Dosen Pembimbing :
Paramita Ratna G., S. Kep, Ns, M. Kes
Oleh :
ANANDA GALUH RAKA SIWI, S. Kep
NIM. 40221003
Oleh :
ANANDA GALUH RAKA SIWI, S. Kep
NIM. 40221003
Mengetahui :
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
KONSEP LANSIA
1. Definisi Lansia
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode di
mana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau
beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Secara biologis lansia adalah proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai
dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian (Wulansari, 2011).
2. Batasan Lansia
Batasan usia lansia menurut WHO meliputi (Santi, 2009):
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun
Batasan lansia menurut Depkes RI (2009) meliputi :
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Sosial membagi lansia ke dalam
2 kategori yaitu usia lanjut potensial dan usia lanjut non potensial. Usia lanjut potensial
adalah usia lanjut yang memiliki potensi dan dapat membantu dirinya sendiri bahkan
membantu sesamanya. Sedangkan usia lanjut non potensial adalah usia lanjut yang tidak
memperoleh penghasilan dan tidak dapat mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhannya
sendiri (Hayati, 2010).
3. Kebutuhan Hidup Lansia
Secara lebih detail, kebutuhan lansia terbagi atas (Subijanto et al, 2011):
a. Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, papan, kesehatan.
b. Kebutuhan psikis yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan mendapatkan perhatian
lebih dari sekelilingnya.
c. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
d. Kebutuhan ekonomi, meskipun tidak potensial lansia juga mempunyai kebutuhan secara
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 3
ekonomi sehingga harus terdapat sumber pendanaan dari luar, sementara untuk lansia
yang potensial membutuhkan adanya tambahan keterampilan, bantuan modal dan
penguatan kelembagaan.
e. Kebutuhan spiritual, spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang
manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan
spiritual diidentifikasi sebagai kebutuhan dasar segala usia. Fish dan Shelly
mengidentifikasi kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan akan makna dan tujuan, akan
cinta dan keterikatan dan akan pengampunan (Stanley, 2008).
4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut (Stanley, 2008):
a. Perubahan Fisik
1) Perubahan penampilan
Saat seseorang memasuki usia lanjut, penampilan secara fisik akan berubah. Misal
sudah mulai terlihat kulit keriput, bentuk tubuh berubah, rambut mulai menipis.
2) Perubahan fungsi fisiologis
Perubahan pada fungsi organ juga terjadi pada lansia. Perubahan fungsi organ ini
yang menyebabkan lansia tidak tahan, terhadap temperatur yang terlalu panas atau
terlalu dingin, tekanan darah meningkat, berkurangnya jumlah waktu tidur.
3) Perubahan panca indera
Perubahan pada indera berlangsung secara lambat dan bertahap, sehingga setiap
individu mempunyai kesempatan untuk melakukan penyesuain dengan perubahan
tersebut. Misal, kacamata dan alat bantu dengar hampir sempurna untuk mengatasi
penurunan kemampuan melihat atau kerusakan pendengaran.
4) Perubahan seksual
Pada lansia, terjadi penurunan kemampuan seksual karena pada fase ini klimakterik
pada lansia laki – laki dan menopause pada wanita. Tapi, hal itu juga tidak
membuat potensi seksual benar – benar menurun. Ini disebabkan penurunan atau
peningkatan potensi seksual juga dipengaruhi oleh kebudayaan, kesehatan dan
penyesuain seksual yang dilakukan di awal.
5) Perubahan Kemampuan Motorik
a. Kekuatan
Terjadi penurunan kekuatan otot. Hal ini menyebabkan lansia lebih cepat capai
dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk memulihkan diri dari keletihan
dibandingkan orang yang lebih muda.
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 4
b. Kecepatan
Kecepatan dalam bergerak nampak sangat menurun setelah usia enam puluhan.
c. Belajar keterampilan baru
Lansia yang belajar keterampilan baru cenderung lebih lambat dalam belajar
dibanding dengan yang lebih muda dan hasil akhirnya juga cenderung kurang
memuaskan.
d. Kekakuan
Lansia cenderung canggung dan kagok, yang menyebabkan sesuatu yang
dibawa dan dipegangnya tertumpah dan jatuh. Selain itu, lansia juga
melakukan sesuatu dengan tidak hati – hati dan dikerjakan secara tidak teratur.
6) Perubahan Kemampuan Mental
a. Belajar
Lansia lebih berhati – hati dalam belajar, memerlukan waktu yang lebih banyak
untuk dapat mengintegrasiakan jawaban mereka dan kurang mampu
mempelajari hal – hal baru yang tidak mudah diintegrasikan dengan
pengalaman masa lalu.
b. Berpikir dalam memberi argument
Secara umum terdapat penurunan kecepatan dalam mencapai kesimpulan, baik
dalam alasan induktif maupun deduktif.
c. Kreativitas
Kapasitas atau keinginan yang diperlukan untuk berpikir kreatif bagi lansia
cenderung berkurang.
d. Ingatan
Lansia pada umumnya cenderung lemah dalam mengingat hal – hal yang baru
dipelajari dan sebaliknya baik terhadap hal – hal yang telah lama dipelajari.
e. Mengingat kembali
Kemampuan dalam mengingat ulang banyak dipengaruhi oleh faktor usia
dibanding pemahamam terhadap objek yang ingin diungkapkan kembali.
