PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan upaya kesehatan
untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan
terutama di bidang kesehatan, secara tidak langsung telah menurunkan
angka kesakitan dan kematian penduduk, serta meningkatkan usia harapan
hidup (Seri Hafni dkk, 2021)
Penuaan adalah proses menua sejak usia 45 tahun. Lansia mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial. Contoh penurunan fisik pada lansia
adalah rentangnya lansia untuk sakit, terutama penyakit degeneratif. Salah
satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi pada lansia adalah hipertensi
(Melda Azizah dkk, 2023)
Hipertensi sering disebut dengan silent killer. Karena hipertensi
merupakan salah satu penyakit yang mematikan tetapi tidak disertai
dengan gejala, jikalau pun muncul gejala, gejala tersebut dianggap menjadi
gangguan yang biasa, sehingga penderita pun terlambat menyadari bahwa
sudah mengidap penyakit tersebut
Menurut data WHO (2018), di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang
atau 26,4% mengidap penyakit hipertensi, angka ini kemungkinan akan
meningkat menjadi 29,2% di tahun 2021 Diperkirakan setiap tahun ada
9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi (WHO 2018).
Di Indonesia hipertensi disebut sebagai penyakit tidak bisa menular
paling tinggi didiagnosa sepanjang tahun Estimasi jumlah kasus hipertensi
di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di
Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi terjadi
pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%),
umur 55-64 tahun (55,2%).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) Sulawesi
Tengah sebesar 34,1%. Ini mengalami peningkatan dibandingkan
prevalensi hipertensi pada Riskesdas Tahun 2013 sebesar 25,8%.
Diperkirakan hanya 1/3 kasus hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis,
sisanya tidak terdiagnosis. Prevalensi dari hipertensi yaitu: Prevalensi
obesitas penduduk usia ≥ 18 meningkat dari 14,8 % menjadi 21,8%,
Prevalensi merokok penduduk usia ≤18 tahun meningkat dari 7,2 %
menjadi 9,1%, Prevalensi stroke pada penduduk umur ≥ 15 tahun
meningkat dari 7 menjadi 10,9 per mil, Prevalensi penyakit ginjal kronis ≥
15 tahun meningkat dari 2,0 per mil menjadi 3,8 per mil (Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tengah).
Menurut hasil penelitian Seri Hafni 2021 menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara faktor konsumsi makanan asin dengan kejadian
hipertensi p=0,001, faktor kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi
p= 0,031,dan faktor pola tidur dengan kejadian hipertensi p=0,001. Hasil
analisis multivariate menunjukkan bahwa faktor konsumsi makanan asin ≥
1kali/hari mempunyai pengaruh yang lebih besar (paling dominan)
terhadap kejadian hipertensi p=0,015 dengan nilai Exp (B) 11,204.
Menurut hasil penelitian Romadhiyana Kisno Saputri 2020
menunjukkan sebesar 61,6% responden mengkonsumsi minuman ringan
dengan kategori sering dan sebesar 79,2% tingkat konsumsi kopi pada
frekuensi jarang Sekitar 16,7% responden tergolong hipertensi. Tidak ada
hubungan antara konsumsi minuman ringan dan konsumsi kopi dengan
kejadian hipertensi remaja, ini kemungkinan dikarenakan kandungan
fruktosa, natrium dan kafein pada minuman ringan dan kopi yang
dikonsumsi responden masih dalam batas aman.
Di Kabupaten Sigi yang masyarakat yang mengalami hipertensi
sebanyak 2346 orang dengan presentase masyarakat yang memasuki umur
ke atas, yang di gunakan untuk forum komunikasi seperti peran kader
dalam masyarakat berusia lanjur, anggota keluarga, anggota tokoh
kemasyarakatan, organisasi masyarakat sosial sebagai cara agar terlaksana
peningkatan model pelayanan yang efektif dan efisien (Nursia N.2017).
