Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN MAKALAH KELOMPOK 1

KEPERAWATAN GERONTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN LANSIA

DOSEN PENGAMPU : ASWATI, Ners., M.Pd.

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1

ANGGI HAPSARI PUTRI 001STYC18

DIANA NOVITA 009STYC18

GUNAWAN FEBRIANTO 021STYC18

IIN HUSNIA DEPI 029STYC18

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NTB

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan shalawat serta salam tak lupa pula kita
hanturkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW, sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah dengan judul “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia”.
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui faktor hubungan sosial, faktor
ekonomi dan faktor tradisi dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan pada
lansia.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu dosen yang telah
mengarahkan dan membimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini.
Makalah ini kami susun berdasarkan dari berbagai sumber yang ada.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga makalah ini bisa lebih baik lagi. Harapan kami, semoga makalah ini
dapat memberi manfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

Mataram, Oktober 2021

Penyusun
Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN 4

2.1 Definisi Lansia 4

2.2 Kesehatan Pada Lansia 5

2.3 Status Kesehatan Pada Lansia 10

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia 13

2.5 Pandangan Secara Islam Tentang Faktor Yang Mempengaruhi


Kesehatan Lansia 15

2.6 Penelitian Di Beberapa Negara Maju Tentang Faktor Yang


Mempengaruhi Kesehatan Lansia 17

2.7 Upaya Kesehatan Pada Lansia Di Indonesia 20

BAB III PENUTUP 23

3.1 Kesimpulan 23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses penuaan pada lansia terjadi seiring bertambahnya umur lansia,
yang akan menimbulkan masalah terkait aspek kesehatan, ekonomi, maupun
sosial. Oleh karena itu perlunya peningkatan pelayanan kesehatan terhadap
lanjut usia sehingga lansia dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Berdasarkan aspek kesehatan, lansia akan mengalami proses penuaan yang
ditandai dengan penurunan pada daya tahan fisik sehingga rentan terhadap
penyakit. Penurunan fungsi fisik yang terjadi pada lansia yakni penuruna
sistem tubuh seperti sistem saraf, perut, limpa, dan hati, penurunan
kemampuan panca indra seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, dan
prasa, serta penurunan kemampuan motorik seperti kekuatan dan kecepatan.
Berbagai penurunan ini berpengaruh terhadap kemampuan lansia dalam
melakukan aktivitas sehar-hari dan terhadap status kesehatannya. Data dari
Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa penyakit yang banyak terjadi pada lansia
yaitu Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti hipertensi, artritis, stroke,
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Selain
berdampak pada kondisi biologisnya. Secara ekonomi, umumnya lansia
dipandang sebagai beban dari pada sumber daya. Sedangkan secara sosial,
kehidupan lansia dipersepsikan negatif yaitu dianggap tidak banyak
memberikan manfaat bagi keluarga dan masyarakat. Stigma yang berkembang
di masyarakat membuat lansia mengalami penolakan terhadap kondisinya dan
tidak bisa beradaptasi di masa tuanya, sehingga akan berdampak pada
kesejahteraan hidup lansia. Peningkatan pelayanan kesehatan terhadap lansia
diperlukan untuk mewujudkan lansia yang sehat, berkualitas, dan produktif di
masa tuanya. Pelayanan kesehatan pada lansia harus diberikan sejak dini yaitu
pada usia pra lansia (45-59 tahun). (Pipit, 2018)

1
Saat ini diketahui bahwa peningkatan pertumbuhan penduduk lansia
menjadi salah satu masalah yang besar terkait dengan masalah sosial dan
kesehatan di berbagai Negara (Cook&Halsal, 2012). Kondisi ini juga terjadi
pada penduduk Indonesia bahkan lebih cepat dibandingkan dengan banyaknya
negara lain, sehingga telah menyebabkan Badan Pusat Statistik menjadikan
abad 21 sebagai abad lansia bagi bangsa Indonesia. Indonesia akan mengalami
peningkatan lansia sebesar 41,45 pada tahun 2025 yang merupakan akan
peningkatan tertinggi didunia (Depkes, 2013). Bahkan pada tahun 2020-2025,
Indonesia akan menduduki peringkat keempat dengan struktur dan jumlah
penduduk lanjut usia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan umur
harapan hidup diatas 70 tahun. Berdasarkan jumlah penduduk usia lanjut
(60 tahun keatas) di Asia untuk Indonesia memperoleh peringkat ke empat
yaitu pada tahun 2010 jumlah penduduk usia lanjut 8,8% diperkirakan
menjadi 24,5% tahun 2050 sedangkan Negara lain Korea 42,6% , Cina 35,2%
dan Vietnam 27,7% (Robert, 2014) (Pipit, 2018)
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Definisi Lansia ?
1.2.2 Bagaimana Kesehatan Pada Lansia ?
1.2.3 Bagaimana Status Kesehatan Pada Lansia ?
1.2.4 Bagaimana Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia ?
1.2.5 Bagaimana Pandangan Secara Islam Tentang Faktor Yang
Mempengaruhi Kesehatan Lansia ?
1.2.6 Bagaimana Penelitian Di Beberapa Negara Maju Tentang Faktor Yang
Mempengaruhi Kesehatan Lansia ?
1.2.7 Bagaimana Upaya Kesehatan Pada Lansia Di Indonesia ?
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Definisi Lansia

2
2. Untuk Mengetahui Kesehatan Pada Lansia
3. Untuk Mengetahui Status Kesehatan Pada Lansia
4. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan
Lansia
5. Untuk Mengetahui Pandangan Secara Islam Tentang Faktor Yang
Mempengaruhi Kesehatan Lansia
6. Untuk Mengetahui Penelitian Di Beberapa Negara Maju Tentang
Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia
7. Untuk Mengetahui Upaya Kesehatan Pada Lansia Di Indonesia

