Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang

menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal yaitu melebihi

140/90 mmHg (Triyanto, 2014).

Hipertensi sering ditemukan pada lansia dan biasanya tekanan

sistoliknya yang meningkat. Menurut batasan hipertensi yang dipakai

sekarang ini, diperkirakan 23% wanita dan 14% pria berusia lebih dari 65

tahun menderita hipertensi. Lansia dengan hipertensi sangat beresiko

mengalami berbagai macam komplikasi. Komplikasi yang paling mungkin

timbul dari hipertensi yang diderita oleh lansia adalah stroke. Stroke dapat

terjadi pada hipertensi kronik apabila arteti-arteri yang memperdarahi otak

mengalami hipertrophi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah

yang di perdarahinya berkurang. (Triyanto, 2014).

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi risiko

yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat

dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor)

seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan perilaku lansia yang

dapat dikendalikan (minor) yaitu obesitas, kurang olah raga atau aktivitas,

merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium rendah,

alkoholisme, 2stress, pekerjaan, pendidikan dan pola makan (Suhadak, 2010).

Hipertensi pada lansia dapat dicegah dengan menghindari faktor penyebab

1
terjadinya hipertensi dengan pengaturan pola makan, gaya hidup yang benar,

hindari kopi, merokok dan alkohol, mengurangi konsumsi garam yang

berlebihan dan aktivitas yang cukup seperti olahraga yang teratur, konsumsi

obat hipertensi dan juga rutin cek tekanan darah (Fadila, 2020).

Jumlah lansia di negara-negara berkembang seperti Indonesia pada

beberapa tahun ini meningkat. Penduduk usia lanjut atau lansia pada 2020

diperkirakan mencapai 28,8 juta jiwa atau 11,34 persen dari total jumlah

penduduk di Tanah Air (Rahmawati, 2020). Berdasarkan data Riskesdas

tahun 2018, penyakit yang terbanyak pada lansia adalah penyakit tidak

menular antara lain ; hipertensi, masalah gigi, penyakit sendi, masalah mulut,

diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke, dan penyakit menular antara

lain seperti ISPA, diare, dan pneumonia (Kemenkes, 2019).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar

1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di

dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat

setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang

yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang

meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya. Pada rentang tahun yang

sama, kejadian hipertensi ini lebih tinggi terjadi pada penduduk di negara

berkembang dibandingkan negara maju bahkan nyaris sebanyak 75%

penderita dengan hipertensi pada lansia tinggal dinegaraberkembang dan

tarjadi peningkatan sebanyakj 8,1%(Mills 2016).

2
1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan

keperawatan Tn. H dengan Hipertensi di desa Dayah Baro Kecamatan

Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

2. Melaksanakan asuhan keperawatan Tn. H dengan Hipertensi di desa

Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya dengan

menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnose

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

3. Melaksanakan proses pendokumentasian asuhan keperawatan Tn. H

dengan Hipertensi di desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee

Kabupaten Aceh Jaya.

4. Menemukan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan

asuhan Tn. H dengan Hipertensi di desa Dayah Baro Kecamatan Krueng

Sabee Kabupaten Aceh Jaya.

3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Konsep Lansia

Lansia menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah

seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan

kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase

kehidupannya (WHO, 2016). WHO juga memberi batasan yaitu usia

pertengahan (middle age) antara 45 - 59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60

- 74 tahun, dan usia lanjut tua (old) antara 75 – 90 tahun, serta usia sangat tua

(very old) diatas 90 tahun.

Sementara Kementerian Kesehatan RI (2016), lansia atau lanjut usia

adalah kelompok yang memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia atau lanjut usia

adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu

periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang

lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat

(Sarwono, 2015).

Lansia yaitu bagian proses tumbuh kembang dimana manusia tidak

secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang mulai dari bayi, anak, remaja,

dan menjadi tua (Pujianti, 2016). Lansia adalah tahap dari siklus

hidup manusia paling akhir, yaitu bagian dari proses kehidupan yang tidak

dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap orang. Pada tahap tua ini

individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun psikis,

khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah

4
dimilikinya (Soejono, 2014).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa usia lanjut atau lansia adalah suatu periode penutup dalam rentang

hidup seseorang yang tidak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap

individu.

2.2 Klasifikasi Lansia

WHO memberi batasan yaitu usia pertengahan (middle age) antara 45

sampai dengan 59 tahun, usia lanjut (elderly) dari 60 sampai dengan 74 tahun,

dan usia lanjut tua (old) dari 75 sampai dengan 90 tahun, serta usia sangat tua

(very old) lebih dari 90 tahun (Nugroho, 2016). Menurut Departemen

Kesehatan RI (dalam Darmojo, 2014), batasan lansia terbagi dalam beberapa

kelompok yaitu:

a. Pralansia (Prasenilis) yaitu masa persiapan usia lanjut yang mulai

memasuki antara 45 – 59 tahun.

b. Lansia (Lanjut Usia) yaitu kelompok yang memasuki usia 60 tahun

keatas.

c. Lansia resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun

atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti,

menderita penyakit berat, atau cacat.

2.3 Karakteristik Lansia

Menurut pusat data dan informasi, kementrian kesehatan RI (2016),

karakteristik lansia dapat dilihat berdasarkan kelompok berikut ini :

5
1) Jenis kelamin

Lansia lebih didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, ini

menunjukan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah

perempuan.

2) Status perkawinan

Penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar

berstatus kawin 60% dan cerai mati 37%

3) Living arrangement

Angka beban tanggungan adalah angka yang menunjukan perbandingan

banyaknya orang tidak produktif (umur <15 tahun dan >65 tahun)

dengan orang berusia produktif (umur 15-64 tahun). Angka tersebut

menjadi cermin besarnya beban ekonomi yang harus ditanggung

penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk usia

nonproduktif.

4) Kondisi kesehatan

Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

mengukur derajat kesehatan penduduk. Angka kesakitan bisa menjadi

indikator kesehatan negatif. Artinya, semakin rendah angka kesakitan

menunjukan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.

2.4 Tipe Lansia

Dalam nugroho (2000), banyak ditemukan bermacam-macam tipe

lansia. Beberapa yang menonjol diantaranya:

1. Tipe arif bijaksana

6
Lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,

sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Lansia kini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan

yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta

memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses

penuanan yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya

tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi,

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan

pengkritik.

4. Tipe pasrah

Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti

kegiatan beribadah, ringan kaki, melakukan kegiatan berbagai jenis

pekerjaan

5. Tipe bingung

Lansia yang sering kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,

merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.

Lansia dapat pula dikelompokan dalam beberapa tipe yang bergantung

pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial

dan ekonominya. Tipe ini antara lain:

7
1. Tipe optimis

Lansia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, memandang lansia

dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai kesempatan untuk

menuruti kebutuhan pasifnya.

2. Tipe konstruktif

Mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, mempunyai

toleransi tinggi, humoris, fleksibel dan sadar diri. biasanya sifat ini

terlihat sejak muda.

3. Tipe ketergantungan

Lansia ini masih dapat diterima ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif,

tidak berambisi, masih sadar diri, tidak mempunyai inisiatif, dan tidak

praktis dalam berindak

4. Tipe defensif

Sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan/jabatan yang tidak stabil,

selalu menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol, memegang teguh

kebaisaan, bersifat kompulsif aktif, takut menjadi tua dan menyenangi

massa pansiun.

5. Tipe militan dan serius

Lansia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang dan bisa

menjadi panutan.

