah dan jumlahnya lebih dari yang
dengan rasa kaku atau pegal pada dapat dikeluarkan, asam urat tersebut
pagi hari kemudiaan timbul rasa merembes ke dalam jaringan sendi
nyeri pada sendi di malam hari nyeri sehingga menyebabkan rasa sakit
tersebut terjadi secara terus menerus dan pembengkakan. Rasa nyeri
sehingga sangat mengganggu merupakan gejala penyakit Gout
penderitanya (Damaiyanti, 2012). yang paling sering (Smeltzer, 2014).
Muncul keluhan pada sendi dimulai

168
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019

dengan rasa kaku atau pegal pada BAHAN DAN METODE


pagi hari kemudiaan timbul rasa Bab ini dijelaskan mengenai
nyeri pada sendi di malam hari nyeri metode dalam mencari jurnal yang
tersebut terjadi secara terus menerus dapatkan untuk digunakan dalam
sehingga sangat mengganggu lansia literature review, pendekatan dalam
(Santoso dkk, 2009). Dampak nyeri mengambil jurnal dilakukan dengan
Gout Artritis yang dapat ditimbulkan pendekatan PICOT dan istilah
berupa menurunnya kualitas hidup MESH merupakan pertanyaan yang
penderitanya karena nyeri yang digunakan untuk melakukan review
sangat mengganggu aktivitas sehari- jurnal. Penulis menggunakan Jurnal
hari (Dalimartha, 2008). Nyeri yang yang yang didapatkan melalui google
berlanjut atau tidak ditangani secara schoolar. Penulis membuka website
adekuat, memicu respon stres yang google schoolar kemudian peneliti
berkepanjangan akan memperburuk menuliskan kata kunci sesuai MESH
kualitas kesehatan (Price & Wilson, (Medical Subject Heading) yaitu
2006). Jahe dan Gout Arthritis. Muncul 80
Cara untuk menurunkan nyeri temuan, untuk mendapatkan jurnal
sendi menurut Potter dan Perry yang uptodate maka pencairan
(2006), yaitu dengan cara terapi dipersempit dengan menuliskan
farmakologi dan non-farmakologi. jangka waktu jurnal 5 tahun
Salah satu tindakan non kebelakang sehingga ditulis mulai
farmakologis yang digunakan adalah tahun 2014 sampai dengan 2019
jahe. Jahe (Zingiber Officinale) sehingga ditemukan 61 temuan
merupakan salah satu tanaman kemudian jurnal selanjutnya
dengan akar atau batang bawah diurutkan dari yang terbaru dan
digunakan untuk pengobatan dilakukan pemilihan jurnal. Setiap
(Vallerie, 2009). Dalam pengobatan pertanyaan tersebut telah mengikuti
tradisional Asia, jahe dipakai untuk PICOT dimana setiap pertanyaan
penyakit radang sendi seperti terdapat P= problem/ pasien/
Arthritis (Nulfitri, 2013). Jahe populasi, I/E=implementasi/
memiliki kandungan yang intervensi/ exposure, C = kontrol/
bermanfaat mengurangi nyeri pada intervensi pembanding, O= hasil dan
gout arthritis karena jahe memiliki T = Time. Dari Jurnal tersebut
sifat pedas, pahit dan aromatic dari ditemukan 11 jurnal yang diikutkan
olerasin seperti zingeron, gingerol dalam analisis literature review.
dan shogaol (Minasdiarly,2007).
Berdasarkan masalah diatas, HASIL
perlu dilakukan analisis tentang Berdasarkan penelitian pada
penggunaan jahe dalam menurunkan hasil ini akan dijelaskan perbedaan
nyeri pada lansia yang mengalami dari metode intervensi yang
Arthritis Gout yang dilakukan digunakan khususnya dalam
melalui literature review.