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Lansia


Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada kehidupan akhir
manusia yang di mulai dari usia 60 tahun hingga hampir mencapai 120 atau
125 tahun. Adapun lanjut usia di klasifikasi : lansia awal (65 hingga 75
tahun), lansia menengah (73 tahun atau lebih), dan lansia akhir (85 tahun atau
lebih) (Dunkle 2009 dalam santrock, 2012). (Pipit, 2018)
Menurut setianto (2004) seorang di katakan lanjut usia (lansia) apabila
usianya 65 tahun ke atas, lansia menurut pujiastuti (2003) lansia bukan
penyakit tapi, merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang di
tandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan tubuh
dan setres lingkungan. [ CITATION Muh162 \l 1033 ]
Menurut UU No 13/1998 tentang kesejahteraan lanjut usia ada tiga
definisi lanjut usia :
1. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas
2. Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang mampu melakukan
pekerjaan dan atau kegiataan yang menghasilkan barang dan jasa
3. Lanjut usia yang tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya
mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
[CITATION WPi18 \l 1033 ]
Menurut Depkes RI, (2000) Lanjut usia atau yang disingkat lansia adalah
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Pengelompokan lansia
berdasarkan Departemen Kesehatan RI (2003) meliputi : Kelompok usia
prasenelis/virilitas, adalah kelompok yang berusia 45-59tahun.
1. Kelompok usia lanjut adalah krlompok yang berusia 60 tahun atau lanjut.
2. Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi adalah kelompok yang berusia
70 tahun atau lebih, atau kelompok yang berusia atau lebih dengan
masalah kesehatan. [CITATION WPi18 \l 1033 ]

4
Sedangkan menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), klasifikasi lanjut
usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45-59 tahun
2. Lanut usia (edderly) antara 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara usia 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. [ CITATION WPi18 \l 1033 ]
2.2 Kesehatan Pada Lansia
Kesehatan lansia (lanjut usia) dapat dilihat dari kesehatan fisik dan
psikisnya. Faktor kesehatan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia dan daya
tahan fisik terhadap serangan penyakit. Faktor kesehatan psikis meliputi
penyesuaian terhadap kondisi kesehatan lanjut usia. [ CITATION Agu15 \l 1033 ]
1. Kesehatan Fisik
Kesehatan lansia yang paling utama adalah kesehatan fisik. Keadaan
fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan fisik,
pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-
tahap tertentu. Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan
diri kembali dengan ketidak berdayaannya.
Kemunduran fisik ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti
gangguan pada sirkulasi darah, persendian, sistem pernafasan, neurologik,
metabolik, neoplasma dan mental. Sehingga keluhan yang sering terjadi
adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran pencernaan, saluran
kencing, fungsi indra dan menurunnya konsentrasi. Untuk mengkaji fisik
pada orang lanjut usia harus dipertimbangkan keberadaannya seperti
menurunnya pendengaran, penglihatan, gerakan yang terbatas, dan waktu
respon yang lamban.
Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotorik. Fungsi kognitif meliputi proses belajar,
persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain yang
menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat.
Fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan

5
dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat
bahwa lanjut usia kurang cekatan. (Agustin, 2015)
2. Kesehatan Psikis
Dengan menurunnya berbagai kondisi dalam diri orang lanjut usia
secara otomatis akan timbul kemunduran kemampuan psikis. Salah satu
penyebab menurunnya kesehatan psikis adalah menurunnya pendengaran.
Dengan menurunnya fungsi dan kemampuan pendengaran bagi orang
lanjut usia maka banyak dari mereka yang gagal dalam menangkap isi
pembicaraan orang lain sehingga mudah menimbulkan perasaan
tersinggung, tidak dihargai dan kurang percaya diri. [ CITATION Agu15 \l
1033 ]
Menurunnya kondisi psikis ditandai dengan menurunnya fungsi
kognitif. Lebih lanjut dikatakan dengan adanya penurunan fungsi kognitif
dan psiko motorik pada diri orang lanjut usia maka akan timbul beberapa
kepribadian lanjut usia sebagai berikut:
a. Tipe kepribadian Konstruktif, pada tipe ini tidak banyak mengalami
gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
b. Tipe Kepribadian Mandiri, pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power syndrom, apabila pada masa lanjut usia tidak
diisi dengan kegiatan yang memberikan otonomi pada dirinya.
c. Tipe Kepribadian Tergantung, pada tipe ini sangat dipengaruhi
kehidupan keluarga . Apabila kehidupan keluarga harmonis maka
pada masa lanjut usia tidak akan timbul gejolak. Akan tetapi jika
pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan
menjadi merana apalagi jika terus terbawa arus kedukaan.
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan, pada tipe ini setelah memasuki masa
lanjut usia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya. Banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama
sehingga menyebabkan kondisi ekonomi rusak.

6
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri, tipe ini umumnya terlihat sengsara,
karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya. (Agustin, 2015)
3. Karakteristik Resiko Tinggi
Lansia mengalami perubahan fisiologik, psikolosik dan sosial.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia tersebut dapat menjadi
faktor risiko bagi lansia. Perubahan tubuh yang terjadi pada lansia akan
terjadi terus menerus seiring peningkatan usia dan perubahan spesifik
pada lansia dipengaruhi oleh kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor dan
lingkungan. (Agustin, 2015)
Kategori yang berhubungan dengan kondisi resiko terhadap perubahan
status kesehatan adalah resiko biologik termasuk resiko terkait usia:
resiko lingkungan termasuk psikologik, sosial ekonomi dan kejadian
hidup: resiko perilaku didalamnya resiko gaya hidup. (Agustin, 2015)
Faktor yang berhubungan dengan risiko pada individu yaitu faktor
biologik termasuk predisposisi genetik, terpapar elemen lingkungan dan
adanya perilaku manusia. Karakteristik risiko yang dijelaskan oleh para
ahli tersebut pada prinsipnya sama, bahwa karakteristik risiko yaitu risiko
biologik, risiko sosial, risiko ekonomi, risiko kejadian hidup dan resiko
gaya hidup. Berdasarkan hal tersebut, maka dibawah ini diuraikan faktor
yang ada pada individu lansia. [ CITATION Agu15 \l 1033 ]
a. Risiko Biologik (Biological Risk)
Beberapa kondisi penyakit akibat genetik berkontribusi pada resiko
biologik untuk kondisi tertentu. Faktor yang berkontribusi pada
resiko biologik seperti pola penyakit kardiovaskuler yang terjadi pada
beberapa generasi dalam keluarga. Beberapa hasil riset mendukung
bahwa eek positif dari diet, latihan dan manajemen stres dapat
mencegah dan menunda munculnya penyakit kardiovaskular.
Pengaruh genetik, ras, gender, akan mempengaruhi status kesehatan
individu.

7
Adanya ketidakmampuan dan gangguan pergerakan dasar dapat
menjadi faktor resiko dan lansia. Karakteristik lansia yang berisiko
mendapatkan perlakuan pengabaian dari anggota keluarga antara lain
adanya penurunan kondisi kesehatan dan kerusakan fungsi fisik.
(Agustin, 2015)
b. Risiko Sosial (Social Risk)
Pentingnya risiko sosial pada kesehatan adalah untuk meningkatkan
harga diri. Kondisi ini akan meningkatkan risiko gangguan kesehatan
seperti tingginya angka kejadian kejahatan, individu yang tanpa
rekreasi,individu dengan kontaminasi dan tingginya stres lingkungan.
Beban psikologis akan menghasilkan stres dalam diri dan juga
berefek manjadi stresor baru bagi prang lain. Jika sumber tidak
adekuat dan proses koping tidak ada, maka penurunan dalam
kesehatan akan terjadi. (Agustin, 2015)
Dampak kemiskinan akan mempengaruhi kondisi psikologik dan
kondisi psikologik akan mempengaruhi status kesehatan individu.
Kurangnya dukungan sosial serta adanya pengertian yang salah
tentang penuaan akan menjadi faktor risiko bagi lansia. (Agustin,
2015)
Resiko kejadian penyakit dapat disebabkan oleh lingkungan fisik
berupa kondisi polusi, suhu lingkungan yang ekstrim panas atau
dingin, tidak adekuatnya kondisi perumahan atau pilihan tempat
berlindung. Faktor resiko dapat terjadi ketika individu tidak
mempunyai pilihan lain saat harus bekerja di luar rumah dengan
kondisi pekerjaan yang beresiko untuk kesehatan.
Memasuki tahapan usia lanjut, secara sosial individu akan mengalami
perubahan-perubahan. Perubahan akan lebih terasa pada individu
yang mempunyai kedudukan soial sebelumnya. Munculnya perasaan
kehilangan perlakuan yang selama ini di dapatkan seperti dihormati,

8
diperhatikan dan diperlukan. Kondisi ini akan berdampak pada
semangat dan suasana hati serta kesehatan lansia. (Agustin, 2015)
Masalah-masalah kesehatan, sosial dan ekonomi, tersendiri atau
secara bersama-sama secara kumulatif dapat berdampak negatif
secara psikologis. Hal tersebut dapat menjadi stressor yang kalau
tidak diantisipasi akan menimbulkan stres beserta manifestasi dan
gangguan kesehatan. (Agustin, 2015)
c. Risiko Ekonomi (Economic Risk)
Kemiskinan merupakan risiko untuk timbulnya masalah kesehatan.
Risiko ekonomi merupakan cerminan hubungan antara sumber
keuangan dan kebutuhan. Memiliki sumber finansial yang adekuat
berarti mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan akses yang
berhubungan dengan kesehatan seperti tempat tinggal yang layak,
pakaian, makanan, pendidikan, perawatan kesehatan. Rendahnya
status ekonomi serta kemiskinan akan mempengaruhi status
kesehatan seseorang. Menurut Miller (1995) kemiskinan dapat
menjadi faktor risiko bagi lansia. (Agustin, 2015)
d. Risiko Kejadian Hidup (Life Event Risk)
Transisi adalah pergerakan dari satu tahap ke tahap yang lain, dan ini
merupakan kondisi yang beresiko bagi individu. Masa transisi
merupakan situasi akan mempengaruhi dan menyebabkan beberapa
perubahan seperti perubahan perilaku, jadwal, pola komunikasi,
harus membuat keputusan baru, pemulihan peran, pembelajaran
keterampilan baru dan perubahan dalam menggunakan sumber-
sumber yang baru. (Agustin, 2015)
e. Risiko Gaya Hidup (Life Style Risk)
Kekuasaan kesehatan seseorang dan perilaku yang berisiko yang
disebut gaya hidup. Perilaku dan pola kebiasaan dipengaruhi oleh
lingkungan tempat tinggal. Lansia dengan penurunan fungsi tubuh
cenderung mengalami penyakit fisik, dan mengalami konsekwensi