6. Tipe pemarah frustasi

Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu

menyalahkan orang lain, menunjukan penyesuaian yang buruk, dan

sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.

8
7. Tipe bermusuhan

Lansia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan

kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif dan curiga. umumnya

memiliki pekerjaan yang tidak stabil di saat muda, menganggap

menjadi tua sebagai hal yang tidak baik, takut mati, iri hati pada orang

yang masih muda, senang mengadu untuk pekerjaan, dan aktif

menghindari masa yang buruk.

8. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri

Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki ambisi,

mengalami penurunan sosio – ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri,

lansia tidak hanya menglami kemarahan, tetapi juga depresi,

menganggap usia lanjut sebagai masa yang tidak menarik dan berguna.

Berdasarkan tingkat kemandirian yang dinilai berdasarkan kemampuan

dalam melakukan aktivitas sehari-hari (indek katz), lansia dikelompokan

menjadi beberapa tipe, yaitu :

1. Lansia mandiri sepenuhnya

2. Lansia mandiri dengan bantuan langsung dari keluarganya

3. Lansia mandiri dengan bantuan tidak langsung

4. Lansia dengan bantuan badan sosial

5. Lansia di panti wredha

6. Lansia yang dirawat di rumah sakit

7. Lansia dengan gangguan mental

9
2.5 Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Ericksson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau

menyesuaikan diri terhadap perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh

proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.

Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan

kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang

serasi dengan orang-orang disekitarnya, maka diusia lanjut ia akan tetap

melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan

sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam, dll.

Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun

2. Mempersiapkan diri untuk pansiun

3. Membentuk hubungan baik dengan orang yang sesuainya

4. Mempersiapkan kehidupan baru

5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat

secara santai

6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.

2.6 Hal Yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia

Faktor kesehatan psikis meliputi penyesuaian terhadap kondisi

kesehatan lansia :

1. Kesehatan Fisik

Pada umumnya pada masa lansia ini, orang mengalami penurunan

fungsi kognitif dan psikomotorik. Fungsi kognitif meliputi proses

10
belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain

yang menyebabkan reaksi dan prilaku lansia menjadi semakin

lambat. Fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan

dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi

yang berakibat bahwa lansia kurang cekatan.

2. Kesehatan Psikis

Menurunnya kondisi psikis ditandai dengan menurunnya fungsi

kognitif. Dengan adanya penurunan fungsi kognitif dan

psikomotorik pada diri orang lansia maka akan timbul beberapa

kepribadian lansia sebagai berikut :

- Tipe kepribadian konstruktif

- Tipe kepribadian mandiri

- Tipe kepribadian tergantung

- Tipe kepribadian bermusuhan

- Tipe kepribadian kritik diri

3. Karakteristik Resiko Tinggi

- Risiko Biologik : Pengaruh genetic, ras, gender, akan

mempengaruhi kesehatan.

- Risiko Sosial : Beban psikologis akan menghasilkan stress

dalam diri dan berefek menjadi stressor baru bagi orang lain.

- Risiko Ekonomi : Memiliki sumber finansial yang adekuat

berarti mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan akses

yang berhubungan dengan kesehatan seperti tempat tinggal yang

layak, pakaian, makanan, pendidikan, perawatan kesehatan.

11
- Risiko Kejadian Hidup : Masa transisi merupakan situasi akan

mempengaruhi dan menyebabkan beberapa perubahan seperti

perubahan perilaku, jadwal, pola komunikasi, harus membuat

keputusan baru, pemulihan peran, pembelajaran keterampilan

baru dan perubahan dalam menggunakan sumber-sumber yang

baru.

- Risiko Gaya Hidup

Secara umum risiko prilaku termasuk di dalamnya

mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, gaya hidup yang

tidak sehat, merokok, menggunakan alcohol, partisipasi pada

aktifitas yang berbahays, dan terpapar sumber stressor seperti

adanya perilaku kekerasan.

2.7 Penurunan Fungsi Pada Lansia

Beberapa perubahan atau penurunan fungsi organ tubuh yang umum

terjadi pada lansia :

1. Fungsi jantung dan pembuluh darah

2. Sistem pernapasan

3. Sistem pencernaan

4. Fungsi ginjal

5. Tulang dan sendi

6. Penglihatan

7. Pendengaran

8. Sistem kekebalan tubuh

12
9. Sistem saraf

10. Sistem hormon

11. Penuaan kulit

12. Penurunan tinggi badan

2.8 Konsep Dasar Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang

serius pada saat ini, hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa

saja, baik muda maupun tua. Hipertensi termasuk dalam jenis penyakit

degeneratif, seiring dengan pertambahan usia akan terjadi peningkatan

tekanan darah secara perlahan. Hipertensi sering disebut sebagai ”silent

killer” (pembunuh secara diam-diam), karena seringkali penderita hipertensi

bertahun tahun tanpa merasakan sesuatu gangguan atau gejala (Triyanto,

2014).

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Dafriani, 2019)

Menurut American Society of Hypertension (ASH), hipertensi adalah

suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif sebagai

akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan.

Hipertensi merupakan penyakit mutifaktral akibat interaksi dari faktor

genetik dan faktor lingkungan (Nuraini, 2015).

Hipertensi adalah tenaga yang digunakan oleh darah terhadap setiap

satuan daerah dinding pembuluh yang diukur dalam satuan millimeter air

raksa (mmHg) dengan menggunakan tensimeter (Guyton, 2012).

13
2.9 Etiologi

Dari seluruh kasus hipertensi 90% adalah hipertensi primer. Beberapa factor

yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer seperti berikut

ini. (Udjianti, 2013).

a. Genetik individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,

beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.

b. Jenis kelamin dan usia

Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause tinggi untuk mengalami

hipertensi.

c. Diet

Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan

berkembangnya hipertensi

d. Berat badan (obesitas). Berat badan > 25% diatas ideal dikaitkan dengan

berkembang nya hipertensi.

e. Gaya hidup

Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.

Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui, berikut ni beberapa

kondisi yang menjadi penyebab hipertensi sekunder (Udjianti, 2013).

a. Penggunaan kontrasepsi hormonal

Obat kontrasepsi yang berisi esterogen dapat menyebabkan hipertensi melalui

mekanisme renin-aldosteron-mediated volume expansion. Dengan

penghentian obat kontrasepsi, tekanan darah normal kembali secara beberapa

bulan. Ini merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi

renovaskuler berhubungan dengan penyempitan atu atau lebih arteri renal

14
pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklorosis atau fibrous

displasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrus).

b. Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi dan

perubahan struktur serta fungsi ginjal.

c. Gangguan endokrin

Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi

sekunder. Adrenal-medited hypertention di sebabkan kelebihan 4

primer aldosteron, koristol dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer,

kelebihan aldosteron menyebabkan hipertensi dan hipokaemia.

d. Coaretation aorta (penyempitan pembuluh darah aorta)

penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada

aorta torasik atau abdominal. Penyempitan penghambat aliran darah melalui

lengkung e aorta dan mengakibatkan peningkatan darah diatas area kontriksi.

e. Kehamilan

Naiknya tekanan darah saat hamil ternyata dipengaruhi oleh hormon estrogen

pada tubuh. Saat hamil kadar hormon estrogen di dalam tubuh memang akan

menurun dengan signifikan. Hal ini ternyata biasa menyebabkan sel-sel

endotel rusak dan akhirnya menyebabkan munculnya plak pada pembuluh

darah. Adanya plak ini akan menghambat sirkulasi darah dan pada akhirnya

memicu tekanan darah tinggi.

f. Merokok

Merokok dapat menyebakan kenaikan tekanan darah karena membuat tekanan

darah langsung meningkat setelah isapan pertama, meningkatkan kadar

tekanan darah sistolik 4 milimeter air raksa (mmHg). Kandungan nikotin pada

rokok memicu syaraf untuk melepaskan zat kimia yang dapat menyempitkan

15
pembuluh darah sekaligus meningkatkan tekanan d Menurut Nair & Peate

(2015), penyebab hipertensi primer belom diketahui secara jelas, tetapi ada

beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi yang sudah

diketahui perkembangannya yaitu: obesitas, stres, rokok, konsumsi

alcohol, asupan natrium yang berlebihan dapat menyebabkan retensi

cairan, riwayat keluarga. Sedangkan hipertensi sekunder dapat terjadi

dikarenakan faktor yaitu: penyakit renalis, sindrom cushing, kontrasepsi

oral, koarktasio (penyempitan) aorta.

