Anda di halaman 1dari 4

MINI PROPOSAL

METODOLOGI PENELITIAN

SAUFILIANA NESIA
NIM. 200STYC21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN JENJANG S1 KEPERAWATAN
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardwinoto dan Setia Budhi, 1999 ; 8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994). Oleh karena itu tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural yang disebut penyakit degeneratif yang
menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal
(Darmojo dan Martono, 1999 ; 4).
Data World Organization (WHO) menyebutkan bahwa hipertensi
menyerang 22% penduduk dunia, dan mencapai 36% angka kejadian di Asia
Tenggara. Hipertensi juga menjadi penyebab kematian di Indonesia tahun
2016 (Anitasari, 2019). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang
dilakukan Kementerian Kesehatan tahun 2018 menghasilkan peningkatan
kejadian hipertensi dibandingkan hasil pada tahun 2013. Prevalensi kejadian
hipertensi berdasarkan hasil Rikesdas 2018 adalah 34,1%. Angka tersebut
lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang menyentuh angka prevalensi
25,8%. Hasil tersebut merupakan kejadian hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran tekanan darah pada masyarakat Indonesia berusia 18 tahun ke
atas (kementerian Kesehatan RI, 2018).
Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah seseorang di
atas normal yang dapat mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Sumartini, Zulkifli dan
Adhitya, 2019) hingga saat ini hipertensi masih menjadi masalah kesehatan
yang cukup besar untuk tetap di atasi. Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi
NTB tahun 2018 menunjukkan bahwa penyakit terbanyak peringkat kedua di
Puskesmas di Provinsi NTB tahun 2018 adalah hipertensi sebanyak 214.080
jiwa. Diperkirakan penderita hipertensi usia ≥18 tahun di provinsi NTB
sebanyak 358.110 jiwa dan mendapatkan pelayanan sebesar 56.107 jiwa.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di beberapa dusun
yang ada di Desa Derman Sari. Dusun Rungkang Jangkuk didapatkan data
jumlah lansia yang menderita hipertensi sebanyak 80 orang dari jumlah lansia
yang ada yaitu 120 orang, di dusun Sayang Daye didapatkan data jumlah
lansia yang hipertensi sebanyak 85 orang dari jumlah lansia yang ada
sebanyak 115 orang dan terakhir di dusun Sayang Lauk didapatkan data
jumlah lansia dengan hipertensi sebanyak 94 dari jumlah lansia yang ada yaitu
116 orang. Responden yang digunakan yaitu 60 responden yang dimana
diambil dari tiga dusun, didusun Rungkang Jangkuk sebanyak 15 orang,
didusun Sayng Daye sebanyak 15 orang dan di dusun Sayang Lauk sebanyak
30 orang.
Faktor penyebabnya karena gaya hidup yang kurang sehat seperti
merokok, kurang berolahraga, kurang mengkonsumsi sayur-mayur, stress,
kurang tidur, serta mengkonsumsi garam yang berlebih. Peneliti melakukan
wawancara terhadap 5 lansia. Dari jumlah tersebut 4 orang diantaranya
tingkat kepatuhan minum obat yang rendah karena penderita hipertensi tidak
rutin dalam minum obat dan 3 diantaranya kurangnya dalam melakukan
pemeriksaan untuk mengontrol tekanan darah di pelayanan kesehatan seperti
Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik dikarenakan takut untuk mengetahui
penyakit yang dideritanya.
Banyak faktor resiko sebagai penyebab penyakit hipertensi. Adapun
faktor resiko terjadinya hipertensi dapat di bedakan atas faktor resiko yang
tidak dapat diubah (seperti keturunan atau genetik, jenis kelaminm dan umur)
dan faktor resiko yang dapat diubah seperti kegemukan atau obesitas, kurang
olahraga atau aktivitas fisik, merokok, stress, konsumsi alkohol dan konsumsi
garam. (Suramaha, 2018).
Peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi dapat disebabkan
oleh peningkatan stress, obesitas, asupan makanan (diit) tinggi natrium,
maupun kepatuhan menjalankan terapi. Oleh karena itu, tindakan yang dapat
dilakukan untuk mencegah peningkatan tekanan darah pada penderita
hipertensi adalah minum obat secara teratur dan menjalankan gaya hidup
sehat, seperti mengatur pola makan (diit), mengurangi asupan makanan tinggi
natrium, diit tinggi serat, mengkomsumsi buah-buahan dan sayuran untuk
mempertahankan berat badan, dan untuk menurunkankadar kolesterol
(Ridwan, 2009).
Keluarga merupakan lingkungan terdekat yang dapat memberikan
pengasuhan untuk meningkatkan kenyamanan dan ketahanan fisik penderita
hipertensi sehingga dapat menjadi pendukung utama dalam perawatan
penyakitnya. Dukungan keluarga yang diperlukan oleh penderita hipertensi
dapat berupa motivasi untuk menjalankan pengobatan secara teratur,
informasi terkait penyakit, bimbingan, dan dukungan emosional maupun
finansial. Dukungan keluarga ini sangat diperlukan agar pasien lebih
memperhatikan penyakitnya (Sulistyana, 2017). Dukungan keluarga yang
efektif akan sangat membantu penderita melakukan perawatan secara optimal,
seperti kontrol ke dokter dan minum obat secara teratur, serta perubahan gaya
hidup (Cahyanto, 2010).
Berdasarkan jurnal dan data yang didapatkan maka akan digunakan untuk
melakukan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai