Oleh :
1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan tatanan pelayanan kesehatan posyandu
lansia pada era covid-19
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui alur tatalaksana dan pelaksanaan posyandu lansia
pada era covid-19
2. Mengetahui persiapan apa saja yang perlu dilakukukan pada
posyandu lansia era covid-19.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
2.1 Definisi lansia
Lansia atau lanjut usia adalah suatu proses kehidupan ditandai dengan
penurunan kemampuan berbagai fungsi, organ, dan sistem tubuh secara
fisiologis atau alamiah agar mampu beradaptasi dengan lingkungan. Pada
lansia mengalami proses kehidupan yang tidak dapat dihindari dan akan
berjalan secara terus menerusserta berkesinambungan, lanjut usia yakni
seseorang yang sudah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes RI,
2017).
Lansia merupakan kelompok penduduk berusia 60 tahun atau lebih,
serta mengalami penurunan kekebalan fisik dan mengalami penurunan
system organ tubuh. Lansia adalah kelompok masyarakat yang rentang
terhadap suatu penyakit, kelompok dibagi menjadi 3 yaitu middle age
dengan bataan usia (45-49 tahun), Lanjut usia (60 -69 tahun) dan Lanjut
usia tua (70 tahun keatas) menurut (Statistik, 2018).
3.1 Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, status
marital, suku/bangsa, alamat, nomor rekam medis, ruang rawat, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, dan identitas
penanggung jawab
b. Keluhan utama : Gejala pernapasan akut seperti demam, batuk, sesak
nafas dan sakit tenggorokan
c. Keluhan tambahan : keluhan tambahan dapat dialami yaitu diare,
malaise
d. Kondisi/riwayat : klien mempunyai pneumonia, riwayat perjalanan ke
wilayah terjangkit, kontak erat dengan penderita, komorbid misal
hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung.
e. Tanda-tanda vital
1) Pasien Pneumonia COVID-19, SARI dan surveilans kasus COVID-
l9 dengan gejala yaitu: demam, batuk, pile( nyeri tenggorokan
2) Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang
melaporkan transmisi lokal dalam L4 hari terakhir sebelum timbul
gejala
3) Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal
COVID-19 di Indonesia dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
4) Riwayat kontak dengan pasien konfirmasi atau probabel COVID-19
dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
5) Kesadaran kompos mentis
6) Tanda vital: frekuensi nadi normal atau meningkat, frekuensi napas
normal atau meningkat, tekanan darah normal, suhu tubuh
meningkat
7) Pemeriksaan fisis paru : Dapat ditemukan suara napas tambahan
berupa ronki basah kasar
8) Pemeriksaan radiologi: foto toraks
9) Pemeriksaan swab tenggorok dan aspirat saluran napas bawah
seperti sputum, untuk RT-PCR virus (COVID-I9)
10) Pemeriksaan kimia darah
11) Darah perifer lengkap
f. Perubahan pola tidur
Gangguan tidur atau yang disebut insomnia merupakan salah satu
gangguan tidur yang paling sering dikeluhkan oleh lansia. Insomnia
dapat didefinisikan sebagai kesulitan dalam memulai tidur,
mempertahankan tidur, bangun pagi, serta mengantuk di siang hari.
Gangguan tidur ini dapat menyerang semua golongan usia. Namun,
beberapa artikel mengatakan bahwa angka kejadian insomnia akan
meningkat seiring bertambahnya usia. Dengan kata lain, gejala insomnia
sering terjadi pada orang lanjut usia (lansia) bahkan hampir setengah
dari jumlah lansia dilaporkan mengalami kesulitan memlai tidur dan
mempertahankan tidurnya.
g. Risiko luka tekan atau decubitus
Ulkus dekubitus atau pressure ulcer adalah luka akibat penekanan yang
lama pada kulit karena berbaring terus-menerus. Luka paling
sering muncul pada area kulit yang tertekan saat berbaring, seperti tumit,
siku, pinggul, dan tulang ekor. Ulkus dekubitus juga dikenal sebagai bed
sores. Ulkus dekubitus berisiko terjadi pada orang yang menderita suatu
penyakit hingga menyebabkan gerak tubuhnya terbatas. Penderita
tersebut akan berbaring di tempat tidur atau duduk di kursi roda dalam
waktu yang lama, sehingga ada bagian-bagian tubuh yang terus-
menerus mengalami penekanan dan muncul luka.