2.10 Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi menurut Nair & Peate (2015) sebagai berikut:

a. Klasifikasi berdasarkan etiologi

1. Hipertensi primer

Hipertensi primer terjadi karena kombinasi genetik dan faktor

lingkungan yang memiliki efek pada fungsi ginjal dan vaskuler.

Salah satu kemungkinan penyebab hipertensi primer adalah

defisiensi kemampuan ginjal untuk menekskresikan natrium yang

meningkatkan volume cairan ekstraseluler dan curah jantung

sehingga mengakibatkan peningkatan aliran darah ke jaringan.

Peningkatan aliran darah ke jaringan menyebabkan konstriksi

arteriolar dan peningkatan resistansi caskular perifer (PVR) dan

tekanan darah (Nair & Peate, 2015).

2. Hipertensi sekunder

16
Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit pada organ yang

mengakibatkan peningkatan Peripheral Vascular Resistance

(PVR ) dan peningkatan curah jantung. Hipertensi sekunder

berfokus pada penyakit ginjal atau kelebihan kadar hormone

seperti aldosteron dan kortisol, kedua hormon ini menstimulasi

retensi natrium dan air yang mengakibatkan peningkatan volume

darah dan tekanan darah (Nair & Peate, 2015).

b. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi

1. Berdasarkan penyebab

- Hipertensi Primer/ Hipertensi Esensial Hipertensi yang

penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan

dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak

(inaktivitas) dan pola makan. Faktor ini terjadi sekitar 90%

pada penderita hipertensi.

- Hipertensi Sekunder/ Hipertensi Non Esensial

Hipertensi ini diketahui penyebabnya. Penderita hipertensi

yang disebabkan oleh penyakit ginjal yaitu 5-10 %, sedangkan

1-2 % penderita hipertensi ini disebabkan oleh kelainan

hormonal atau pemakainan obat tertentu (Nair & Peate, 2015).

2. Berdasarkan bentuk hipertensi

Hipertensi ini disebabkan oleh sistolik (systolic hypertension) dan

diastolik (diastolic hypertension) yang meninggi (Nair & Peate,

2015).

17
2.11 Manifestasi klinis

Penderita hipertensi menunjukkan adanya sejumlah tanda dan gejala,

namun ada juga yang tanpa gejala. Hal ini menyebabkan hipertensi dapat

terjadi secara berkelanjutan dan mengakibatkan sejumlah komplikasi.

Hipertensi ada gejala deskripsinya yaitu hipertensi biasanya tidak

menmbulkan gejala. Namun, akan menimbulkan gejala setelah terjadinya

kerusakan organ, misalnya; jantung, ginjal, otak, dan mata. Sedangkan

hipertensi dengan gejala yang sering terjadi yaitu; nyeri kepala,

pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sulit untu tidur, lemah, dan lelah lelah

( Asikin dkk, 2016).

2.12 Patofisiologi

Reseptor yang menerima perubahan tekanan darah yaitu reflex

baroresptor yang terdapat pada sinus karotis dan arkus aorta. Pada

hipertensi, karena adanya berbagai gangguan genetik dan resiko lingkungan,

maka terjadi gangguan neurohormonal yaitu sistem saraf pusat dan sistem

renin-angiotensinaldosteron, serta terjadinya inflamasi dan resitensi insulin.

Resistensi insulin dan gangguan neurohormonal menyebabkan

vasokontraksi sistemik dan peningkatan resistensi perifer. Inflamasi

menyebabkan gagguan ginjal yang disertai gangguan sistem renin-

angiotensin-aldosteron (RAA) yang menyebabkan retensi garam dan air di

ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume darah. Peningkatan resistensi

perifer dan volume darah merupakan dua penyebab utama terjadinya

hipertensi (Asikin dkk, 2016).

18
Hipertensi primer terjadi karena kombinasi genetik dan faktor

lingkungan yang memiliki efek pada fungsi ginjal dan vaskular. Salah satu

kemungkinan penyebab hipertensi primer adalah defisiensi kemampuan

ginjal untuk mengekresi natrium yang meningkatkan volume cairan

ekstraseluler dan curah jantun sehingga mengakibatkan peningkatan aliran

darah ke jaringan. Peningkatan aliran darah ke jantung menyebabkan

kontriksi arteriolar dan peningkatan resistensi vaskular perifer (PVR) dan

tekanan darah. (Nair & Peate, 2015).

Hipertensi sekunder terjadi kerena disebabkan oleh penyakit pada

organ yang mengakibatkan peningkatan PVR dan peningkatan curah

jantung. Pada sebagian besar kasus, fokus hipertensi sekunder adalah

penyakit ginjal atau kelebihan kadar hormon seperti aldosteron dan kortisol.

Hormon tersebut menstimulasi retensi natrium dan air yang mengakibatkan

peningkatan volume darah dan tekanan darah (Nair & Peate, 2015).

19
2.13 Pathway

Gambar pathway 1.

2.14 Pemeriksaan Penunjang

Pemerikaan penunjang menurut (Nur arif dan kusuma, 2015)

a. Pemerikaan Laboratorium

1. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan

(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti

hipokoagubilita, anemia.

20
2. BUN /kreatinin : memberikaan informasi tentang perfusi / fungsi

ginjal.

3.. Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan

ada DM.

b. CT scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

c. EKG : dapat menunjukkan pola rengangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

d. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan

ginjal.

e. Photo dada : menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup,

pembesaran jantung.

2.15 Komplikasi

Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014) adalah :

a. Penyakit jantung

Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal


jantung
b. Ginjal

Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi kapiler - kapiler ginjal glomelurus. Rusaknya

membran glomelurus, protein akan keluar melalui urin sehingga

tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema

21
c. Otak

Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi

pada hipertensi kronik apabila arteri - arteri yang memperdarahi otak

mengalami hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah

yang diperdarahi berkurang.

d. Mata.

Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga

kebutaan.

e. Kerusakan pada pembuluh darah arteri

Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan

penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan ateroklorosis dan

arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).

2.16 Penatalaksanaan

Menurut Triyatno (2014) penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu

secara nonfarmakologis dan farmakologi.

a. Terapi non farmakologi merupakan terapi tanpa menggunakan obat,terapi

non farmakologi diantaranya memodifikasi gaya hidup dimana termasuk

pengelolaan stress dan kecemasan merupakan langkah awal yang harus

dilakukan. Penanganan non farmakologis yaitu menciptakanrileks,

mengurangi stress dan menurunkan kecemasan. Terapi non farmakologi

diberikan untuk semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan

darah dan mengendalikan faktor resiko serta penyakit lainnya.

b. Terapi farmakologi yaitu yang menggunakan senyawa obat obatan yang

dalam kerjanya dalam mempengaruhi tekanan darah pada pasien hipertensi

22
seperti : angiotensin receptor blocker (ARBs), beta blocker, calcium chanel

dan lainnya. Penanganan hipertensi dan lamanya pengobatan dianggap

kompleks karena tekanan darah cenderung tidak stabil.

23
BAB III

KASUS

3.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipertensi


A. Pengkajian

1) Identitas

Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat sebelum

tinggal di panti, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan

sebelumnya, pendidikan terakhir, tanggal masuk panti, kamar dan

penanggung jawab.

2) Riwayat Masuk Panti :

Menjelaskan mengapa memilih tinggal di panti dan bagaimana proses

nya sehingga dapat bertempat tinggal di panti.

3) Riwayat Keluarga

Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua, saudara kandung,

pasangan, dan anak-anak)

4) Riwayat Pekerjaan

Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, dan

sumber- sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan yang

tinggi.

5) Riwayat Lingkup Hidup

Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang yang

tinggal di rumah, derajat privasi, alamat, dan nomor telpon.

6) Riwayat Rekreasi

Meliputi : hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan liburan

24
7) Sumber/ Sistem Pendukung

Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan kesehatan

seperti dokter, perawat atau klinik

8) Deksripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur

Menjelaskan kegiatan yang dilakukan sebelum tidur. Pada pasien

lansia dengan hipertensi mengalami susah tidur sehingga dilakukan

ritual ataupun aktivitas sebelum tidur.

9) Status Kesehatan Saat Ini

Meliputi : status kesehatan umum selama stahun yang lalu, status

kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan-keluhan kesehatan

utama, serta pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan.

10) Obat-Obatan

Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana

mengonsumsinya, atas nama dokter siapa yang menginstruksikan dan

tanggal resep

11) Status Imunisasi

Mengkaji status imunisasi klien pada waktu dahulu

12) Nutrisi

Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan minum, pola

konsumsi makanan dan riwayat peningkatan berat badan. Biasanya

pasien dengan hipertensi perlu memenuhi kandungan nutrisi seperti

karbohidrat, protein, mineral, air, lemak, dan serat. Tetapi diet rendah

garam juga berfungsi untuk mengontrol tekanan darah pada klien.

13) Pemeriksaan Fisik

25
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien

dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan

tanda klinis dari suatu penyakit dengan teknik inpeksi, aukultasi,

palpasi dan perkusi.

a. Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk

kepala, penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah, warna

kulit, kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea

mata, konjungtiva dan sclera, pupil dan iris, ketajaman

penglihatan, tekanan bola mata, cuping hidung, lubang hidung,

tulang hidung, dan septum nasi, menilai ukuran telinga,

ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga, ketajaman

pendengaran, keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan lidah, palatum

dan orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis

serta denyut nadi karotis.

b. Pada pemeriksaan payudara meliputi inpeksi terdapat atau tidak

kelainan berupa (warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla

mammae menonjol atau tidak, bhiperpigmentasi aerola mammae,

apakah ada pengeluaran cairan pada putting susu), palpasi (menilai

apakah ada benjolan, pembesaran kelenjar getah bening, kemudian

disertai dengan pengkajian nyeri tekan).

c. Pada pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi terdapat atau tidak

kelainan berupa (bentuk dada, penggunaan otot bantu pernafasan,

pola nafas), palpasi (penilaian vocal premitus), perkusi (menilai

bunyi perkusi apakah terdapat kelainan), dan auskultasi (peniaian

26
suara nafas dan adanya suara nafas tambahan).

d. Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi

(mengamati ada tidaknya pulsasi serta ictus kordis), perkusi

(menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran

jantung), auskultasi (mendengar bunyi jantung, bunyi jantung

tambahan, ada atau tidak bising/murmur).

e. Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau tidak

kelainan berupa (bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan

pembuluh darah, warna kulit abdomen, lesi pada abdomen),

auskultasi(bising usus atau peristalik usus dengan nilai normal 5-

35 kali/menit), palpasi (terdapat nyeri tekan, benjolan/masa,

benjolan/massa, pembesaran hepar dan lien) dan perkusi (penilaian

suara abdomen serta pemeriksaan asites).

f. Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus

uretra, anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak.

g. Pada pemeriksaan muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan

dan kelemahan eksremitas, kesimetrisan cara berjalan.

h. Pada pemeriksaan integument meliputi kebersihan, kehangatan,

warna, turgor kulit, tekstur kulit, kelembaban serta kelainan pada

kulit serta terdapat lesi atau tidak.

i. Pada pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan tingkatan

kesadaran (GCS), pemeriksaan saraf otak (NI-NXII), fungsi

motorik dan sensorik, serta pemeriksaan reflex.

27
B. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis :

peningkatan tekanan vaskuler serebral

2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur

3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen

4) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan


afterload

C. Intervensi

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan

Hari/ Dx Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Tanggal
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1.1 Kaji nyeri
dengan agen keperawatan …x 24 jam secara komprehensif
pencidera klien dapat mengontrol nyeri meliputi lokasi,
fisiologis: dengan kriteria : karakteristik,
peningkatan 1. Mengenal faktor nyeri durasi,frekuensi,
tekanan vaskuler 2. Tindakan pertolongan kualitas, intensitas
serebral (D.0077) non- farmakologi 1.2Observasi reaki
3. Mengenal tanda pencetus nonverbal dan
nyeri untuk mencari ketidaknyamanan
pertolongan 1.3Gunakan
4. Melaporkan nyeri komunikasi terapeutik
berkurang dengan agar
menggunakan klien dapat
manajemen nyeri mengekspresikan nyeri
5. Menyatakan rasa 1.4Ajarkan
nyaman setelah nyeri penggunaan teknik
berkurang non farmakologi :
teknik relaksasi
progresif
1.5 Berikan analgetik
sesuai anjuran
1.6 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
1.7 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,

28
dosis dan frekuensi
Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan 2.1 Ciptakan suasana
tidur berhubungan keperawatan …x 24 jam lingkungan yang
dengan tidak terjadi gangguan pola tenang dan nyaman
tidur dengan kriteria : 2.2 Beri kesempatan
kurangnya kontrol 1. Jumlah jam tidur dalam klien untuk
tidur batas normal 6-8 istirahat/tidur
(D.0055) jam/hari 2.3 Evaluasi tingkat
2. Tidak menunjukkan stress
perilaku gelisah 2.4 Monitor keluhan
3. Wajah tidak pucat nyeri kepala
dan konjungtiva tidak 2.5 Lengkapi jadwal
anemis tidur secara teratur
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen energy
aktivitas b.d keperawatan …x 24 jam 3.1 Tentukan
ketidakseimbang tidak terjadi intoleransi keterbatasan klien
a n antara suplai aktifitas dengan kriteria : terhadap aktifitas
dan kebutuhan 1. Meningkatkan 3.2 Tentukan penyebab
oksigen (D.0056) energy untuk lain kelelahan
melakukan aktifitas 3.3 Observasi asupan
sehari-hari nutrisi sebagai
2. Menunjukkan sumber energy
penurunan gejala- yang adekuat
gejala intoleransi 3.4 Observasi respons
aktifitas jantung terhadap
aktivitas (mis.
Takikardia,
disritmia, dyspnea,
diaphoresis, pucat,
tekanan
hemodinamik dan
frekuensi
pernafasan)
3.5 Dorong klien
melakukan aktifitas
sebagai sumber
energy
Resiko Setelah dilakukan tindakan 4.1 Kaji TTV
penurunan curah keperawatan…x 24 jam 4.2 Berikan
jantung d.d tidak terjadi penurunan lingkungan tenang,
perubahan curah jantung dengan nyaman, kurangi
afterload kriteria : aktivitas, batasi
(D.0011) 1. TTV dalam batas normal jumlah pengunjung
TD : 4.3 Pertahankan
S : 120-140 mmHg D : pembatasan
80-90 mmHg aktivitas seperti
N : 60-100x/mnt RR : istirahat ditempat
12-24 x/mnt tidur/kursi
T : 36.5-37.5 4.4 Bantu melakukan
2. Berpartisipasi dalam aktivitas
aktivitas yang perawatan diri
menurunkan TD sesuai kebutuhan

29
Mempertahankan TD
dalam rentang yang apat
diterima

D. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan

keperawatan yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif

dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan dan

keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga

pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian rencana yang

telah ditentukan tercapai.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil

menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari

tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap

tahapan poses mulai dari pengkajian, diagnose , perencanaan, tindakan dan

evaluasi itu sendiri.

30
3.2 Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn. H dengan Hipertensi
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Nama lansia (inisial) : Tn. H
b. Jenis kelamin : Laki - Laki
c. Agama : Islam
d. Usia : 60 Tahun
e. Status perkawinan : Kawin
f. Pendidikan terakhir : SD
g. Pekerjaan : Swasta
h. Alamat : Dayah Baro
2. RIWAYAT ESEHATAN
Keluhan Utama :
Pasien mengatakan sering pusing dan matanya kabur, kuduknya terasa
kaku

a. Riwayat kesehatan yang lalu :


Pasien mengatakan pernah menderita penyakit hipertensi lebih
kurang 5 tahun yang lalu

b. Riwayat kesehatan yang sekarang :


Pasien mengatakan tekanan darahnya selalu tinggi dalam satu
tahun terakhir, pasien sering sakit kepala, pusing dan kuduknya
terasa kaku.

c. Riwayat kesehatan keluarga :


Pasien mengatakan anak-anaknya tidak ada yang menderita
penyakit hipertensi, akan tetapi orang tua pasien pernah menderita
hipertensi seperti dirinya.

31
d. Genogram:

e. Riwayat penggunaan obat-obatan :


1. Amlodipin 10 mg
2. Piroxicam
3. Antasida syr

3. RIWAYAT PEKERJAAN DAN STATUS EKONOMI :


a. Pekerjaan saat ini : Pasien mengatakan pekerjaan saat ini tidak
ada, pasien hanya mengerjakan kegiatan di rumah

b. Pekerjaan sebelumnya: Pasien mengatakan memang tidak bekerja

c. Sumber pendapatan : Pasien mengatakan sumber pendapatan saat


ini yaitu hanya dari anaknya.

4. KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Biologis
1) Pola makan : Pasien mengatakan makan sehari 3x yang
di sediakan, nafsu makan kadang-kadang ada, jika kepala sakit,
pusing, kuduk kaku sehingga nafsu makan menurun dan
kadang hanya menghabiskan ½ porsi yang disediakan.

32
2) Pola minum : Sebelum sakit pola minum pasien 6-8
gelas/hari, selama sakit pola minum pasien tidak mengalami
perubahan

3) Pola tidur : Pasien mengatakan tidur malam pada jam


22.00 wib dan bangun jam 05.00 wib, pasien mengatakan
sering terbangun saat tidur, pasien mengatakan tidur siang 1
jam/hari. Pasien mengatakan susah tidur

4) Pola eliminasi : Pasien mengatakan biasa BAK kurang


lebih 5 kali dalam waktu yang berubah ubah. Pasien
mengatakan biasanya BAK sebelum tidur dan tidak ada
keluhan yang berhubungan dengan BAK

5) Aktivitas dan istirahat : Pasien mengatakan aktivitas


sebelum sakit mengurus pekerjaan rumah, selama sakit
aktivitas pasien terganggu karena kaki kanannya sakit dan
terasa lemah

6) Rekreasi : Pasien mengatakan sebelum sakit dan


setelah sakit pasien tidak pernah pergi keluar daerah, pasien
lebih senang berada di rumah dan berbincang-bincang dengan
masyarakat sekitar rumahnya.

b. Psikologis :
1) Stressor : Pasien mengatakan selama menderita tekanan
darah tinggi pasien tidak merasakan takut akan penyakit yang
dialaminya

2) Strategi koping : Pasien mengatakan bahwa dia yakin kalau


penyakit yang dialaminya bisa sembuh, pasien tidak merasakan
ketakutan maupun cemas yang berlebihan

33
c. Hubungan sosial
1) Hubungan dengan lingkungan sosial/masyarakat : Pasien
mengatakan sebelum sakit dan setelah sakit hubungannya
dengan masyarakat dan tetangga sekitar rumahnya terjalin
sangat baik.
2) Hubungan dengan keluarga : Pasien mengatakan hubungannya
dengan saudara dan anak terjalin sangat baik.

d. Spiritual/kultural
1) Pelaksanaan ibadah : Pasien mengatakan sebelum dan
selama sakit kegiatan ibadah pasien tidak terganggu, dan pasien
sering mengikuti pengajian yang ada di desa lhok geulumpang.
2) Keyakinan terhadap kesehatan : Pasien mengatakan sangat
optimis penyakitnya bias sembuh dan tekanan darahnya
kembali normal.

5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tingkat kesadaran :
E:4
V:5
M :6
Total GCS : 15
b. Tanda vital :
TD : 180/110mmhg
HR : 80x/menit
Rr : 20x/menit
Temp : 36,30C
c. Pengukuran BB dan TB
TB :170
BB :75
IMT : 26
d. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)

34
1) Kepala
a) Mata : Konjungtiva anemis kiri dan kanan, tidak
ada masalah pada mata

b) Rambut : Warna rambut putih, rambut panjang dan


bersih, tidak adanya lesi dan udem di kepala

c) Telinga : Bersih, pendengaran baik, tidak ada


gangguan fungsi pendengaran

d) Hidung : Simetris, tidak ada gangguan penciuman,


tidak ada cairan yang keluar dari hidung

e) Mulut : Mulut dan gigi kurang bersih, gigi tidak


lengkap lagi, terdapat caries pada gigi geraham sebelah kiri,
nafas bau, lidah kotor

2) Dada
a) Paru : Simetris kiri dan kanan, tidak ada jejas,
tidak ada odema, frekuensi pernapasan 18x/mnt, tidak ada
terdengar suara nafas tambahan.

b) Kardiovaskuler : Tidak ada lesi, teraba iktus kordis


pada interkostalis ke 5, 2 cm dari midklavikularis kiri, suara
redup.

3) Abdomen : Simetris kiri dan kanan, tidak ada luka bekas


operasi, tidak ada pembengkakan pada abdomen

4) Genetalia : Vagina bersih, tidak terdapat massa

35
5) Ektremitas
a. Kekuatan otot : Pasien mengalami kelemahan otot pada
kaki kanan, dan pasien tampak susah berjalan.
5 5
4 5

e. Laboratorium (bila ada) :-


f. Informasi penunjang (bila ada) :-
g. Therapi medis (bila ada) :-

6. PENGKAJIAN RESIKO JATUH


PENILAIAN RISIKO JATUH LANSIA
(SKALA MORSE FALL SCALE)

No Hal yang dikaji Ketentuan nilai Skor


Ya Tidak
1 Apakah lansia pernah jatuh dalam 3 25 0 0
bulan terakhir ?
2 Apakah lansia memiliki lebih dari 1 15 0 15
penyakit ?
3 Alat bantu jalan : 0 0 0
a. Bedrest/dibantu
b. Kruk/tongkat/walker 15 0
c. Berpegangan pada benda
sekitar
d. (Ex : Meja, lemari, Dsb) 30 0
4 Apakah saat ini lansia terpasang infus 20 0 0
?
5 Gaya berjalan/cara berpindah : 0 0 20
a. Normal/bedrest/imobilisasi
b. Lemah tidak bertenaga 10 0
c. Gangguan/tidak normal 20 0
(pincang/diseret/dsb)
6 Status mental : 0 0 0
a. Lansia menyadari kondisi
dirinya
b. Lansia mengalami 15 0
keterbatasan daya ingat

36
TOTAL NILAI 35
Interpretasi :
1. Skor 0-24 : Tidak Berisiko Jatuh
2. Skor 25-50 : Risiko Jatuh Rendah
3. ≥51 : Risiko Jatuh Tinggi

7. PENGKAJIAN ADL
BARTHEL INDEKS
No Kriria Penilaian SKOR PENILAIAN
Dengan Bantuan Mandiri
1 Makan 10
(Ketentuan :
Dengan bantuan skor 5,
Mandiri skor 10)
2 Aktifitas Toilet 10
(Ketentuan :
Dengan bantuan skor 5,
Mandiri skor 10)
3 Berpindah dari kursi roda 15
ketempat tidur dan sebaliknya
termasuk duduk dan bangun dari
tempat tidur
(Ketentuan :
Dengan bantuan skor 5-10,
Mandiri skor 15)
4 Kebersihan diri : Mencuci muka, 5
menyisir rambut dan gosok gigi
Ketentuan :
Dengan bantuan skor 0,
Mandiri skor 5)
5 Mandi 0
Ketentuan :
Dengan bantuan skor 0,
Mandiri skor 5)
6 Berjalan dipermukaan datar 15
Ketentuan :
Dengan bantuan skor 10,
Mandiri skor 15)

7 Naik turun tangga 10


Ketentuan :
Dengan bantuan skor 5,
Mandiri skor 10)
8 Berpakaian 10
Ketentuan :

37
Dengan bantuan skor 5,
Mandiri skor 10)
9 Mengontrol defekasi 10
Ketentuan :
Dengan bantuan skor 5,
Mandiri skor10)

10 Mengontrol berkemih 10
Ketentuan :
Dengan bantuan skor 5,
Mandiri skor 10)
Total Skor 85
Tingkat Ketergantungan Ketergantungan sedang
Interpretasi :
1. Skor 0-20 : Ketergantungan
2. 21-61 : Ketergantung Berat/Sangat Tergantung
3. 62-90 : Ketergantungan Sedang
4. 91-99 : Ketergantungan Ringan
5. 100 : Mandiri

8. PENGKAJIAN FUNGSI KOGNITIF (SPSMQ)


Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
No Pertanyaan Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini ? √
2 Hari apa sekarang ? atau √
3 Apa nama tempat ini ? √
4 Apa nama desa anda ? √
5 Kapan anda lahir ? √
(Tgl/Bln/Thn : bisa salah
satunya)
6 Siapa presiden indonesia ? √
7 Siapa nama orang tua anda √
(Ayah atau Ibu) ?
8 Berapa orang anak anda ? √
9 Siapa nama suami anda ? √
10 Berapakah hasil dari 10-3+3 ? √
(Bisa disesuaikan)
Interpretasi :
1. Salah 0-3 : Fungsi Intelektual Utuh

38
2. Salah 4-5 : Kerusakan Fungsi Intelektual Ringan
3. Salah 6-8 : Kerusakan Fungsi Intelektual Sedang
4. Salah 9-10 : Kerusakan Fungsi Intelektual Berat

9. PENGKAJIAN SKALA DEPRESI GERIATRI


PENILAIAN SKALA DEPRESI LANSIA
(GERIATRIC DEPRESSION SCALE)

JAWABAN DAN
KETERANGAN
SKOR
NO PERTANYAAN KETENTUAN
YA TIDA SKO
SKOR
K R
1 Apakah anda sebenarnya 0 0 Jika jawaban :
puas dengan kehidupan a. YA Skor 0
anda? b. Tidak Skor 1
2 Apakah anda telah 1 1 Jika jawaban :
meninggalkan banyak a. YA Skor 0
kegiatan dan b. Tidak Skor 1
minat/kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa 0 0 Jika jawaban :
kehidupan anda kosong? a. YA Skor 1
b. Tidak Skor 0
4 Apakah anda sering 0 0 Jika jawaban :
merasa bosan? a. YA Skor 1
b. Tidak Skor 0
5 Apakah anada mempunyai 0 0 Jika jawaban :
semangat yang baik setiap a. YA Skor 0
saat? b. Tidak Skor 1
6 Apakah anda merasa takut 0 0 Jika jawaban :
sesuatu yang buruk akan a. YA Skor 1
terjadi pada anda? b. Tidak Skor 0
7 Apakah anda merasa 0 0 Jika jawaban :
bahagia untuk sebagian a. YA Skor 0
besar hidup anda? b. Tidak Skor 1
8 Apakah anda merasa 0 0 Jika jawaban :
sering tidak berdaya? a. YA Skor 1
b. Tidak Skor 0
9 Apakah anda lebih sering 1 1 Jika jawaban :
dirumah dari pada pergi a. YA Skor 1
keluar dan mengerjakan b. Tidak Skor 0
sesuatu hal yang baru?
10 Apakah anda merasa 0 0 Jika jawaban :
mempunyai banyak a. YA Skor 1
masalah dengan daya ingat b. Tidak Skor 0
anda dibandingkan
kebanyakan orang ?
11 Apakah anda pikir bahwa 1 1 Jika jawaban :

39
kehidupan anda sekarang a. YA Skor 0
menyenangkan? b. Tidak Skor 1

12 Apakah anda merasa tidak 0 0 Jika jawaban :


berharga seperti perasaan a. YA Skor 1
anda saat ini? b. Tidak Skor 0
13 Apakah anda merasa 0 0 Jika jawaban :
penuh semangat? a. YA Skor 0
b. Tidak Skor 1
14 Apakah anda merasa 0 0 Jika jawaban :
bahwa keadaan anda tidak a. YA Skor 1
ada harapan? b. Tidak Skor 0
15 Apakah anda pikir bahwa 1 1 Jika jawaban :
orang lain, lebih baik ke a. YA Skor 1
adaan nya daripada anda? b. Tidak Skor 0
Jumlah Total Skor 4

Interpretasi :
1. Skor 5-9 : Kemungkinan depresi ringan/sedang
2. Skor ≥10 : Depresi

10. PENILAIAN ADAPTASI, PARTNERSHIP, GROWTH, AFEK,


RESOLVE (APGAR)
KELUARGA
Jawaban dan Ketentuan
Skor
Kadan Tidak
No Pertanyaan Hampi
g- perna
r selalu
kadang h
(2)
(1) (0)
1. A : Adaptasi
Saya merasa puas karena saya dapat 2
meminta bantuan keluarga saya saat ada
sesuatu yang mengganggu saya.
2. P : Patnership
Saya merasa puas karena keluarga saya 1
membicarakan setiap hal dan
berbagai  masalah dengan saya.
3. G : Growth 1
Saya merasa puas karena keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk terlibat dalam aktivitas atau kegiatan
baru.

40
4. A : Afek 1
Saya merasa puas karena keluarga saya
memperlihatkan kasih sayang dan berespons
terhadap emosi saya, seperti rasa marah,
penderitaan, dan kasih sayang.
5. R : Resolve 1
Saya merasa puas dengan cara keluarga saya
dan saya meluangkan waktu bersama-sama.
Jumlah Total Skor 6

Interpretasi :
1. Skor 7 - 10 keluarga memiliki fungsi yang baik
2. Nilai 4 - 6 keluarga mengalami disfungsi tingkat menengah
3. Nilai 0 - 3 keluarga mengalami disfungsi tingkat tinggi

41
11. ANALISA DATA
N Masalah
Data Etiologi
o keperawatan
1. Ds : Peningkatan tekanan Nyeri
- Pasien mengatakan vaskuler serebral
sering pusing
- Pasien mengatakan
mata kabur
- Pasien mengatakan
kuduknya terasa
kaku
Do :
- Skala nyeri 3
- Nyeri hilang timbul
- Lama nyeri sekitar
1 sampai 2 menit
- TD : 180/110
mmHg
- Nadi : 80x/mnt

2. Ds : Imobilisasi Intoleransi aktivitas

- Pasien mengatakan
susah berjalan
karna kakinya sakit
Do :
- Ekspresi tampak
datar
- Pasien tampak
memegang kaki
saat dikaji

42
- TD : 180/110
mmHg
- Nadi : 80x/mnt
- Skor ADL : 85

3. Ds : Intoleransi aktivitas, Defisit perawatan diri


- Pasien mengatakan menurunnya daya
mandi 1 kali sehari tahan dan kekuatan
karna sulit untuk
beraktivitas
Do :
- Pasien tampak
susah berjalan
- Sebagian aktivitas
pasien terganggu
- TD : 180/110
mmHg
- Nadi : 80x/mnt
- Skor ADL : 85
- Skala otot
5 5
4 5

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi
3. Defisite perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas,
menurunnya daya tahan dan kekuatan

43
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Hari/Tanggal/Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Rabu Noc Noc
20 Januari 2022
10.00 Wib Setelah diberikan - Lakukan pengkajian nyeri
Nyeri berhubungan dengan tindakan komprehensif yang meliputi
peningkatan tekanan vaskuler keperawatan 1x24 lokasi, karakteristik, frekuensi,
serebral jam diharapkan kwalitas, intensitas atau
tingkat nyeri beratnya nyeri dan faktor
berkurang pencetus.
Kriteria Hasil: - Monitor TD, nadi, suhu dan
- Nyeri menurun RR
- Nafsu makan - Catat adanya frekuensi tekanan
meningkat darah
- Tingkat - Observasi adanya petunjuk non
kenyamanan verbal mengenai
meningkat ketidaknyamanan
- Gali pengetahuan dan
kepercayaan mengenai nyeri.
- Evaluasi pengalaman nyeri
- Dorong pasien untuk
memonitor nyeri.
- Ajarkan pengetahuan teknik
non farmakologi
- Anjurkan metode farmakologi
untuk menurunkan nyeri.

2. Rabu Noc Nic


20 Januari 2022 Setelah dilakukan - Berikan informasi mengenal
10.00 Wib tindakan penuaan terkait perubahan
Intoleransi aktifitas keperawatan 1x24 struktur
berhubungan dengan jam diharapkan - Bantu mengembangkan rencana
imobilisasi daya tahan latihan
meningkat - Demonstrasikan ulang latihan,
Kriteria Hasil: jika diperlukan
- Daya tahan

44
meningkat - Monitor toleransi latihan
- Kenyamanan - Evaluasi kembali rencana
meningkat latihan jika gejala toleransi
menetap setelah menghentikan
latihan.
3. Rabu Noc Nic
20 Januari 2022 Setelah diberikan - Pertimbangkan budaya pasien
10.00 Wib tindakan saat mempromosikan aktivitas
Defisite perawatan diri keperawatan 1x24 perawatan diri
berhubungan dengan jam diharapkan - Pertimbangkan usia
intoleransi aktivitas, perawatan diri: - Sediakan barang pribadi yang
menurunnya daya tahan dan kebersihan diinginkan
kekuatan meningkat - Fasilitasi pasien untuk mandi
Kriteria Hasil: - Monitoring integritas kulit
- Pasien mampu pasien
merawat
dirinya sendiri
- Penampilan
mekanik tubuh
-

45
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
/Diagnosa
Keperawatan
1. Rabu Rabu Rabu
26 Januari 2022 26 Januari 2022 26 Januari 2022
10.00 Wib 10.00 Wib 10.00 Wib
Nyeri 1. Mengkaji nyeri meliputi S:
berhubungan lokasi, karakteristik, durasi - Pasien mengatakan nyeri
dengan frekuensi, intensitas,atau pada kepala dan kaku
peningkatan kepaahan nyeri kuduk
tekanan vaskuler 2. Mengkaji tingkat skala nyeri O:
serebral (0-10) - Skala nyeri 3, ekspresi
3. Mengajarkan pasien teknik normal
relaksasi napas dalam untuk - TD : 180/110 mmHg
mengurangi nyeri - N : 80x/mnt
4. Memberikan penkes tentang A : Masalan Nyeri belum
nyeri kepada pasien teratasi
5. Kolaborasikan dengan P : Intervensi dilanjutkan
pemberian analgetik sesuai - Kaji skala nyeri
anjuran dokter - Anjurkan pasien teknik
relaksasi napas dalam
- Berikan penghilang nyeri
secara farmakologi

2.. Rabu Rabu Rabu


26 Januari 2022 26 Januari 2022 26 Januari 2022
10.00 Wib 10.00 Wib 10.00 Wib
Intoleransi 1. Mengkaji tingkat kemampuan S:
aktivitas pasien untuk berpindah dari - Pasien mengatakan
berhubungan tempat tidur, berdiri.
susah berjalan karna
imobilisasi 2. Pantau asupan nutrisi untuk
kakinya sakit
memastikan sumber energy
yang adekuat Do :
3. Anjurkan periode untuk - Ekspresi tampak
istirahar dan aktivitas secara datar

46
bergantian - Pasien tampak
4. Bantu pasien untuk
memegang kaki saat
mengidentifikasi pilihan
dikaji
aktivitas
- TD : 180/110 mmHg
- Nadi : 80x/mnt
- Skor ADL : 85

3. Rabu Rabu Rabu


26 Januari 2022 26 Januari 2022 26 Januari 2022
10.00 Wib 10.00 Wib 10.00 Wib
Defisite perawatan 1. Identifikasi kesulitan dalam S:
diri berhubungan berpakaian/perawatan - Pasien mengatakan
dengan intoleransi 2. Identifikasi kebutuhan
mandi 1 kali sehari
aktifitas, kebersihan diri dan berikan
karna sulit untuk
menurunnya daya bantuan sesuai kebutuhan
tahan dan dengan perawatan kulit, beraktivitas
kekuatan rambut, kuku, gigi. D:
3. Perhatikan adanya tanda-tanda - Pasien tampak susah
non verbal yang fisiologis
berjalan
4. Berikan banyak waktu untuk
- Sebagian aktivitas
melakukan tugas
pasien terganggu
- TD : 180/110 mmHg
- Nadi : 80x/mnt
- Skor ADL : 85
- Skala otot
5 5
4 5

47
No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
/Diagnosa
Keperawatan
1. Kamis Kamis Kamis
27 Januari 2022 27 Januari 2022 27 Januari 2022
10.00 Wib 10.00 Wib 10.00 Wib
Nyeri 1. Mengkaji nyeri meliputi S:
berhubungan lokasi, karakteristik, durasi - Pasien mengatakan nyeri
dengan frekuensi, intensitas,atau pada kepala dan kaku
peningkatan kepaahan nyeri kuduk
tekanan vaskuler 2. Mengkaji tingkat skala nyeri O:
serebral (0-10) - Skala nyeri 3, ekspresi
3. Mengajarkan pasien teknik normal
relaksasi napas dalam untuk - TD : 170/100 mmHg
mengurangi nyeri - N : 80x/mnt
4. Memberikan penkes tentang A : Masalan Nyeri belum
nyeri kepada pasien teratasi
5. Kolaborasikan dengan P : Intervensi dilanjutkan
pemberian analgetik sesuai - Kaji skala nyeri
anjuran dokter - Anjurkan pasien teknik
relaksasi napas dalam
- Berikan penghilang nyeri
secara farmakologi

2.. Kamis Kamis Kamis


27 Januari 2022 27 Januari 2022 27 Januari 2022
10.00 Wib 10.00 Wib 10.00 Wib
Intoleransi 1. Mengkaji tingkat kemampuan S:
aktivitas pasien untuk berpindah dari - Pasien mengatakan
berhubungan tempat tidur, berdiri.
susah berjalan karna
dengan imobilisasi 2. Pantau asupan nutrisi untuk
kakinya sakit
memastikan sumber energy
yang adekuat Do :
3. Anjurkan periode untuk - Ekspresi tampak
istirahar dan aktivitas secara datar
bergantian

48
5. Bantu pasien untuk - Pasien tampak
mengidentifikasi pilihan
memegang kaki saat
aktivitas
dikaji
- TD : 170/100 mmHg
- Nadi : 80x/mnt
- Skor ADL : 85

3. Kamis Kamis Kamis


27 Januari 2022 27 Januari 2022 27 Januari 2022
10.00 Wib 10.00 Wib 10.00 Wib
Defisite perawatan 1. Identifikasi kesulitan dalam S:
diri berhubungan berpakaian/perawatan - Pasien mengatakan
dengan intoleransi 2. Identifikasi kebutuhan
mandi 1 kali sehari
aktifitas, kebersihan diri dan berikan
karna sulit untuk
menurunnya daya bantuan sesuai kebutuhan
tahan dan dengan perawatan kulit, beraktivitas
kekuatan rambut, kuku, gigi. D:
3. Perhatikan adanya tanda-tanda - Pasien tampak susah
non verbal yang fisiologis
berjalan
4. Berikan banyak waktu untuk
- Sebagian aktivitas
melakukan tugas
pasien terganggu
- TD : 170/100 mmHg
- Nadi : 80x/mnt
- Skor ADL : 85
- Skala otot
5 5
4 5

49
No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
/Diagnosa
Keperawatan
1. Jumat Jumat Jumat
28 Januari 2022 28 Januari 2022 28 Januari 2022
09.30 Wib 09.30 Wib 09.30 Wib
Nyeri 1. Mengkaji nyeri meliputi S:
berhubungan lokasi, karakteristik, durasi - Pasien mengatakan nyeri
dengan frekuensi, intensitas,atau pada kepala dan kaku
peningkatan kepaahan nyeri kuduk
tekanan vaskuler 2. Mengkaji tingkat skala nyeri O:
serebral (0-10) - Skala nyeri 2, ekspresi
3. Mengajarkan pasien teknik normal
relaksasi napas dalam untuk - TD : 160/100 mmHg
mengurangi nyeri - N : 80x/mnt
4. Memberikan penkes tentang A : Masalan Nyeri belum
nyeri kepada pasien teratasi
5. Kolaborasikan dengan P : Intervensi dilanjutkan
pemberian analgetik sesuai - Kaji skala nyeri
anjuran dokter - Anjurkan pasien teknik
relaksasi napas dalam
- Berikan penghilang nyeri
secara farmakologi

2.. Jumat Jumat Jumat


28 Januari 2022 28 Januari 2022 28 Januari 2022
09.30 Wib 09.30 Wib 09.30 Wib
Intoleransi 1. Mengkaji tingkat kemampuan S:
aktivitas pasien untuk berpindah dari - Pasien mengatakan
berhubungan tempat tidur, berdiri.
susah berjalan karna
dengan imobilisasi 2. Pantau asupan nutrisi untuk
kakinya sakit
memastikan sumber energy
yang adekuat Do :
3. Anjurkan periode untuk - Ekspresi tampak
istirahar dan aktivitas secara

50
bergantian datar
6. Bantu pasien untuk
- Pasien tampak
mengidentifikasi pilihan
memegang kaki saat
aktivitas
dikaji
- TD : 160/100 mmHg
- Nadi : 80x/mnt
- Skor ADL : 85

3. Jumat Jumat Jumat


28 Januari 2022 28 Januari 2022 28 Januari 2022
09.30 Wib 09.30 Wib 09.30 Wib
Defisite perawatan 1. Identifikasi kesulitan dalam S:
diri berhubungan berpakaian/perawatan - Pasien mengatakan
dengan intoleransi 2. Identifikasi kebutuhan
mandi 1 kali sehari
aktifitas, kebersihan diri dan berikan
karna sulit untuk
menurunnya daya bantuan sesuai kebutuhan
tahan dan dengan perawatan kulit, beraktivitas
kekuatan rambut, kuku, gigi. D:
3. Perhatikan adanya tanda-tanda - Pasien tampak susah
non verbal yang fisiologis
berjalan
4. Berikan banyak waktu untuk
- Sebagian aktivitas
melakukan tugas
pasien terganggu
- TD : 160/100 mmHg
- Nadi : 80x/mnt
- Skor ADL : 85
- Skala otot
5 5
4 5

51
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam pengkajian data yang di peroleh sesuai dengan teori.

2. Diagnosa yang muncul saat studi kasus : Nyeri berhubungan dengan

gangguan perfusi jaringan cerebral, Gangguan aktivitas berhubungan

dengan kelemahan umum, kurang perawatan diri berhubungan dengan

intoleransi aktivitas, menurunnya daya tahan dan kekuatan .

3. Perencanaan tindakan keperawatan sesuai dengan teori

4. Pelaksanaan : Mengukur tanda-tanda vital, mengkaji skala nyeri,

mengkaji nyeri, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, memberikan

penkes tentang nyeri kepada pasien, bantu pasien untuk mengidentifikasi

pilihan aktivitas, identifikasi kebutuhan perawatan diri dan berikan

bantuan sesuai dengan kebutuhan, berkolaborasi dengan tim dokter untuk

pemberian therapy.

5. Evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3 hari dapat

disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul dalam teori pada saat tindakan

keperawatan ada 3 diagnosa.

B. Saran

52
a. Penulis

Hasil penulisan laporan stase gerontik ini diharapkan dapat membantu

penulis maupun penulis lainnya untuk mengembangkan pengetahuan,

wawasannya dan menambah pengalaman nyata dalam asuhan

keperawatan pada pasien yang menderita hipertensi.

b. Bagi institusi STKes MSB

Hasil penulisan laporan stase gerontik ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan referensi dan bacaan sehingga dapat menambah wawasan

ilmu pengetahuan, khususnya tentang asuhan keperawatan pada pasien

Tn.. H dengan Hipertensi di desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee

Kabupaten Aceh Jaya.

c. Bagi pasien

Penulis berharap agar masyarakat atau pasien dapat memahami penyakit

dan melakukan hidup sehat disekitar lingkungan.

53
54
DOKUMENTASI KEGIATAN PELAYANAN
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Anda mungkin juga menyukai