Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA NY.E DENGAN GASTRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW)


YAYASAN “ RUKUN IBU” SUKABUMI

Disusun oleh :
Febrina Nur Azizah
1941111042

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

“TELAH DILAKSANAKAN PRAKTIK KEPERAWATAN KLINIK


DARI TANGGAL 29 NOVEMBER - 4 DESEMBER DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
(PSTW) YAYASAN RUKUN IBU SUKABUMI”

Nama : Febrina Nur Azizah


Nim : 1941111042
D3 Keperawatan

Pembimbing Pembimbing Lapangan

Hendri Hardiyanto, M.Kep Hj. Rosmeni

Mengetahui
Dosen Pengampu Mata Kuliah
Keperawatan Gerontik

Asep Suryadin S.Kep.,Ners.,M.Pd

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rah
mat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan tugas “Asuhan Keperawatan Gerontik Di Panti Sosial
Tresna Werdha Rukun Ibu” yang disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan
Gerontik.
Mudah-mudahan makalah ini memberikan manfaat dalam segala bentuk kegiatan belajar,
sehingga dapat memperlancar dan mempermudah proses pencapaian yang telah direncanakan.
Penyusun pada kesempatan ini menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Ibu Erna Safariyah, M.Kep selaku Ketua Prodi D3 Keperawatan
2. Bapak Hendri Hadiyanto, M.Kep Selaku Pembimbing yang telah memberikan
bimbingandan arahan.
3. Teristimewa kepada Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan baik secara
moral maupun materi serta do’a dan kasih sayangnya.
4. Rekan-rekan kelompok yang memberikan saran yang bermanfaat dan membangun.
5. Untuk diri saya sendiri yang bisa bertahan sampai saat ini, terimakasih.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
segala kritikan dan saran yang membangun akan kami terima dengan lapang dada sebagai wujud
koreksi atas diri tim penyusun yang masih belajar. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin.

Sukabumi, 1 desember 2021

iii
Febrina Nur Azizah
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

BAB 1 : PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 1

1.3 Manfaat 1

BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS 2

2.1 Konsep Lansia 2

2.1.1 Definisi Lansia 2


2.1.2 Klasifikasi Lansia 3
2.1.3 Ciri-Ciri Lansia 3
2.1.4 Permasalahan Lansia Diindonesia 3
2.2 Konsep Penyakit 4

2.2.1 Definisi 5

2.2.2 Etiologi 5

2.2.3 Manifestasi Klinis 6

2.2.4 Patofisiologi 6

2.2.5 Pathway 7

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang 8

2.2.7 Penatalaksanaan 8

BAB 3 : Asuhan Keperawatan 9

iv
3.1 Pengkajian 9

3.2 Diagnosa 16

3.3 Intervensi 17

3.4 Implementasi 19

3.5 Evaluasi 21

BAB 4 : Penutup 22

4.1 Kesimpulan 22

4.2 Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN LAMPIRAN 24

v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998


tentangKesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan Lanjut Usia (lansia) adalah
seseorangyang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok usia diatas
65tahun yang rentan terhadap kesehatan fisik dan mental. Lansia adalah tahap lanjut darisuatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stres lingkungan. Kemampuan tubuh yang mengalami penurunanyaitu organ, fungsi dan sistem
tubuh yang bersifat fisiologis atau alamiah (Efendi, 2009).

Gastritis merupakan salah satu faktor utama yang menjadi masalah kesehatan pada
masyarakat. Hal ini menjadi masalah kesehatan pada saluran unit gawat darurat pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya rasa nyeri tekan pada daerah epigastrium(bagian daerah
lambung) dengan mengarah pada diagnosa gastritis, dimana untuk memastikan di butuhkan suatu
pemeriksaan fisik dan penunjang-penunjang lainnyaseperti endoskopi. (Selviana BY, 2015).
Menurut data dari World Health Organization(WHO) angka kejadian gastritis di dunia dari
beberapa negara yaitu Inggris denganangka persentase 22%, China dengan angka persentase
31%, Jepang dengan angka persentase 14,5%, Kanada dengan angka persentase 35% dan
Perancis dengan angka persentase 29,5%. Di dunia, Kejadian penyakit gastritis sekitar 1,8-2,1
juta penduduk dari setiap tahunnya, Kejadian penyakit gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635
dari jumlah penduduk setiap tahunnya. (Anshari & Suprayitno, 2019)