h. Skrining nutrisi
Pengukuran antropometri dalam menilai status gizi merupakan indikator
sensitif kesehatan masyarakat dan gizi. Berat badan, tinggi badan, dan
indeks massa tubuh merupakan komponen penting skrining nutrisi yang
menggambarkan kondisi nutrisi saat ini. Dengan skrining nutrisi dapat
mendeteksi terjadinya risiko malnutrisi, khususnya di orang tua. Metode
skrining gizi yang digunakan pada lansia adalah Mini Nutritional
Assessment Short Form (MNA-SF). MNA-SF merupakan alat yang
dikembangkan untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status gizi
pada lansia untuk mencegah malnutrisi dini dan berguna untuk
pengobatan dini sebelum risiko malnutrisi terjadi dan lebih efisien serta
membutuhkan waktu pengaplikasian yang singkat.
Nutrisi merupakan elemen penting dalam kesehatan lansia dan
mempengaruhi proses penuaan. Meskipun dalam penelitian hasil
skrining menggunakan MNA-SF menunjukkan bahwa sebagian besar
responden tidak mengalami gangguan nafsu makan dan penurunan
berat badan, tetapi pada orang lanjut usia yang mengalami gangguan
nafsu makan dan penurunan kebutuhan energi dikarenakan perubahan
fungsi biologis dan psikologis.
i. Status fungsional
Status fungsional ini pada lansia menunjukkan apakah
seseorang lansia sebagai individu masih dapat meiakukan fungsinya
sehari-hari dan secara luas harus dipandang sebagai "kesehatan secara
menyeluruh"
j. Risiko jatuh
Berjalan bukanlah sebuah proses yang otomatis. Berjalan membutuhkan
integrasi kompleks info sensorik posisi tubuh relatif terhadap sekeliling
dan kemampuan memberikan respons motorik untuk mengontrol
pergerakan. Berjalan juga membutuhkan kontrol keseimbangan yang
baik untuk misalnya: bangkit dari kursi, berputar arah ketika berjalan,
dan turun naik tangga. Risiko jatuh, pada pasien lansia terjadi ketika
sistem kontrol postural gagal mendeteksi pergeseran dan tidak
mereposisi pusat gravitasi terhadap landasan penopang pada waktu
yang tepat. Ada tiga faktor yang menjadi penyebab risiko jatuh pada
pasien lansia.
1) Faktor risiko: yaitu faktor yang dipengaruhi oleh kondisi ekstrinsik
seperti lingkungan yang tidak ramah lansia, kehilangan
keseimbangan, pengaruh obat-obatan, kehilangan keseimbangan
dan sebagainya
2) Faktor pencetus atau penyebab: yaitu faktor yang banyak
dipengaruhi oleh kondisi intrinsik seperti syncope atau kondisi
kehilangan kesadaran untuk beberapa saat, dizziness atau pusing,
drop attack, dan sebagainya.
3) Faktor Penyulit atau Komorbiditas: atau adanya peyakit penyerta
selain penyakit utama yang diderita pasien
k. Pemeriksaan psikososial
1) Kebingungan mendadak
2) Stres
3) Ansietas
4) Interaksi social
5) Pola komunikasi
l. Spiritual
1) Kegiatan keagamaan selama dirawat
2) Kepercayaan
3) Pola ibadah
4) Distres spiritual
3.3 Intervensi
No Diagnosa Ras/
Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intevensi (SIKI)
Dx (SDKI) TTD
0001 Bersihan Jalan Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
Nafas Tidak keperawatan ... x 24 jam Latihan Batuk Efektif
Efektif gangguan bersihan jalan nafas
klien teratasi dengan kriteria hasil Observasi :
: a. Identifikasi kemampuan
batuk
Kriteria 1 2 3 4 5 b. Monitor adanya retensi
Hasil sputum
Batuk efektif c. Monitor tanda dan gejala
Produksi
infeksi saluran nafas
sputum
Mengi d. Monitor input dan output
Wheezing cairan
Dispnea
Frekuensi Terapeutik :
nafas a. Atur posisi semi fowler
Pola nafas
atau fowler
b. Pasang perlak dan
bengkok di pangkuan
pasien
c. Buang sekret pada tempat
sputum
Edukasi :
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
b. Anjurkan teknik nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mecucu
selama 8 detik
c. Anjurkan mengulangi tarik
nafas dalam hingga 3 kali
d. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
nafas dalam yang ke-3
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu
0130 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
keperawatan ... x 24 jam suhu Manajemen Hipertermia
tubuh klien teratasi dengan
kriteria hasil : Observasi :
a. Monitor suhu tubuh
b. Monitor kadar elektrolit
Kriteria 1 2 3 4 5 c. Monitor komplikasi akibat