169
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019

mengurangi nyeri pada pasien Penggunaan jahe sebagai


Arthritis Gout. intervensi untuk mengurangi rasa
Secara garis besar metode nyeri pada pasien dengan Arthritis
pada penelitian ini terbagi menjadi 2 Gout, jahe dibagi 2 jenis dapat
bagian khususnya dalam pelaksanaan dibedakan menjadi dua yaitu jahe
intervensi menggunakan jahe yaitu merah dan jahe putih. Penelitian
jahe digunakan untuk kompres dan yang menggunakan jahe putih dalam
jahe digunakan untuk rendam penelitiannya adalah Rahayu tahun
khususnya rendam kaki. Penelitian 2018, sedangkan yang menggunakan
yang menggunakan jahe dengan jahe merah dalam penelitian tentang
metode jahe digunakan untuk efektifitas jahe untuk mengurangi
kompres adalah penelitian Zuriati rasa nyeri pada pasien Arthritis Gout
(2017), Rusnoto, dkk (2015), Madoni diperoleh 3 penelitian yaitu
(2018), Putri (2017), Rahayu (2018), Penelitian Yuniarti, dkk (2017), Ani,
Anggreini, dkk (2018), Yuniarti, dkk dkk (2018) dan Samsudin, dkk
(2017), Ani, dkk (2018), dan (2016). 7 penelitian yang tidak
Samsudin, dkk (2016), sedangkan teridentifikasi dengan jelas jenis jahe
terdapat dua penelitian yang yang digunakan untuk penelitian
menggunakan jahe untuk digunakan yang dilakukan.
untuk rendam kaki yaitu penelitian Dari penelitian yang ada juga
Purnamasari tahun 2015 dan teridentifikasi bahwa intervensi
Penelitian Liana tahun 2019. rendam jahe terhadap nyeri pada
Metode perlakukan jahe pasien Arthritis Gout dapat
dengan dikompres dapat dijabarkan diibedakan menjadi 2 bagian dimana
menjadi dua bagian dimana empat yang pertama hanya rendam dengan
penelitian sebelum digunakan untuk jahe tanpa dibandingkan dengan
kompres jahe dilakukan perlakuan intervensi lain dan yang kedua
dengan cara di parut yaitu penelitian rendam jahe dibandingkan dengan
Samsudin dkk (2016), Anggreini dkk rendam air hangat. Penelitian yang
(2018), Rahayu (2018), dan Madoni menggunakan rendam jahe saja tanpa
(2018). Sebaliknya terdapat 5 ada intervensi lain yaitu penelitian
penelitian yang menjelaskan bahwa Purnamasari tahun 2015 yang
jahe digunakan secara langsung melakukan penelitian dengan judul
untuk dikompres tanpa perlu Kompres air rendaman jahe dapat
dilakukan tindakan di parut terlebih menurunkan nyeri pada lansia
dahulu. Penelitian yang menjelaskan dengan asam urat di Desa
bahwa jahe langsung digunakan Cengkalsewu Kecamatan Sukolilo
untuk kompres adalah penelitian Ani Kabupaten Pati, sedangkan
dkk (2018), Yuniarti dkk (2017), penelitian dari Liana tahun 2019
Putri (2017), Rusnoto dkk (2015) menggunakan intervensi pembanding
dan Zuariati (2017). dengan rendam air hangat. Hal ini
menjadi kedua penelitian ini