1.2 Tujuan umum

Untuk membuat asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan gastritis

1.2.1 Tujuan umum


Untuk membuat asuhan keperawatan gerontik pada lasia dengan gastritis
1.2.2 ujuan khusus
a) Untuk mengetahui konsep lansia
b) Untuk mengetahui konsep gastritis pada lansia
c) Untuk mengetahui asuhan keperawatan lansia dengan gangguan gastritis
1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Penyusun

Manfaat bagi meneliti yaitu dapat menambah pengetahuaan dalam


mengembangkan wawasan hipertensi pada lansia.
1.3.2 Institut Pendidikan
Hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat dijadikan salah satu bagian
dari pembelajaran asuhan keperawatan pada pada lansia dengan Gastritis di DIII
Keperawatan terkhusus pada program Keperawatan Gerontik.

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
Menurut Reimer et al (1999); Stanley and Beare (2007 dalam Azizah
2011), mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang
menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut
beruban, kerutan kulit dan hilangnya gigi. Glascock dan Feinman (1981); Stanley
and Beare (2007 dalam Azizah 2011), menganalisis kriteria lanjut usia dari 57
negara di dunia dan menemukan bahwa kriteria lansia yang paling umum adalah
gabungan antara usia kronologis dengan perubahan dalam peran sosial, dan
diikuti oleh perubahan status fungsional seseorang.
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam
Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, telah menghasilkan
kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut
usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan
budaya bangsa
Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa lansia adalah gabungan
antara usia kronologis dengan perubahan dalam peran sosial, dan diikuti oleh
perubahan status fungsional seseorang, serta ditandai ciri fisik seperti rambut
beruban, kerutan kulit dan hilangnya gigi.

2
2.1.2 Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut menurut Depkes RI (2015)
a. Usia lanjut presenilis yaitu abtara usian 45-59 tahun
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas 6
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.
2.1.3 Ciri-Ciri Lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran
pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik,
akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya
lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial
di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai
tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi
positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.

3
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk.
2.1.4 Permasalahan Lansia di Indonesia
Penduduk usia lanjut atau lansia pada 2020 diperkirakan mencapai 28,8
juta jiwa atau 11,34 persen dari total jumlah penduduk di Tanah Air, angka ini
menjadi tantangan agar tercipta lansia sehat dan produktif. Lanjut usia mengalami
masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari kemunduran selsel tubuh, sehingga
fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko terhadap penyakit pun
meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami lanjut usia adalah malnutrisi,
gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak, dan lain-lain. Selain itu,
beberapa penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain Gatritis.
2.2 Konsep Penyakit
2.2.1 Definisi
Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat akut,
dengan kerusakan Erosive karena permukaan hanya pada mukosa. Gastritis adalah
peradangan pada lapisan lambung. Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa
dan sub mukosa lambung. Mendefinisikan Gastritis sebagai inflamasi mukosa Gaster
akut atau kronik. Gastritis yaitu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung
yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan
iritan lain. Jadi Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik, diffus atau lokal. Sebagian besar Gastritis disebabkan oleh infeksi bacterial
mukosa lambung yang kronis. Selain itu beberapa bahan yang sering dimakan dapat
menyebabkan rusaknya sawar mukosa pelindung lambung (Andra dan Yessie, 2013, p.
127).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, diffus, atau lokal. Dua jenis Gastritis yang sering terjadi
adalah Gastritis superficial akut dan Gastritis atrofik kronis (Amin dan Hardhi, 2013, p.
177).
2.2.2 Etiologi

4
Lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya tahan terhadap asam yang kuat.
Tetapi lapisan lambung dapat mengalami iritasi dan peradangan karena beberapa
penyebab:
a. Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh Helicobacter Pylori
(bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung). Tidak ada
bakteri lainnya yang dalam keadaan normal tubuh di dalam lambung yang bersifat asam,
tetapi jika lambung tidak mengasilkan asam, berbagai bakteri bisa tumbuh di lambung.
Bakteri ini bisa menyebabkan Gastritis menetap atau Gastritis sementara.
b. Gastritis karena stres akut, merupakan jenis Gastritis yang paling berat, yang
disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi secara tiba – tiba.
Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti yang terjadi pada luka bakar
yang luas atau cedera yang menyebabkan perdarahan hebat.
c. Gastritis erosif kronik bisa merupakan akibat dari : bahan – bahan seperti obat –
obatan, terutama aspirin dan obat anti peradangan nonsteroid lainnya, penyakit kronik,
infeksi virus dan bakteri. Gastritis ini terjadi secara perlahan pada orang – orang yang
sehat, bisa disertai dengan perdarahan atau pembentukan ulkus (borok, luka terbuka),
paling sering terjadi pada alkoholik.
d. Gastritis karena virus atau jamur bisa terjadi pada penderita penyakit menahun atau
penderita yang mengalami gangguan sistem kekebalan.
e. Gastritis Eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi
cacing gelang. Eosinofil (sel darah putih) terkumpul di dinding lambung.
f. Gastritis arofik terjadi jika antibodi menyerang lapisan lambung, sehingga lapisan
lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh selnya yang
menghasilkan asam dan enzim. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia lanjut Gastritis ini
juga cenderung terjadi pada orang – orang yang sebagian lambungnya telah diangkat
(menjalani pembedahan gastrektomi parsial). Gastritis atrofik bisa menyebabkan anemia
pernisiosa karena mempengaruhi penyerapan vitamin B12 dari makanan.
g. Penyakit Meniere merupakan jenis Gastritis yang penyebabnya tidak diketahui.
Dinding lambung menjadi tebal, lipatanya menebal, kelenjarnya membesar dan memiliki
kista yang terisi cairan. Sekitar 10% penderita penyakit ini menderita kanker lambung.

5
h. Gastritis sel plasma merupakan Gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Sel plasma
(salah satu jenis sel darah putih) terkumpul di dalam dinding lambung dan organ lainnya.
Gastritis bisa terjadi jika seseorang menelan bahan korosif atau menerima terapi
penyinaran dengan dosis yang berlebihan.
2.2.3 Manifestasi klinis
Manifistasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul perdarahan
saluran cerna bagian atas dan bahkan pada beberapa pasien tidak menimbulkan gejala
yang khas. Manifestasi Gastritis akut dan kronik hampir sama, seperti dibawah ini :
a) Anoreksia
b) Rasa penuh
c) Nyeri pada epigastrium
d) Mual dan muntah
e) Sendawa
f) Hematemesis
Pola gejala yang khas hanya terlihat pada sekitar 50% pasien. Gejala – gejala
Gastritis umumnya tergantung pada lokasi tukak dan usia pasien. Banyak penderita
(terutama lansia) tidak mengalami gejala (atau hanya sedikit gejala). Nyeri adalah gejala
yang paling lazim dan biasanya terlokalisir pada Epigastrium atau Gastrium tengah.
Nyeri ini digambarkan sebagai rasa panas yang menggangu dan konstan, dan kadang-
kadang disertai rasa lapar. Sifatnya cenderung kronik dan berulang. Nyeri yang timbul
dapat dikurangi dengan makan atau antasida. Meskipun kadang tidak terlihat, Gastritis
kemungkinan ditandai oleh regurgitasi asam atau muntah. Meskipun jarang terjadi,
muntah darah dapat terjadi dan dikenal sebagai Gastritis hemoragik (Syamsudin, 2016, p.
36).
2.2.4 Patofisiologi
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam
lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan
barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion hidrogen. Gangguan
difusi pada mukosa dan peningkatan sekresi asam lambung yang meningkat. Asam
lambung dan enzim-enzim pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan
terjadilah reaksi peradangan. Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena bakteri

6
HP (Helicobacteri Pylori) langsung melekat pada sel-sel dinding lambung oleh bakteri
dan terinfeksi. Dan kemudian menghancurkan lapisan mukosa lambung. Peradangan ini
termanifestasi seperti perasaan perih di epigastrium, rasa panas atau terbakar dan nyeri
tekan. Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan pada spinkter
esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila iritasi / erosi pada mukosa
lambung sampai pada jaringan lambung dan mengenai pembuluh darah. Sehingga
kontinuitasnya terputus dapat menimbulkan hematemesis maupun melena (Amin dan
Hardhi, 2013, p. 179).
2.2.5 Pathway

7
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Darah lengkap bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.
b. Pemeriksaan serum vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui adanya defisiensi B12.
c. Analisa feses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.