Hasil hipertermia
Menggigil
Suhu tubuh
Suhu kulit Terapeutik :
Hipoksia a. Sediakan lingkungan yang
Kejang
Tekanan dingin
Edukasi :
a. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
0080 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
keperawatan ... x 24 jam Terapi Relaksasi
kecemasan klien teratasi dengan
kriteria hasil : Observasi :
a. Periksa ketegangan otot,
Kriteria 1 2 3 4 5 frekuensi nadi, tekanan
Hasil darah dan suhu sebelum
Verbalisasi dan sesudah latihan
kebingungan b. Monitor respons terhadap
Verbalisasi
terapi relaksasi
khawatir
akibat
Terapeutik :
kondisi yang
a. Ciptakan lingkungan
dihadapi
Perilaku tenang dan tanpa
gelisah gangguan pencahayaan
Perilaku dan suhu ruangan
tegang nyaman, jika
Tremor memungkinkan
Konsentrasi b. Berikan informasi tertulis
tidur tentang persiapan dan
Pola tidur
prosedur teknik relaksasi
c. Gunakan pakaian longgar
d. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgesik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi :
a. Jelaskan tujuan, manfaat,
balasan dan jenis
relaksasi yang tersedia
b. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
c. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
d. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
e. Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
f. Demostrasikan dan latih
teknik relaksasi
0055 Gangguan Pola Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
Tidur keperawatan ... x 24 jam Dukungan Tidur
gangguan pola tidur klien teratasi
dengan kriteria hasil : Observasi :
a. Identifikasi pola aktivitas
Kriteria 1 2 3 4 5 dan tidur
Hasil b. Identifikasi faktor
Keluhan sulit pengganggu tidur
tidur c. Identifikasi makanan dan
Keluhan minuman yang
sering mengganggu tidur
terjaga d. Identifikasi obat tidur yang
Keluhan
dikonsumsi
tidak puas
tidur
Keluhan Terapeutik :
istirahat a. Modifikais lingkungan
tidak cukup b. Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
c. Tetapkan jadwal tidur rutin
d. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan
e. Sesuaikan jadwal
pemberian obat atau
tindakan untuk menunjang
siklus tidur
Edukasi :
a. Jelaskan pentingnya tidur
selama sakit
b. Anjurkan menepati
kebiasaan tidur
c. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
d. Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
e. Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
f. Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
0063 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
Menelan keperawatan ... x 24 jam Dukungan Perawatan Diri :
gangguan menelan klien teratasi Makan/Minum
dengan kriteria hasil :
Onservasi :
Kriteria 1 2 3 4 5 a. Monitor kemampuan
Hasil menelan
Mempertaha b. Monitor status hidrasi
nkan pasien, jika perlu
makanan di
mulut Terapeutik :
Reflek
a. Ciptakan lingkungan yang
menelan
Kemampuan menyenangkan selama
mengosongk makan
an mulut b. Atur posisi yang nyaman
Frekuensi untuk makan/minum
tersedak c. Sediakan sedotan untuk
Batuk
minum, sesuai kebutuhan
Edukasi :
a. Jelaskan posisi makanan
pada pasien yang
mengalami gangguan
penglihatan dengan
menggunakan arah jarum
jam
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
obat, sesuai indikasi
0109 Defisit Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
Perawatan Diri keperawatan ... x 24 jam Dukungan Perawatan Diri
gangguan perawatan diri klien
teratasi dengan kriteria hasil : Observasi :
a. Identifikasi kebiasaan
Kriteria 1 2 3 4 5 aktivitas perawatan diri
Hasil sesuai usia
Kemampuan b. Monitor tingkat
mandi kemandirian
Kemampuan
c. Identifikasi kebutuhan alat
mengenakan
bantu kebersihan diri,
pakaian
Kemampuan berpakaian, berhias dan
makan makan
Kemampuan
ke toilet Terapeutik :
Verbalisasi
a. Sediakan lingkungan yang
keinginan
terapeutik
melakukan
b. Siapkan keperluan pribadi
perawatan
c. Dampingi dalam
diri
Minat melakukan perawatn diri
Edukasi :
a. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
0142 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
keperawatan ... x 24 jam risiko Pencegahan infeksi
infeksi klien teratasi dengan
kriteria hasil : Observasi :