Banyak lansia yang menggunakan tanda – tanda, terutama simbol visual, suara,
dan gerakan, untuk membantu kemampuan mereka dalam mengingat kembali.
f. Mengenang
Kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada masa lalu
meningkat semakin tajam sejalan dengan bertambahnya usia.
Santi, N. 2009. Hubungan Antara Senam Dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha. Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.
Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare. 2006.Buku Ajar KeperawatanGerontik, ed 2.
Jakarta: EGC
Subijanto HAA, Dhani R, Yoni FV.2011. Modul Pembinaan Posyandu Lansia guna Pelayanan
Kesehatan Lansia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Wulansari, Sapti (2013). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kepercayaan diri Lansia di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Wilayah Merangin Jambi. Jurnal Kesehatan,
ISSN 1999-7821, Vol. 3, No. 2.
2. Sendi kartilaginea
Dua tipe sendi kartilaginea ada pada tubuh di seluruh perkembangan. Sendi
kartilaginea primer dengan khas merupakan persendian sementara tulang yang dibangun
dari kartilago hialin: sendi ini ada saat perkembangan tulang panjang dan pada lempeng
epifiseal. Sendi kartilaginea sekunder dibangun dari fibrokartilago. Contoh tipe sendi ini
adalah diskus intervertebralis yang menggabungkan vertebra bersama dan memungkinkan
untuk pembatasan gerak tulang belakang.
3. Sendi fibrosa
Tulang yang bersendi dihubungkan oleh ligamentum atau membrane fibrosa. Gerak pada
sendi ini dapat terbatas atau tidak ada, bergantuk pada pembatasan fibrosa yang
menghubungkan tulang-tulang. Contohnya: tulang tengkorak, simfisis osium pubis dan
sendi yang menghubungkan radius dan ulna.
3. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, penyakit asam urat digolongkan menjadi2, yaitu:
a. Gout Primer
Penyebab kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini diduga berkaitan
dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yanggangguan metabolisme yang
dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat. Hiperurisemia atau
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh dikatakan dapat menyebabkan
terjadinya gout primer. Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang masih
belum jelas diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah gout dan
hiperurisemia primer. Gout arthritis primer yang merupakan akibat dari hiperurisemia
Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka Asam
Urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan
berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh,penumpukan ini disebut
Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon inflamasi akutdan netrofil melepaskan
lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan tetapi juga menyebabkan inflamasi.
Serangan Gout Arthritis Akut awalnya biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan
ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini timbul rasa nyeri berat yang
menyebabkan tulang sendi terasa panas dan merah. Tulang sendi Metatarsophalangeal
biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang
sendi pinggang. Kadang-kadang gejala yang dirasakan disertai dengan demam ringan.
Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang (Sudoyo, dkk,2009).
Periode Interkritikal adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan Gout
Arthritis. Kebanyakan penderita mengalami serangan kedua pada bulan ke-6sampai 2 tahun
setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan Poliartikular yang tanpa
Produksi dan
sintetis asam urat
terganggu
Menghambat
ekskresi asam urat
di tubulus ginjal
Pengendapan kristal
monosodium urat
Mekanisme
Kekakuan pada sendi
peradangan
Mk : Gangguan Mobilitas
Fisik Mk : Nyeri
Akut
Mk : Resiko Jatuh
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 15
8. Komplikasi
Menurut (Mayo Clinic, 2019) dalam beberapa kasus, asam urat dapat berkembang menjadi
kondisi yang lebih serius, seperti:
a. Batu ginjal
Jika kristal urat terkumpul di saluran kemih, bisa menjadi batu ginjal.
b. Gout berulang
Beberapa orang hanya mengalami satu kambuh; yang lain mungkin kambuh secara
teratur, menyebabkan kerusakan bertahap pada sendi dan jaringan sekitarnya.
9. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi menjadi
penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3 tahapan dalam terapi
penyakit ini yaitu,Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut, Mengurangi kadar Asam Urat
untuk mencegah penimbunan Kristal Uratpada jaringan, terutama persendian, dan Terapi
mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.
Pada penatalaksanaan Gout Arthrititis ada 2 terapi yaitu :
a. Terapi Non Farmakologis
Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan GoutArthritis,
seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat, modifikasidiet, mengurangi
asupan alkohol dan menurunkan berat badan.
b. Terapi Farmakologis
Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan penanganan
serangan kronis.