170
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019

menggunakan desain penelitian yang intervensi kompres jahe kombinasi


berbeda juga karena pendekatan yaitu kompres jahe dengan parutan
yang dilakukan berbeda. jahe dan kompres jahe tanpa diparut
dengan hasil tidak ada signifikansi
PEMBAHASAN perbedaan atau tidak ada beda. Hal
Pembahasan ini akan bahas ini dimungkinkan karena intervensi
analisis terhadap persamaan dan pembanding atau perlakukan yang
perbedaan dari setiap penelitian. lainnya juga menggunakan cara yang
Penelitian tentang pengaruh jahe sama yaitu kompres dan bahan yang
terhadap penurunan nyeri pada digunakan adalah sama yaitu jahe.
pasien dengan Arthritis Gout oleh Hal tersebut yang dibandingkan
karena tergambar melalui dua hanya perlakuan jahe dimana
metode maka akan dilakukan intervensi yang pertama dilakukan
pembahasan dengan berdasar dua kompres dengan jahe hangat
metode yang ada. sedangkan intervensi yang kedua
Jenis Penelitian yang dilakukan kompres dengan parutan
menggunakan jahe dengan intervensi jahe sehingga pada dasarnya
dilakukan dengan cara kompres yang menggunakan jahe yang sama hanya
mendominasi intervensi sebanyak 8 perlakukan jahe yang berbeda. Hal
penelitian menyebutkan bahwa ada ini dimungkinkan menjadikan hasil
pengaruh terapi kompres jahe penelitian tidak ada perbedaan tetapi
terhadap penurunan rasa nyeri pada keduanya memiliki efektifitas yang
pasien Arthritis Gout, intervensi pada sama sebagai agen penurun nyeri
penelitian tersebut tidak dibedakan pada pasien Gout Athritis. Hal ini
dan tidak djelaskan kompres didukung oleh penelitian Dewi tahun
dilakukan dengan menggunakan jahe 2014 yang memamparkan bahwa
merah ataupun jahe putih, bahkan kompres jahe sangat bermanfaat
dengan jahe yang tidak disebutkan untuk menurunkan nyeri pada pasien
jenisnya. Hal ini sesuai dengan hasil Arthritis Gout karena mengandung
penelitian Putri tahun 2017 6-gingerdion,6-gingerol, zingerol
dikemukan bahwa dengan pemberian yang berfungsi menekan
kompres hangat menggunakan jahe prostaglandin melalui hambatan pada
merah akan dapat menurunkan skala aktivitas COX-2 yang menghambat
nyeri pada pasien Arthritis Gout. Hal produksi PGE2 dan leukotrien dan
senada juga terdapat dalam hasil TNF- pada sinoviosit dan sendi
penelitian Samsudin tahun 2016 manusia. Selain itu jahe juga
yang mengiformasikan bahwa memiliki manfaat untuk melancarkan
didapatkan pengaruh yang signifikan sirkulasi peredaran darah dan
kompres hangat dengan parutan jahe memberikan rasa rileks pada tubuh
merah terhadap rasa nyeri pada dan membantu melakukan aktifitas
pasien Arthritis Gout. Tetapi ada satu sehari-hari. Dengan demikian hal ini
penelitian yang menggunakan menjadikan tidak ada perbedaan

171
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019

antara kompres hangat jahe putih Tamsuri (2007) bahwa Terapi


dengan kompres dengan parutan jahe rendam kaki air hangat memberikan
putih. respon lokal terhadap panas,
Disisi lainnya penggunaan kemudian akan mengirimkan impuls
jahe sebagai pilihan intervensi untuk dari perifer ke hipotalamus kemudian
mengurangi rasa nyeri pada Arthritis sistem effektor mengeluarkan signal
Gout adalah dengan dan vasodilatasi perifer. Vasodilatasi
menggunakannya melalui rendam yang terjadi menyebabkan aliran
kaki. Terapi rendam kaki untuk darah ke setiap jaringan bertambah,
intervensi mengurangi nyeri khususnya yang mengalami radang
dilakukan oleh dua penelitian dimana dan nyeri, sehingga terjadi
yang satu hanya menggunakan penurunan nyeri sendi pada jaringan
pengaruh terapi rendam kaki dengan yang meradang. Sejalan dengan itu
jahe tanpa intervensi pembanding menurut Kurniawati (2010)
dan didapatkan bahwa tingkat menyatakan bahwa Rendam kaki
signifikansinya tinggi yaitu p= 0,000 dapat dikombinasikan dengan bahan
dimana ada pengaruh terapi rendam herbal salah satunya jahe. Salah satu
jahe dengan penurunan nyeri pada kandungan Jahe adalah oleoresin dan
pasien Arthritis Gout. Disisi lain minyak atsiri yang menyebabkan
dilakukan penelitian dengan Rasa hangat dan aroma yang pedas.
intervensi yang sama rendam kaki Rasa hangat tersebut dapat
dengan jahe tetapi dibandingkan memperlebar pembuluh darah
dengan terapi rendam kaki air hangat sehingga menyebabkan aliran
dan pada hasilnya tidak ditemukan pembuluh darah menjadi lancar.
signifikansi perbedaan atau tidak ada
beda antara terapi rendam jahe KESIMPULAN DAN SARAN
dengan terapi rendam air hangat, KESIMPULAN
akan tetapi kedua intervensi ini Dari 11 penelitian yang
memiliki manfaat yang sama sebagai didapatkan khususnya tentang
intervensi untuk menurunkan nyeri pengaruh jahe terhadap skala nyeri
pada pasien Arthritis Gout sehingga pada lansia dengan Arthritis Gout, 9
dapat disimpulkan bahwa kedua penelitian memaparkan dengan jelas
intervensi terapi rendam kaki air bagaimana efektifitas pengaruh dari
hangat dan terapi rendam kaki jahe terhadap penurunan nyeri pada
dengan jahe hangat memiliki efek pasien dengan Arthritis Gout.
yang sama dalam menurunkan skala Sedangkan pada 2 penelitian yang
nyeri pada pasien Arthritis Gout. lain memaparkan tidak adanya
Rendam kaki dengan air perbedaan pengaruh terapi rendam
hangat dan rendam kaki dengan jahe air hangat jahe dengan terapi rendam
memiliki kesamaan dapat air hangat dalam menurunkan nyeri
menurunkan rasa nyeri pada lansia pada pasien Arthritis Gout dan yang
dengan Arthritis Gout, sesuai dengan satunya menjelaskan bahwa tidak

172
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019

ada perbedaan terapi kompres hangat


jahe putih dengan kompres hangat
parutan jahe putih. Disisi lainnya
kedua penelitian ini juga mendukung
adanya pengaruh jahe terhadap
penurunan nyeri pada pasien
Arthritis Gout. Hasil penelitian
menunjukkan terapi jahe sebagai
terapi komplementer memiliki
efektifitas dalam penurunan nyeri
pada lansia dengan gout arthritis.

173
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019

Tabel Literature Review


No Penulis Judul Desain Responden Perlakuan Kontrol Prosedur Hasil
Penilaian
1 Siti Dina Ita Kompres air rendam Quasy Jumlah responden Terapi kompres durasi 20 31 orang Skala nyeri Hasil uji Wilcoxon dan Mann-
Purnam sari, jahe dapat eksperiment sebanyak 62 menit/ responden, yaitu dengan Whitney didapatkan nilai p value =
Anita Syah menurunkan nyeri dengan desain responden 2100 ml air untuk 6 orang wawancara ke 0,000 hasil nilai p value < 0,01
Listyarini pada lansia dengan pre and post menggunakan responden (5 menit) pasien dengan kesimpulan ada pengaruh
(2015) asam urat di Desa test total sampling kemudian air kompres pre dan post kompres air rendaman jahe terhadap
Cengkalsewu nonequivalent diganti dengan yang baru penurunan skala nyeri turun 5,35
Kecamatan Sukolilo control group lalu diberikan pada 6 pada lansia asam urat.
Kabupaten Pati responden lain dan begitu
seterusnya selang 14 hari
dilakukan sehari sekali
bagi kelompok perlakuan.

2 Zuriati Efektifitas kompres Desain quasy Teknik Sampel yang digunakan 12 orang Pengukuran skor Hasil penelitian didapatkan nilai
(2017) air hangat dan experiment pengambilan pada penelitian ini skala nyeri asam rerata kelompok kompres air hangat
kompres jahe dengan sampel sebanyak 24 orang, urat dilakukan sebelum perlakuan adalah 6,75 dan
terhadap penurunan rancangan menggunakan dimana untuk kelompok sebanyak 2 kali, setelah diberikan perlakuan sebesar
nyeri pada pasien pretest- accidental kompres jahe sebanyak 12 yaitu sebelum 5,58 terdapat selisih perbedaan
asam urat di posttest with sampling orang dan kelompok (pretest) dan sebelum dan sesudah perlakuan
Puskesmas Lubuk control group, kompres air hangat sesudah (posttest) sebesar 1,167. Hasil uji statistik
Begalung sebanyak 12 orang diberikan dengan uji t - independen nilai p=
perlakuan pada 0,002 (p≤0,05) yang artinya secara
kelompok signifikan terdapat perbedaan
kompres air sebelum dan setelah diberikan
hangat dan kompres air hangat terhadap skala
kelompok nyeri pada pasien asam urat.
kompres jahe. sedangkan pada kelompok kompres
jahe rerata skala nyeri asam urat
sebelum perlakuan adalah 6,75 dan
setelah diberikan perlakuan sebesar
4,75 dan selisih perbedaan skala nyeri
sebelum dan setelah perlakuan
sebesar 2, dimana nilai p value=0,000
(p≤0,005) yang artinya secara
signifikan terdapat perbedaan
sebelum dan setelah diberikan
kompres jahe terhadap skala nyeri
pada pasien asam urat.