8
d. Analisis gaster bertujuan untuk mengetahui kandungan HCL lambung. Achlordidria
menunjukkan adanya Gastritis atropi.
e. Test Antibody serum. Bertujuan untuk megetahui adanya anti body sel parietal dan
faktor intrinsik lambung terhadap Helicobakter Pylori.
f. Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada kecurigaan
berkembangnya ulkus peptikum
g. Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.
2.2.7 Penatalaksanaan
Bila telah terjadi perdarahan akibat erosi mukosa lambung maka perlu dilakukan
tranfusi darah untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh dan dilakukan lavage
(bilas) lambung. Pembedahan yang dapat dilakukan pada klien dengan Gastritis adalah
Gastrektomi Parsial, Vagotomi Pyloraplasti. Injeksi Intravena Cobalamin dilakukan bila
terdapat Anemia Pernisiosa. Fokus intervensi keperawatan adalah bagaimana
mengevaluasi dan mengeliminasi faktor penyebab gastritis antara lain anjurkan klien
untuk tidak menkonsumsi alkohol, kafein, teh panas, atau zat iritan bagi lambung serta
merubah gaya hidup dengan pola hidup sehat dan meminimalisasi stress.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
2.2 Pengkajian
3.1.1 PENGKAJIAN

9
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. E
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Usia : 66 th
d. Status perkawinan : Cerai Mati
e. Agama : Islam
f. Suku bangsa : Sunda Indonesia
g. Pendidikan : SD
h. Bahasa yang digunakan : Bahasa Sunda
i. Pekerjaan : Tidak Bekerja
j. Alamat : Kp Nangeleng rt 03/rw 11
k. Diagnosa medis : Gastritis

3.1.2 PENANGGUNG JAWAB


l. Nama : Ny. Hj Rosmeni
m. Jenis kelamin : Perempuan
n. Usia : 83 th
o. Hubungan dengan pasien : Ibu panti (pengurus)
p. Pendidikan : SD
q. Pekerjaan : Tidak Bekerja
r. Alamat : Kp Nangeleng rt 03/rw 11

3.1.2 RIWAYAT KESEHATAN


3.1.2.1 Riwayat kesehatan sekarang : Pasien mengatakan nyeri dibagian ulu hati
Nyeri seperti tertusuk skala nyeri 6 dari
rentang (0-10) nyeri dirasakan ketika perut
diberi tekanan
3.1.2.2 Riwayat kesehatan masa lalu : Pasien mengatakan pernah dirawat dengan
penyakit
Gastritis, klien tidak mempunyai penyakit
keturunan

10
3.1.2.3 Riwayat kesehatan keluarga : Klien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang
mempunyai penyakit seperti yang diderita klien
dan
tidak ada yang mempunyai penyakit menular atau
keturunan

3.1.3 DATA FISIOLOGIS, PSIKOLOGIS, PERILAKU, RELASIONAL


LINGKUNGAN
a. Data Fisiologis
1) Respirasi : 20 x /menit
2) Sirkulasi : Klien tampak pucat dengan hasil tekanan 160/90
mmHg
3) Nutrisi dan Cairan :
Keterangan Sebelum sakit Sesudah sakit
1. Frekuensi 3 x sehari 1x sehari
2. Jenis Nasi Bubur
3. Porsi 1 porsi habis ½ porsi kadang tdk habis
4. Masalah Tidak ada Mual dan muntah

4) Eliminasi
No Eliminasi Keterangan
1 BAB : Keterangan :
1. Frekuensi 1. 1 x sehari
2. Warna 2. Kuning
3. Jenis 3. Padat
4. Masalah 4. Tidak ada

