Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

N
DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DALAM
PENERAPAN PEMBERIAN REBUSAN BUNCIS
TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA
DARAH DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS JABI KOTA
BATAM TAHUN 2020

Karya Tulis Ilmiah Profesi

FILZA FADHILA
736080719060

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUSI KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lansia adalah suatu proses yang dialami yang tidak dapat dihindari

oleh manusia. Lansia ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan

kehidupan seksual. Gejala-gejala kemunduran fisik seperti merasa cepat

capek, stamina menurun, badan membongkok, kulit keriput, rambut

memutih, gigi mulai rontok, fungsi panca indra menurun, dan pengapuran

pada tulang rawan (Maramis, 2016).

Laju penuaan populasi di seluruh dunia juga meningkat secara

dramatis. Prancis memiliki hampir 150 tahun untuk beradaptasi dengan

perubahan dari 10% menjadi 20% dalam proporsi populasi yang lebih tua

dari 60 tahun. Namun, tempat-tempat seperti Brasil, Cina, dan India akan

memiliki waktu lebih dari 20 tahun untuk membuat adaptasi yang sama.

(WHO Ageing and Health, 2018).

Menurut data dari Kemenkes 2018 menunjukkan bahwa penduduk

lanjut usia di Indonesia pada tahun 2018 berjumlah 15.718.696 jiwa,

terdiri dari laki-laki 7.830.425 jiwa dan perempuan 7.888.271 jiwa

(Kemenkes RI, 2018. Data dan Informasi Demografi).

Kepulauan Riau terdiri dari 5 kabupaten dan 2 kota dengan jumlah

penduduk 1.988.792 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 51,41%, perempuan

48,59% dari jumlah penduduk kepri tersebut didapatkan 3,9% lansia

2
3

yaitu 77,563% jiwa, terdiri dari laki-laki 41,576 jiwa dan

perempuan 35,987 jiwa (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kepri, 2017).

Kota Batam merupakan bagian dari wilayah Provinsi Kepri dan

merupakan kota dengan jumlah penduduk lebih banyak dari kabupaten

kota lain di Kepri, begitu pula untuk jumlah penduduk lansia (usia 60-70

tahun). Jumlah penduduk kota Batam 2018 adalah sebanyak 514.638

jiwa yang terdiri dari laki-laki 26.242 jiwa dan jumlah perempuan

25.221 jiwa. Jumlah lansia di kota Batam pada tahun 2018 sebanyak

17.865 jiwa dengan jumlah lansia tertinggi di puskesmas Batu Aji Kota

Batam sebanyak 7.267 jiwa. (Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2018.

Bidang Kesehatan Masyarakat)

Secara umum, masalah yang terjadi pada lansia meliputi masalah

kesehatan fisik dan psikologis, masalah kesehatan fisik yang sering

ditemui pada lansia berupa penyakit kronis yang kadang timbul secara

akut dan akan diderita sampai meninggal, antara lain, penyakit

kardiovaskuler, stroke, penyakit paru-paru, arthritis dan salah satunya

Diabetes Mellitus. (Haerunisa, 2016).

Prevelensi Lansia dengan penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di

Indonesia menduduki 10,3 juta dan akan terus mengalami peningkatan dan

mencapai 16,7 juta pada tahun 2045 (Riskesdas, 2017).

Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas

tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara

efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Insulin adalah hormon


4

yang mengatur gula darah. Hiperglikemia, atau peningkatan gula darah,

adalah efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan seiring waktu

menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, terutama saraf

dan pembuluh darah. (WHO Diabetes, 2020).

Jumlah penderita diabetes meningkat dari 108 juta pada tahun 1980

menjadi 422 juta pada tahun 2014. Prevalensi telah meningkat lebih cepat

di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di

negara-negara berpenghasilan tinggi. Diabetes adalah penyebab utama

kebutaan, gagal ginjal, serangan jantung, stroke dan amputasi anggota

tubuh bagian bawah. Antara tahun 2000 dan 2016, ada peningkatan 5%

dalam kematian dini akibat diabetes. (WHO Diabetes, 2020)

Pada tahun 2019, diperkirakan 1,5 juta kematian disebabkan

langsung oleh diabetes. 2,2 juta kematian lainnya disebabkan oleh

glukosa darah tinggi pada tahun 2012. Pola makan yang sehat, aktivitas

fisik yang teratur, menjaga berat badan normal dan menghindari

penggunaan tembakau adalah cara untuk mencegah atau menunda

timbulnya diabetes tipe 2. (WHO Diabetes, 2020).

Indonesia merupakan urutan ke tujuh sebagai negara dengan

penderita diabetes mellitus terbanyak di dunia yaitu sebanyak 10,7 juta

penderita. Angka ini diperkirakan akan terus mengalami peningkatan

pada tahun 2030 menjadi 13,7 juta dan pada tahun 2045 menjadi 16,6 juta

penderita diabetes mellitus. (International Diabetes Federation, 2019).


5

Provinsi dengan capaian tertinggi untuk pelayanan kesehatan

penderita diabetes mellitus adalah dengan capaian 100% .Provinsi

Kepulauan Riau mencapai 94% (Sumber : Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2020

dalam Profil Kesehatan Indonesia 2019)

Di Provinsi Kepulauan Riau didapatkan data tahun 2013 pada

kasus diabetes mellitus tipe 2 pada lanjut usia memiliki persentase 1,3%

dan mengalami peningkatan pada tahun 2018 dengan persentase 1,7%

(Infodatin, 2018). Di Kota Batam penyakit Diabetes Mellitus pada lanjut

usia termasuk dalam 10 penyaki tertinggi dengan persentase sebanyak

21,99% dan menduduki urutan kedua dari 10 penyakit tidak menular

lainnya (Dinas Kesehatan Kota Batam, 2019).

Dari 20 puskesmas di Kota Batam, Wilayah tertinggi pertama pada

penderita lansia dengan Diabetes Mellitus tipe 2 didapatkan di Puskesmas

Sekupang sebanyak 997 kasus, yang terdiri dari 5 kelurahan yaitu: Sei

Harapan 234 kasus, Patam lestari 221 kasus, Tanjung riau 214 kasus,

Tiban Indah 196 kasus, dan Tanjung Pinggir 132 kasus (Puskesmas

sekupang, 2019) dan wilayah tertinggi kedua pada penderita lansia dengan

Diabetes Mellitus tipe 2 didapatkan di Puskesmas Tiban baru sebanyak

980 kasus. (Dinas Kesehatan Kota Batam, 2019).

Terapi yang dapat diberikan untuk Diabetes Melitus adalah terapi

farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi dari golongan

spesifik yaitu, Acarbose (menghambat absorbsi glukosa di usus),

Sulfonilurea (merangsang sel beta pankreas untuk memproduksi insulin),

Biguanid (menurunkan fibrinogen plasma). Maka hal utama yang


6

diperlukan adalah pengendalian Diabetes Melitus dengan pedoman 4 pilar

pengendalian Diabetes Melitus yang terdiri dari edukasi, pengaturan

makan, olahraga, kepatuhan pengobatan. Dengan tujuan agar penderita

diabetes melitus dapat hidup lebih lama, karena kualitas hidup kebutuhan.

Diet adalah terapi non farmakologi pada Diabetes Melitus maka

setiap penderita seharusnya mempunyai sikap yang positif (mendukung)

terhadap diet agar tidak terjadi komplikasi baik akut maupun kronis.

Untuk mempertahankan kualitas hidup dan menghindari komplikasi dari

Diabetes Melitus tersebut maka setiap penderita harus menjalankan gaya

hidup yang sehat, yaitu menjalankan diet Diabetes Melitus dan olahraga

yang teratur. (nita et.al.2018)

Salah satu diet DM yaitu dengan mengonsumsi rebusan buncis.

Buncis (Phaseolus vulgaris) merupakan salah satu bahan makanan jenis

sayuran kacang-kacangan yang biasa dikonsumsi. Buncis (Phaseolus

vulgaris) mendapat perhatian lebih sebagai makanan yang kaya akan

Phytochemical yang bermanfaat bagi kesehatan antara lain, flavonoid,

kuercetin, steroid, terpenoid dan tripsin inhibitor. Buncis (Phaseolus

vulgaris) juga bagus sebagai sumber asam amino esensial, dan membantu

dalam pengaturan gula darah (nita et.al.2018)

Berdasarkan Hasil penelitian yang di lakukan oleh (nita et.al.2018)

menunjukkan bahwa ada pengaruh rebusan buncis terhadap kadar gula

darah. Rebusan buncis diberikan pada pagi hari dengan berat 600 gr.

Dilakukan selama 3-7 hari. Rebusan buncis dapat menurunkan kadar gula

darah pada penderita Diabetes mellitus.


7

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh tutut,dkk (2020)

didapatkan hasil bahwa adanya pengaruh mengkonsumsi Buncis

(Phaseolus Vulgaris L) terhadap perubahan kadar gula darah pasien di

Wilayah Kerja Puskesmas Gambirsari menunjukkan bahwa ada pengaruh

konsumsi buncis dengan kadar gula darah. Buncis (Phaseolus Vulgaris L)

merupakan salah satu tanaman yang mengandung fitosterol yaitu β-

sitosterol dan stigmasterol yang berkhasiat sebagai diuretic, merangsang

pankreas untuk memproduksi insulin.

Dampak yang muncul akibat diabetes mellitus jika tidak diatasi

adalah meningkatnya penyakit ginjal dan kebutaan pada usia di bawah 65

tahun, dan juga amputasi. Selain itu, diabetes juga menjadi penyebab

terjadinya amputasi, disabilitas, hingga kematian. Dampak lain dari

diabetes adalah mengurangi usia harapan hidup sebesar 5-10 tahun.

Diabetes dan komplikasinya membawa kerugian ekonomi yang besar bagi

penderita diabetes dan keluarga mereka, sistem kesehatan dan ekonomi

nasional melalui biaya medis langsung, kehilangan pekerjaan dan

penghasilan (Infodatin, 2018).

Untuk mengendalikan diabetes Kementerian Kesehatan sendiri

telah membentuk 13.500 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) untuk

memudahkan akses warga melakukan deteksi dini penyakit diabetes.

Selain itu Menteri Kesehatan menghimbau masyarakat untuk melakukan

aksi CERDIK, yaitu dengan melakukan: Cek kesehatan secara teratur

untuk megendalikan berat badan, periksa tensi darah, gula darah, dan

kolesterol secara teratur. Enyahkan asap rokok dan jangan merokok. Rajin
8

melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, seperti berolah raga,

dan berjalan kaki. Upayakan dilakukan dengan baik, benar, teratur dan

terukur. Diet yang seimbang dengan mengkonsumsi makanan sehat dan

gizi seimbang, konsumsi buah sayur minimal 5 porsi per hari, sedapat

mungkin menekan konsumsi gula hingga maksimal 4 sendok makan atau

50 gram per hari, hindari makanan/minuman yang manis atau yang

berkarbonasi. Istirahat yang cukup. Kelola stress dengan baik dan benar.

Penatalaksanaan dengan terapi non farmakologis sangat dianjurkan

karena tidak menimbulkan efek samping, selain itu juga dapat digunakan

sebagai salah satu cara untuk menjadikan lansia dapat menjaga

kesehatannya secara mandiri (Nurrahmani, 2012 dalam Utami 2017)

Berdasarkan dari uraian di atas, peneliti tertarik ingin meneliti

tentang “Asuhan Keperawatan gerontik pada Ny.N dengan diabetes

mellitus tipe 2 dalam penerapan pemberian rebusan buncis terhadap

penurunan kadar gula darah diwilayah kerja Puskesmas Jabi Kota Batam

Tahun 2020 ”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah “Asuhan Keperawatan gerontik pada Ny.N dengan

diabetes mellitus tipe 2 dalam penerapan pemberian rebusan buncis

terhadap penurunan kadar gula darah diwilayah kerja Puskesmas Jabi Kota

Batam Tahun 2020?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


9

Melakukan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes mellitus tipe

II. Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan secara

komprehensif dan sesuai standar asuhan keperawatan dan terjadi

penurunan kadar gula darah dengan diterapkannya terapi rebusan

buncis terhadap pasien diabetes mellitus tipe II di Wilayah Kerja

Puskesmas Jabi Kota Batam Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian terhadap pasien diabetes

mellitus dengan mengumpulkan semua data baik secara

anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

yang dibutuhkan untuk menilai keadaan pasien secara

menyeluruh pada pasien dengan diabetes mellitus tipe II di

Wilayah Kerja Puskesmas Jabi Kota Batam Tahun 2020.

1.3.2.2 Mampu merumuskan diagnosa keperawatan dan

memprioritaskan masalah pada pasien dengan diabetes

mellitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Jabi Kota

Batam Tahun 2020.

1.3.2.3 Mampu membuat tindakan keperawatan yang akan di

berikan kepada pasien diabetes mellitus tipe II dengan

penerapan rebusan buncis untuk penurunan kadar gula

darah di Wilayah Kerja Puskesmas Jabi Kota Batam Tahun

2020.

1.3.2.4 Mampu melaksanakan implementasi asuhan keperawatan

pada pasien diabetes mellitus tipe II dengan penerapan


10

pemberian rebusan buncis untuk menurunkan kadar gula

darah di Wilayah Kerja Puskesmas Jabi Kota Batam Tahun

2020.

1.3.2.5 Mampu melaksanakan evaluasi dari implementasi asuhan

keperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe II dengan

penerapan pemberian rebusan buncis untuk menurunkan

kadar gula darah di Wilayah Kerja Puskesmas Jabi Kota

Batam Tahun 2020.

1.3.2.6 Mampu mendokumentasikan hasil dari evaluasi asuhan

keperawatan keperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe

II dengan penerapan pemberian rebusan buncis untuk

menurunkan kadar gula darah di Wilayah Kerja Puskesmas

Jabi Kota Batam Tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

pengembangan konsep ilmu pengetahuan asuhan keperawatan

dibidang keperawatan gerontik dan pendidikan kesehatan untuk

meningkatkan pengetahuan tentang terapi non-farmakologi berupa

rebusan buncis bagi pasien diabetes mellitus tipe II.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Peneliti

Bermanfaat untuk menambah pengetahuan, pengalaman,

wawasan dalam melaksanakan penelitian tentang terapi non-


11

farmakologi berupa rebusan buncis terhadap penurunan kadar

gula darah pada pasien diabetes melitus

1.4.2.2 Bagi Pasien Dan Keluarga

Diharapkan pemberian asuhan keperawatan ini dapat

memberikan informasi kepada lansia mengenai masalah

diabetes mellitus yang sering terjadi pada lansia dan terapi

non-farmakologi berupa rebusan buncis yang bermanfaat

untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes

mellitus.

1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Manfaat praktis bagi instansi akademik yaitu dapat digunakan

sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk

mengembangkan ilmu tetang asuhan keperawatan pada lansia

dengan diabetes mellitus.

1.4.2.4 Bagi Mahasiswa

Manfaat penulisan karya ilmiah bagi pembaca yaitu menjadi

sumber referensi dan informasi bagi orang yang membaca

karya tulis ilmiah ini supaya mengetahui dan lebih

memahami bagaimana terapi Non-farmakologi pada lansia

penderita diabetes mellitus.

1.4.2.5 Lahan Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan dan masukan

untuk menerapkan pemberian rebusan buncis pada lansia

penderita diabetes mellitus.


12

Anda mungkin juga menyukai