1) Serangan Akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya Indometasin
200mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam
menangani serangan Gout Arthritis Akut, asalkan tidak ada kontra indikasi terhadap
NSAID. Aspirin harus dihindari karena eksresi Aspirin berkompetisidengan Asam
Urat dan dapat memperparah serangan Gout Arthritis Akut. Keputusan memilih
NSAID atau Kolkisin tergantung pada keadaan klien. Misalnya adanya penyakit
penyerta lain atau Komorbid, obat lain juga diberikan klien pada saat yang sama dan
fungsi ginjal.Obat yang menurunkan kadar Asam Urat serum (Allopurinol dan obat
Urikosurik seperti Probenesid dan Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada
serangan Akut (Nurarif, 2015).
Obat yang diberikan pada serangan Akut antara lain:
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 16
a) NSAID, NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien yang
mengalami serangan Gout Arthritis Akut. Hal terpenting yang menentukan
keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih melainkan pada seberapa
cepat terapi NSAID mulai diberikan. NSAID harus diberikan dengan dosis
sepenuhnya (full dose) pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri
hilang.Indometasin banyak diresepkan untuk serangan Akut Gout Arthritis,
dengan dosis awal 75-100 mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5 hari
bersamaan dengan meredanya gejala serangan Akut. Efek samping Indometasin
antara lain pusing dan gangguan saluran cerna, efek ini akan sembuh pada saat
dosis obat diturunkan. NSAID lain yang umum digunakan untuk mengatasi Gout
Arthritis Akut adalah :
1. Naproxen – awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari.
2. Piroxicam – awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari.
3. Diclofenac – awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48 jam.
Kemudian 50 mg dua kali/ hari selama 8 hari.
4. COX-2 Inhibitor: Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 Inhibitor
yangdilisensikan untuk mengatasi serangan Gout Arthritis Akut. Obat ini
efektif tapicukup mahal, dan bermanfaat terutama untuk klien yang tidak
tahan terhadap efekGastrointestinal NSAID Non-Selektif. COX-2 Inhibitor
mempunyai resiko efeksamping Gastrointesinal bagian atas yang lebih
rendah dibanding NSAID nonselektif.
5. Colchicine, Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk serangan
Gout Arthritis Akut. Namun dibanding NSAID kurang populer karena awal
kerjanya (onset) lebih lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.
6. Steroid, strategi alternatif selain NSAID dan Kolkisin adalah pemberian
Steroid Intra-Articular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan cepat
ketika hanya 1 atau 2 sendi yang terkena namun, harus dipertimbangkan
dengan cermat diferensial diagnosis antara Gout Arthritis Sepsis dan Gout
Arthritis Akut karena pemberian Steroid Intra-Articular akan memperburuk
infeksi.
2) Serangan Kronis
Kontrol jangka panjang Hiperurisemia merupakan faktor penting untuk
mencegahterjadinya serangan Gout Arthritis Akut, Gout Tophaceous Kronis,
keterlibatanginjal dan pembentukan batu Asam Urat. Kapan mulai diberikan obat
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 17
penurunkadar Asam Urat masih kontroversi. Penggunaan Allopurinol, Urikourik
danFeboxostat (sedang dalam pengembangan) untuk terapi Gout Arthritis
Kronisakan dijelaskan berikut ini:
a) Allopurinol; Obat Hipourisemik, pilihan untuk Gout Arthritis Kronis adalah
Allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi
ginjal.Allopurinol menurunkan produksi Asam Urat dengan cara menghambat
Enzim Xantin Oksidase. Dosis pada klien dengan fungsi ginjal normal dosis
awal Allopurinol tidak boleh melebihi 300 mg/24 jam. Respon terhadap
Allopurinol dapat terlihat sebagai penurunan kadar Asam Urat dalam serum
pada 2 hari setelah terapi dimulai dan maksimum setelah 7-10 hari. Kadar Asam
Urat dalam serum harus dicek setelah 2-3 minggu penggunaan Allopurinol untuk
meyakinkanturunnya kadar Asam Urat.
b) Obat Urikosurik; kebanyakan klien dengan Hiperurisemia yang
sedikitmengekskresikan Asam Urat dapat diterapi dengan obat Urikosurik.
Urikosurik seperti Probenesid (500mg-1 g 2x/hari) dan Sulfinpirazon (100mg 3-4
kali/hari) merupakan alternative Allopurinol. Urikosurik harus dihindari pada
klien Nefropati Urat yang memproduksi Asam Urat berlebihan. Obat ini tidak
efektifpada klien dengan fungsi ginjal yang buruk (Klirens Kreatinin <20-30
ml/menit).Sekitar 5% klien yang menggunakan Probenesid jangka lama
mengalami mual,nyeri ulu hati, kembung atau konstipasi (Nurarif, 2015).
10. Asuhan Keperawatan Teori
A. Pengkajian
Pengumpulan data klien, baik subjektif maupun objektif melalui anamnesis riwayat
kesehatan dahulu, sekarang, riwayat penyakit keuarga, pola makan, aktivitas,
pemeriksaan fisik melalui tekhnik inspeksi, auskultasi dan palpasi (Stanley,Mickey.2007)
1. Anamnesis : Identitas ( Meliputi nama,tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
agama, status perkawinan.