No Eliminasi Keterangan
2 BAK : Keterangan :
1. Frekuensi 1. 6 - 7 x sehari

11
2. Warna 2. Kuning jernih
3. Jenis 3. Banyak
4. Masalah 4. Tidak ada

5) Aktivitas dan istirahat


Pola Aktivitas Keterangan
Mandi Mandiri
Berpakaian Mandiri
Berpindah Mandiri
Eliminasi Mandiri
Makan Mandiri

Pola istirahat dan tidur Keterangan


1. Siang 2 Jam
2. Malam 8 jam

2) Neurosensori : Tidak ada keluhan


3) Reproduksi dan seksualitas : Penurunan fungsi reproduksi dan seksual
b. Data Psikologis
1) Nyeri dan kenyamanan : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut
2) Integritas Ego : Klien memiliki integritas ego (rewel)

3) Pertumbuhan dan perkembangan : Secara psikologis pertumbuhan dan


perkembangan sesuai dengan usia lansia.
c. Data Prilaku
1) Kebersihan diri
No. Jenis Keterangan
1. Mandi Frekuensi : 1x sehari
Jenis : Memakai air dingin
2. Berpakaian Frekuensi : Ganti baju 2x sehari

12
3. Mobilisasi Tempat Tidur Dapat mobilisasi tanpa hambatan

2) Penyuluhan dan pembelajaran : Pentingnya mengkonsumsi obat secara rutin dan


sering memeriksakan ke dr
d. Data Relasional
1) Interaksi social : Klien kurang berinteraksi dengan orang lain
karena
kurang pendengaran
e. Data Lingkungan
1) Keamanan dan proteksi : Klien mampu berjalan tanpa alat

3.1.4 PENGKAJIAN FISIK


a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) GCS : 15 ( E : 4, V : 5, M : 6 )
3) TB/BB : 153 cm / 48 kg
4) IMT : 20,8 (berat badan ideal)
5) Postur tubuh : Tidak membungkuk
6) Warna kulit : Kuning langsat
7) Turgor kulit : Kurang dari 4 detik
b. Gejala cardinal
1) Nadi : 82 x/menit
2) Suhu : 35,5 ℃
3) Respirasi : 20 x/menit
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan leher : Kepala simetris, kulit kepala bersih tidak ada lesi,
tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
2) Mata : Konjugtiva anemis, sklera putih
3) Hidung : Bentuk simetris, tidak ada peradangan
4) Telinga : Simetris, kurangnya pendengaran

13
5) Mulut : Bersih, mukosa kering
6) Thorak
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada benjolan
Perkusi : Suara jantung pekak, suara paru sonor
Auskultasi : Reguler
7) Abdomen
Inspeksi : Simetris, datar
Palpasi : Ada nyeri tekan terhadap abdomen
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal
8) Genitourinaria : Tidak terkaji
9) Muskuloskeletal : Lansia banyak mengalami problem
muskulokeletal
berupa penurunan fleksibilitas otot, penurunan
kekuatan otot, stabilitas postural yang buruk,
perubahan pola jalan, dan adanya nyeri

3.1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

4 ALAT PENGUKUR INSOMNIA


Pengukuran insomnia sebelum dilakukan pengukuran otot progresif
Dalam Prasetya, Z. (2016) menurut Iwan (2009) alat ukur yang digunakan untuk
mengukur insomnia adalah menggunakan KSPBJ-IRS (Kelompok Studi Psikiatri Biologis
Jakarta – Insomnia Rating Scale), sebagai berikut :
1 2
3 4
No Pernyataan Tidak Kadang-
Sering Selalu
Pernah Kadang
1 Kesulitan untuk memulai tidur ✓
2 Tiba-tiba terbangun pada malam hari ✓

14
3 Bisa terbangun lebih awal/dini hari ✓
4 Merasa mengantuk di siang hari ✓
5 Sakit kepala pada siang hari ✓
Merasa kurang puas dengan tidur
6 ✓
anda
Merasa kurang nyaman/gelisah saat
7 ✓
tidur
8 Mendapat mimpi buruk ✓
Badan terasa lemah, letih, kurang
9 ✓
tenaga setelah tidur
Jadwal jam tidur sampai bangun
10 ✓
tidak beraturan
11 Tidur selama 6 jam dalam semalam ✓
Hasil ukur insomnia Ny. E 28 : Insomnia Berat