9
akibat dari perilaku hidup dan pola kebiasaan, serta sikap lansia yang
mempengaruhi masalah kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).
Perilaku gaya hidup mempengaruhi seseorang sehingga termasuk
dalam kategori individu yang beresiko (Maurier & Smith, 2005).
Secara umum risiko perilaku termasuk di dalamnya mengkonsumsi
makanan yang tidak sehat, gaya hidup yang tidak sehat, merokok,
menggunakan alkohol, partisipasi pada aktifitas yang berbahaya, dan
terpapar sumber stressor seperti adanya perilaku kekerasan. (Agustin,
2015)
Secara alamiah, bila kondisi terpapar faktor risiko perilaku terjadi
dalam jangka waktu yang lama, maka akan menimbulkan efek pada
level risiko yang akan dihadapi oleh individu berupa penyakit
ataupun injuri. Ditemukan 70% ketidakmampuan fisik pada lansia
yang dihubungkan dengan hasil proses penuaan karena perilaku tidak
sehat atau gaya hidup yang tidak sehat. [ CITATION Agu15 \l 1033 ]
2.3 Status Kesehatan Pada Lansia
Angka kesakitan (morbidity rotes) lansia adalah porposi penduduk
lansia yang mengalami masalah kesehatan sehingga dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari. Angka kesakitan penduduk lansia tahun 2012 sebesar
26,93% artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 27 orang di
antaranya mengalami sakit. Bila dilihat perkembangannya dari tahun 2005
hingga tahun 2012, derajad kesehatan penduduk lansia mengalami
peningkatan, yang ditandai dengan menurunnya angka kesakitan pada lansia.
Angka kesakitan merupakan salah satu indicator yang digunakan untuk
mengukur derajat kesehatan penduduk. Angka kesakitan tergolong sebagai
indicator kesehatan negatif, dengan kata lain, semakin tinggi angka kesakitan,
menunjukkan drajat kesehatan penduduk yang buruk. [CITATION Eka \l 1033 ]
Pertambahan usia mengakibatkan fungsi fisiologi mengalami
penurunan akibat proses degenerative (penuaan) sehingga penyakit tidak

10
menular banyak diderita lansia. Selain itu maslah degenerative menurunkan
daya tahan tubuh sehingga rentan juga terkena infeksi penyakit menular.
Beberapa penyakit lansia di Indonesia adalah:
1. Paru-paru (gangguan pernafasan)
Penurunan fungsi paru-paru karena elastisitas jaringan paru-paru dan
dinding dada makin berkurang. Semakin tua usia seseorang, kekuatan
kontraksi otot pernafasan dapat berkurang sehingga sulit bernafas.
(Ekasari, 2018)
2. Kardiovaskular (penyakit jantung )
Ukuran besar jantung pada lansia akan sedikit mengecil, sehingga
aktifitas jantung berkurang yang menyebabkan penurunan curah jantung,
terutama pada rongga bilik kiri. Ukuran sel-sel jantung jugamengalami
penurunan sehingga kekuatan ototo jantung juga mengalami
penurunan.setelah berumur 20 tahun, kekurangan otot jantung berkurang
sesuai dengan bertambahnya usia denyut jantung maksimal dan fungsi
lain dari jantung juga mengalami penurunan. (Ekasari, 2018)
3. Hipertensi
Beberapa hasil penelitian epidemilogi didapatkan databahwa dengan
meningkatnya umur dan tekanan darah meningkat. Hipertensi menjadi
masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan dan menjadi factor
utama penyebab terjadinya stroke pada lansia, payah jantung dan penyakit
jantung coroner. Lebih dari 50% kematian di atas 60 tahun disebabkan
oleh penyakit jantung dan cerebrovaskuler. [CITATION Eka \l 1033 ]
4. Pencernaan (gastritis)
Gastritis adalah penyakit yang menyerang lambung yang di sebabkan
inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Angka penderita
gastritis pada lansia semakin meningkat seringkali hal ini kondisi ini tidak
disadari oleh lansia karena menganggap bahwa nyeri lambung merupakan
proses menua. [CITATION Eka \l 1033 ]
5. Rematik

11
Nyeri sendi yang dialami oleh lansia dikenal oleh banyak orang dengan
penyakit rematik. Penyakit ini di sebabkan karena proses degenerasi atau
kerusakan pada permukaan sendi-sendi tulang yang banyak dijumpai pada
lansia terutama lansia dengan berat badan lebih. Hamper 8% orang-orang
berusia 50 tahun ke atas mempunyai keluhan sendinya seperti linu-linu,
pegal,dan kadang-kadang nyeri. Bagian yang sering terserang adalah
persendia pada jari-jari tulang punggung, sendi-sendi penahan berat tubuh
(lutut da pinggul). Biasanya nyeri akut pada persendianitu disebabkan
oleh gout (pirai atau jicht). Hal ini disebabkan gangguan metabolism
asam urat dalam tubuh. [CITATION Eka \l 1033 ]
6. Penyakit lain
Menurut nugroho (2000), penyakit syaraf yang terpenting adalah akibat
pembuluh darah otak yang mengakibatkan perdarahan otak atau
menimbulkan kepikunan (senilis). [CITATION Eka \l 1033 ]
Penyakit pada lansia sering bebeda dengan dewasa muda, Karena
penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan yang timbul akibat
penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jariangan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita. Pada tahun 2011 penyebab kematian di 15 kabupaten/kota,
proporsi terbesar padakelompok usia 55-64 tahun dan 65 tahun lebih adalah
srtoke dan ischaemic heart diseases. [CITATION Eka \l 1033 ]
Kondisi kesehatan lanjut usia di setiap Negara dilaporkan mempunyai
kemiripan, penyakit yang sering diderita tidak sendiri muncul gejala,
melainkan multiplesymptom, adapun penyakit yang dapat teridentifikasi
adalah sebagai berikut :
1. Kelainan jantung dan pembuluh darah
2. Penyakit gigi dan mulut
3. Penyakit paru obstruktif menahun

12
4. Tuberkulosa
5. Keganasan
6. Diare
7. Ginjal dan saluran kemih
8. Penyakit infeksi
9. Malaria dll. [CITATION Eka \l 1033 ]
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia
1. Faktor Hubungan Sosial
Pada lansia terjadi perubahan-perubahan psikososial yaitu merasakan
atau sadar akan kematian, penyakit kronis dan ketidakmampuan dalam
melakukan aktifitas fisiknya. Kesepian akibat pengasingan dari
lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi kesehatan lansia. Hal
tersebut dapat meningkatkan resiko lansia untuk mengalami disabilitas
dan kematian lebih awal. Dukungan social yang tidak cukup, sangat erat
hubungannya dengan peningkatan kematian, kesakitan, depresi,
kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Lansia yang tidak mendapatkan dukungan social yang cukup 1,5 kali
lebih besar kemungkinan untuk mengalami kematian pada tiga tahun
kedepan dari pada mereka yang mendapatkan dukungan sosial yang
cukup. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan sosial yang tinggi, memiliki
perasaan yang kuat bahwa individu tersebut dicintai dan dihargai. Lansia
dengan dukungan sosial yang tinggi merasa bahwa orang lain peduli dan
membutuhkan individu tersebut, sehingga hal itu dapat mengarahkan
individu kepada gaya hidup yang sehat. [ CITATION Sit21 \l 1033 ]
2. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi sangat mempengaruhi kesehatan lansia. Pada lansia
secara umum yang memiliki pendapatan sendiri cenderung menolak
bantuan orang lain, sedangkan lansia yang tidak memiliki pendapatan
akan menggantungkan hidupnya pada anak atau saudaranya. Lansia yang

13
tidak memiliki cukup pendapatan meningkatkan resiko untuk menjadi
sakit dan disabilitas.
Banyak lansia yang tinggal sendiri dan tidak mempunyai cukup uang
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat
mempengaruhi mereka untuk membeli makanan yang bergizi, rumah
yang layak, dan untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Lansia
yang sangat rentan adalah yang tidak mempunyai asset, sedikit atau tidak
ada tabungan, tidak ada pensiun dan tidak dapat membayar keamanan
atau merupakan bagian dari keluarga yang sedikit atau pendapatan yang
rendah. [ CITATION Sit21 \l 1033 ]
3. Faktor Tradisi Dan Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh besar bagi kesehatan fisik dan mental
manusia. Perhatian spesifik harus diberikan pada lansia yang hidup dan
tinggal di pedesaan dimana pola penyakit dapat berbeda tergantung pada
kondisi lingkungan dan keterbatasan ketersediaan pelayanan pendukung.
Urbanisasi dan migrasi untuk mencari pekerjaan membuat lansia semakin
terisolasi di pedesaan dengan keterbatasan bahkan ketiadaan akses untuk
pelayanan kesehatan.
Akses dan ketersediaan transportasi umum dibutuhkan baik di kota
maupun di pedesaan sehingga orang dengan segala usia dapat
berpartisipasi secara penuh di keluarga dan kehidupan masyarakat. Ini
sangat penting untuk lansia yang memiliki masalah mobilitas. Resiko-
resiko pada lingkungan fisik menyebabkan kelemahan dan cidera yang
menyakitkan di antara lanjut usia. Cidera dari jatuh, terbakar, kecelakaan
lalu lintas adalah yang paling sering. Lingkungan yang bersih, air yang
bersih, udara yang bersih dan makanan yang aman sangat penting untuk
sebagian besar kelompok usia rentan dan mereka yang mempunyai
penyakit kronis dan system kekebalan yang menurun. [ CITATION Sit21 \l
1033 ]

14
2.5 Pandangan Secara Islam Tentang Faktor Yang Mempengaruhi
Kesehatan Lansia
1. Faktor Sosial Dan Ekonomi
Agama Islam memandang lansia dengan pandangan terhormat
sebagaimana perhatiannya terhadap generasi muda. Agama Islam
memperlakukan dengan baik para lansia dan mengajarkan metode supaya
keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tak bernilai oleh
masyarakat. Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap
mereka adalah hal yang ditekankan dalam Islam. (Agustin, 2015)
Nabi Muhammad Saw bersabda, “penghormatan terhadap para lansia
muslim adalah ketundukan kepada Tuhan”. (http://indonesian.irib.ir).
Dalam Islam, penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu.
Para lansia memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, khususnya bahwa
lansia adalah harta dari ilmu dan pengalaman, serta informasi dan
pemikiran. Oleh sebab itu, lansia harus dihormati, dicintai dan
diperhatikan serta pengalaman-pengalamannya harus dimanfaatkan. Nabi
Muhammad Saw bersabda, “hormatilah orang-orang yang lebih tua dari
kalian dan cintai serta kasihilah orang-orang yang lebih muda dari
kalian”. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat berkewajiban
memperhatikan kondisi para lansia. (Agustin, 2015)
Mereka yang beragama Islam aktif dalam perkumpulan keagamaan,
seperti Yasinan yang dilakukan tiap minggu dan pengajian setiap bulan.
Kegiatan ini dihadiri tidak hanya oleh orang lanjut usia saja. Tetapi juga
dihadiri oleh bapak/ibu yang masih muda, dan pra lanjut usia. Mereka
berkumpul bersama untuk melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan ini
didukung teori pertukaran sosial dimana mereka melakukan kegiatan
yang cara pencapaiannya dapat berhasil jika dilakukan dengan
berinteraksi dengan orang lain (Gulardi, 1999). Lebih lanjut dijelaskan
bahwa kondisi penting yang menunjang kebahagiaan bagi orang lanjut
usia adalah menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat

15
keluarga dan teman-teman (Hurlock, 1994). Kemajuan sosio-ekonomi,
yang pada akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
memperpanjang usia harapan hidup. (Agustin, 2015)
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan
agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup,
harga diri dan optimisme. Studi lain menyatakan bahwa praktisi religius
dan perasaan religius berhubungan dengan sense of well being, terutama
pada wanita dan individu berusia di atas 75 tahun (Koenig, Smiley, &
Gonzales, 1988 dalam Santrock, 2006). Studi lain di San Diego
menyatakan hasil bahwa lansia yang orientasi religiusnya sangat kuat
diasosiasikan dengan kesehatan yang lebih baik. (Agustin, 2015)
Hasil studi menyebutkan bahwa aktivitas beribadah atau bermeditasi
diasosiasikan dengan panjangnya usia (McCullough & Others, 2000
dalam Santrock, 2006). Hasil studi lainnya yang mendukung adalah dari
Seybold & Hill (2001 dalam Papalia, 2003) yang menyatakan bahwa ada
asosiasi yang positif antara religiusitas atau spiritualitas dengan well
being, kepuasan pernikahan, dan keberfungsian psikologis ; serta asosiasi
yang negatif dengan bunuh diri, penyimpangan, kriminalitas, dan
penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. (Agustin, 2015)
Hal ini mungkin terjadi karena dengan beribadah dapat mengurangi
stress dan menahan produksi hormon stres oleh tubuh, seperti adrenalin.
Pengurangan hormon stress ini dihubungkan dengan beberapa
keuntungan pada aspek kesehatan, termasuk sistem kekebalan tubuh yang
semakin kuat (McCullough & Others, 2000 dalam Santrock, 2006).
Agama dapat memainkan peran penting dalam kehidupan orang-orang
tua. [ CITATION Agu15 \l 1033 ]
2. Faktor lingkungan
Agama Islam memiliki perhatian khusus terhadap masalah lingkungan.
Rasulullah bersabda, "Alam dan seluruh tanah di muka bumi adalah
masjid dan tempat ibadah". (http://indonesian.irib.ir). Aspek lingkungan

16
yang dipengaruhi kualitas dan keterjangkauan sarana kesehatan, keadaan
tempat tinggal, sumber finansial, serta kesempatan rekreasi pada lansia
juga akan mempengaruhi kesehatan lansia. [ CITATION Agu15 \l 1033 ]
Sebagai contoh, bila di daerah lansia itu tinggal sulit diakses pelayanan
kesehatan karena jauhnya jarak atau medan yang tidak bersahabat, hal ini
akan menghambat lansia mendapat pelayanan kesehatan yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi kesehatanya. Contoh lain, lingkungan
tinggal yang mendukung aktivitas keagamaan, atau anggota masyarakat
yang islami atau keterjangkauannya tempat-tempat ibadah hal ini akan
mendukung peningkatan perkembangan spiritualitas lansia menjadi lebih
matang. Pada akhirnya membantu lansia untuk menghadapi kenyataan
termasuk dampak dari penuaan fisik yang dialami, dan mengahadapi
kenyataan tersebut. Sehingga lansia dapat berperan aktif dalam
kehidupan. [ CITATION Agu15 \l 1033 ]
2.6 Penelitian Di Beberapa Negara Maju Tentang Faktor Yang
Mempengaruhi Kesehatan Lansia
1. Amerika Serikat
Hasil penelitian di Amerika serikat mengungkapkan bahwa populasi
penduduk yang berusia 64 tahun atau lebih mengalam peningkatan yaitu
dari 37 juta pada 2006 menjadi 71,5 juta pada 2030. Menurut laporan 2,3
juta lansia Amerika menglami kemiskinan, untuk itu pemerintah Amerika
meyediakan Asuransi Kesehatan Medicare untuk memudahkan lansia ke
pelayanan kesehatan.
Selain faktor ekonomi factor social juga berperan penting di Amerika,
penduduk lansia memiliki strata sosial di bawah kaum muda. Selain itu,
factor lngkungan juga berperan penting, karena pertumbuhan industri di
Amerika sangat tinggi sehingga risiko terpapar panas, mikroba dan
polutan lainnya juga sangat tinggi untuk setiap penduduk termasuk lansia.
Untuk mengatasi hal tersebut Amerika memiliki Environmental
Protection Agency (EPA) mengatasi masalah air, climte change,

17
emergencies, green living, health and safety, land and cleanup, pesticides,
chemicals, and toxics, waste, and water. [ CITATION Agu15 \l 1033 ]
2. Kanada
Pendapatan rata-rata untuk pria dan wanita usia 55 dan menurun.
Penelitian di kanada menunjukkan bahwa lansia miskin/pendapatan yang
menurun menunjukkan hubungan yang kuat dengan status sosial
ekonomi, misalnya, tahun 1979 kanada survei kesehatan mengungkapkan
bahwa di antara wanita yang berusia 70 dan atas, tingkat peradangan
kronis hipertensi adalah dalam tertinggi kelompok sosial-ekonomi
terendah dan tertinggi di antara orang-orang di kelas sosio-ekonomi.
Selain itu, Orang-orang memiliki pendapatan rata-rata terendah adalah
dua kali lipat untuk meninggal antara 65 dan 70 tahun sebagai orang
dalam tertinggi laba bersih kelompok.
Studi lain telah menunjukkan bahwa angka harapan hidup dari orang
yang hidup di garis kemiskinan yang lebih pendek dengan sembilan tahun
dari mereka memiliki tetangga yang kaya. Untuk mengatasi hal tersebut,
pemerintah Kanada memberikan jaminan kesehatan pada lansia dengan
mengalokasikan dana sekitar 13,3 milyar. Selain factor ekonomi, faktor
lingkungan memagang peranan penting, Negara maju memiliki industry
yang maju pula sehingga resiko terpapar akibat lingkungan juga beresiko
tinggi mengganggu kesehatan lansia. [ CITATION Agu15 \l 1033 ]
3. Jepang
Masalah social ekonomi dan lingkungan di jepang juga menjadi
masalah terhadap kesejahteraan lansia. Namun demikian, Jepang
menyediakan asuransi kesehatan nasional yang mencakup hampir seluruh
penduduk termasuk lansia, pada umumnya mereka membayar 70% dari
biaya medis kecuali 30% untuk anak-anak dan lansia. Namun, angka
kejadian bunuh diri lansia akibat depresi tetap tinggi di jepang merasa
kesepian serta tidak mendapat perhatian dari anak-anak mereka.
[ CITATION Agu15 \l 1033 ]