4,92% pada tahun 2022 Pada Puskesmas Lindu data yang mengalami
hiperentis sebanyak 104 orang (Puskesmas Lindu).
Penyakit hipertensi menjadi menjadi penyakit nomor 2 dari 10 besar
penyakit berdasarkan kunjungan di Puskesmas Anuntodea Tipo.
Peningkatan kasus ini disebabkan oleh beberapa faktor penyebab yaitu
berkurangnya ilmu pengetahuan dan perilaku sikap yang di miliki
masyarakat terhadap hipertensi yang menyebabkan masyarakat memiliki
perilaku yang rendah untuk melakukan upaya pencegahan terhadap
penyakit hipertensi (Sofiana L.2020). Faktor resiko penyakit hipertensi
antaranya usia, jenis kelamin, genetik, konsumsi kadar natrium tinggi,
minum alkohol, perokok aktif dan pasif, beraktivitas yang rendah, stress
dan pengetahuan akan hipertensi yang kurang (Hidayat R, Agnesia
Y .2021)
Faktor resiko penyakit hipertensi antaranya usia, jenis kelamin,
genetik, konsumsi kadar natrium tinggi, minum alkohol, perokok aktif dan
pasif, beraktivitas yang rendah, stress dan pengetahuan akan hipertensi
yang kurang (Hidayat R, Agnesia Y.2020) Posyandu lanjut usia yaitu
wujud pelaksanaan kesehatan dari program yang dikembangkan oleh
pemerintahan pada model fasilitas untuk.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik meneliti dengan
judul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Lindu Kabupaten Sigi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah pada
penelitian ini faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Lindu Kabupaten Sigi?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor–faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Lindu Kabupaten Sigi
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui faktor lansia tentang kebiasan minuman berkafein
terhadap terjadinya hipertensi pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Lindu Kabupaten Sigi
b. Diketahui faktor lansia tentang makanan yang berlemak terhadap
terjadinya hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Lindu
Kabupaten Sigi
c. Diketahui faktor lansia tentang makanan yang mengandung tinggi
garam terhadap terjadinya hipertensi pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Lindu Kabupaten Sigi
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Bagi Ilmu Pengetahuan penelitian ini sebagai sumber informasi
dan bisa dimanfaatkan oleh rekan-rekan lain jika ingin melakukan
penelitian baik dengan variabel yang sama ataupun variabel yang
berbeda.
2. Bagi masyarakat
Penelitian ini bisa menjadi bahan informasi bagi masyarakat
Lindu tentang faktor-faktor yang mepengaruhi hipertensi pada lansia.
3. Bagi Institusi
Hasil studi khasus ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan
gambaran bagi peneliti selanjutnya serta menjadi referensi bacaan
perpustakaan dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi
hipertensi pada lansia di Puskesmas lindu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Tinjauan Umum tentang Lanjut Usia
a. Definisi Lansia
Lanjut usia yaitu tahap yang terjadi dalam kehidupan
manusia (Dede Nasrullah, 2016). Perubahan pada aspek fisiologis
terhadap lansia berdampak pada sistem saraf berupa gangguan
kualitas tidur dan sistem otot dan penuruan kekuatan otot.
Seseorang yang bertembah tua kapasitas fisik dan psikisnya akan
mengalami penurunan (Muhith A, 2020).
Seseorang yang beranjak umur 60 tahun ke atas di sebut
juga lansia. Lansia termasuk dalam kelompok usia yang sudah
masuk pada tahap akhir dalam fase pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Kelompok lansia di kategorikan sebagai
kelompok yang akan memasuki proses yang di sebut aging proses
atau proses penuaan (Qasim M, 2021)
Lanjut usia masuk dalam periode penurunan kemampuan
akal dan fisik, yang di tandai dengan timbulnya perubahan dalam
kehidupannya. Pada tahap lansia, banyak sekali perubahan fisik
maupun mentalnya, seperti pada kekurangan berbagai fungsi
tubuh dan kapasitas yang di milikinya (Emmilia Ratnawati 2017)
b. Batasan Pada Lanjut Lansia
1) Pembagian Lanjut Usia Berdasarkan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia (Emmilia Ratnawati 2017). Lanjut usia
dibagi sebagai berikut:
a) Usia Lanjut (60-69 tahun)
b) Lanjut usia dengan memiliki resiko tinggi dengan masalah
kesehatan (>70 tahun)
2) Pembagian lanjut usia menurut WHO, yaitu:
a) Middle age atau usia pertengahan 45-59 tahun
b) Elderly atau lanjut usia 60-74 tahun.