Hasil dari semua pernyataan dikategorikan sebagai berikut:

11-19 : tidak ada keluhan insomnia

20-27 : insomnia ringan

28-36 : insomnia berat

37-44 : insomnia sangat berat

Pengukuran insomnia sesudah pengukuran otot progresif

1 2
3 4
No Pernyataan Tidak Kadang-
Sering Selalu
Pernah Kadang
1 Kesulitan untuk memulai tidur ✓
2 Tiba-tiba terbangun pada malam hari ✓

15
3 Bisa terbangun lebih awal/dini hari ✓
4 Merasa mengantuk di siang hari ✓
5 Sakit kepala pada siang hari ✓
Merasa kurang puas dengan tidur
6 ✓
anda
Merasa kurang nyaman/gelisah saat
7 ✓
tidur
8 Mendapat mimpi buruk ✓
Badan terasa lemah, letih, kurang
9 ✓
tenaga setelah tidur
Jadwal jam tidur sampai bangun
10 ✓
tidak beraturan
11 Tidur selama 6 jam dalam semalam ✓
Hasil ukur insomnia Ny. E 21 : Insomnia Ringan

Hasil dari semua pernyataan dikategorikan sebagai berikut:

11-19 : tidak ada keluhan insomnia

20-27 : insomnia ringan

28-36 : insomnia berat

37-44 : insomnia sangat berat

5 THERAPY MEDIC
Klien mengatakan bahwa klien sering mengonsumsi obat antasida

6 ANALISA DATA

16
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : Pemenuhan nutrisi tidak Gangguan pola makan kurang dari
- Ny. E mengatakan adekuat kebutuhan tubuh
sering merasa mual
dan muntah
Do :
- Pasien tampak lemah
dan tidak berenergi
2 Ds : Kurang aktivitas Konstipasi
- Ny. E mengatakan
sering BAB dengan
konsistensi feses
padat
Do :
- Perut pasien teraba
keras dan ada nyeri
tekan

3.2 DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Gangguan pola makan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemenuhan nutrisi tidak adekuat
2. Konstipasi berhubungan dengan kurang aktivitas

3.3 RENCANA KEPERAWATAN


No Diagnosis Tujuan Kriteria Intervensi Rasional

17
Hasil
1 Gangguan pola makan Setelah diberikan 1. Klien tidak 1. Timbang berat 1. Mengevaluasi
kurang dari kebutuhan tindakan mual dan badan sesuai keefektifan atau
tubuh b.d pemenuhan keperawatan 2x24 muntah indikasi kebutuhan
nutrisi tidak adekuat jam diharapkan 2. Klien tidak 2. Berikan mengubah
gangguan pola merasa makanan dalam pemberian
makan teratasi nyeri jumlah kecil dan nutrisi
akibat dalam waktu 2. Membantu
gastritis yang sering dan dalam
atau iritasi teratur menentukan
dari 3. Berikan respon untuk
mukosa makanan yang makan atau
lambung tidak berkembangnya
membentuk gas komplikasi
4. Berikan 3. Meningkatkan
perawatan oral proses
teratur, sering pencernaan dan
dan teratur toleransi pasien
termasuk minyak terhadap nutrisi
untuk bibir yang diberikan
dan dapat
meningkatkan
kerjasama
pasien saat
makan
4. Dapat
mempengaruhi
nafsu
makan/pencerna
an dan
membatasi

18
masukan nutrisi

2 Konstipasi b.d kurang Setelah diberikan 1. Feses lunak 1. Mengajarkan 1. Banyak


aktivitas tindakan (normal) alih baring aktivitas bisa
keperawatan 2x24 2. Mudah setiap 2 jam merangsang
jam BAB lancar proses sekali gerakan
dan bisa defekasi 2. Menganjurka peristaltik
melakukan n pada klien 2. Banyak
aktivitas (banyak untuk minum minum
gerak) (10-12 gelas) untuk
3. Menganjurka mencairkan
n pada klien feses
untuk makan 3. Serat sangat
tinggi serat berfungsi
(pepaya) untuk
4. Mendorong melancarkan
klien untuk proses
melakukan defekasi
aktivitas karena serat
bisa
melunakan
konsistensi
feses
4. Untuk
melancarkan
proses
defekasi