2. Riwayat penyakit sekarang : Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan
dan secara umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang.
Penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic, allopurinol.
4. Riwayat penyakit keluarga : Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang
mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh
faktor genetic.
5. Aktivitas dulu dan sekarang : Seseorang yang tak pernah berolahraga atau
diikutsertakan dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai suatu
program latihan di usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau menyakitkan.
6. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, nafsu makan, pola makan, kesulitan menelan dan
mual muntah.
7. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi,defekasi, ada tidaknya masalah defekasi.
8. Personal Hygine
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan.
9. Neurosensori
Kebas / kesemutan tangan dan kaki, hilang sensasi jari tangan, pembengkakan pada
sendi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Mekanisme peradangan
2. Defisit pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi
3. Gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan pada sendi
4. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
5. Resiko jatuh b.d kekakuan pada sendi
Fitriana, Rahmatul. (2015). Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.
Iqbal, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:Salemba
Medika.
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke-3(Revisi).
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke-2.Jakarta: DPP
PPNI.
Prayogi, G. H. (2017). Kadar Asam Urat Pada Wanita Menopause [KTI, STIKes ICME].
Songgigilan, dkk. 2019. Hubungan Pola makan dan Tingkat pengetahuan dengan Asam Urat
dalam darah pada penderita GOAT Arthritism di Puskesmas Ranota Weru. Manado: E-
Jurnal Keperawatan. Vol. 7 No. 1
Sudoyo, Samudra A.W, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 5. Jakarta:
Interna Publishing.
Sunaryo, dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: ANDI.
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. S
Alamat : Dsn. Geneng RT/RW 002/006 Kec. Banyakan
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 60 Th
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Lama tinggal di panti :-
Orang yang paling dekat dihubungi : Tn. J
Hubungan dengan klien : Suami
B. Riwayat Keluarga
Pasangan
Hidup / Meninggal : Hidup
Umur : 63
Pekerjaan : Wiraswasta
Status kesehatan : Sehat
Tahun meninggal :-
Penyebab meninggal :-
Anak
Hidup / Meninggal : Hidup
Umur : 36
Pekerjaan : Guru
Status kesehatan : Sehat
Tahun meninggal :-
Penyebab meninggal :-
Keterangan :
: Meninggal : Perempuan
: Klien : Laki-laki
: Tinggal 1 rumah
C. Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan sebelumnya : Industri
Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Pendapatan jualan dari suami dan
uang dari anak
D. Riwayat Lingkungan Hidup
Kebersihan dan kerapihan ruangan : Rapi
Penerangan : Baik
Keadaan kamar mandi dan WC : Bersih
Pembuangan sampah : Ada
E. Riwayat Rekreasi
Hobi / minat : Tidak Ada
Keanggotaan organisasi : Tidak Ada
Liburan / perjalanan : Di rumah saja
F. Sumber/sistem Pendukung yang digunakan :
Suami dan Anak
G. Status Kesehatan
Status kesehatan saat ini
Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Kaki terasa nyeri dan kaku
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 26
Gejala yang dirasakan : Kaki terasa nyeri dan kaku
Faktor pencetus : Usia
Timbulnya keluhan : ( ) Ya ( ) Tidak
Upaya mengatasi : Minum Obat
Konsumsi obat – obatan sendiri : ( ) Ya ( ) Tidak
Konsumsi obat tradisional : ( ) Ya ( ) Tidak
Obat-obatan
NO NAMA OBAT DOSIS
1 Novastan 500 Sehari 3 x 1
2
3
4
Aktivitas
Aktifitas sehari – hari : Ibu Rumah Tangga dan mengasuh cucu
Keluhan saat aktifitas : Kaki terasa nyeri dan kaku
Kebersihan diri : Bersih
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 27
Kemampuan kemandirian : Mampu melakukan aktifitas sehari-hari
Istirahat dan tidur
Lama tidur malam : 7 Jam
Lama tidur siang : 1 Jam
Keluhan yang berhubungan dengan tidur : Tidak Ada
Psikososial
Cemas : ( ) Ya ( ) Tidak
Depresi : ( ) Ya ( ) Tidak
Gugup : ( ) Ya ( ) Tidak
Kesulitan dalam mengambil keputusan : ( ) Ya ( ) Tidak
Kesulitan berkonsentrasi : ( ) Ya ( ) Tidak
kesulitan berhubungan dengan oranglain : ( ) Ya ( ) Tidak
Stressor yang dihadapi saat ini : Klien merasa cemas dan bingung karena kurang
mengetahui tentang penyakitnya
Mata
Masalah penglihatan : ( ) Normal ( ) Terganggu : ( ) Kiri ( ) Kanan
Kabur : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Gatal : ( ) Ya: ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Nyeri : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Riwayat infeksi : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Pemakaian kacamata : ( ) Ya ( ) Tidak
Bengkak sekitar mata : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Keluhan lain : Tidak Ada
Telinga
Masalah pendengaran : ( ) Normal ( ) Terganggu : ( ) Kiri ( ) Kanan
