Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

GIZI SEIMBANG PADA LANJUT USIA

Oleh :

KELOMPOK III

NIRWANA 70200119043

ICHSANUL AHKAM 70200119047

DOSEN PEMBIMBING :

Sukfitrianty Syahrir,SKM.,M.Kes

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Tiada kata yang pantas terucap selain puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT.
Tuhan yang kita sebut dengan berbagai nama, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam kita
hanturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW sang revolusionersejati yang
membawa manusia kepada jati diri yang memberi arti bagi kemanusiaan dan peradaban dunia.

Dalam makalah ini membahas terkait gizi seimbang pada lanjut usia, dimana data yang
kami kutip dari berbagai sumber sebagai referensi untuk melengkapi makalah ini. Kami sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan yang disebabkan dari keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami akan menerima masukan baik berupa kritikan atau saran yang
membangun dan ditujukan demi kesempurnaan makalah ini.

WassalamualaukumWarohmatullahiWabarokatuh.

Gowa, 10 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembelajaran
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Lanjut Usia
B. Integrasi Keislaman
C. Kebutuhan Gizi Seimbang pada Lansia
D. Masalah Gizi pada Lansia
E. Faktor yang Mempengaruhi Gizi Seimbang pada Lansia
F. Faktor Pendorong Terjadinya Penyakit Pada Lansia
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Lanjut Usia (Lansia) merupakan kelompok manusia yang telah memasuki tahapan
akhir fase kehidupan. Bertambahnya usia seseorang akan mengalami proses penuaan,
meliputi kemunduran fisik, mental dan sosial secara perlahan sampai orang tersebut tidak
mampu melakukan kegiatan sehari-hari lagi. Perubahan fisik yang terjadi meliputi
perubahan sel dan perubahan sistem organ, baik persarafan, pendengaran, kardiovaskular,
respirasi, gastroinestinal, endokrin, kulit dan muskuloskeletal.
Lansia (Lanjut Usia) adalah kelompok umur 60 tahun atau lebih, dimana
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang ada. Dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, yang
dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahunkeatas
(Kemenkes RI 2016). Menurut Depkes Lansia dikelompokkan menjadi 3 yaitu pralansia,
lansia, dan lansia resti. Pralansia yaitu yang berumur 45-59 tahun, lansia yaitu 60-69
tahun dan lansia resti lebih dari 70 tahun.
Populasi lansia mencapai 967 juta orang pada tahun 2017, angka ini diperkirakan
akan terus meningkat pada tahun 2050 yang diprediksikan akan mencapai sekitar 2,1
miliar lansia di seluruh dunia. Presentase lansia di indonesia juga semakin meningkat dari
tahun ketahun. Pada tahun 2019 terdapat 9,60% (25,64 juta) lansia dari seluruh
penduduk. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya
terdapat 9,27 % (24,9 juta) lansia di indonesia (BPS,2019).
Semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia dengan berbagai masalah gizi dan
peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan memberikan banyak konsekueensi bagi
kehidupan terhadap masalah kesehatan, ekonomi, serta sosial budaya yang cukup dari
pola penyakit sehubungan dengan proses penuaan, seperti penyakit degeneratif, penyakit
metabolik dan gangguan psikososial.
Gizi memegang peranan penting dalam kesehatan usia lanjut. Masalah
kekurangan gizi sering dialami oleh usia lanjut sebagai akibat dari menurunnya nafsu
makan karena penyakit yang dideritanya. Selain masalah kekurangan gizi,
masalahobesitas (kegemukan) juga sering dialami oleh usia lanjut. Obesitas pada usia
lanjut berdampak pada peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, diabetesmelitus dan
hipertensi. Asupan gizisangat diperlukan bagi usia lanjut untuk mempertahankan kualitas
hidupnya. Sementara untuk usia lanjut yang sakit, asupan gizi diperlukan untuk proses
penyembuhan dan mencegah agar tidak terjadi komplikasi.

B. RumusanMasalah
Adapun rumusan masalah yang di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Lanjut Usia (Lansia) ?
2. Apa integrasi keislaman Lansia ?
3. Bagaimana Kebutuhan Gizi Seimbang pada Lansia ?
4. Apa Masalah Gizi yang terjadi pada Lansia ?
5. Apa Faktor yang mempengaruhi Gizi Seimbang pada Lansia ?
6. Faktor pendorong yang mempengaruhi terjadinya penyakit pada lansia ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian lanjut usia (Lansia).
2. Untuk mengetahui integrasi keislaman pada lansia.
3. Untuk mengetahui kebutuhan gizi seimbang pada Lansia.
4. Untuk mengetahui masalah gizi yang terjadi pada lansia.
5. Untuk mengetahui faktor terjadinya gizi seimbang pada lansia.
6. Untuk mengetahui faktor pendorong terjadinya penyakit pada lansia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia (Lanjut Usia)


Menurut World Health Organization (WHO) lanjut usia (lansia) adalah kelompok
penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Undang – undang No 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Secara
umum seseorang dikatakan lanjut usia jika sudah berusia diatas 60 tahun, tetapi defenisi
ini sangat bervariasi tergantung dari aspek sosial budaya, fisiologis dan kronologis
(Fatimah, 2010)
Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
bilogis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada
seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya (Fatimah, 2010). Oleh karena itu.
Kesehatan manusia usia lanjut perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap
dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai
dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan
(UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, pasal 19 ayat 1).
Proses pertumbuhan dan perkembangan manusia berlangsung sepanjang masa,
sejak dari janin, bayi, balita, remaja, dewasa hingga masa tua. Proses menua berlangsu g
secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan. Pada akhirnya akan menyebabkan
perubahan anatomi, fisiologi clan biokimia pada jaringan tubuh sehingga mempengaruhi
fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruha .
Proses menua sangat individual dan berbeda perkembangannya pada tiap individu,
karena di pengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang
mempengaruhi proses menua adalah asupan makanan, pendidikan, sosial budaya,
penyakit infeksi/degeneratif, higiene sanitasi lingkungan, ekonomi dan dukungan
keluarga . Faktor eksternal lain yaitu kemunduran psikologis seperti sindroma lepas
jabatan, perasaan sedih dan sendiri, perubahan status sosial sangat mempengaruhi proses
menua pada seseorang.
Asupan makanan angat mempengaruhi proses menua karena seluruh aktivitas sel
atau metaboli me dalam tubuh memerlukan zat-zat gizi yang cukup. Sementara itu
perubahan biologis pada lanjut usia merupakan faktor internal yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi status gizi.
B. Integrasi Keislaman
Al-Quraan telah menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk (hudan) yang dapat
menuntun umat manusia menuju ke jalan yang benar. Selain itu ia juga berfungsi sebagai
pemberi penjelasan (tibyan) terhadap segala sesuatu dan pembeda (furqon) antara
kebenaran dan kebatilan.
Dalam dunia kedokteran hal-hal yang berkaitan dengan fase lanjut usia dikenal
dengan istilah geriatri dan gerontologi. Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di
Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Menurut kantor
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA), jika tahun 1980 usia harapan
hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun
2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun
2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan
UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk
lansia di indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34% dengan UHH sekitar 71,1 tahun
Di indonesia berdasarkan undangundang No. 13 Tahun 1989 tentang kesejahteraan
lansia telah ditetapkan batas usia lanjut usia adalah 60 tahun ke atas tanpa dipisahkan
antara laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya batas umur untuk usia lanjut dari waktu
ke waktu berbeda. WHO membagi umur tua sebagai berikut: 1). Umur lanjut (olderly):
60-74 tahun, 2). Umur tua (old): 75-90 tahun, 3). Umur sangat tua: (very old) > 90 tahun.
Fase usia lanjut dalam perkembangan manusia adalah fase penurunan dari puncak
keperkasaan manusia. Dari bayi berkembang menuju puncak kedewasaan dengan
kekuatan fisik yang prima, lalu menurun sebagai kakek/nenek (usia lanjut). Hal ini dapat
dipahami dari perjalanan hidup manusia sebagaimana digambarkan Surah Gafir [40]: 67
sebagai berikut:
Terjemahnya:
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari
segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian(kamu
dibiarkan hidup)supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu
hidup lagi) sampai tua, diantara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat
demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu
memahami(nya).
Dalam perjalanan hidup manusia sejak masa konsepsi, lahir, tumbuh, dan
berkembang hingga masa usia lanjut-jika tidak diwafatkan sebelum masa itu-mengikuti
pola-pola fase pertumbuhan dan perkembangan dengan karakteristik masing-masing.
Sejak masa balig (dewasa) tingkat kekuatan organ-organ tubuh secara keseluruhan
mencapai puncaknya kemudian setelah melewati paruh baya (middle age) masa
keperkasaan itu secara berangsurangsur menurun. Bersamaan dengan penurunan itu pula
banyak masalah yang mungkin timbul dalam kehidupan usia lanjut dan mudah dikenali.
Sebagaimana manusia yang arif dan bijaksana tentunya kita tidak boleh lalai
dengan urusan duniawi semata, terlebih bagi mereka yang sudah masuk fase lanjut usia,
karena banyak yang harus kita siapkan baik secara dhohir maupun batin. Sebagaimana
firman Allah dalam Q.S. Yasin [36] ayat: 68.
ۡ ۡ
ِ ‫يَ ۡعقِلُ ۡو َن اَفَاَل ال َخـل‬
‫ق‌ؕفِنُـنَ ِّك ۡسهُ نُّ َع ِّم ۡرهُ َو َم ۡن‬
Terjemahnya:
“Dan barang siapa yang kami panjangkan umurnya niscaya kami kembalikan dia kepada
kejadianya, maka apakah mereka tidak memikirkannya”

Maksud dari ayat di atas adalah bahwa siapa yang dipanjangkan umurnya sampai
usia lanjut akan dikembalikan menjadi lemah seperti keadaan semula. Keadaan itu
ditandai dengan rambut yang mulai memutih, penglihatan mulai kabur, pendengaran sayu
sayup sampai, gigi mulai berguguran, kulit mulai keriput, langkahpun telah gontai. Ini
adalah sunnatullah yang tidak bisa ditolak oleh siapapun. Siapa yang disampaikan oleh
Allah pada usia lanjut bersiaplah untuk mengalami keadaan seperti itu.
Keadaan ketika badan mulai menjadi lemah pada usia lanjut merupakan peringatan
atau lampu kuning dari Allah bahwa kehidupan di dunia ini akan segera berakhir, barang
siapa yang mau memasuki fase tersebut maka hendaklah mempersiapkan diri untuk
menghadapi datangnya saat perpisahan dengan dunia. Sayangnya banyak orang yang
tidak menyadari peringatan ini, mereka masih asik mengejar kekayaan dan berbagai
kesenangan hidup dunia walaupun tubuh mereka tidak lagi mampu menikmati semua itu
seperti ketika masih muda dulu.
C. Kebutuhan Gizi Seimbang Pada Lansia
1. Kalori
Kebutuhan akan kalori menurun sejalan dengan pertambahan usia, karena
metabolisme seluruh sel dan kegiatan otot berkurang.
2. Protein
Gerzovitz (1982) menganjurkan asupan protein sebesar 1,0 g/kg berat badan/hari
untuk mempertahankan keseimbangan protein. Kebutuhan protein meningkat sebagai
tanggapan atas stres fisiologis seperti infeksi, luka bakar patah tulang dan
pembedahan.
3. Karbohidrat
Anjuran konsumsi karbohidrat untuk lanjut usia adalah sekitar 55-60% dari total
kalori.
4. Lemak
Asupan lemak untuk lansia di batasai dengan batas maksimal 20-25% dari energi
total. Kelebihan dan kekurangan lemak diwujudkan dalam bentuk kadar kolestrol
darah
5. Serat
Kurangnya konsumsi serat pada lansia akan menimbulkan gangguan yang sering
kalih dikeluhkan oleh lansia yaitu sembelit. Gangguan ini akan terjadi apabila
frekuensi pergerakan usus berkurang, yang akhirnya memperpanjang masa transisi
tinja, hal ini karena kelemahan tonus otot dinding saluran cerna akibat penuaan
(kegiatan fisik berkurang).
6. Vitamin
Meskipun tampak sehat kekurangan sebagian vitamin dan mineral tetap berlansung
pada lansia. Dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B6, B12, vitamin D dan
asam folat
Pada prinsipnya butuhan gizi pada lanjut usia mengikuti prinsip gizi seimbang.
Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang bermanfaat bagi lanjut usia untuk
mencegah atau mengurangi risiko penyakit degeneratif dan kekurangan gizi. Kebutuhan
gizi lanjut usia dihitung secara individu.
D. Masalah Gizi Pada Lansia
Masalah gizi Ianjut usia merupakan rangkaian proses masalah gizi sejak usia muda
yang manifestasinya terjadi pada lanjut usia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
masalah gizi pada lanjut usia sebagian besar merupakan masalah gizi lebih yang
merupakan faktor risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner,
diabetes mellitus, hipertensi, gout rematik, ginjal, perlemaka hati, dan lain-lain. Namun
demikian masalah kurang gizi juga banyak terjadi pada lanjut usia seperti Kurang Energi
Kronik (KEK), anemia dan kekurangan zat gizi mikro lain.
1. Kegemukan atau Obesitas
Kejadaan ini biasanya disebabkan oleh pola konsumsi yang berlebihan, banyak
mengandung lemak dan jumlah kalori yang melebihi kebutuhan. Proses metabolisme
yang menurun pada lanjut usia, bila tidak diimbangi dengan penikgkatan aktifitas fisik
atau penurunan jumlah makanan, sehingga jumlah kalori yang berlebih akan diubah
menjadi lemak yang dapat mengakibatkan kegemukan. Selain kegemukan secara
keseluruhan, kegemukan pada bagian perut lebih berbahaya karena kelebihan lemak di
perut dihubun kan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner pada bagian
Iemak lain. Menurut Monica, 1992, kegemukan atau obesitas akan meningkatkan
risiko menderita penyakit jantung koroner 1-3 kali, penyakit hipertensi 1,5 kali,
diabetes mellitus 2,9 kali dan penyakit empedu 1-6 kali.
2. Kurang Energi Kronik (KEK)
Kurang atau hilangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada lanjut usia, dapat
menyebabkan penurunan berat badan. Pada lanjut usia kulit dan jaringan ikat mulai
keriput, sehingga makin kelihatan kurus. Disamping kekurangan zat gizi makro, sering
juga disertai kekurangan zat gizi mikro. Beberapa penyebab KEK pada lanjut usia
yaitu :
a. Makan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan penciuma
b. Gigi-geligi yang tanggal, sehingga menggangu proses mengunyah makanan
c. Faktor stress/depresi, kesepian, penyakit kronik, efek samping obat, merokok,
dll.
3. Kurang Zat Gizi Mikro
Biasanya menyertai lanjut usia dengan KEK, namun kekurangan zat gizi mikro dapat
juga terjadi pada lanjut usia dengan status gizi baik. Kurang zat besi, Vitamin A,
Vitamin B, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, Magnesium, kalsium, seng dan kurang
serat sering terjadi pada lanjut usia.

Beberapa penyakit kronik degeneratif yang berhubungan dengan status gizi yaitu:
a. Penyakit jantung koroner
Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan dapat meningkatkan
risiko penyakit jantung koroner. Penyakit Jantung Koroner pada mulanya
disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah
jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai
proses seperti penimbunan jaringan ikat, pengapuran, pembekuan darah, dan
lain-lain, yang semuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh
darah tersebut.
b. Hipertensi
Berat badan yang berlebih akan meningkatkan beban jantung untuk memompa
darah ke seluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah cenderung menjadi lebih
tinggi. Selain itu pembuluh darah pada lanjut usia sering mengalami
aterosklerosis (lebih tebal dan kaku), sehingga tekanan darah akan meningkat.
Bila terjadi sumbatan di pembuluh darah otak akan memacu timbulnya stroke.
Bila sumbatan terjadi di jantung dapat menyebabkan serangan jantung berupa
nyeri dada atau kematian otot jantung (angina pektoris atau infark miokard)
yang dapat menyebabkan kematian.
c. Diabetes Melitus
Adalah suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang
melebihi nilai normal (gula darah puasa >_ 126 gr/dl dan atau gula darah
sewaktu diatas 200 gr/dl). Diabetes umumnya disebabkan oleh kerusakan sel
beta di pankreas yang menghasilkan fungsi insulin, sehingga kekurangan
insulin atau dapat juga terjadi karena gangguan fungsi insulin dalam glukosa ke
dalam sel. Pada orang dengan berat badan lebih, hiperglikemia terjadi karena
insulin yang dihasilkan oleh pankreas tidak mencukupi kebutuhan.
DM Tipe I : Diabetes disebabkan oleh kekurangan insulin karena terjadi
kerusakan sel dan pankreas. Umumnya B normal atau di bawah
normal dan disertai dengan trias DM, polifagi, poliuri, polidipsi
(banyak makan, banyak minum dan banyak kencing)
DM Tipell : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), selain terjadi
kerusakan sel dan pankreas juga disertai tidak berfungsinya insulin,
75% penderita DM tipe II adalah obesitas atau dengan riwayat
obesitas.
d. Osteo Arthritis (Pengapurang tulang)
Adalah penyakit bagian dari arthritis, penyakit ini terutama menyerang sendi
terutama pada sendi tangan, lutut dan pinggul. Orang yang terserang
osteoarthritis biasanya susah menggerakkan sendi-sendinya dan pergerakannya
menjadi terbatas karena turunnya fungsi tulang rawan untu menopang badan.
e. Ostoeporosis (Keropos Tulang)
Massa tulang mencapai maksimum pada usia sekitar 35 tahun untuk wanita dan
45 tahun untuk Aria. Bila konsumsi kalsium kurang dalam jangka waktu lama
akan timbul keropos tulang (osteoporosis), dan pada wanit menopause akan
lebih rentan karena pengaruh penurunan hormon estrogen. Akibatnya tulang
menjadi rapuh dan mudah patah apabila terjatuh atau terkena trauma.
f. Arthritis Gout
Kelainan etabolisme protein menyebabkan kadar asam urat dalam darah
meningkat. Kristal asam urat akan menumpuk di persendian yang
menyebabkan rasa nyeri dan bengkak sendi. Pada penderita gout perlu
pembatasa konsumsi lemak, protein, purin, untuk penurunan kadar asam urat.
Disarankan banyak minum air putih minimal 8 gelas sehari.
E. Faktor yang Mempengaruhi Gizi Seimbang Pada Lansia
Status gizi yang abnormal pada lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Hogstel
(2001), faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada lansia antara lain faktor sosial
ekonomi, faktor kesejahteraan psikologis (Psychological well-being), faktor budaya-
agama dan faktor penurunan fungsi fisiologis/ fungsi tubuh. Berdasarkan hasil penelitian
Napitupulu tahun 2001 di Kota Bengkulu, ada 4 variabel independen yang diduga
mempunyai hubungan dengan status gizi pada usia lanjut. Variabel tersebut adalah
aktifitas fisik, tingkat pendidikan, status ekonomi, serta asupan karbohidrat, protein dan
lemak. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
aktifitas fisik, tingkat pendidikan, status ekonomi, serta asupan karbohidrat, protein dan
lemak dengan status gizi usia lanjut. Sehingga untuk memperbaiki status gizi lansia,
pemenuhan gizi yang adekuat sangatlah penting.
F. Faktor Pendorong Terjadinya Penyakit Pada Lansia
Ada beberapa faktor yang menjadi faktor terjadinya penyakit pada lansia, contohnya pada
penyakit hipertensi cenderung tinggi pada pendidikan rendah dan menurun sesuai dengan
peningkatan pendidikan. Tingginya risiko terkena hipertensi pada pendidikan yang
rendah, kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan pada seseorang yang
berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit atau lambat menerima informasi
(penyuluhan) yang diberikan oleh petugas sehingga berdampak pada perilaku/pola hidup
sehat (Anggara dan Prayitno, 2013 ). Faktor lain yang dapat mempengaruhi tekanan
darah adalah aktivitas fisik. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita
hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan.Orang yang kurang
melakukan aktivitas fisik juga mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa lebih keras pada saat
kontraksi. Makin keras otot jantung memompa,makin besar tekanan pada arteri (Anggara
dan Prayitno,2013) Peningkatan tekanan darah disebabkan oleh aktivitas yang kurang
akan menyebabkan komplikasi jantung koroner, gangguan fungsi ginjal, stroke, dan
sebagainya. Berdasarkan Penelitian Lewa, Dkk (2010).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut World Health Organization (WHO) lanjut usia (lansia) adalah kelompok
penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Undang – undang No 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lansia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun
keatas. Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia jika sudah berusia diatas 60
tahun, tetapi defenisi ini sangat bervariasi tergantung dari aspek sosial budaya,
fisiologis dan kronologis (Fatimah, 2010)
2. Kebutuhan Gizi Seimbang Pada Lansia
a. Kalori
b. Protein
c. Karbohidrat
d. Lemak
Asupan lemak untuk lansia di batasai dengan batas maksimal 20-25% dari energi
total.
e. Serat
Kurangnya konsumsi serat pada lansia akan menimbulkan gangguan yang sering
kalih dikeluhkan oleh lansia yaitu sembelit.
f. Vitamin
Dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B6, B12, vitamin D dan asam folat
3. Masalah pada gizi lansia
a. Kegemukan/obesitas
b. Kekurangan Energi Kronik (KEK)
c. Kekurangan zat gizi mikro
d. Penyakit degeneratif
1) Hipertensi
2) Penyakit jantung konorer
3) Diabetes melitus
4) Osteo Arthritis
5) Osteoporosis
6) Arthritis Gout
4. Faktor yang Mempengaruhi Gizi Seimbang Pada Lansia
Menurut Hogstel (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada lansia
antara lain:
a. Faktor sosial ekonomi
b. Faktor kesejahteraan psikologis
c. Faktor budaya agama
d. Faktor penurunan fungsi fisiologis
5. Faktor pendorong terjadinya penyakit pada lansia
a. Tingkat pendidikan yang rendah
b. Aktivitas fisik
c. Pola Konsumsi makanan

B. Saran
Selesai nya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan
pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu, pemikiran
dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempurnaan makalah ini
kami sangat membutuhkan saran dan masukan yang membangun bagi semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai