Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

TREND ISUE KEPERAWATAN GERONTIK ERA COVID-19


DI TATANAN MASYARAKAT
Pelayanan Kesehatan Posyandu Lansia Era Pandemi Covid-19
Dosen Pengampu :
Elief Yuniarti, S.Kep., Ners.

Oleh :

Emin Kogoya (170914201556)


Ryana Duta Lopes (181014201602)
Litigia Mendonca B.D.(181014201604)
Zidah Qurrota’Aini (181014201606)
Alosius Dappa (181014201608)
Aurelia Ningsi L. (181014201614)
Basila Fasak (181014201616)
Dwi Rezkiana Sari (181014201622)
Indriyawati (181014201628)
Juneth Ririhena (181014201630)
Prita Yusika Sari (181014201646)
Rahardian Ghisti N. (181014201648)
Tachrima Sabita (181014201652)
Veni Eka S. H. (181014201654)
Yurike Iswari (181014201656)

Program Studi Pendidikan Ners


STIKES Widyagama Husada
Malang
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelompok lanjut usia (lansia) merupakan salah satu kelompok rentan
yangmemiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi di masa pandemi covid-
19. Datamortalitas akibat Covid-19 dibeberapa Negara lain menunjukkan
peningkatan seiringdengan meningkatnya usia. Jumlah kematian populasi
usia 60-69 tahun sebesar 3,6%,pada usia 70-79 tahun sebesar 8% dan
pada usia lebih dari 80 tahun sebanyak 14,8%.Indonesia juga memiliki
angka mortalitas yang tinggi seiring dengan meningkatnyausia, yaitu pada
populasi usia 45-54 tahun adalah 8%, 55-64 tahun 14% dan65tahun.
ke atas 22% (Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, 2020). Lansia
juga
merupakan kelompok penduduk yang sangat membutuhkan akses
terhadap layanankesehatan karena sebagian besar memiliki penyakit
kronik/degeneratif sepertikardiovaskuler, kencing manis, penyakit
pernafasan kronik dan lain-lain. Oleh karenaitu pencegahan penularan
melalui upaya promotif dan preventif terhadap Covid-19pada kelompok
lansia sangat penting dilakukan, baik di tingkat keluarga, masyarakat
maupun di fasilitas kesehatan.
Upaya pencegahan penularan melaluiupaya promotif dan preventif
pada kelompok lansia sangat penting dilakukan, baik ditingkat keluarga,
masyarakat maupun di fasilitas kesehatan agar kualitas hidup lansiatetap
terjaga. Salah satu upaya pelayanan kesehatan promotif dan preventif bagi
pra lansia danlansia ditingkat masyarakat adalah posyandu lansia. Akan
tetapi selama masapandemi ini, pelaksanaan posyandu lansia ditunda dan
dapat diselenggarakankembali apabila situasi sudah dinilai memungkinkan
dengan memperhatikan aturandan komando Pemerintah, baik pusat
maupun daerah, serta dilakukan denganpenerapan protokol pencegahan
penularan Covid-19.
Berdasarkan hasil sosialisasi kementerian kesehatan RI oleh dr.
Imran AgusNurali, Sp.KO Direktur promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat padabulan Desember 2020 tentang Panduan Operasional
Upaya Kesehatan di Posyandudalam Adaptasi Kebiasaan Baru untuk
Penerapan Masyarakat Produktif dan AmanCovid-19, maka perlu diadakan
kembali penyelenggaraan posyandu lansia dengan memperhatikan
protokol kesehatan tentunya. Hal ini dilakukan untuk memantaukesehatan
lansia yang sempat terganggu karena pandemi Covid-19 serta sebagai
salahsatu tindakan deteksi dini masalah kesehatan pada lansia akibat
Covid-19.
Program kegiatan lansia yang telah dikembangkanmeliputi program
revitalisasi posyandu lansia (Mawaddah, dkk., 2019), dan
programpengembangan pelayanan posyandu lansia (Mawaddah, dkk.,
2019). Adanya pandemiCovid-19, pelaksanaan posyandu lansia diberbagai
desa telah ditunda sejakadanya kebijakan dari pemerintah pusat pada 31
Maret 2020 yaitu pemberlakukanPembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) yang dilakukan sebagai antisipasipenyebaran Covid-19 (Humas
Setkab RI, 2020). Penundaan pelaksanaan posyanduini dilakukan untuk
mencegah terjadinya penularan serta belum adanya pengetahuandari
masyarakat secara umum serta kader secara khusus tentang pelaksanaan
posyandu lansia di era pandemi covid-19. Pada makalah ini akan
membahas bagaimana pelaksanaan tatanan hidup baru pelayanan
kesehatan posyandu lansia pada era covid-19.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pelaksanaan tatanan pelayanan kesehatan posyandu
lansia pada era covid-19 ?

1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan tatanan pelayanan kesehatan posyandu
lansia pada era covid-19
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui alur tatalaksana dan pelaksanaan posyandu lansia
pada era covid-19
2. Mengetahui persiapan apa saja yang perlu dilakukukan pada
posyandu lansia era covid-19.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KonsepLansia
2.1 Definisi lansia
Lansia atau lanjut usia adalah suatu proses kehidupan ditandai dengan
penurunan kemampuan berbagai fungsi, organ, dan sistem tubuh secara
fisiologis atau alamiah agar mampu beradaptasi dengan lingkungan. Pada
lansia mengalami proses kehidupan yang tidak dapat dihindari dan akan
berjalan secara terus menerusserta berkesinambungan, lanjut usia yakni
seseorang yang sudah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes RI,
2017).
Lansia merupakan kelompok penduduk berusia 60 tahun atau lebih, serta
mengalami penurunan kekebalan fisik dan mengalami penurunan system
organ tubuh. Lansia adalah kelompok masyarakat yang rentang terhadap
suatu penyakit, kelompok dibagi menjadi 3 yaitu middle age dengan bataan
usia (45-49 tahun), Lanjut usia (60 -69 tahun) dan Lanjut usia tua (70 tahun
keatas) menurut (Statistik, 2018).

2.2 Ciri – CiriLansia


Ciri-ciri lansia menurut (Siti, 2016) sebagai berikut:
1. Lansia mengalami proses kemunduran Lansia atau lanjut usia (60 tahun
keatas) akan mengalami kemunduran yakni kemunduran dari bentuk
fisik, factor psikologis, aspek kognitif, askep motoricsensorik. Motivasi
adalah peran penting dalam membantu mencegah kemunduran pada
lansia. Yakni lansia yang tidak memiliki motivasi akan cenderung
mempercepat proses kemunduran, lain dengan lansia yang memiliki
motivasi tinggi akan cenderung lebih lama mengalami proses
kemunduran dari segi bentuk fisik, factor psikologis, askep kognitif dan
motoric-sensori.
2. Penyesuaian yang buruk pada lanjut usia Lanjut usia yang tinggal
bersama anak dan keluarganya cenderung lebih menarik diri
dikarenakan lansia jarang dilibatkan untuk ikut memecahkan masalah/
mengambil sebuah keputusan, hal ini menjadikan lansia memiliki harga
diri rendah dan cepat tersingung.
3. Lansia membutuhkan perubahan peran Lansia yang memiliki kedudukan
atau jabatan harus memiliki cara berfikir secara luas, sehingga jika
mereka harus berhenti atau tidak menduduki jabatan akan lebih
menikmati masa tua yang bahagia, kemudian lansia harus disiapkan
agar tidak menjadikan pikiran ataupun beban masa tuanya (Post Power
Syndrom), misal lansia yang mengalami pensiun harus menerima
dengan lapang dada, dan sudah semstinya mereka menyiapkan terlebih
dahulu sebelum masa pensiun.

2.3 KarakteristikLansia
Lansia memiliki karakteristik yang berbeda dengan usia dewasa
ataupun remaja, yakni sebagai berikut menurut (Sofia dkk, 2014).
1. Lansia berusia lebih dari 60 tahun. Lansia berusia lebih dari 60 tahun,
lansia dengan pembagian usia tiga dengan batasan awal lanjut usia
dengan umur 45-49 tahun, kemudian Lanjut usia dengan umur 60-69
tahun, dan Lanjut Usia Tua (70-95 tahun).
2. Kebutuhan lansia yang bervariasi Masalah kesehatan yang bervariasi
mulai dari sehat samapai yang sakit, kebutuhan biopsikologis, spiritual,
adaptif dan maladaptive.
3. Lingkungan yang bervariasi Lingkungan keluarga adalah lingkungan
yang paling dominan dalam hidup lansia, tetapi hal ini tidak sedikit pula
lansia yang berlingkungan atau tinggal sendiri dirumahnya.

2.4 Proses Penuaan


Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan yakni
sebagai berikuti : teori biologis, teori psikologis, teori social, dan teori
spiritual menurut (Priyto, 2014) dan dijelaskan sebagai berikut:
1. Teori biologis
Teori mencakup teori genetic (secara genetik untuk spesiesspecies
tertentu), immunology slow theory (masuknya virus ke dalam tubuh),
teori radikal bebas (kelompok atom), teori stress.
2. Teori psikologis
Adanya penurunan dan intelektualitas yang meliputi kemampuan
kognitif, persepsi, memori dan belajar pada usia lanjut menyebabkan
mereka sulit untuk dipahami dan sulit untuk berinteraksisocial. Dengan
adanya penurunan fungsi system sensoric, maka terjadi sebuah
penurunan kemampuan untuk memproses, menerima, dan merespon
stimulus sehingga akan muncul aksi dan reaksi yang berbeda.
3. Teori social
pada teori ini meliputi sebuah proses interaksi social, proses penarikan
diri, proses kesinambungan, proses perkembangan, dan proses
aktifitas.
4. Teori spiritual
teori ini yang menghubungkan lansia dengan sang penciptanya dan
alam semEsta.

2.5 Perubahan-Perubahan Lansia


1. Perubahan fisik
Perubahan fisik meliputi sel, system pendengaran, system persyarafan,
system penglihatan, system kardiovaskular, system respirasi, system
gastrointestinal, system endokrin, system perkemihan, system kulit,
system muskuloskeletas.
2. Perubahan mental
Lansia mengalami perubahan mental dikarenakan faktor perubahan
fisik, khusus organ perasa, faktro pendidikan, faktor genetic, faktor
lingkungan.
3. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial pada lansia dikarenakan oleh berbagai hal yakni
lansia mengalami pensiun, ekonomi menurun, penyakit kronis dan
ketidakmampuan, kesepian akibat pengasingan dari lingkungansosial
hidupnya, gangguan gizi akibat pensiun, hilangnya kekuatan dan
kemampuan fisik, serta gangguan syaraf panca indra.
4. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin ditekuni dalam kehidupannya, lansia
semakin taat dalam kehidupan spiritualnya, hal ini menjadikan lansia
sangat terlihat berfikir dan bertindak melakukan kegiatan dalam sehari-
hari.
B. KonsepPosyanduLansia
2.6 DefInisiPosyanduLansia
Posyandu lansia (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan suatu pelayanan
kesehatan berbentuk pos polayanan terpadu untuk masyarakat lanjut usia
60 tahun keatas, yang sudah disepakati di suatu wilayah tertentu. Yang
berbentuk wadah pelayanan kesehatan diperuntukkan penduduk lansia,
serta bersumber dari pemerintah bekerjasama dengan masyarakat yang
melalui sebuah proses pelayanan, pelaksanaan dan pembentukan oleh
lembaga swadaya masyarakat.Pelayanan yang tersedia didalam sebuah
proses pembentukan sudah menyediakan dan memberikan pelayanan
agama, social, pendidikan, keterampilan, seni, dan olahraga.
Adapun beberapa kegiatan yang terselenggara dengan beberapa lintas
sector pemerintah dan non-pemerintah, organisasi social dan swasta yang
bertujuan untuk pelayanan kesehatan lansia pada upaya preventive,
promotive, curative dan rehabilitative. Kegiatan tersebut guna meningkatkan
kegiatan rutin posyandu lansia agar taraf hidup posyandu lansia meningkat,
mendeteksi dini penyakit, meningkatkan motivasi lanisa.

2.7 TujuanPosyaanduLansia
Tujuan posyandu lansia dalam Rancangan Aksi Nasional Kesehatan Lansia
tahun 2016-2017 adalah meningkatkan pemberdayaan masyrakat
khususnya lanjut usia atau usia 60 tahun ke atas, keluarga dan kelompok
masyarakat guna mewujudkan lansia yang aktif, sehat dan mandiri. Tujuan
posyandu diupayakan dengan beberapa pendekatan yakni pendekatan
holistic, social, spiritual, pendidikan (Pastor, 2019). Menurut (Siti, 2016).
Tujuan posyandu lansia dibawah ini sebagai berikut:
1. Menpertahankan derajat kesehatan pada lansia yang setinggi-
tingginya dengan cara rutin menghadiri posyandu lansia
2. Memelihara kondisi fisik dan kesehatan sehingga terhindar dari
penyakit dengan cara melakukan kegiatan atau aktivitas-aktivitas fisik
dirumah maupun dipuskesmas.
3. Meningkatkan kesadaran lansia pentingnya kesehatan saat proses
penuaan.
4. Mendampingi serta memberikan bantuan lansia paa fase terminal
sehingga lansia dapat menghadapi dengan iklas, dan tenang.
5. Memberikan pusat informasi, pusat pengembangan dan pusat
pemberdayaan lansia.
6. Meningkatkan jenis dan mutu yankes lansia.

2.8 Faktor Penyebab


Ketidakaktifan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Posyandulansia
memiliki kegiatan-kegiatan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
lansia, meningkatkan taraf hidup lansia, dan dalam upaya pelayanan yang
terbaik untuk lansia.
Berikut faktor-faktor yang menyebabkan lansia kurang minta atau aktif
dalam mengikuti
1. Faktor intrinsic (dalam)
a. Faktor jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin memiliki presentase tinggi sehingga
mempengaruhi ketidakaktifanaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan
posyandu, faktor jenis kelamin ini dikarenakan lansia berjenis
kelamin laki-laki masih mempunyai aktifitas- pekerjaan diluar rumah,
sedangkan perempuan tidak selalu mempunyai kegiatan diluar
rumah, sehingga kesempatan lebih banyak untuk datang
keposyandu. Hal ini menjadikan presentase perempuan yang hadir
dalam kegiatan posyandu sebanyak (14,9%), sedangkan presentase
jenis kelamin laki-laki sebesar (3,2)%. Hal ini kerana lansia yang
berjenis kelamin laki-laki jarang sekali mau menjadikan
pengembangan posyandu yang tidak berjalan dengan lancer
menurut (MEIGIA, 2020).
b. FaktorPendidikan
Pendidikan merupakan salah satu proses belajar, guna
mendapatkan sebuah pengetauan, ketrampilan dan menghasilkan
sikap serta perilaku yang baik. Faktor pendidikan lansia akan sangat
mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu.
Karena pada faktor pendidikan lansia mempunyai memori serta
perilaku yang baik, sesuai dengan latar belakang yang pernah
didapat pada usia pendidikan. Hal ini dikarenakan lansia yang
mempunyai latar belakang yang cukup akan lebih bisa membuka diri
dan berinteraktif dengan orang lain.
c. FaktorPekerjaan
Pada fenomena ini lansia yang tidak mengikuti kegiatan posyandu
salah satunya adalah lansia yang masih aktif bekerja atau menjadi
tulang punggung keluarga untuk menyambung hidup mereka, dan
menafkahi keluarganya. Tidak sedikit lansia yang masih menjadi
tulang punggung atau bekerja dengan presentase sebanyak
(49,79%). Presentase tersebut telah ada peningkatan dua kali lipat
dari tahun sebelumnya. Pada lansia yang masih bekerja, secara
otomatis waktu akan banyak berkurang untuk mengikuti posyandu
tersebut, dikarenakan banyak waktu yang tersita pekerjaan.
d. Faktor usia
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri lansia atau faktor
intrinsic, faktor usia adalah merupakan salah satu faktor yang dapat
mepengaruhi kegiatan posyandu lansia. Dikarenakan penurunan
dimensia waktu mereka yang mengalami penurunan ini akan sangat
berpengaruh untuk datang keposyandu karena mereka lupa jadwal,
karna mereka tidak ada yang mengingatkan. Hal ini akan sangat
berpengaruh pada ingatan mereka. Adapun presentase faktor usia
sebagai berikut. Pada pre lansia yang berumur 45-59 sebanyak
(41,07%), kemudian pada Lansia yang berumur 60-69 tahun
sebanyak (32,14 %) dan pada lansia dengan resiko tinggi sebanyak
(26,79%)
e. Kondisfisiklansia
yang terlalu lemah menjadikan lansia kurang aktif dan minat dalam
melakukan aktifitas, pekerjaan maupun kegiatan posyandu. Hal ini
dikarenakan lansia mengalamipenurunan tendon otot dan
muskulutetetal,
seginggamempengaruhikeadaanlansiauntukbisamenahadarikegiatan
pusyandusertatidakdapatmemanfaantkanfasilitas yang sadahada di
sediakan oleh pemerintahsepertaipengukuran TD,HB dan
cekgulaseratakoleserol.
f. sikap pada lansia
mempunyai sifat yang sangat beragam, pada lansia akan mudah
menghadapi beberapa keadaan yang derastis ketika mereka
mempunyai sikap positif terhadap lingkungan disekitarnya. tidak
semua usia lanjut atau lansia dapat menyikapi proses penuaan
secara positif, hal ini mempengaruhi lansia saat melakukan kegiatan
ataupun aktifitas lainnya. bahwa faktor intrinsic yang mengikuti
keaktifan lansia dalam mengikuti sebuah kegiatan posyandu adalah
faktor sikap lansia. Faktor sikap tersebut muncul dari diri lansia
sehingga mereka enggan untuk datang atau aktif dalam sebuah
kegitan posyandu
2. Faktorekstrinsik (luar)
a. Faktor pandemic covid-19
Pada era pandemic covid-19, kelompok yang dikatakan rentan yaitu
kelompok lansia, karena kondisi kekebalan tubuh mulai menurun,
kemudia lansia dengan riwayat penyakit. Dikarenakan pandemic
merajalela sehingga lansia bisa mengalami ketakutan, oleh hal itu
mereka memilih untuk tetap tinggal dirumah karena kondisi tubuh
yang mulai menurun. Fenomena pada awal tahun 2020 menjadikan
mereka semakin takut dan sehingga mereka enggan untuk
mengikuti kegiatan posyandu. Hal ini berdampak pada kurangnya
pengontoran penyakit, deteksi dini dan pelayanan lainnya menurut
(Xiao, 2015).
b. Faktor Dukungankeluarga
Keluarga Keluarga adalah sekumpulan orang yang terikat dengan
pernikahan, kelahiran ataupun adopsi yang tinggal dan hidup
bersama dalam 1 atap rumah. Yang seharusnya saling mendukung
dan support terhadap 1 sama lain, tetapi lain dengan kondisi
keluarga yang kurang mendukung 1 dengan yang lain. Lansia yang
tidak mendapatkan dukungan, perhatian dan motivasi akan lebih
jauh berbeda dengan mereka yang selalu diberikan dukungan oleh
keluarganya. Hal ini adalah faktor utama keaktifan lansia dalam
mengikuti posyandu di era pandemic. Olehkarena itu seharusnya
lansia wajib selalu diperhatikan, diberikan motivasi, dan diberikan
dukungan seperti mengingatkan jadwal, mengantar mereka ke
posyandu dan memotivasi agar mau ikut kegiatan posyandu (Aeni,
2020)
c. Faktor Jarak
Jarak rumah ke posyandu akan sangat mempengaruhi
ketidakaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu, hal ini
merupakan penyebab lansia dikarenakan mereka sudah tidak bisa
naik sepedah-motor, dan perlunya di antar oleh keluarga mereka.
Jarak rumah ke posyandu diperlukannya biaya transport untuk bisa
datang memperoleh fasilitas yang sudah disediakan untuk
masyarakat lansia oleh pemerintah. Sehingga mereka enggan mau
menghadiri karena hal ini menurut (Juniardi, 2012).
d. Faktor Petugas atau Kader Kader
Merupakan sebuah beberapa anggota masyarakat yang bersedia,
dan mampu meluangkan waktu guna untuk membantu pemerintah
dalam pengembagan sebuah program, mengabdi menjadi petugas
agar bisa melayani lansia menurut (Han & goleman, 2019). Kader
yang sudah mengikuti platihan akan di turunkan untuk membina
masyarakat. Tetapi tidak sedikit kader yang masi belum mampu
memberikan pelayanan yang baik untuk lansia sehingga banyak
dari masyarakat lansia tidak melakukan kunjungan dikarenakan
kurang berperannya petugas pelayanan kesehatan. Pada hal ini
presentase sebanyak (56,8%) menjadikan lansia kurang aktif atau
kurang daya tarik mengikuti posyandu, menurut (Alhidayati, 2014).