3.4 IMPLEMENTASI

19
N Hari/Tanggal Diagnosis Implemetasi Respons
o
1 Selasa, 30 November Gangguan pola makan 1. Memberikan 1. Pasien
2021 kurang dari kebutuhan makan sedikit mengatakan
tubuh b.d pemenuhan tapi sering tidak lagi mual
nutrisi yang tidak adekuat 2. Memberikan dan muntah
lingkungan yang 2. Klien
tenang dan mengatakan
nyaman nyeri gastritis
3. Mengkaji skala berkurang
nyeri dari lokasi ketika
nyeri lingkungannya
4. Menganjurkan nyaman
teknik relaksasi 3. Pasien
dengan napas mengatakan
dalam sudah
mengetahui
lokasi nyeri
4. Pasien
mengatakan
rileks setelah
melakukan
teknik napas
dalam
2 Rabu, 1 Desember Konstipasi berhubungan 1. Menganjurkan 1. Klien
2021 dengan kurang aktivitas pada klien untuk mengatakan
minum (10-12 sudah minum
gelas) / hari (10-12 gelas)
2. Menganjurkan 2. Klien
pada klien untuk mengatakan
makan tinggi sudah makan

20
serat (pepaya) makanan
3. Mengajarkan tinggi serat
alih baring (pepaya)
setiap 2 jam 3. Klien
sekali mengatakan
4. Mendorong sudah mampu
klien untuk alih baring
melakukan secara mandii
aktivitas 4. Klien
mengatakan
sudah bisa
melakukan
aktivitas
sendiri

3.5 EVALUASI

21
No Hari/Tanggal Diagnosis Evaluasi

1 30 November 2021 Gangguan pola makan kurang dari S : klien mengatkan sudah tidak lagi mual
kebutuhan tubuh berhubungan dan muntah
dengan pemenuhan nutrisi yang O : wajah klien nampak tidak pucat
tidak adekuat A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
2 1 Desember 2021 Konstipasi berhubungan dengan S : klien mengatakan BAB sudah lancar
kurang aktivitas O:
 TD : 160 / 90
 RR : 20 x / menit
 Nadi 82 x / menit
 Suhu : 35,5 ℃
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pengkajian yang dilakukan di dapatkan bahwa Ny. E usia 66 tahun,
pendidikan SD, Tidak bekerja, agama islam. Dari wawancara dengan Ny. E mengatakan
nyeri pada bagian ulu hati dan sering mual muntah dan tidak napsu makan saat dilakukan
TTV pengukuran tekanan darah 160/90 mmHg, suhu 35,5℃, RR 20x/ menit, Nadi
80x/menit.
Telah dilakukan Asuhan Keperawatan yang dilakukan mulai dari pengkajian sampai
tahap evaluasi selama 2 hari kepada Ny. E dengan hasil ulu hati tidak lagi terasa nyeri.

4.2 Saran
1. Untuk Pelayanan Kesehatan
Saran untuk panti sosial tresna werdha rukun ibu sukabumi dapat
mengoptimalkan untuk pemeriksaan dan penanganan pada lansia yang mempunyai
penyakit gastritis yang berada di PSTW.
2. Untuk Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada pihak institusi pendidikan untuk dapat memberikan
pengetahuan mengenai gastritis kepada lansia yang berada di Panti sosial tresna
werdha supaya mengetahui mengenai gastritis.

23
Daftar Pustaka

Rohmah & Wahid. 2020. Proses Keperawatan Teori & Aplikasi. Yogyakarta: AR
RUZZ MEDIA
Suratun, Lusianah. 2018. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta: Trans Info Media
Profil Kesehatan Kabupaten Kampar. 2016. Gambaran Pola Penyakit Terbesar:
Halaman 39. Kampa
Dinkes Prov. Riau. 2018. Angka Kejadian Gastritis di Riau. Riau : Dinas Kesehatan Provinsi
Riau

24
Lampiran-Lampiran
No Keterangan Foto Kegiatan
1 Pengkajian

2 Senam

3 ROM

4 MMSE

25
5 Pengkajian Insomnia

6 Latihan Otot Progresif

7 Foto Bersama

26

Anda mungkin juga menyukai