Tinitus : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Riwayat infeksi : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Pemakaian alat bantu pendengaran : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Tuli : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Keluhan lain : Tidak Ada
Hidung dan sinus
Epistaksis : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Riwayat infeksi : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( ) Tidak
Keluhan lain : Tidak Ada
Mulut dan tenggorokan
Nyeri tenggorokan : ( ) Ya ( ) Tidak
Luka : ( ) Ya ( ) Tidak
Serak : ( ) Ya ( ) Tidak
Kesulitan menelan : ( ) Ya ( ) Tidak
Perdarahan gusi : ( ) Ya ( ) Tidak
Pemakaian gigi palsu : ( ) Ya ( ) Tidak
Masalah dalam pemakaian gigi palsu : ( ) Ya ( ) Tidak
Riwayat infeksi : ( ) Ya ( ) Tidak
Keluhan lain : Tidak Ada
1 1 Tanggal berapa hari ini ? (tanggal, bulan dan Tidak pernah tau tanggal
tahun)
1 2 Hari apa sekarang ini ? Selasa
1 3 Apa nama tempat ini ? Dirumah sendiri
1 4 Dimana alamat anda ? Ds. Maron
1 5 Berapa umur anda ? 60
1 6 Kapan anda lahir ? Tidak ingat
1 7 Siapa presiden Indonesia sekarang ? Tidak ingat namanya
Keterangan :
Skor Penilaian
0–2 Fungsi intelektual utuh
3–4 Kerusakan intelektual ringan
5–7 Kerusakan intelektual sedang
8 – 10 Kerusakan intelektual berat
a. Bisa dimaklumi jika terdapat lebih dari satu kesalahan, bila subyek hanya berpendidikan sekolah dasar.
b. Bisa dimaklumi jika terdapat kurang dari satu kesalahan, bila subyek mempunyai pendidikan di atas
sekolah menengah atas
SKOR 19
TOTAL
Keterangan :
Nilai 24 – 30 : Normal
Nilai 17 – 23 : Kemungkinan ada gangguan fungsi kognitif
Nilai 0 – 16 : Ada gangguan kognitif
SKOR KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua kecuali satu dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan.
F Kemandirian dalam semua kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu
fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai C, D,
E, F, dan G.
Keterangan:
Mandiri : berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak
melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.
Terapeutik
8. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
9. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
10. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
11. Jelaskan strategi meredakan nyeri
12. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
VI. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
VII. EVALUASI
a. Struktur
1. Kelengkapan media-alat : Tersedia dan siap digunakan
2. Pelaksana siap melakukan PENKES
b. Proses
1. Pelaksana dan peserta (Ny. S) mengikuti PENKES sesuai waktu atau sampai selesai.
2. Peserta aktif dalam PENKES
3. Peserta mampu menjawab pertanyaan
4. Pelaksana menyajikan semua materi secara lengkap
Panduan Program Pendidikan Ners IIK Bhakti Wiyata Kediri 48
c. Hasil
Setelah diberikan PENKES peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian asam urat
2. Menjelaskan tanda dan gejala asam urat
3. Menjelaskan faktor resiko yang mempengaruhi asam urat
4. Menjelaskan pencegahan asam urat
5. Menjelaskan makanan yang dianjurkan, tidak dianjurkan, dan yang sebaiknya
dibatasi
6. Menjelaskan terapi komplementer asam urat.
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.
Fitriana, Rahmatul. (2015). Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.
Minasdiarly . (2007 ). Rematik , Asam Urat - Hiperurisemia, Artritis Gout Edisi 1. Jakarta : Obor
Populer. Ayu , Ninda. (2019 ).
LITERATURE REVIEW: PENGARUH JAHE TERHADAP SKALA NYERI PADA LANSIA
DENGAN ARTRI T IS GOUT . Jurnal Ners LENTERA. Vol. 7, No. 2. 1.
ABSTRAK
ABSTRACT
167
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019
168
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019
169
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019
170
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019
171
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019
172
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019
173
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019
2 Zuriati Efektifitas kompres Desain quasy Teknik Sampel yang digunakan 12 orang Pengukuran skor Hasil penelitian didapatkan nilai
(2017) air hangat dan experiment pengambilan pada penelitian ini skala nyeri asam rerata kelompok kompres air hangat
kompres jahe dengan sampel sebanyak 24 orang, urat dilakukan sebelum perlakuan adalah 6,75 dan
terhadap penurunan rancangan menggunakan dimana untuk kelompok sebanyak 2 kali, setelah diberikan perlakuan sebesar
nyeri pada pasien pretest- accidental kompres jahe sebanyak 12 yaitu sebelum 5,58 terdapat selisih perbedaan
asam urat di posttest with sampling orang dan kelompok (pretest) dan sebelum dan sesudah perlakuan
Puskesmas Lubuk control group, kompres air hangat sesudah (posttest) sebesar 1,167. Hasil uji statistik
Begalung sebanyak 12 orang diberikan dengan uji t - independen nilai p=
perlakuan pada 0,002 (p≤0,05) yang artinya secara
kelompok signifikan terdapat perbedaan
kompres air sebelum dan setelah diberikan
hangat dan kompres air hangat terhadap skala
kelompok nyeri pada pasien asam urat.
kompres jahe. sedangkan pada kelompok kompres
jahe rerata skala nyeri asam urat
sebelum perlakuan adalah 6,75 dan
setelah diberikan perlakuan sebesar
4,75 dan selisih perbedaan skala nyeri
sebelum dan setelah perlakuan
sebesar 2, dimana nilai p value=0,000
(p≤0,005) yang artinya secara
signifikan terdapat perbedaan
sebelum dan setelah diberikan
kompres jahe terhadap skala nyeri
pada pasien asam urat.
174
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019
3 Rusnoto, Pemberian kompres Penelitian Responden Intervensi dilakukan - Untuk mngukur Rata-rata skala nyeri sebelum
Noor hangat memakai jahe menggunakan sebanyak 30 selama 5 hari sekalanyeri dilakukan kompres hangat memakai
Cholifa, untuk meringankan quasy orang terdiri dari menggunakan peneliti jahe adalah 6,00 (nyeri sedang),
Indah skala nyeri pada eksperimen 11 laki-laki dan Jahe 100 gram yang menggunakan setelah dilakukan kompres hangat
Retnosari pasien asam urat di dengan 19 diparut dan diletakan ambar dan garis memakai jahe adalah 3,67 (nyeri
(2015) desa Kedungwungu rancangan one perempuan diatas kain yang sudah di skala nyeri. pada ringan). Hasil dari uji peringkat
Kecamatan Tegowanu – group dengan usia celupkan pada air hangat kompres, Wilcoxon didapat bahwa nilai hasil p
Kabupaten Grobogan pretest- responden 20 – 61 yang bersuhu 40-50 c air bersuhu 40 – value 0.000 (p < 0.05 ) sehingga h0
posttest tahun setelah itu di kompres 50 c dan jahe ditolak disimpulkan bahwa ada
design pada daerah yang nyeri segar 100 mg. pengaruh pemberian kompres hangat
selama 20 menit. memakai jahe untuk meringankan
Penelitian ini dilakukan 3 skala nyeri
hari
4 Abri Pengaruh kompres Desain Populasi 10 lansia yang mengalami - Skala nyeri pre Hasil penelitian menunjukkan ada
Madoni hangat memakai penelitian penelitian Gout Arthritis dengan dan post pengaruh kompres hangat memakai
(2018) parutan jahe terhadap menggunakan semua lansia Gout pemberian kompres parutan jahe terhadap penurunan
penurunan intensitas quasi- Arthritis dengan hangat memakai parutan intensitas nyeri Gout Arthritis pada
nyeri gout arthritis eksperimen sampel 10 lansia jahe lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
pada lansia di dengan penderita Gout Lubuk Begalung Padang Tahun 2017
wilayah kerja rancangan one Arthritis dengan dengan p value 0,000 dimana p < α
Puskesmas Lubuk group pretest- teknik purposive 0,05
Begalung Tahun 2017 posttest sampling.
design
5 Yunita Efektifitas terapi Rancangan Lansia yang Pada kelompok Pada Instrumen yang Hasil penelitian didapatkan p value =
Liana rendam kaki dengan penelitian mengalami nyeri eksperimen diberikan kelompok digunakan untuk 0,000, ada perbedaan rerata skor nyeri
(2019) air jahe hangat adalah asam urat terapi rendaman kaki kontrol mengukur nyeri Arthritis Gout antara sebelum dan
terhadap nyeri pretest- sebanyak 32 menggunakan air jahe diberikan adalah kuisioner setelah diberikan terapi rendam kaki
Arthritis Gout pada posttest orang dengan hangat selama 15 menit terapi numeric rating dengan air hangat p value = 0,002.
lansia control group tekhnik rendam scale Hasil uji statistik dengan uji Mann
design pengambilan kaki penilaian skala Whitney didapatkan tidak ada
sampel adalah mengguna nyeri dilakukan perbedaan rerata skor nyeri Arthritis
total sampling. kan air sebelum Gout sebelum dan setelah diberikan
hangat perlakuan terapi rendam kaki dengan jahe
selama 15 (pretest) dan hangat dan terapi rendam kaki dengan
menit setelah perlakuan air hangat p value = 0,217. Dapat
(posttest). disimpulkan bahwa terapi rendam
kaki dengan jahe hangat dan terapi
rendam kaki dengan air hangat
175
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019
6 Senna Pengaruh pemberian Penelitian Teknik sampling Perlakuan pemberian 16 orang Lembar observasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Qobita Dwi kompres jahe quasy menggunakan kompres jahe sebanyak 2 lansia skala nyeri terdapat pengaruh pemberian
Putri, Devi terhadap intensitas eksperimental probability kali sehari selama 20 untuk numerik. kompres jahe (p-value = 0,00),
Rahmayanti, nyeri Gout Artritis dengan dua sampling menit. Jumlah sampel kelompok sehingga dapat disimpulkan h0
Noor Diani pada lansia di PSTW kelompok khususnya sebanyak 32 orang lansia kontrol ditolak, dimana terdapat pengaruh
(2017) Budi Sejahtera pretes-postest random sampling. dengan pembagian dua pemberian pemberian kompres jahe terhadap
Kalimantan Selatan jumlah sampel kelompok yaitu 16 orang kompres intensitas Nyeri Gout Artritis pada
sebanyak 32 lansia untuk kelompok hangat lansia di PSTW Budi Sejahtera
orang lansia perlakuan dan Kalimantan Selatan.
dengan
pembagian dua
kelompok
7 Igga Dwi Perbandingan Penelitian Sampel penelitian Metode pengambilan 14 orang Lembar observasi Hasil uji Mann-Whitney didapatkan
Rahayu efektivitas pemberian quasy sebanyak 28 sampel dengan purposive kompres skor nyeri NVPS nilai p = 0,403, artinya tidak ada
(2018) kompres hangat jahe eksperiment responden. sampling berjumlah 28 parutan perbedaan efektivitas pemberian
dengan kompres dengan pengambilan responden dibagi 2 jahe putih kompres hangat jahe putih dan
parutan jahe putih pendekatan sampel kelompok intervensi kompres parutan jahe putih (Zingiber
(zingiber officinale r.) pretest and menggunakan 14 responden kompres Officinale Rosc) pada penderita Gout
terhadap skor nyeri posttest purposive hangat jahe Arthritis di wilayah kerja Puskesmas
penderita gout di without sampling Sungai Durian, Kubu Raya.
wilayah kerja control
Puskesmas Sungai
Durian Kubu Raya
8 Silvia Nora Efektifitas kompres Desain pre Populasi Intervensi diberikan - Menggunakan Hasil uji marginal homogenelty
Anggreini, ekstrak jahe terhadap eksperimental berjumlah 39 dalam 1 kali intervensi skala nyeri didapatkan adanya efektifitas
Novry Fitri nyeri sendi lansia design. lansia yang selama 3 hari dengan 13 kompres ekstrak jahe terhadap
Yanti dengan arthritis gout terdiagnosa medis responden setiap harinya penurunan nyeri sendi lanjut usia
(2018) di Panti Sosial Tresna asam urat, dengan menggunakan dengan rata-rata sebelum diberikan
Werda Khusnul pengambilan kompres ekstra jahe kompres ekstrak jahe adalah 6,83
Khotimah Pekanbaru sampel dengan standar deviasi 1,298 dan
Riau berdasarkan total sesudah diberikan kompres ekstrak
sampling. jahe adalah 4,11 dengan standar
deviasi 1,410, p value 0,000 secara
statistik signifikan (p<0,05).
176
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019
9 Enny Virda Effect of red ginger The research The sampling Treatment using red - Data of this The results showed a pain scale of
Yuniarti, compress to decrease design uses a used total ginger compress research were respondents in the treatment group
Emyk scale of pain Gout quasi- sampling in order taken from the were on a scale of 4-6 and 7-9, and
Windartik, Arthiris patients experimental to extract some 24 checklist and after being given the scale of the
Amar Akbar approach non elderly observation sheets intervention to the scale of 1-3 and 4-
(2017) randomized respondents who pain scale before 6 scale, whereas the control group did
control group suffer from gout and after the not experience a decrease in pain
pretest- in elderly Hospice administration of scale. Statistical test results 2
posttest Mojopahit red ginger independent samples t test obtained p
design. Mojokerto compress value 0.029 (p <0.05) so h0 is
rejected, which means there is the
effect of red ginger compress to
decrease the patient's pain scale of
uric acid. Red ginger compress for
gout sufferers who are experiencing
pain, decrease pain scale effect on the
how to help lower levels of
prostaglandins and leukotriene
(inflammatory mediators) and
performed regularly 1 times a day for
15-30 minutes.