18
4. Australia
Secara empirik, pembangunan nasional (sosial-ekonomi) yang sedang
berjalan serta keadaan lingkungan sekitar juga memiliki kontribusi dalam
bidang kesehatan masyarakat. Indikatornya tampak jelas dengan
menurunnya angka kematian dan penyakit menular, yang diikuti pula
meningkatnya angka harapan hidup.
Selama bertahun-tahun, negara Persemakmuran Australia telah
melaksanakan banyak program yang bermanfaat bagi warga negaranya.
Sebagai hasilnya, rakyat Australia secara umum menikmati standar hidup
yang tinggi, kesehatan yang baik, dan sistem perawatan medis yang
terbaik. Pemerintah mendanai banyak pelayanan medis dan farmasi di
banyak rumah sakit umum maupun tempat perawatan lansia.
Pemerintah Australia juga merupakan sumber dana utama bagi
penelitian kesehatan dan pelatihan tenaga ahli dan teknisi di bidang
perawatan kesehatan. Di australia orang lansia juga lebih diperhatikan.
Mereka dapat menikmati layanan publik di tengah keterbatasan fisik yang
dialami. Kebijakan terhadap orang lansia ditangani langsung oleh
lembaga setingkat kementerian, seperti Departemen Kesehatan dan Lanjut
Usia Australia.
Program pemerintah australia sendiri mengalokasikan 1,2 milyar dolar
untuk meningkatkan staff perawatan manula dan disediakan 270-juta
dolar untuk penanganan demensia. Dengan fasilitas tersebut secara tidak
langsung akan meningkatkan derajat kesehatan lansia di negara tersebut. [
CITATION Agu15 \l 1033 ]
5. Singapura
Singapura untuk meningkatkan pelayanan sosial bagi kesejahteraan
lanjut usia, fasilitas yang memadai dan ditunjang tenaga profesional
sangat mendukung untuk meningkatkan Pelayanan dan pemberdayaan
Lanjut Usia. Tsao Foundation (Hua Mei Center) merupakan UPT khusus
lanjut Usia dengan ekonomi menengah keatas dengan fasilitas seperti

19
rumah sakit, memiliki visi “ we envision a society for all ages that
supports aktive ageing and values the contributions of older people.
Sama halnya dengan Hua Mei Center, National Council of Social
Service (NCSS) merupakan UPT yang berfokus pada adding colours to
the lives of seniors, forget full but not forgetten, help for those help
others, going beyond basic care memiliki sarana penunjang bagi
kesejahteraan lanjut usia. Dengan sarana dan prasarana yang memadai
tersebut pasti akan meningkatkan derajat kesehatan lansia di negara
tersebut. [ CITATION Agu15 \l 1033 ]
2.7 Upaya Kesehatan Pada Lansia Di Indonesia
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 pasal 138 ayat 1 menetapkan
bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditungjukan
untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan froduktif secara sosial dan ekonomi
sesuai dengan martabat dan kemanusiaan. Ayat 2 menetapkan bahwa
pemerintah wajib menjamin kesehatan fasilitas pelayanan kesehatan dan
memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan
pfoduktif secara sosial dan ekonomis. (Ekasari, 2018)
Kementerian kesehatan dalam upaya utuk mengikatkan kesehatan para usia
lanjut, melakukan bebrapa program yaitu:
1. Program Puskesmas Santun Lansia
Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para lansia di
pelayanan kesehatan dasar, khususnya puskesmas dan kelompok lansia
melalui program puskesmas santun lansia. Puskesmas santun lansia
adalah puskesmas yang melaksanakan pelayanan kepada lansia dengan
mengutamakan aspek promotif dan prefentif disamping aspek kuratif dan
rehabilitative secara pro-aktif, baik, dan sopan serta memberikan
kemudahan dan dukungan bagi lansia, puskesmas santun lansia
menyediakan loket, ruang tunggu, dan ruang pemeriksaan khusus bagi
lansia serta mempunyai tenaga yang sudah terlatih dibidang kesehatan
lansia.

20
Berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2011 secara nasional
presentase puskesmas yang memiliki posyandu lansia adalah 78,8%.
Provinsi dengan prosentase puskesmas tertinggi yang memiliki posyandu
adalah provinsi di Yogyakarta (100%) diikuti jawa tengan (97,1%) dan
jawa timur (95.2%). Sedangkan prosentase ter rendah adalah di papua
(15%), papua barat (18,2%) dan Sulawesi barat (22,2%). Hal tersebut
sejalan dengan jumlah penduduk lalnsia di provinsi tersebut, yang mana
provinsi Yogyakarta tersebut merupakan provinsi terbanyak penduduk
lansianya. Bila terlihat dari lokasi , prosentase puskesmas di perkotaan
yang memiliki posyandu lansia 80,9%, sementara diperdesaan mencapai
78,3%., walaupun dalam keadaan nyatanya penduduk lasia lebih banyak
bermukim dipedesaan. (Ekasari, 2018)
2. Peningkatan Upaya Rujukan Kesehatan Bagi Lansia Melalui Kelinik
Geriatric Terpadu
Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi lansia melalui pengembangan
poliklinik geriatric di Rumah sakit. Saat ini baru ada 8 rumah sakit umum
tipe A dan B yang memiliki klinik geriatric terpadu yaitu: RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta, RSUP Dr. karyadi Semarang.RSUP Dr. Sardjito
Yogyakatra, RSUP sanglah Dempasar,RSUP Hasan Sadikin Bandung,
RSUP Dr. Wahidin Makasar, RSUP Dr. Soetomo Surabaya, dan RSUP
moewardi, Solo. (Ekasari, 2018)
3. Peningkatan Penyuluhan dan Penyebarluasan Informasi Kesehatan dan
Gizi Bagi Lansia
Program kesehatan lansia adalah upaya kesehatan berupa promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative untuk meningkatkan status kesehatan
lansia. Peningkatan program lansia terdiri dari:
a. Kegiatan promotif penyuluhan tentang perilaku hidup sehat dan gizi
lansia
b. Deteksi dini dan pemantauan kesehatan lansia
c. Pengobatan ringan bagi lansia

21
d. Kegiatan rehabilitatif berupa upaya medis, psikososial, dan edukatif.
Berdasarkan risdaskes 2011 presentase puskesmas dengan kegiatan
promotif penyuluhan tentang perilaku hidup sehat dan gizi lansia secara
nasional 75,7%. Provinsi dengan presentase puskesmas tertinggi adalah
jawa Timur (93,8%), Jawa tengah (9,36%) dan di Yogyakarta
(93,4%),Papua Barat (10,6%)dan Sulawesi tenggara (31,8%), bila dilihat
dari lokasi,presentase puskesmas diperkotaan yang melaksanakan
kegiatan promotif peyuluhan tentang perilaku hidup sehat dan gizi lansia
85,1%, sementara diperddesaan 72,4%.
Berobat jalan dapat dilakukan dengan endatangi tempat tempat
pelayanan kesehatan baik modern maupun tradisional , tampa menginap,
termasuk mendapatkan petugas kesehatan. Gambar dibawah ini
menunjukkan petugas promosi penduduk lansia yang berobat jalan
menurut jenis tempat berobat. Tiga tempat yang paling banyak didatangi
oleh lansia untuk berobat jalan adalah praktek tenaga kesehatan (33,2%),
praktik dokter/polklinik (30,56%), dan puskesmas pustu (29,31%).
[CITATION Eka \l 1033 ]
4. Pelayanan Kesehatan Primer Ramah Lansia
Pelayanan kesehatan primer rumah lansia yang diperhatikan beberapa
hal pokok yang dapat mendukung layanan kesehatan primer yang
dirumah lansia. Hal-hal pokok tersebut antara lain:
a. Puskesmas rumah usia termasuk lansia
b. Aksesibilitas dan kenyamanan kesehatan bagi lansia.
c. Komunikasi petugas yang penuh empati
d. Manajemen dan sistem rujukan kefasilitas kesehatan sekunder dan
tersier setempat (memberikan peluang untuk pengembangan
telemedicine untuk pelayanan kesehatan di daerah perbatasan dan
daerah tertinggal). [CITATION Eka \l 1033 ]

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada kehidupan akhir
manusia yang di mulai dari usia 60 tahun hingga hampir mencapai 120 atau
125 tahun. Adapun lanjut usia di klasifikasi : lansia awal (65 hingga 75
tahun), lansia menengah (73 tahun atau lebih), dan lansia akhir (85 tahun atau
lebih) (Dunkle 2009 dalam santrock, 2012).[ CITATION WPi18 \l 1033 ]
Kesehatan lansia (lanjut usia) dapat dilihat dari kesehatan fisik dan
psikisnya. Faktor kesehatan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia dan daya
tahan fisik terhadap serangan penyakit. Faktor kesehatan psikis meliputi
penyesuaian terhadap kondisi kesehatan lanjut usia. [ CITATION Agu15 \l 1033 ]
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia yaitu pertama
ada faktor hubungan sosial yaitu pada lansia terjadi perubahan-perubahan
psikososial yaitu merasakan ataus adarakan kematian, penyakit kronis dan
ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas fisiknya. Kedua faktor ekonomi
yaitu faktor ekonomi sangat mempengaruhi kesehatan lansia. Lansia yang
tidak memiliki cukup pendapatan meningkatkan resiko untuk menjadi sakit
dan disabilitas. Ketiga faktor tradisi atau lingkungan yaitu perhatian spesifik
harus diberikan pada lansia yang hidup dan tinggal di pedesaan dimana pola
penyakit dapat berbeda tergantung pada kondisi lingkungan dan keterbatasan
ketersediaan pelayanan pendukung.[ CITATION Sit21 \l 1033 ]

23
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, C. V. (2015). Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia. Universitas
Muhammadiyah Sukabumi, 6-10.

Ekasari, M. F. (2018). Meningkatkan Kualitus Hidup Lansia (Konsep Dan Berbagai


Intervensi). Malang: Wineka Media.

Muhith, A. S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV. Andi


Offset.

Pipit, F. (2018). Lanjut Usia Persfektif Dan Masalah. Surabaya: UMSurabaya


Publishing.

Sitanggang, Y. F. (2021). Keperawatan Gerontik. Sumatra Utara: Yayasan Kita


Menulis.

24

Anda mungkin juga menyukai