2.9 Manfaat Posyandu Lansia


Manfaat lansia yang rutin mengikuti posyandu akan memepengaruhi
kesehatan fisik lansia, adapun beberapa manfaat mengikuti posyandu yakni
sebagaiberikut :
a. Memelihara kesehatan fisik
b. Mendapatkan pelayanan dari pemerintah
c. Mendapat beberapa informasi mengenai kesehatan
d. Dapat mendeteksi dini penyakit
e. Dapat mengkontrol kesehatan secara berkala
f. Dapat menyalurkan minta dan bakat lansia
g. Meningkatkan kemandirian lansia
h. Dapat menjadi dasar pembentukan sikap sehingga lansia lebih percaya
diri dan merasa berguna di hari tua.
2.10 Kegiatan Posyandu Lansia
Kegiatan – kegiatan posyandu lansia yang dilaksanakan di posyandu
adalah sebagai berikut menurut (Komnas, 2010).
1. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain pengukuran berat badan,
pengukuran tinggi badan, rutin setiap 1 bulan sekali.
2. Kegiatan yang dilakukan yaitu pengukuran tekanan darah, pengukuran
kadar gula darah, cek koleserol, cek hb dan jika lansia tidak memiliki
riwayat penyakit maka akan dilakukan setiap 6 bulan sekali, tetapi jika
lansia mempunya riwayat penyakit maka dilakukan setiap 3 bulan sekali.
3. Kegiatan yang dilakukan petugas kesehatan atau kader posyandu yaitu
penyuluhan, promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative serta
membantu lansia dalam melakukan kegiatan rutin.

2.11 Penyelenggaraan Posyandu Lansia


Penyelenggaraan posyandu lansia dilakukan oleh kader yang sudah
terlatih, tokoh masyarakat atau tokok pkk yang didamping petugas
kesehatan. Penyelenggaraan ini dilakukan dengan system 5M Menurut
(Puspitha, 2019), sebagai berikut:
1. Meja ke-1 untuk pendaftaran
2. Meja ke-2 untuk penimbangan
3. Meja ke-3 untuk pengisian KMS Lansia
4. Meja ke-4 untuk penyuluhan lansia secara individu maupun kelompok
5. Meja ke-5 untuk pelayanan kesehatan yaitu seperti pengukuran
tekanan darah, pengukuran kadar gula darah, cek kolesterol dan cek
hb.

2.12 PosyanduLansia di Era Pandemic Covid-19


Posyandu Lansia Diera Pandemi Pada era pandemi COVID-19 dengan
berbagai situasi dan kondisi ini, kelompok yang paling berisiko terpaparnya
corona virus ini adalah kelompok lansia. Kelompok lansia adalah salah satu
kelompok yang rentang terhadap penyakit, hal ini terjadi karena lansia
mengalami penurunan fungsi organ tubuh dan memiliki berbagai penyakit,
seperti penyakit pernafasan, penyakit kardiovaskuler, penyakit diabetes
militus, hipertensi dan lain-lain. Pada era pandemi posyandu memiliki
standar pelayanan yang berbeda dengan sebelum terjadinya masa
pandemic.
Pelayanan kesehatan atau posyandu lansia di era pandemi melakukan
tindakan pencegahan dan mitigasi yang merupakan kunci utama penerapan
posyandu lansia. Berikut langkah pencegahan paling efektif pada posyandu
lansia yang meliputi 6 M yaitu Menjaga jarak 1,5 m Menggunakan Masker,
Mencuci Tangan dengan air mengalir dan sabun, Menghindari menyentuh
hidung, mata dan mulut, Menerapkan batuk dan bersin dengan menutup
hidung dan mulut menggunakan bagian lengan atas, bagian dalam atau
gunakan tissue (Hua., 2015).
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, status
marital, suku/bangsa, alamat, nomor rekam medis, ruang rawat, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, dan identitas
penanggung jawab
b. Keluhan utama: Gejala pernapasan akut seperti demam, batuk, sesak
nafas dan sakit tenggorokan
c. Keluhan tambahan: keluhan tambahan dapat dialami yaitu diare,
malaise
d. Kondisi/riwayat : klien mempunyai pneumonia, riwayat perjalanan ke
wilayah terjangkit, kontak erat dengan penderita, komorbid misal
hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung.
e. Tanda-tanda vital
1) Pasien Pneumonia COVID-19, SARI dan surveilans kasus COVID-
l9 dengan gejala yaitu: demam, batuk, pile( nyeri tenggorokan
2) Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang
melaporkan transmisi lokal dalam L4 hari terakhir sebelum timbul
gejala
3) Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal
COVID-19 di Indonesia dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
4) Riwayat kontak dengan pasien konfirmasi atau probabel COVID-19
dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
5) Kesadaran kompos mentis
6) Tanda vital: frekuensi nadi normal atau meningkat, frekuensi napas
normal atau meningkat, tekanan darah normal, suhu tubuh
meningkat
7) Pemeriksaan fisis paru : Dapat ditemukan suara napas tambahan
berupa ronki basah kasar
8) Pemeriksaan radiologi: foto toraks
9) Pemeriksaan swab tenggorok dan aspirat saluran napas bawah
seperti sputum, untuk RT-PCR virus (COVID-I9)
10) Pemeriksaan kimia darah
11) Darah perifer lengkap
f. Perubahan pola tidur
Gangguan tidur atau yang disebut insomnia merupakan salah satu
gangguan tidur yang paling sering dikeluhkan oleh lansia. Insomnia
dapat didefinisikan sebagai kesulitan dalam memulai tidur,
mempertahankan tidur, bangun pagi, serta mengantuk di siang hari.
Gangguan tidur ini dapat menyerang semua golongan usia. Namun,
beberapa artikel mengatakan bahwa angka kejadian insomnia akan
meningkat seiring bertambahnya usia. Dengan kata lain, gejala insomnia
sering terjadi pada orang lanjut usia (lansia) bahkan hampir setengah
dari jumlah lansia dilaporkan mengalami kesulitan memlai tidur dan
mempertahankan tidurnya.
g. Risiko luka tekan atau decubitus
Ulkus dekubitus atau pressure ulcer adalah luka akibat penekanan yang
lama pada kulit karena berbaring terus-menerus. Luka paling
sering muncul pada area kulit yang tertekan saat berbaring, seperti tumit,
siku, pinggul, dan tulang ekor. Ulkus dekubitus juga dikenal sebagai bed
sores. Ulkus dekubitus berisiko terjadi pada orang yang menderita suatu
penyakit hingga menyebabkan gerak tubuhnya terbatas. Penderita
tersebut akan berbaring di tempat tidur atau duduk di kursi roda dalam
waktu yang lama, sehingga ada bagian-bagian tubuh yang terus-
menerus mengalami penekanan dan muncul luka.
h. Skrining nutrisi
Pengukuran antropometri dalam menilai status gizi merupakan indikator
sensitif kesehatan masyarakat dan gizi. Berat badan, tinggi badan, dan
indeks massa tubuh merupakan komponen penting skrining nutrisi yang
menggambarkan kondisi nutrisi saat ini. Dengan skrining nutrisi dapat
mendeteksi terjadinya risiko malnutrisi, khususnya di orang tua. Metode
skrining gizi yang digunakan pada lansia adalah Mini Nutritional
Assessment Short Form (MNA-SF). MNA-SF merupakan alat yang
dikembangkan untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status gizi
pada lansia untuk mencegah malnutrisi dini dan berguna untuk
pengobatan dini sebelum risiko malnutrisi terjadi dan lebih efisien serta
membutuhkan waktu pengaplikasian yang singkat.
Nutrisi merupakan elemen penting dalam kesehatan lansia dan
mempengaruhi proses penuaan. Meskipun dalam penelitian hasil
skrining menggunakan MNA-SF menunjukkan bahwa sebagian besar
responden tidak mengalami gangguan nafsu makan dan penurunan
berat badan, tetapi pada orang lanjut usia yang mengalami gangguan
nafsu makan dan penurunan kebutuhan energi dikarenakan perubahan
fungsi biologis dan psikologis.
i. Status fungsional
Status fungsional ini pada lansia menunjukkan apakah
seseorang lansia sebagai individu masih dapat meiakukan fungsinya
sehari-hari dan secara luas harus dipandang sebagai "kesehatan secara
menyeluruh"
j. Risiko jatuh
Berjalan bukanlah sebuah proses yang otomatis. Berjalan membutuhkan
integrasi kompleks info sensorik posisi tubuh relatif terhadap sekeliling
dan kemampuan memberikan respons motorik untuk mengontrol
pergerakan. Berjalan juga membutuhkan kontrol keseimbangan yang
baik untuk misalnya: bangkit dari kursi, berputar arah ketika berjalan,
dan turun naik tangga. Risiko jatuh, pada pasien lansia terjadi ketika
sistem kontrol postural gagal mendeteksi pergeseran dan tidak
mereposisi pusat gravitasi terhadap landasan penopang pada waktu
yang tepat. Ada tiga faktor yang menjadi penyebab risiko jatuh pada
pasien lansia.
1) Faktor risiko:  yaitu faktor yang dipengaruhi oleh kondisi ekstrinsik
seperti lingkungan yang tidak ramah lansia, kehilangan
keseimbangan, pengaruh obat-obatan, kehilangan keseimbangan
dan sebagainya
2) Faktor pencetus atau penyebab: yaitu faktor yang banyak
dipengaruhi oleh kondisi intrinsik seperti syncope atau kondisi
kehilangan kesadaran untuk beberapa saat, dizziness atau pusing,
drop attack, dan sebagainya.
3) Faktor Penyulit atau Komorbiditas: atau adanya peyakit penyerta
selain penyakit utama yang diderita pasien
k. Pemeriksaan psikososial
1) Kebingungan mendadak
2) Stres
3) Ansietas
4) Interaksi social
5) Pola komunikasi
l. Spiritual
1) Kegiatan keagamaan selama dirawat
2) Kepercayaan
3) Pola ibadah
4) Distres spiritual

3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Hipertermia
c. Ansietas
d. Gangguan pola tidur
e. Gangguan menelan
f. Defisit perawatan diri
g. Risiko infeksi
h. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
i. Koping kelompok tidak efektif

3.3 Intervensi
No Diagnosa Ras/
Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intevensi (SIKI)
Dx (SDKI) TTD
0001 Bersihan Jalan Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
Nafas Tidak keperawatan ... x 24 jam Latihan Batuk Efektif
Efektif gangguan bersihan jalan nafas
klien teratasi dengan kriteria hasil Observasi :
: a. Identifikasi kemampuan
batuk
Kriteria 1 2 3 4 5 b. Monitor adanya retensi
Hasil sputum
Batuk efektif c. Monitor tanda dan gejala
Produksi
infeksi saluran nafas
sputum
Mengi d. Monitor input dan output
Wheezing cairan
Dispnea
Frekuensi Terapeutik :
nafas a. Atur posisi semi fowler
Pola nafas
atau fowler
b. Pasang perlak dan
bengkok di pangkuan
pasien
c. Buang sekret pada tempat
sputum

Edukasi :
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
b. Anjurkan teknik nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mecucu
selama 8 detik
c. Anjurkan mengulangi tarik
nafas dalam hingga 3 kali
d. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
nafas dalam yang ke-3

Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu
0130 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
keperawatan ... x 24 jam suhu Manajemen Hipertermia
tubuh klien teratasi dengan
kriteria hasil : Observasi :
a. Monitor suhu tubuh
b. Monitor kadar elektrolit
Kriteria 1 2 3 4 5 c. Monitor komplikasi akibat
Hasil hipertermia
Menggigil
Suhu tubuh
Suhu kulit Terapeutik :
Hipoksia a. Sediakan lingkungan yang
Kejang
Tekanan dingin

darah b. Longgarkan pakaian


Kadar c. Berikan cairan oral
glukosa d. Lakukan pendinginan
darah eksternal
e. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi :
a. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
0080 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
keperawatan ... x 24 jam Terapi Relaksasi
kecemasan klien teratasi dengan
kriteria hasil : Observasi :
a. Periksa ketegangan otot,
Kriteria 1 2 3 4 5 frekuensi nadi, tekanan
Hasil darah dan suhu sebelum
Verbalisasi dan sesudah latihan
kebingungan b. Monitor respons terhadap
Verbalisasi
terapi relaksasi
khawatir
akibat
Terapeutik :
kondisi yang
a. Ciptakan lingkungan
dihadapi
Perilaku tenang dan tanpa
gelisah gangguan pencahayaan
Perilaku dan suhu ruangan
tegang nyaman, jika
Tremor memungkinkan
Konsentrasi b. Berikan informasi tertulis
tidur tentang persiapan dan
Pola tidur
prosedur teknik relaksasi
c. Gunakan pakaian longgar
d. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgesik atau tindakan
medis lain, jika sesuai

Edukasi :
a. Jelaskan tujuan, manfaat,
balasan dan jenis
relaksasi yang tersedia
b. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
c. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
d. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
e. Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
f. Demostrasikan dan latih
teknik relaksasi
0055 Gangguan Pola Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
Tidur keperawatan ... x 24 jam Dukungan Tidur
gangguan pola tidur klien teratasi
dengan kriteria hasil : Observasi :
a. Identifikasi pola aktivitas
Kriteria 1 2 3 4 5 dan tidur
Hasil b. Identifikasi faktor
Keluhan sulit pengganggu tidur
tidur c. Identifikasi makanan dan
Keluhan minuman yang
sering mengganggu tidur
terjaga d. Identifikasi obat tidur yang
Keluhan
dikonsumsi
tidak puas
tidur
Keluhan Terapeutik :
istirahat a. Modifikais lingkungan
tidak cukup b. Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
c. Tetapkan jadwal tidur rutin
d. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan
e. Sesuaikan jadwal
pemberian obat atau
tindakan untuk menunjang
siklus tidur

Edukasi :
a. Jelaskan pentingnya tidur
selama sakit
b. Anjurkan menepati
kebiasaan tidur
c. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
d. Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
e. Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
f. Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
0063 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
Menelan keperawatan ... x 24 jam Dukungan Perawatan Diri :
gangguan menelan klien teratasi Makan/Minum
dengan kriteria hasil :
Onservasi :
Kriteria 1 2 3 4 5 a. Monitor kemampuan
Hasil menelan
Mempertaha b. Monitor status hidrasi
nkan pasien, jika perlu
makanan di
mulut Terapeutik :
Reflek
a. Ciptakan lingkungan yang
menelan
Kemampuan menyenangkan selama
mengosongk makan
an mulut b. Atur posisi yang nyaman
Frekuensi untuk makan/minum
tersedak c. Sediakan sedotan untuk
Batuk
minum, sesuai kebutuhan

Edukasi :
a. Jelaskan posisi makanan
pada pasien yang
mengalami gangguan
penglihatan dengan
menggunakan arah jarum
jam

Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
obat, sesuai indikasi
0109 Defisit Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
Perawatan Diri keperawatan ... x 24 jam Dukungan Perawatan Diri
gangguan perawatan diri klien
teratasi dengan kriteria hasil : Observasi :
a. Identifikasi kebiasaan
Kriteria 1 2 3 4 5 aktivitas perawatan diri
Hasil sesuai usia
Kemampuan b. Monitor tingkat
mandi kemandirian
Kemampuan
c. Identifikasi kebutuhan alat
mengenakan
bantu kebersihan diri,
pakaian
Kemampuan berpakaian, berhias dan
makan makan
Kemampuan
ke toilet Terapeutik :
Verbalisasi
a. Sediakan lingkungan yang
keinginan
terapeutik
melakukan
b. Siapkan keperluan pribadi
perawatan
c. Dampingi dalam
diri
Minat melakukan perawatn diri

melakukan sampai mandiri

perawatan d. Fasilitasi untuk menerima

diri keadaan ketergantungan


e. Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
f. Jadwalkan rutinitas
perawatan diri

Edukasi :
a. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
0142 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
keperawatan ... x 24 jam risiko Pencegahan infeksi
infeksi klien teratasi dengan
kriteria hasil : Observasi :
a. Monitor tanda dan gejala
infeksi lokal dan sistemik
Kriteria 1 2 3 4 5
Hasil Terapeutik :
Demam a. Batasi jumlah pengunjung
Kemerahan
Nyeri b. Cuci tangan sebelum dan
Bengkak sesudah kontak dengan
Kadar sel
pasien dan lingkungan
darah putih
pasien
c. Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi

Edukasi :
a. Jelaskan tanda dan
gejaka infeksi
b. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
c. Ajarkan etika batuk
d. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
e. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi

Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
0099 Perilaku Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
Kesehatan keperawatan ... x 24 jam perilaku Promoasi Perilaku Upaya
Cenderung kesehatan kurang tepat klien Kesehatan
Berisiko teratasi dengan kriteria hasil :
Observasi :
Kriteria 1 2 3 4 5 a. Identifikasi perilaku upaya
Hasil kesehatan yang dapat
Perubahan ditingkatkan
terhadap
perubahan Terapeutik :
status a. Berikan lingkungan yang
kesehatan mendukung kesehatan
Kemampuan b. Orientasi pelayanan
melakukan kesehatan yang dapat
tindakan dimanfaatkan
pencegahan
masalah Edukasi :
kesehatan a. Anjurkan menggunakan
Kemampuan
air bersih
peningkatan
b. Anjurkan mencuci tangan
kesehatan
dengan menggunakan
sabun
c. Anjurkan makan sayur
dan buah setiap hari
d. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik setiap hari
0095 Koping Setelah dilakukan tindakan Intervensi :
Komunitas keperawatan ... x 24 jam koping Manajemen Lingkungan
Tidak Efektif komunitas kurang efektif klien Komunitas
teratasi dengan kriteria hasil :
Observasi :
Kriteria 1 2 3 4 5 a. Lakukan skrining risiko
Hasil gangguan kesehatan
Keberdayaa lingkungan
n komunitas b. Identifikasi faktor risiko
Perencanaa
kesehatan yang diketahui
n komunitas
Pemecahan
masalah Terapeutik :
komunitas a. Libatkan partisipasi
Sumber masyarakat dalam
daya memeliharan keamanan
komunitas lingkungan
Partisipasi
komunitas
Insiden Edukasi :

masalah a. Promosikan kebijakan

kesehatan pemerintah untuk


mengurangi risiko
dalam penyakit
komunitas b. Berikan pendidikan
kesehatan untuk
kelompok risiko
c. Informasikan layanan
kesehatan ke individu,
keluarga, kelompok
berisiko dan masyarakat

Kolaborasi :
a. Kolaborasi dalam tim
multidisiplin untuk
mengidentifikasi ancaman
keamanan di masyarakat
b. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam
program kesehatan
komunitas untuk
menhadapi risiko yang
diketahui
c. Kolaborasi dalam
pengembangan program
aksi masyarakat
d. Kolaborasi dengan
kelompok masyarakat
dalam menjalankan
peraturan pemerintah

3.4 Implementasi
Implemetasi adalah penerapan dari intervensi atau rencana asuhan
keperawatan yang telah dibuat oleh perawat guna untuk menunjang
kesehatan pasien

3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan

3.6 Dokumentasi
Pendokumentasian yang digunakan dalam kasus ini adalah model
dokumentasi POR (Promblem Oriented Record) menggunakan SOAPIE
(subyek, obyek, analisa, planning, implementasi, evaluasi). Dalam setiap
diagnosa keperawatan penulis melakukan tindakan keperawatan kemudian
penulis mendokumentasikan yaitu dalam memberikan tanda tangan waktu
dan tanggal. Jika ada kesalahan dicoret diberi paraf oleh penulis
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Program
kegiatanpengabdiankepadamasyarakatinisangatbermanfaatsebagaipanduan
DesaSumbertebuDalammempersiapkanharibukapelayananposyandulansia
yang sesuaidengantatananhidupbaru di era pandemi Covid-19. Para peserta
yang meliputikaderlansia, perawat dan bidandesa yang
merupakanperwakilandariPuskesmassertaperangkatdesasangatantusiasden
agnkegiatan yang telahdilakukan. Pengetahuan dan
kemampuanpesertaterhadappelaksanaanposyandulansia di era pandemi
juga mengalamipeningkatankarenaadanyaberbagaimetode dan media yang
digunakandalamkegiatanpengabdianmasyarakatini.

4.2 Saran
Diharapkanpelayanankesehatanlansia di tingkatmasyarakat dan di
fasiitaskesehatanharuslahmenjadiprioritas.
Pelaksanaanpelayananposyandulansia di Era Pandemi Covid-19
dapatdilakukansesuaidenganpanduan yang telahditerbitkan oleh
Kementerian Kesehatan RI (2020).
Pelayananlansiaharustetapdilakukansebagaiupayadeteksidinimasalahkeseh
atanakibat Covid-19 sertapemantauankesehatansecaraberkala.
DAFTAR PUSTAKA

Jenie, I. M. et al. (2021) “Pemberdayaan Kader Posyandu Lansia Pada Masa


Pandemi Covid-19,” Prosiding Seminar Nasional Program
Pengabdian Masyarakat.
Puspitaningsih, Dwiharini, Siti Rachmah, Sekolah Tinggi, Ilmu Kesehatan,
Majapahit Mojokerto, dan Protokol Kesehatan, “Tatanan Hidup
Baru Pelayanan Kesehatan Posyandu Lansia Pada Era Pandemi
Covid-19 Di Desa Sumbertebu Kecamatan Bangsal" Jurnal
Abdimakes Vol 1 No 1 Januari 2020.

Salsabilla Moch., Tiara; Zainuddin, “Upaya Adaptasi Modernisasi Kegiatan


Lansia Melalui Media Sosial Pada Masa Pandemi Covid-19”.
SKENARIO TREND
ISUE KEPERAWATAN GERONTIK ERA COVID-19
DI TATANAN MASYARAKAT
“ Pelayanan Kesehatan Posyandu Lansia Era Pandemi Covid-19 “

Peran Dan Nama Pemeran :


Perawat 1 meja 4 : Zidah Qurrota’Aini
Perawat 2 meja 5 : Tachrima Sabhita
Kader meja 1 : Veni Eka Septiyana Hidayanti
Kader meja 2 : Yurike Iswari
Kader meja 3 : Dwi Rezkiana Sari
Kader meja 4 : Prita Yusika Sari
Kader meja 5 : Litigia Mendonca Beredorego
Lansia 1 : Ryana Duta Lopez
Lansia 2 : Alosius Dappa
Lansia 3 : Junet Ririhenna
Lansia 4 : Emin Kogoya
Lansia 5 : Basila Fasak
Lansia 6 : Aurelia Ningsih Lero
Narator : Indriyawati

Desa Melati merupakan suatu desa yang masih banyak kejadian


kasus Covid-19. Hal tersebut terjadi karena masih banyak masyarakat yang
tidak patuh terhadap protokol yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Masyarakat disana merasa keberatan jika harus memakai masker juga
masih banyak masyarakat yang senang berkerumun sehingga penularan
covid-19 semakin naik. Alasan mereka masih berkerumun dan enggan
menjaga jarak karena sebagian mengatakan harus tetap bekerja untuk
mencukupi kebutuhan dan sebagian mengatakan bosan jika terus dirumah,
merekapun enggan memakai masker dengan alasan jika memakai masker
merasa engap atau susah bernafas. Hal tersebut akan berakibat fatal bagi
kesehatan mereka terutama bagi kaum rentan seperti lansia karena daya
imun lansia yang kurang baik ditambah dengan badan ang semakin menua
akan mempermudah mereka dalam terjangkit atau tertula virus covid-19.
Oleh karena itu perawat beserta kader-kader disana melakukan posyandu
lansia sekaligus melakukan penyuluhan mengenai edukasi kesehatan di
masa pandemi.

Kader 1 menyapa semua lansia sebagai pembuakaan posyandu lansia.


Kader 1 : Assalamualaikum selamat pagi mbah-mbah semuanya.
Bagaimana kabarnya hari ini? Sudah kenal semua ya dengan
kader-kader dan perawat-perawat yang disini?
Semua lansia : Waalaikumsalam, alhamdulillah baik bu. iya sudah kenal.
Kader 1 : Alhamdulillah... gimana sudah sarapan semuanya?
Semua lansia : Sudah....
Kader 1 : Baik kalo sudah sarapa semua, pada hari ini kita akan
melakukan posyandu sekaligus melakukan penyuluhan mengenai
edukasi atau penyuluhan mengenai menjaga kesehatan dimasa
pendemi yaaa.
Semua lansia : Iyaaa...
Kader 2 : Oh iya sebelum posyandunya dimulai saya mau tanya sediki yaa.
Saya lihat kok masih banyak ya yang belum memakai masker?
Lansia 3 : Iya bu saya engak kalo pakai masker, susah napasnya. Jadi
saya tidak pakai maskernya, lagipula saya tidak ada masker.
Kader 2 : Ohh begitu, apakah mbah-mbah yang tidak memakai masker ini
tidak takut tertular? Kan sekarang lagi musim-musimnya penyakit
corona lohhh...
Lansia 4 : Enggak bu saya kan jarang keluar rumah, lebih banyak diem
dirumah dan melakukan aktivitas dirumah. Keluarpun hanya kalo
ada acara begitu, jadi saya tidak takut dan tidak kepikiran akan
tertular.
Kader 2 : Ohhh jadi begitu, baiklah kita mulai saja posyandu dan
penyuluhan mengenai menjaga kesehatan dimasa pandemi ini.
Oh iya ini kami sediakan masker jadi tolong yaa mbah-mbah
sekalian bisa memakai masker yang akan kami bagikan.
Lansia 1 : Kalau tidak usah memakai masker apakah bisa? Soalnya saya
kurang nyaman bu.
Kader 2 : Mohon maaf ya mbah, disini kan kita banyak, jadi harus memakai
masker dan mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah.
Kemudian kader 3 membagikan masker kepada lansia agar menghindari
penularan covid-19
Kader 1 : Baik kita mulai dari posyandu lansia dulu ya mbah-mbah
sekalian. Silahkan buat nama yang saya panggil maju kedepan
menuju ke meja yang sudah disediakan sesuai dengan arahan
kami yaaa.

Kemudian posyandu dimulai, lansia dipanggil satu-satu ke depan untuk


dilakukan pemerksaan dengan sistem 5 meja. Meja 1 yaitu untuk
pendaftaran, meja 2 yaitu pemeriksaan berat badan dan juga tinggi badan,
meja 3 pembacaan hasil KMS, meja 4 yaitu penyuluhan, dan meja 5 yaitu
pemberian terapi atau obat. Setelah posyandu selesai dan lansia sudah
dilakukan pemeriksaan di 5 meja maka acara selanjutnya yaitu pemberian
penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kesehatan dimasa pandemi
Covid-19 yang di lakukan oleh para perawat.

Kader 1 : Baik mbah-mbah sekalian sekarang lansgung kita beralih ke


acara selanjutnya yaa... yaitu pemberian penyuluhan. Kepada
mbak-mbak perawat kami persilahkan.
Perawat 1 : Baik Assalamualaikum selamat siang mbah-mbah sekalian.
Semua lansia : Waalaikumsalam, siang bu.
Perawat 1 : Baik sekarang saya dan teman saya akan melakukan
penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kesehatan dimasa
pandemi Covid-19. Gimana masih semangat mbah?
Semua lansia : Masih bu.
Perawat 1 : Wahh alhamdulillah, baik saya langsung mulai saja ya. Jadi
kenapa sih penting buat menjaga kesehatan di masa pandemi ini?
Ada yang bisa jawab mbah? (Perawat bertanya dengan senyum
pada peserta lansia. Tetapi lansia hanya diam tidak tahu)
Perawat 1 : Baik jadi menjaga kesehatan dimasa pandemi ini sangat penting
mbah, dan juga banyak manfaatnya mbah kenapa demikian? Hal
itu untuk menghindarkan kita dari penyakit. Apalagi dimasa
pandemi seperti ini mbah. Kita harus menjaga kesehatan diri kita
apalagi mbah-mbah sekalian ini tuh rentan terhadap penyakit. Jadi
harus pintar-pintar dalam menjaga kesehatan. Untuk
pencegahannya akan dijelaskan oleh teman saya mbah.
Perawat 2 : Nah, tadi kan sudah di jelaskan ya mbah kenapa kita harus
menjaga kesehatan. Sekarang saya akan melanjutkan bagaimana
sih menjaga kesehatan dimasa pandemi gini? Banyak caranya ya
mbah-bah sekalian. Diantaranya yatiu melakukan olahraga,
olahraganya yang ringan-ringan saja mbah, terus bejemur saat
pagi hari, mematuhi protokol kesehatan yang diterapkan
pemerintah mbah. Apa saja sih mbah protokol itu? Ada yang tau?
(perawat menjelaskan dan menayakan kepada lansia utuk
mengetahui seberapa paham lansia dengan protokol yang
sudah diterapkan pemerintah).
Lansia 6 : Saya taunya cuma cuci tangan mbak sama pakai masker, terus
tidak berkerumun.
Perawat 2 : Iya betul mbah, jadi protokol yang diterapkan pemerintah itu ada
5 M. Mencuci tangan memakai sabun, memakai masker,
menghindari kerumunan, menjaga jarak, dan yang terakhir
mematuhi protokol. Gimana sudah mengerti mbah-mbah
semuanya?
Semua lansia : Sudah bu.
Perawat 2 : Baik kalau begitu saya harap setelah ini mbah-mbah semuanya
bisa dan mau dalam melakukan berolahraga mematuhi protokol
kesehatan yang sudah ditetapkan, hal tersebut selain menghindari
tertularnya covid-19 juga agar menjaga kesehatan mbah
semuanya. Mungkin hanya itu dari kami terimakasih atas waktu
mbah-mbah semuanya. Wassalamualaikum wr.wb
Semua lansia : Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh, sama-sama bu.

Anda mungkin juga menyukai