c) Old atau lanjut usia tua 75-90 tahun.
d) Very old age atau usia sangat tua >90 tahun.
3) Menurut Hurlock. Lansia dibagi sebagai berikut:
a) Usia 60-70 tahun (early old age)
b) Usia >70 tahun (advanced old age)
4) Menurut Burnsie Lansia dibagi sebagai berikut:
a) Usia 60-69 tahun (young old)
b) Usia 70-79 tahun (middle age old)
c) Usia 80-89 tahun (old-old)
d) Usia >90 tahun (very old-old)
5) Menurut Bee berpendapat bahwa umur seseorang dibagi
sebagai berikut:
a) Usia 18-25 tahun (masa dewasa muda)
b) Usia 25-40 tahun (masa dewasa awal)
c) Usia 40-65 tahun (masa dewasa tengah)
d) Usia 65-75 tahun (masa dewasa lanjut)
e) Usia >75 tahun (masa dewasa sangat lanjut)
c. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
Proses penuaan mempunyai banyak akibat pada kesehatan
yang menyebabkan tingginya perubahan pada lansia yang menyeluruh
baik fisik, sosial, spiritual, dan moral yang saling mempengaruhi
seluruh aspek kehidupan. Perubahan yang terjadi menambatkan
beberapa bentuk penyesuaian, dari kenyataan bahwa bertambahnya
usia atau umur seseorang, maka sebagian besar seseorang memiliki
fleksibilitas yang kurang dalam beradaptasi dengan berbagai
perubahan di lingkungan. Ini adalah contoh turbulensi yang mungkin
dihadapi seseorang seiring bertambahnya usia. Hal-hal yang
menyebabkan terjadinya perubahan sosial, seperti perubahan fisik
dan perubahan sosial. Beberapa perubahan yang akan terjadi pada
lansia antara lain perubahan struktur kulit luar, struktur rangka,
struktur saraf, struktur otot, sistem kardiovaskular, struktur endokrin,
struktur pernapasan, struktur imun, struktur saluran kemih, struktur
pencernaan, dan struktur reproduksi, baik laki-laki maupun perempuan
(Padila, 2013)
Lansia mengalami beberapa penurunan kesehatan yang
merupakan indikasi penurunan fisik, yang terdiri dari (Padila, 2013).
1) Fungsi kulit berkurang, seperti kendur, kerutan dan kerutan mulai
menempel di wajah sehingga mengurangi elastisitas kulit
2) Rambut beruban
3) Gigi mulai tanggal (ompong)
4) Lapang pandang dan fungsi pendengaran terbatas
5) Mudah lelah dan mudah jatuh
6) Pola tidur yang berubah-ubah
7) Mudah sakit akibat penurunan fungsi imun
8) Nafsu makan yang berkurang dan porsi makan yang menurun
9) Fungsi penciuman yang melemah
10) Aktivitas yang lambat dan kurang lincah
d. Tipe-Tipe Lansia
Beberapa klasifikasi lanjut usia menurut kepribadian, pengalaman
hidup, lingkungan, fisik, mental, sosial dan status keuangannya, yaitu:
1) Lansia dengan tipe bijaksana
Lansia tipe ini mampu mencontoh kebijaksanaannya, memiliki
pengetahuan, mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
memiliki sedikit atau banyak aktivitas, sopan dengan orang lain,
memiliki sifat rendah hati, memilih hidup sederhana, dermawan,
dan mampu. untuk menepati janji. Mereka juga bisa menjadi
panutan.
2) Lansia dengan tipe mandiri
Orang yang lebih tua dari tipe ini dapat mengganti kasus
yang sudah selesai dengan kasus baru, pergi ke pertemuan dan
sering kumpul dengan teman-teman.
3) Lansia dengan tipe tidak puas
Lansia tipe ini tidak puas dengan kondisinya dan
mempermasalahkan proses penuaan sehingga menjadi sangat
marah, menjadi tidak sabar, sangat mudah tersinggung, dan sangat
sulit untuk dilayani. Mereka juga banyak mengkritik dan menuntut
sesuatu.
4) Lansia dengan tipe pasrah
Lansia pada tipe ini mampu menerima dan menunggu takdir
yang baik, mengikuti kegiatan spiritual, dan melakukan segala
macam kegiatan.
5) Lansia dengan tipe mudah binggung
Lansia tipe ini mudah ketakutan, kehilangan karakter,
terisolasi, cenderung memiliki harga diri yang rendah, pasif, dan
tidak memiliki ekspresi yang baik dan acuh tak acuh.
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini dapat digambarkan seperti pada
gambar berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Minuman Berkafein
Hipertensi Pada
Makanan Berlemak
Lansia
Makanan yang
mmMengandung
Tinggi Garam
Keterangan :
Variabel Independen
Variabel Dependen
C. Hipotesis
1. Ha
a. Terdapat faktor minuman berkafein yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi pada lansia di wilyah kerja Puskesmas Lindu Kecamatan
Lindu Kabupaten Sigi
b. Terdapat faktor makanan berlemak yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi pada lansia di wilyah kerja Puskesmas Lindu Kecamatan
Lindu Kabupaten Sigi
c. Terdapat faktor makanan yang mengandung tinggi garam yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia di wilyah kerja
Puskesmas Lindu Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi
2. H0
a. Tidak terdapat faktor minuman berkafein yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi pada lansia di wilyah kerja Puskesmas Lindu
Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi
b. Tidak terdapat faktor makanan berlemak yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi pada lansia di wilyah kerja Puskesmas Lindu
Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi
c. Tidak terdapat faktor makanan yang mengandung tinggi garam yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia di wilyah kerja
Puskesmas Lindu Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis survei yang digunakan adalah survei kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah jenis penelitian yang spesifikasinya sistematis, terencana,
dan terstruktur dengan baik dari awal hingga pembuatan desain penelitian
(Sugiono 2014).
Penelitian ini memakai model desain deskriptif korelasional dengan
model pendekatan yaitu mengunakan cross sectional (Sugiono 2014), yaitu
cara penelitian yang dijalankan scara bersamaan antara variabel-variabel
berupa variabel independen yaitu dukungan sosial keluarga dan variabel
dependen yaitu motivasi lansia.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Indepeden
Variabel indepnden merupakan variabel bebas yang mana
keberadaan dari karakteristik subjek penelitian akan merubah variabel
lainnya. Variabel independen dari penelitian ini adalah minuman
berkafein, makanan berlemak dan makanan yang mengandung tinggi
garam.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel terikat yang berubah akibat
adanya pengaruh dari variabel independen. Variabel dependen pada
penelitian ini adalah hipertensi pada lansia.
E. Definisi Operasional
Sementara Proses Pembuatan
F. Instrument Penelitian
Instrument penelitian merupakan alat-alat yang digunakan dalam
melakukan pengumpulan (Sugiyono, 2017). instrumen yang digunakan
terdapat dua kategori yaitu intrumen yang sudah baku dan belum baku
Instrument penelitian dapat berupa : kuesioner (daftar pertanyaan), yang
berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya.
I. Alur Penelitian
Studi Pustaka
Hipotesis
Observasi
Lapangan Dan
Peijinan
Mengumpulkan Data
Pengolahan Data