174
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019

3 Rusnoto, Pemberian kompres Penelitian Responden Intervensi dilakukan - Untuk mngukur Rata-rata skala nyeri sebelum
Noor hangat memakai jahe menggunakan sebanyak 30 selama 5 hari sekalanyeri dilakukan kompres hangat memakai
Cholifa, untuk meringankan quasy orang terdiri dari menggunakan peneliti jahe adalah 6,00 (nyeri sedang),
Indah skala nyeri pada eksperimen 11 laki-laki dan Jahe 100 gram yang menggunakan setelah dilakukan kompres hangat
Retnosari pasien asam urat di dengan 19 diparut dan diletakan ambar dan garis memakai jahe adalah 3,67 (nyeri
(2015) desa Kedungwungu rancangan one perempuan diatas kain yang sudah di skala nyeri. pada ringan). Hasil dari uji peringkat
Kecamatan Tegowanu – group dengan usia celupkan pada air hangat kompres, Wilcoxon didapat bahwa nilai hasil p
Kabupaten Grobogan pretest- responden 20 – 61 yang bersuhu 40-50 c air bersuhu 40 – value 0.000 (p < 0.05 ) sehingga h0
posttest tahun setelah itu di kompres 50 c dan jahe ditolak disimpulkan bahwa ada
design pada daerah yang nyeri segar 100 mg. pengaruh pemberian kompres hangat
selama 20 menit. memakai jahe untuk meringankan
Penelitian ini dilakukan 3 skala nyeri
hari

4 Abri Pengaruh kompres Desain Populasi 10 lansia yang mengalami - Skala nyeri pre Hasil penelitian menunjukkan ada
Madoni hangat memakai penelitian penelitian Gout Arthritis dengan dan post pengaruh kompres hangat memakai
(2018) parutan jahe terhadap menggunakan semua lansia Gout pemberian kompres parutan jahe terhadap penurunan
penurunan intensitas quasi- Arthritis dengan hangat memakai parutan intensitas nyeri Gout Arthritis pada
nyeri gout arthritis eksperimen sampel 10 lansia jahe lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
pada lansia di dengan penderita Gout Lubuk Begalung Padang Tahun 2017
wilayah kerja rancangan one Arthritis dengan dengan p value 0,000 dimana p < α
Puskesmas Lubuk group pretest- teknik purposive 0,05
Begalung Tahun 2017 posttest sampling.
design

5 Yunita Efektifitas terapi Rancangan Lansia yang Pada kelompok Pada Instrumen yang Hasil penelitian didapatkan p value =
Liana rendam kaki dengan penelitian mengalami nyeri eksperimen diberikan kelompok digunakan untuk 0,000, ada perbedaan rerata skor nyeri
(2019) air jahe hangat adalah asam urat terapi rendaman kaki kontrol mengukur nyeri Arthritis Gout antara sebelum dan
terhadap nyeri pretest- sebanyak 32 menggunakan air jahe diberikan adalah kuisioner setelah diberikan terapi rendam kaki
Arthritis Gout pada posttest orang dengan hangat selama 15 menit terapi numeric rating dengan air hangat p value = 0,002.
lansia control group tekhnik rendam scale Hasil uji statistik dengan uji Mann
design pengambilan kaki penilaian skala Whitney didapatkan tidak ada
sampel adalah mengguna nyeri dilakukan perbedaan rerata skor nyeri Arthritis
total sampling. kan air sebelum Gout sebelum dan setelah diberikan
hangat perlakuan terapi rendam kaki dengan jahe
selama 15 (pretest) dan hangat dan terapi rendam kaki dengan
menit setelah perlakuan air hangat p value = 0,217. Dapat
(posttest). disimpulkan bahwa terapi rendam
kaki dengan jahe hangat dan terapi
rendam kaki dengan air hangat

175
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019

mempunyai efektifitas yang sama


dalam menurunkan nyeri Arthritis
Gout.

6 Senna Pengaruh pemberian Penelitian Teknik sampling Perlakuan pemberian 16 orang Lembar observasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Qobita Dwi kompres jahe quasy menggunakan kompres jahe sebanyak 2 lansia skala nyeri terdapat pengaruh pemberian
Putri, Devi terhadap intensitas eksperimental probability kali sehari selama 20 untuk numerik. kompres jahe (p-value = 0,00),
Rahmayanti, nyeri Gout Artritis dengan dua sampling menit. Jumlah sampel kelompok sehingga dapat disimpulkan h0
Noor Diani pada lansia di PSTW kelompok khususnya sebanyak 32 orang lansia kontrol ditolak, dimana terdapat pengaruh
(2017) Budi Sejahtera pretes-postest random sampling. dengan pembagian dua pemberian pemberian kompres jahe terhadap
Kalimantan Selatan jumlah sampel kelompok yaitu 16 orang kompres intensitas Nyeri Gout Artritis pada
sebanyak 32 lansia untuk kelompok hangat lansia di PSTW Budi Sejahtera
orang lansia perlakuan dan Kalimantan Selatan.
dengan
pembagian dua
kelompok

7 Igga Dwi Perbandingan Penelitian Sampel penelitian Metode pengambilan 14 orang Lembar observasi Hasil uji Mann-Whitney didapatkan
Rahayu efektivitas pemberian quasy sebanyak 28 sampel dengan purposive kompres skor nyeri NVPS nilai p = 0,403, artinya tidak ada
(2018) kompres hangat jahe eksperiment responden. sampling berjumlah 28 parutan perbedaan efektivitas pemberian
dengan kompres dengan pengambilan responden dibagi 2 jahe putih kompres hangat jahe putih dan
parutan jahe putih pendekatan sampel kelompok intervensi kompres parutan jahe putih (Zingiber
(zingiber officinale r.) pretest and menggunakan 14 responden kompres Officinale Rosc) pada penderita Gout
terhadap skor nyeri posttest purposive hangat jahe Arthritis di wilayah kerja Puskesmas
penderita gout di without sampling Sungai Durian, Kubu Raya.
wilayah kerja control
Puskesmas Sungai
Durian Kubu Raya

8 Silvia Nora Efektifitas kompres Desain pre Populasi Intervensi diberikan - Menggunakan Hasil uji marginal homogenelty
Anggreini, ekstrak jahe terhadap eksperimental berjumlah 39 dalam 1 kali intervensi skala nyeri didapatkan adanya efektifitas
Novry Fitri nyeri sendi lansia design. lansia yang selama 3 hari dengan 13 kompres ekstrak jahe terhadap
Yanti dengan arthritis gout terdiagnosa medis responden setiap harinya penurunan nyeri sendi lanjut usia
(2018) di Panti Sosial Tresna asam urat, dengan menggunakan dengan rata-rata sebelum diberikan
Werda Khusnul pengambilan kompres ekstra jahe kompres ekstrak jahe adalah 6,83
Khotimah Pekanbaru sampel dengan standar deviasi 1,298 dan
Riau berdasarkan total sesudah diberikan kompres ekstrak
sampling. jahe adalah 4,11 dengan standar
deviasi 1,410, p value 0,000 secara
statistik signifikan (p<0,05).

176
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019

9 Enny Virda Effect of red ginger The research The sampling Treatment using red - Data of this The results showed a pain scale of
Yuniarti, compress to decrease design uses a used total ginger compress research were respondents in the treatment group
Emyk scale of pain Gout quasi- sampling in order taken from the were on a scale of 4-6 and 7-9, and
Windartik, Arthiris patients experimental to extract some 24 checklist and after being given the scale of the
Amar Akbar approach non elderly observation sheets intervention to the scale of 1-3 and 4-
(2017) randomized respondents who pain scale before 6 scale, whereas the control group did
control group suffer from gout and after the not experience a decrease in pain
pretest- in elderly Hospice administration of scale. Statistical test results 2
posttest Mojopahit red ginger independent samples t test obtained p
design. Mojokerto compress value 0.029 (p <0.05) so h0 is
rejected, which means there is the
effect of red ginger compress to
decrease the patient's pain scale of
uric acid. Red ginger compress for
gout sufferers who are experiencing
pain, decrease pain scale effect on the
how to help lower levels of
prostaglandins and leukotriene
(inflammatory mediators) and
performed regularly 1 times a day for
15-30 minutes.

10 Rima Putri Pengaruh pemberian Quasi Jumlah sampel Kelompok intervensi 17 orang Skala nyeri Uji wilcoxon pada kelompok
Ani , kompres jahe merah eksperimental sebanyak 34 diberikan terapi 3 kali kelompok intervensi menunjukkan p value <
Usman, (Zingiber Officinale dengan orang dibagi kompres jahe merah kontrol 0.001 bermakna ada pengaruh terapi
Suhaimi Var Rubrum pendekatan menjadi 2 selama 3 minggu dengan kompres jahe merah terhadap nyeri
Fauzan Rhizoma) terhadap pre dan post kelompok yaitu diberikan pada pasien Gout Arthritis rata-rata
(2018) nyeri pada pasien gout test with 17 kelompok terapi 3 penurunan skala nyeri 3.00,
Arthritis di wilayah control intervensi dan 17 kali sedangkan Uji Wilcoxon pada
kerja Puskesmas group design. kelompok kontrol kompres kelompok kontrol menunjukkan p
Alianyang hangat value 0.003 bermakna ada pengaruh
Kota Pontianak biasa terapi kompres hangat biasa terhadap
selama 3 nyeri pada pasien Gout Arthritis rata-
minggu. rata penurunan skala nyeri 3.76
sementara itu, uji mann-whitney pada
2 kelompok didapatkan p value 0.005
rata-rata penurunan nyeri pada
kelompok intervensi 2.06 dan
kelompok kontrol 1.06, bermakna
terdapat perbedaan efektifitas terapi

177
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019

kompres jahe merah dan kompres


hangat biasa.

11 Anna R. R. Pengaruh pemberian Preeksperime Sampel pada - - Pengukuran skala Nilai p value 0,000 dimana p < á 0,05
Samsudin, kompres hangat ntal penelitian nyeri maka h0 ditolak dan dapat
Rina memakai parutan jahe dengan one ini berjumlah 30 disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
Kundre, merah (zingiber group pretest orang dengan yang signifikan pemberian kompres
Franly officinale roscoe var postest, menggunakan hangat memakai parutan jahe merah
Onibala rubrum) terhadap pemilihan metode purposive (Zingiber Officinale Roscoe Var
(2016) penurunan skala nyeri sampel sampling Rubrum) terhadap penurunan skala
pada penderita Gout dengan nyeri pada penderita Gout Artritis di
Artritis di desa Tateli purposive desa Tateli Dua, Kecamatan
Dua Kecamatan sampling. Mandolang,
Mandolang Kabupaten Minahasa.
Kabupeten Minahasa

178
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019

SARAN Junaidi Iskandar. (2013). Reumatik dan


Hasil Literature review Asam Urat. Jakarta: Buana Ilmu
merekomendasikan tentang terapi jahe
sebagai terapi alternatif dalam Kurniawati, N. (2010). Sehat dan
membantu mengurangi rasa nyeri pada Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu
pasien Arthritis Gout dalam tatanan Dapur. Bandung: Qanita
keperawatan geriatrik di tatanan panti
werdha maupun fasilitas kesehatan Liana, Y. (2018). Efektifitas Terapi
lainnya termasuk di rumah. Rendam Kaki Dengan Air Jahe Hangat
Terhadap Nyeri Arthritis Gout Pada
DAFTAR PUSTAKA Lansia. Proseding Seminar Nasional
Anggraini, S.N & Yanti, N. F. (2019). Keprawatan. Vol 4 No 1 2018 Hal 199-
Efektifitas Kompres Ekstrak Jahe 206
Terhadap Nyeri Sendi Lansia Dengan
Arthritis Gout Di Panti Sosial Tresna Madoni, A. (2017). Pengaruh Kompres
Werda Khusnul Khotimah Pekanbaru. Hangat Memakai Parutan Jahe
Health Care: Jurnal Kesehatan 7(2) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Desember 2018 (69-76) Gout Arthritis Pada Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Lubuk Begalung.
Ani,R.P. (2018). Pengaruh Pemberian Menara Ilmu Vol. Xii Jilid III No.79
Kompres Jahe Merah (Zingiber Januari 2018 Hal 1- 7
Officinale Var Rubrum Rhizoma)
Terhadap Nyeri Pada Pasien Gout Minasdiarly. (2007).Rematik, Asam
Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Urat- Hiperurisemia, Artritis Gout
Alianyang Kota Pontianak.Skripsi Edisi 1.Jakarta :Obor Populer
Http://Jurnal.Untan.Ac.Id/Index.Php/Jm
keperawatanfk/Article/Viewfile/27509/ Nulfitri, R. (2013). Budidaya Tanaman
75676577869 dan Tumbuhan Herbal. Bekasi: CV
Mitra Utama
Dalimartha, S. (2008). Herbal Untuk
Pengobatan Gout Reumatik. Jakarta: Purnamasari, S.D.I & Listyarini, A.D.
Penebar Swadaya (2015). Kompres Air Rendaman Jahe
Dapat Menurunkan Nyeri Pada Lansia
Damayanti. (2012). Mencegah & Dengan Asam Urat Di Desa
Mengobati Asam Urat. Bantul: Araska. Cengkalsewu Kecamatan Sukolilo
Kabupaten Pati. Cendikia Utama Kudus
Dewi, E. U & Kudmasa, K. V. (2014). Vol 1 No 4 Oktober 2015 Hal 19 – 27
Pengaruh Kompres Jahe Terhadap
Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia Di Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M.
Panti Werdha Anugrah Dukuh Kupang (2006). Patofisiologi Konsep Klinis
Barat Surabaya. Proses-Proses Penyakit. Vol 1. Edisi 6.
Jakarta : EGC.

179
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019

Putri, S.Q.D., Rahmayanti, D & Diani, Merah (Zingiber Officinale Roscoe Var
N. (2017). Pengaruh Pemberian Rubrum) Terhadap Penurunan Skala
Kompres Jahe Terhadap Intensitas Nyeri Padapenderitagout Artritis Di
Nyeri Gout Artritis Pada Lansia Di Pstw Desa Tateli Dua Kecamatan Mandolang
Budi Sejahtera Kalimantan Selatan. Kabupeten Minahasa. Ejournal
Dunia Keperawatan, Vol 5, No 2, Keperawatan (E-Kp) Volume 4 Nomor
September 2017: 90-95 1, Mei 2016 hal 1- 6

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2006). Smltzer, S.C., & Bare, B. (2014). Text
Fundamental Keperawatan Edisi 4 book medical surgical nursing Brunner-
Volume 2. Jakarta: EGC Suddarth. Philadelphia: Lippincot
Williams & Walkins
Rahayu, I.D. (2018). Perbandingan
Efektivitas Pemberian Kompres Hangat Sustrani, L., S. Alam., dan I. Hadibroto.
Jahe Dengan Kompres Parutan Jahe 2009.Asam Urat. Jakarta : Gramedia
Putih (Zingiber Officinale R.) Terhadap
Skor Nyeri Penderita Gout Di Wilayah Tamsuri, A. (2007). Konsep &
Kerja Puskesmas Sungai Durian Kubu Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC
Raya. Skripsi.
Http://Jurnal.Untan.Ac.Id/Index.Php/Jm Yuniarti, E.V., Windartik, E& Akbar,
keperawatanfk/Article/Viewfile/27303/ A. (2017). Effect of Red Ginger
75676577774 Compress To Decrease Scale Of Pain
Gout Arthiris Patients. International
Rusnoto., Cholifah, N., & Retnosari, I. Journal of Scientific & Technology
(2015). Pemberian Kompres Hangat Research Volume 6, Issue 10, October
Memakai Jahe Untuk Meringankan 2017. P 133 – 137
Skala Nyeri Pada Pasien Asam Urat Di
Desa Kedungwungu Kecamatan Vallerie Norman. 2009. Empat Pilar
Tegowanu Kabupaten Grobogan. Jikk Kesehatan. Jakarta: PT. Pustakaraya
Vol. 6 No. 1 Januari 2015 hal 29-39 Zuriati. (2017). Efektifitas Kompres Air
Santoso, Hanna dan Ismail, A. (2009). Hangat Dan Kompres Jahe Terhadap
Memahami krisis lanjut usia: uraian Penurunan Nyeri Pada Pasien Asam
medis dan pedagogis-pastoral. Jakarta: Urat Di Puskesmas Lubuk Begalung.
Gunung Mulia. The Shine Cahaya Dunia S-1
Keperawatan Vol 2, No 2
Samsudin, A.R.R., Kundre, R &
Onibala, F. (2016). Pengaruh Pemberian
Kompres Hangat Memakai Parutan Jahe

180

Anda mungkin juga menyukai