10 Rima Putri Pengaruh pemberian Quasi Jumlah sampel Kelompok intervensi 17 orang Skala nyeri Uji wilcoxon pada kelompok
Ani , kompres jahe merah eksperimental sebanyak 34 diberikan terapi 3 kali kelompok intervensi menunjukkan p value <
Usman, (Zingiber Officinale dengan orang dibagi kompres jahe merah kontrol 0.001 bermakna ada pengaruh terapi
Suhaimi Var Rubrum pendekatan menjadi 2 selama 3 minggu dengan kompres jahe merah terhadap nyeri
Fauzan Rhizoma) terhadap pre dan post kelompok yaitu diberikan pada pasien Gout Arthritis rata-rata
(2018) nyeri pada pasien gout test with 17 kelompok terapi 3 penurunan skala nyeri 3.00,
Arthritis di wilayah control intervensi dan 17 kali sedangkan Uji Wilcoxon pada
kerja Puskesmas group design. kelompok kontrol kompres kelompok kontrol menunjukkan p
Alianyang hangat value 0.003 bermakna ada pengaruh
Kota Pontianak biasa terapi kompres hangat biasa terhadap
selama 3 nyeri pada pasien Gout Arthritis rata-
minggu. rata penurunan skala nyeri 3.76
sementara itu, uji mann-whitney pada
2 kelompok didapatkan p value 0.005
rata-rata penurunan nyeri pada
kelompok intervensi 2.06 dan
kelompok kontrol 1.06, bermakna
terdapat perbedaan efektifitas terapi
177
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019
11 Anna R. R. Pengaruh pemberian Preeksperime Sampel pada - - Pengukuran skala Nilai p value 0,000 dimana p < á 0,05
Samsudin, kompres hangat ntal penelitian nyeri maka h0 ditolak dan dapat
Rina memakai parutan jahe dengan one ini berjumlah 30 disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
Kundre, merah (zingiber group pretest orang dengan yang signifikan pemberian kompres
Franly officinale roscoe var postest, menggunakan hangat memakai parutan jahe merah
Onibala rubrum) terhadap pemilihan metode purposive (Zingiber Officinale Roscoe Var
(2016) penurunan skala nyeri sampel sampling Rubrum) terhadap penurunan skala
pada penderita Gout dengan nyeri pada penderita Gout Artritis di
Artritis di desa Tateli purposive desa Tateli Dua, Kecamatan
Dua Kecamatan sampling. Mandolang,
Mandolang Kabupaten Minahasa.
Kabupeten Minahasa
178
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019
179
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 7, No. 2, September 2019
Putri, S.Q.D., Rahmayanti, D & Diani, Merah (Zingiber Officinale Roscoe Var
N. (2017). Pengaruh Pemberian Rubrum) Terhadap Penurunan Skala
Kompres Jahe Terhadap Intensitas Nyeri Padapenderitagout Artritis Di
Nyeri Gout Artritis Pada Lansia Di Pstw Desa Tateli Dua Kecamatan Mandolang
Budi Sejahtera Kalimantan Selatan. Kabupeten Minahasa. Ejournal
Dunia Keperawatan, Vol 5, No 2, Keperawatan (E-Kp) Volume 4 Nomor
September 2017: 90-95 1, Mei 2016 hal 1- 6
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2006). Smltzer, S.C., & Bare, B. (2014). Text
Fundamental Keperawatan Edisi 4 book medical surgical nursing Brunner-
Volume 2. Jakarta: EGC Suddarth. Philadelphia: Lippincot
Williams & Walkins
Rahayu, I.D. (2018). Perbandingan
Efektivitas Pemberian Kompres Hangat Sustrani, L., S. Alam., dan I. Hadibroto.
Jahe Dengan Kompres Parutan Jahe 2009.Asam Urat. Jakarta : Gramedia
Putih (Zingiber Officinale R.) Terhadap
Skor Nyeri Penderita Gout Di Wilayah Tamsuri, A. (2007). Konsep &
Kerja Puskesmas Sungai Durian Kubu Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC
Raya. Skripsi.
Http://Jurnal.Untan.Ac.Id/Index.Php/Jm Yuniarti, E.V., Windartik, E& Akbar,
keperawatanfk/Article/Viewfile/27303/ A. (2017). Effect of Red Ginger
75676577774 Compress To Decrease Scale Of Pain
Gout Arthiris Patients. International
Rusnoto., Cholifah, N., & Retnosari, I. Journal of Scientific & Technology
(2015). Pemberian Kompres Hangat Research Volume 6, Issue 10, October
Memakai Jahe Untuk Meringankan 2017. P 133 – 137
Skala Nyeri Pada Pasien Asam Urat Di
Desa Kedungwungu Kecamatan Vallerie Norman. 2009. Empat Pilar
Tegowanu Kabupaten Grobogan. Jikk Kesehatan. Jakarta: PT. Pustakaraya
Vol. 6 No. 1 Januari 2015 hal 29-39 Zuriati. (2017). Efektifitas Kompres Air
Santoso, Hanna dan Ismail, A. (2009). Hangat Dan Kompres Jahe Terhadap
Memahami krisis lanjut usia: uraian Penurunan Nyeri Pada Pasien Asam
medis dan pedagogis-pastoral. Jakarta: Urat Di Puskesmas Lubuk Begalung.
Gunung Mulia. The Shine Cahaya Dunia S-1
Keperawatan Vol 2, No 2
Samsudin, A.R.R., Kundre, R &
Onibala, F. (2016). Pengaruh Pemberian
Kompres Hangat Memakai Parutan Jahe
180