a. Monitor tanda dan gejala
infeksi lokal dan sistemik
Kriteria 1 2 3 4 5
Hasil Terapeutik :
Demam a. Batasi jumlah pengunjung
Kemerahan
Nyeri b. Cuci tangan sebelum dan
Bengkak sesudah kontak dengan
Kadar sel
pasien dan lingkungan
darah putih
pasien
c. Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi :
a. Jelaskan tanda dan
gejaka infeksi
b. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
c. Ajarkan etika batuk
d. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
e. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
0099 Perilaku Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
Kesehatan keperawatan ... x 24 jam perilaku Promoasi Perilaku Upaya
Cenderung kesehatan kurang tepat klien Kesehatan
Berisiko teratasi dengan kriteria hasil :
Observasi :
Kriteria 1 2 3 4 5 a. Identifikasi perilaku upaya
Hasil kesehatan yang dapat
Perubahan ditingkatkan
terhadap
perubahan Terapeutik :
status a. Berikan lingkungan yang
kesehatan mendukung kesehatan
Kemampuan b. Orientasi pelayanan
melakukan kesehatan yang dapat
tindakan dimanfaatkan
pencegahan
masalah Edukasi :
kesehatan a. Anjurkan menggunakan
Kemampuan
air bersih
peningkatan
b. Anjurkan mencuci tangan
kesehatan
dengan menggunakan
sabun
c. Anjurkan makan sayur
dan buah setiap hari
d. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik setiap hari
0095 Koping Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
Komunitas keperawatan ... x 24 jam koping Manajemen Lingkungan
Tidak Efektif komunitas kurang efektif klien Komunitas
teratasi dengan kriteria hasil :
Observasi :
Kriteria 1 2 3 4 5 a. Lakukan skrining risiko
Hasil gangguan kesehatan
Keberdayaa lingkungan
n komunitas b. Identifikasi faktor risiko
Perencanaa
kesehatan yang diketahui
n komunitas
Pemecahan
masalah Terapeutik :
komunitas a. Libatkan partisipasi
Sumber masyarakat dalam
daya memeliharan keamanan
komunitas lingkungan
Partisipasi
komunitas
Insiden Edukasi :
Kolaborasi :
a. Kolaborasi dalam tim
multidisiplin untuk
mengidentifikasi ancaman
keamanan di masyarakat
b. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam
program kesehatan
komunitas untuk
menhadapi risiko yang
diketahui
c. Kolaborasi dalam
pengembangan program
aksi masyarakat
d. Kolaborasi dengan
kelompok masyarakat
dalam menjalankan
peraturan pemerintah
3.4 Implementasi
Implemetasi adalah penerapan dari intervensi atau rencana asuhan
keperawatan yang telah dibuat oleh perawat guna untuk menunjang
kesehatan pasien
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan
3.6 Dokumentasi
Pendokumentasian yang digunakan dalam kasus ini adalah model
dokumentasi POR (Promblem Oriented Record) menggunakan SOAPIE
(subyek, obyek, analisa, planning, implementasi, evaluasi). Dalam setiap
diagnosa keperawatan penulis melakukan tindakan keperawatan kemudian
penulis mendokumentasikan yaitu dalam memberikan tanda tangan waktu
dan tanggal. Jika ada kesalahan dicoret diberi paraf oleh penulis
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Program kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini sangat bermanfaat
sebagai panduan Desa Sumbertebu Dalam mempersiapkan hari buka
pelayanan posyandu lansia yang sesuai dengan tatanan hidup baru di era
pandemi Covid-19. Para peserta yang meliputi kader lansia, perawat dan
bidan desa yang merupakan perwakilan dari Puskesmas serta perangkat
desa sangat antusias denagn kegiatan yang telah dilakukan. Pengetahuan
dan kemampuan peserta terhadap pelaksanaan posyandu lansia di era
pandemi juga mengalami peningkatan karena adanya berbagai metode dan
media yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini.
4.2 Saran
Diharapkan pelayanan kesehatan lansia di tingkat masyarakat dan di
fasiitas kesehatan haruslah menjadi prioritas. Pelaksanaan pelayanan
posyandu lansia di Era Pandemi Covid-19 dapat dilakukan sesuai dengan
panduan yang telah diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI (2020).
Pelayanan lansia harus tetap dilakukan sebagai upaya deteksi dini masalah
kesehatan akibat Covid-19 serta pemantauan kesehatan secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA