Anda di halaman 1dari 12

Vol 3. No.

1 (2021) : Januari

HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA DAN PERILAKU


SEDENTARI TERHADAP KEJADIAN DIABETES MELITUS

RELATIONSHIP OF FAMILY HISTORY AND SEDENTARI


BEHAVIOR TO THE INCIDENCE OF DIABETES MELLITUS

Irwan 1), Fitriyanti Ahmad 2), Sirajuddien Bialangi3)


1
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo
Email : irwandel@yahoo.com
2
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo
Email : fitriyanti.fa50@gmail.com
3
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo
Email : sirajuddienbialangi@yahoo.com

Abstrak

Diabetes Melitus menjadi ancaman serius bagi masalah kesehatan manusia pada abad ke-21.
Negara Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang memiliki jumlah penderita diabetes
melitus yang cukup tinggi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan Cross sectional. Populasi adalah 126 orang dan jumlah sampel sebanyak 84 orang yang
ditentukan menggunakan teknik Purposive Sampling. Analisis data menggunakan analisis univariat dan
analisis bivariat menggunakan uji chi-square.
Hasil uji chi-square antara riwayat keluarga diabetes dengan diabetes melitus diperoleh nilai p
value 0,000 p<0,05 dan α=0,05 yang berarti ada hubungan antara riwayat keluarga diabetes dengan
diabetes melitus. Hasil analisis antara perilaku sedentari dengan diabetes melitus diperoleh nilai p value
0,000 p<0,05 dan α=0,05 yang berarti ada hubungan antara perilaku sedentari dengan diabetes melitus.
Simpulan terdapat hubungan riwayat keluarga diabetes dan perilaku sedentari dengan
diabetes melitus. Disarankan untuk pihak puskesmas agar kiranya dapat meningkatkan upaya promotif
dan preventif terhadap Penyakit Tidak Menular terutama untuk penyakit diabetes melitus untuk
mencegah faktor risiko yang menyebabkan penyakit diabetes melitus.

Kata kunci : Diabetes Melitus, Perilaku sedentari, Riwayat keluarga

Abstract

Diabetes mellitus poses a serious threat to human health problems in the 21st century. The country
of Indonesia is a developing country that has a high number of people with diabetes mellitus. The formulation
of the problem in this study is whether family history of diabetes and sedentary behavior is related to the
incidence of diabetes mellitus in the City Health Center of the South. The purpose of this study was to
determine the relationship of family history of diabetes and sedentary behavior with diabetes mellitus in the
City of South Health Center.
This research was an observational analytic study with a cross sectional approach. The population
was 126 people and a total sample of 84 people. The population was determined using the purposive
sampling technique. Data analysis using univariate analysis and bivariate analysis using chi-square test.
Chi-square test results between family history of diabetes and diabetes mellitus obtained p value of
0,000 p <0.05 and α = 0.05 which means there is a relationship between family history of diabetes and
diabetes mellitus. The results of analysis between sedentary behavior with diabetes mellitus obtained p
values of 0,000 p <0.05 and α = 0.05 which means there is a relationship between sedentary behavior and
diabetes mellitus.
Conclusion there is a relationship between family history of diabetes and sedentary behavior with
diabetes mellitus. It is recommended for the puskesmas so that it can increase the promotion and prevention
of non-communicable diseases, especially for diabetes mellitus to prevent risk factors that cause diabetes
mellitus.

Keywords: Diabetes mellitus, sedentary behavior, family history

103
Vol 3. No. 1 (2021) : Januari

1. PENDAHULUAN penduduk Indonesia yang berusia


Pada umumnya kelompok diatas 10 tahun dikategorikan sebagai
penyakit terbagi menjadi 2 yaitu aktivitas fisik yang kurang. Angka
penyakit menular dan penyakit tidak tersebut meningkat sebesar 7,4% dari
menular, Penyakit Tidak Menular hasil Riskesdas sebelumnya tahun
(PTM) merupakan salah satu jenis 2013 yaitu 26,1%.
kelompok penyakit yang memberi Berdasarkan data Riset Kesehatan
beban terhadap berbagai masalah Dasar data prevalensi diabetes melitus
kesehatan tersendiri karena berdasarkan diagnosis dokter pada
keberadaannya umum, tersebar di penduduk umur ≥15 tahun menurut
seluruh Negara di dunia dan menjadi Provinsi tahun 2018 menunjukkan
penyebab utama kematian serta sukar bahwa prevalensi diabetes Melitus
untuk dikendalikan (1). Kasus PTM Provinsi Gorontalo menduduki
makin hari makin meningkat karena peringkat ke-8 dari seluruh Provinsi
semakin meningkatnya frekuensi yang ada di Indonesia yaitu sebesar
kejadian kesakitan pada masyarakat. 2,4%. Di Indonesia, penderita
Peningkatan ini terutama terjadi pada diabetes terbesar berada pada rentang
jenis penyakit tertentu seperti kelompok usia 55-64 tahun (6,3%)
penyakit diabetes, stroke dan dan 65-74 tahun (6,0%), paling
hipertensi (2) (3). banyak diderita oleh perempuan
Menurut World Health (1,8%), paling banyak terjadi pada
Organization (WHO) kasus penyakit masyarakat perkotaan (1,9%) dan
tidak menular terus mengalami lebih banyak diderita oleh masyarakat
peningkatan setiap tahunnya, tahun yang pekerjaannya kantoran (4,2%)
2015 PTM tercatat sebesar 70% atau dan tidak bekerja (2,9%) dengan
56,4 juta kematian di dunia (4). Di kategori aktivitas fisik yang dilakukan
Indonesia upaya yang dilakukan tergolong ringan (33,5%) (6).
untuk mencegah dan menekan angka Berdasarkan data sekunder Dinas
kejadian PTM adalah melalui Kesehatan Provinsi Gorontalo
pengendalian faktor risiko seperti Prevalensi kasus diabetes Melitus di
hipertensi, obesitas, kolesterol dalam Provinsi Gorontalo mengalami
darah, dan peningkatan kadar peningkatan selama 3 tahun terakhir
glukosa darah (5) (6). yaitu pada tahun 2017 sebesar 3,5%,
Penelitian organisasi kesehatan tahun 2018 sebesar 5,1% dan tahun
dunia (WHO) menyatakan bahwa 2019 sebesar 7,4%. Selain itu,
gaya hidup duduk terus menerus berdasarkan data pada tahun 2019
dalam bekerja menjadi penyebab 1 prevalensi penderita diabetes melitus
dari kematian 10 kematian dan di Kota Gorontalo menduduki
kecacatan di dunia dan lebih dari dua peringkat kedua setelah Kabupaten
juta kematian setiap tahunnya Gorontalo dari seluruh Kabupaten/
disebabkan oleh kurangnya aktivitas Kota yang ada di Provinsi Gorontalo
fisik (sedentari) atau kurang bergerak yaitu sebanyak 2.881 kasus (5,6%).
(7). Data Riset Kesehatan Dasar tahun Berdasarkan data Dinas
2018 menunjukkan bahwa sebanyak Kesehatan Kota Gorontalo tahun
33,5%

104
Vol 3. No. 1 (2021) : Januari

2019, Puskesmas Kota Selatan hidup dan cek gula darah tidak
menduduki peringkat ke-3 setelah dilakukan.
Puskesmas Dungingi dan Puskesmas Hasil wawancara tentang perilaku
Dumbo Raya yang merupakan sedentari (aktivitas fisik ringan)
Puskesmas dengan prevalensi didapatkan bahwa dari 10 orang
diabetes melitus yaitu sebanyak 640 terdapat 8 orang (80%) yang
kasus (16,2%). Data sekunder melakukan perilaku sedentari selama
Puskesmas Kota Selatan ≥6 jam perhari dan 2 orang (20%)
menunjukkan bahwa prevalensi kasus melakukan perilaku sedentari selama
diabetes melitus dalam kurun waktu 3 <6 jam. Perilaku sedentari adalah
tahun terakhir mengalami perilaku duduk ataupun berbaring
peningkatan yang signifikan yaitu dalam sehari-hari baik di tempat kerja
tahun 2017, tahun 2018 dan tahun (kerja di depan komputer, membaca,
2019 masing-masing berjumlah 135 dll), di rumah (nonton TV, main
kasus (6,5%), 468 kasus (7,8%) dan game, dll), di perjalanan/ transportasi
765 kasus (19,4%). (bus, kereta, mobil, motor), tetapi
Berdasarkan studi pendahuluan tidak termasuk waktu tidur. Perilaku
oleh peneliti di Puskesmas Kota sedentari merupakan perilaku
Selatan yang dilakukan dengan berisiko terhadap terjadinya penyakit
mengambil 10 sampel didapatkan jantung, penyumbatan pembuluh
bahwa dari 10 sampel yang darah, kadar gula darah dan bahkan
melakukan cek dan kontrol kesehatan dapat mempengaruhi usia harapan
terdapat 8 orang (80%) penderita hidup (8).
diabetes melitus dan 2 orang (20%) Dalam penelitian ini, peneliti
bukan penderita diabetes melitus. mengidentifikasi perilaku sedentari
Sampel terdiri dari 3 kategori usia menggunakan kuesioner berdasarkan
yaitu usia pertengahan 45-59 tahun 11 jenis aktifitas sedentari pada hari
sebanyak 3 orang (30%), usia lansia senin-minggu yaitu duduk selama
60-74 tahun sebanyak 5 orang (50%) bekerja, berdiri selama bekerja,
dan usia lansia tua 75-90 tahun menonton TV sambil duduk/
sebanyak 2 orang (20%). Ber- berbaring, mengobrol secara langsung
dasarkan hasil wawancara tentang sambil duduk santai, mengobrol
faktor risiko riwayat keluarga sambil duduk sambil duduk
diabetes didapatkan bahwa dari 10 bersamaan dengan makan atau
sampel terdapat 6 orang (60%) yang mengkonsumsi makanan ringan,
memiliki riwayat keluarga diabetes mendengarkan radio, menggunakan
dan 4 orang (40%) tidak memiliki handphone, menggunakan trans-
riwayat keluarga diabetes. Dari hasil portasi, menggunakan alat canggih,
wawancara juga Penderita diabetes melakukan hobi dan membaca
mengatakan bahwa sebelum mereka majalah/koran. Masalah aktivitas fisik
terdiagnosis mengidap diabetes ringan merupakan salah satu
mereka tidak mengetahui bahwa penyebab tingginya kadar gula darah
penyakit diabetes adalah jenis pada peserta prolanis, hal tersebut
penyakit yang terpaut oleh gen dibuktikan dengan rendahnya
keluarga, sehingga upaya pen- partisipasi Peserta prolanis dalam
cegahan melalui perbaikan gaya melakukan senam prolanis yang

105
Vol 3. No. 1 (2021) : Januari

diselenggarakan oleh Puskesmas Populasi dalam penelitian ini


Kota Selatan disetiap kegiatan yaitu seluruh Peserta prolanis di
Prolanis. Puskesmas Kota Selatan yang yaitu
Berdasarkan uraian tersebut 126 orang.
peneliti tertarik untuk melakukan Penentuan jumlah sampel
kajian penelitian lebih lanjut tentang didasarkan dengan perhitungan
“Hubungan Riwayat Keluarga statisitik yaitu dengan menggunakan
Diabetes dan Perilaku Sedentari rumus Slovin.
dengan Kejadian Diabetes Melitus Hasil perhitungan menunjukkan
pada Peserta Prolanis di Puskesmas bahwa jumlah sampel penelitian
Kota Selatan”. adalah 96 orang, sehingga sampel
2. METODE penelitian berjumlah 96 peserta
Penelitian ini di laksanakan di prolanis yang aktif di Puskesmas Kota
Puskesmas dan di Wilayah Kerja Selatan.
Puskesmas Kota Selatan yaitu di Teknik pengambilan sampel dalam
Kelurahan Limba B, Limba U1, penelitian ini ialah menggunakan
Limba U2, Biawu dan Biawao. Waktu teknik purpossive sampel. Sampel
penelitian ini yaitu dilaksanakan pada dalam penelitian adalah Peserta
bulan april-juni tahun 2020. prolanis yang didapat berdasarkan
Jenis penelitian ini menggunakan data sekunder. Agar karakteristik
metode kuantitatif dengan studi sampel tidak akan menyimpang dari
observasional analitik dan desain populasi, maka dalam penelitian ini
penelitian menggunakan rancangan ditentukan kriteria inklusi dan
Cross Sectional (9). eksklusi yang berlaku untuk sampel
yaitu sebagai berikut :
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian melitus pada peserta prolanis di
3.1.1 Hasil Analisis Bivariat Puskesmas Kota Selatan dapat dilihat
1. Hubungan Riwayat Keluarga pada tabel 3.8 berikut ini:
Diabetes dengan Kejadian Tabel 3.8 Hubungan Riwayat
Diabetes Melitus pada Peserta Keluarga Diabetes dengan
Prolanis di Puskesmas Kota Kejadian Diabetes Melitus
Selatan pada Peserta Prolanis Di
Hubungan riwayat keluarga Puskesmas Kota Selatan
diabetes dengan kejadian diabetes

Kategori Diabetes Melitus


Riwayat
N Diabetes Bukan Diabetes Total x2
Keluarga
o Melitus Melitus P value
Diabetes
n % n % n %
1 Ya 42 97,7 1 2,3 43 100,0
47,797
2 Tidak 10 24,4 31 75,6 41 100,0
(0,000)
Total 52 61,9 32 38,1 84 100,0
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 43 orang (100,0%)
peserta prolanis yang memiliki riwayat keluarga diabetes terdapat 42 orang (97,7%)
peserta prolanis dengan diabetes melitus dan 1 orang (2,3%) peserta prolanis yang

106
Vol 3. No. 1 (2021) : Januari

bukan diabetes. Sedangkan dari 41 orang (100,0%) yang tidak memiliki riwayat
keluarga diabetes terdapat 10 orang (24,4%) peserta prolanis dengan diabetes
melitus dan 31 orang (75,6%) peserta prolanis yang bukan diabetes melitus di
Puskesmas Kota Selatan Kota Gorontalo. Berdasarkan uji statistik Chi-Square
diperoleh hasil P value 0,000 (P ≤ 0,05) dengan tingkat kemaknaan α = 0,05
menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat keluarga diabetes dengan
diabetes melitus pada peserta prolanis di Puskesmas Kota Selatan Kota Gorontalo.

2. Hubungan Perilaku Sedentari dengan Kejadian Diabetes Melitus pada Peserta


Prolanis di Puskesmas Kota Selatan
Hubungan perilaku sedentari dengan kejadian diabetes melitus pada peserta
prolanis di puskesmas kota selatan dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut ini:
Tabel 3.9 Hubungan Perilaku Sedentari dengan Kejadian Diabetes Melitus pada
Peserta Prolanis Di Puskesmas Kota Selatan
Kategori Diabetes Melitus
Bukan
N Perilaku Diabetes Total x2
Diabetes
o Sedentari Melitus P value
Melitus
n % n % n %
1 ≥6 jam/hari 50 83,3 10 16,7 60 100,0
40,889
2 <6 jam/hari 2 8,3 22 91,7 24 100,0
0,000
Total 52 61,9 32 38,1 84 100,0
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 orang (100,0%)
peserta prolanis yang berperilaku sedentari ≥6 jam/hari terdapat 50 orang (83,3%)
peserta prolanis dengan diabetes melitus dan 10 orang (16,7%) peserta prolanis
yang bukan diabetes melitus. Sedangkan dari 24 orang (100,0%) peserta prolanis
yang berperilaku sedentari <6 jam/hari terdapat 2 orang (8,3%) peserta prolanis
dengan diabetes melitus dan 22 orang (91,7%) peserta prolanis yang bukan diabetes
melitus di Puskesmas Kota Selatan Kota Gorontalo. Berdasarkan uji statistik Chi-
Square diperoleh hasil P value 0,000 (P ≤ 0,05) dengan tingkat kemaknaan α = 0,05
menunjukkan bahwa ada hubungan antara perilaku sedentari dengan diabetes
melitus pada peserta prolanis di Puskesmas Kota Selatan Kota Gorontalo.

3.2 Pembahasan didapatkan oleh peneliti, peneliti


Jumlah populasi dalam hanya mendapatkan sampel sejumlah
penelitian ini yaitu berjumlah 126 84 orang. Hal tersebut terjadi karena
orang. Penentuan jumlah sampel saat peneliti melakukan penelitian
dihitung berdasarkan perhitungan sedang dalam masa pandemi covid-19
statistik yaitu menggunakan rumus sehingga peneliti mengalami
slovin dengan tingkat presisi adalah kesulitan dalam pengambilan sampel
5% dan didapatkan sampel penelitian berhubung sampel dalam penelitian
yaitu berjumlah 96 orang. Namun, ini adalah orang yang sudah berusia
saat melakukan pengambilan data 40 tahun keatas dan mempunyai
sampel yang didapat tidak memenuhi penyakit penyerta sehingga dapat
target sebanyak 12 sampel tidak beresiko untuk menularkan covid-19.

107
Vol 3. No. 1 (2021) : Januari

Selan itu, ketidaktercapaian mengidap diabetes melitus, secara


sampel dalam penelitian ini adalah genetik pengidap diabetes melitus
didasarkan pada kriteria inklusi dan akan mempengaruhi keturunannya
eksklusi yang sudah tercantum pada (10). Tranmisi genetik yang paling
bab III. Sampel yang termasuk kuat adalah terdapat pada diabetes
kriteria inklusi yaitu apabila sampel melitus, jika orang tua mengidap
bersedia menjadi responden dalam diabetes, maka 90% pasti membawa
penelitian ini (baik secara tatap muka carier diabetes dari orang tuanya,
maupun melalui kontak telepon) dan yang ditandai dengan kelainan sekresi
sampel yang termasuk kriteria insulin (12).
eksklusi yaitu apabila sampel tidak Hasil penelitian menunjukkan
bersedia atau menolak menjadi bahwa responden yang memiliki
responden baik secara tata muka riwayat keluarga diabetes adalah lebih
(menolak untuk mengisi kuesioner) didominasi oleh orang dengan
maupun melalui telepon (panggilan diabetes melitus yaitu sebanyak 42
telepon tidak diangkat/diriject dan orang (97,7%) sedangkan responden
nomor handphone tidak aktif). yang tidak memiliki riwayat keluarga
Sehingga, dengan adanya kriteria adalah lebih didominasi oleh orang
inklusi dan eksklusi tersebut sampel yang bukan diabetes melitus yaitu
yang peneliti dapatkan tidak sebanyak 31 orang (75,6%). Hasil uji
mencapai target. statistik Chi-Square diperoleh hasil P
Dari 84 sampel yang peneliti value 0,000 (P ≤0,05) dengan tingkat
dapatkan, sebanyak 10 responden kemaknaan α = 0,05 menunjukkan
merupakan sampel yang diambil bahwa ada hubungan antara riwayat
sebelum pandemi covid-19 yaitu saat keluarga diabetes dengan diabetes
peneliti melakukan studi pendahuluan melitus pada peserta prolanis di
di Puskesmas Kota Selatan, kemudian Puskesmas Kota Selatan Kota
sebanyak 58 responden merupakan Gorontalo.
sampel yang diambil saat pandemi Berdasarkan hasil penelitian di
covid-19 yaitu melalui kontak telepon perolah hasil bahwa anggota keluarga
dan sebanyak 16 responden responden yang menderita diabetes
merupakan sampel yang diambil saat melitus adalah rata-rata anggota
pandemi covid-19 yaitu secara tatap keluarga terdekat yang memiliki
muka dengan mengunjungi langsung hubungan darah yaitu ayah ibu dan
rumah responden saat masa PSBB saudara kandung. Orang yang
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) mempunyai anggota keluarga yang
di Provinsi Gorontalo sudah mulai memiliki diabetes akan beresiko
dilonggarkan untuk beraktifitas diluar untuk mengalami diabetes melitus
rumah dengan menerapkan protokol juga, semakin dekat ikatan keluarga
kesehatan (10) (11). maka semakin besar pula risiko
3.2.1 Hubungan Riwayat Keluarga seseorang akan mengalami diabetes
Diabetes dengan Diabetes melitus.
Melitus Pada Peserta Prolanis Hasil penelitian ini sesuai
Di Puskesmas Kota Selatan dengan teori yang di kemukakan oleh
Riwayat keluarga merupakan Kurniadi dan Nurrahmani 2015
faktor risiko utama seseorang akan bahwa “orang yang memiliki sejarah

108
Vol 3. No. 1 (2021) : Januari

penyakit diabetes melitus dalam beresiko untuk menderita diabetes


keluarganya memiliki risiko yang melitus juga di bandingkan dengan
lebih tinggi untuk menderita diabetes orang yang tidak memiliki riwayat
juga. Semakin dekat hubungan keluarga diabetes melitus.
keluarga, maka semakin besar pula Dalam penelitian ini di
risiko untuk terkena penyakit dapatkan pula hasil bahwa sebanyak 1
diabetes. Fakta terbaru menunjukkan orang (2,3%) dari 43 responden yang
bahwa mereka yang memiliki ibu memiliki riwayat keluarga diabetes
pengidap diabetes akan memiliki melitus dari orang tuanya tetapi bukan
risiko terkena diabetes sebesar 3,4 penderita diabetes melitus, menurut
kali lipat, sedangkan mereka yang peneliti bahwa orang tersebut
memiliki ayah yang menderita memiliki pengetahuan yang baik
diabetes melitus memiliki tingkat tentang riwayat keluarga diabetes dan
risiko 3,5 kali lipat lebih tinggi. menerapkan pola hidup sehat dengan
Apabila kedua orang tuanya baik. Sebaliknya, sebanyak 10 orang
menderita diabetes, maka mereka (24,4%) dari 41 responden yang tidak
akan memiliki risiko untuk terkena memiliki riwayat keluarga mengalami
diabetes sebesar 6,1 kali lipat lebih diabetes melitus, menurut peneliti
tinggi dari salah satu orang tua yang bahwa orang tersebut mengalami
menderita” (13). diabetes melitus ditunjang oleh faktor
Selain itu hasil penelitian ini risiko lain yaitu faktor pola makan
juga sejalan dengan penelitian yang yang tidak baik dan aktivitas fisik
dilakukan oleh Jariana, Sudirman dan yang kurang.
Nur Afni tahun 2018 tentang faktor- Selain itu riwayat keluarga
faktor yang berhubungan dengan yang mempengaruhi terjadinya
terjadinya diabetes melitus pada diabetes melitus juga dipicu oleh
pasien rawat jalan di RSUD Mamuju tingkat pendidikan yang
Utara, berdasarkan uji statistik Chi- menggambarkan pengetahuan
Square antara hubungan riwayat responden tentang penyakit diabetes
keluarga dengan diabetes melitus di melitus yang dapat terpaut oleh
dapatkan hasil bahwa nilai P value riwayat keluarga, karena ada
0,021 (P ≤0,05) menunjukkan bahwa responden yang memiliki riwayat
ada hubungan antara riwayat keluarga keluarga diabetes sebelum menderita
diabetes dengan diabetes melitus pada diabetes melitus tidak mengetahui
pasien rawat jalan di RSUD Mamuju bahwa penyakit diabetes melitus
Utara (14). adalah penyakit yang bisa terpaut
Dari urain diatas peneliti dengan riwayat keluarga terdekat
berasumsi bahwa riwayat keluaga yang menderita diabetes melitus
diabetes memiliki hubungan dengan sehingga upaya preventif tidak
diabetes melitus pada Peserta prolanis dilakukan dengan baik. Namun ada
Di Puskesmas Kota Selatan Kota pula responden yang berpengatahuan
Gorontalo, orang yang memiliki baik tentang riwayat keluarga
keluarga yang menderita diabetes diabetes namun tidak melakukan pola
melitus terutama orang tua dan hidup yang sehat terutama dalam
saudara kandung yang memiliki menjaga pola hidup yang sehat,
hubungan darah akan lebih kuat peneliti berpendapat bahwa hal

109
Vol 3. No. 1 (2021) : Januari

tersebut dapat dipicu oleh tingkat bahwa ada hubungan antara tingkat
sosial ekonomi responden yang pengetahuan tentang diabetes melitus
sangat menunjang responden untuk dengan diabetes melitus tipe 2 di
melakukan perilaku yang lebih Puskesmas Prambana Klaten.
Pengetahuan mempengaruhi sikap dan
konsumtif.
perilaku seseorang, semakin baik tingkat
Hasil penelitian ini sejalan pengetahuan seseorang maka akan
dengan teori bahwa tingkat semakin baik tingkat pemahaman
pendidikan berpengaruh terhadap seseorang sehingga dapat mempengaruhi
terjadinya penyakit diabetes melitus. perilaku seseorang dalam menilai baik
Rendahnya pendidikan seseorang dan buruknya berperilaku dalam menjaga
menyebabkan kurangnya kadar gula darah.
pengetahuan tentang penyakit DM 3.2.2 Hubungan Perilaku
(15). Hal ini karena orang yang Sedentari dengan Diabetes
berpendidikan rendah tidak Melitus Pada Peserta Prolanis
mengetahui faktor-faktor risiko Di Puskesmas Kota Selatan
diabetes melitus sehingga mereka Perilaku sedentari adalah
tidak berjaga-jaga untuk tidak terkena perilaku duduk ataupun berbaring
diabetes melitus, berbeda dengan dalam sehari-hari baik di tempat kerja
orang yang memiliki pendidikan (kerja di depan komputer, membaca,
tinggi yang lebih mengetahui faktor- dll), di rumah (nonton TV, main
faktor risiko diabetes sehingga dapat game, dll), di perjalanan/transportasi
berjaga-jaga untuk tidak terkena (bus, kereta, mobil, motor), tetapi
diabetes melitus. Orang yang tidak termasuk waktu tidur. Perilaku
pendidikannya tinggi mempunyai sedentari merupakan perilaku berisiko
hubungan yang signifikan untuk tidak terhadap terjadinya penyakit jantung,
mengalami kejadian diabetes melitus penyumbatan pembuluh darah, kadar
dibanding orang yang pendidikannya gula darah dan bahkan dapat
rendah (16). Orang yang memiliki mempengaruhi usia harapan hidup
pendidikan yang tinggi biasanya akan (13).
memiliki banyak pengetahuan dan Hasil penelitian menunjukkan
biasanya orang tersebut akan bahwa responden yang berperilaku
memiliki kesadaran dalam menjaga sedentari ≥6 jam/hari didominasi oleh
kesehatannya sehingga risiko untuk peserta prolanis yang diabetes melitus
terkena penyakit diabetes dapat yaitu 50 orang (83,3%), sedangkan
terhindari walaupun mempunyai responden yang berperilaku sedentari
riwayat keturunan diabetes (11). <6 jam/hari didominasi oleh peserta
Selain itu, hasil penelitian ini prolanis yang bukan diabetes melitus
sejalan dengan penelitian yang dilakukan yaitu 22 orang (91,7%). Hasil uji
oleh Anita Fajar Wati tahun 2018 tentang statistik Chi-Square diperoleh hasil P
hubungan tingkat pengetahuan tentang value 0,000 (P ≤ 0,05) dengan tingkat
diabetes melitus dengan perilaku gaya kemaknaan α = 0,05 menunjukkan
hidup pasien diabetes melitus tipe 2 di
bahwa ada hubungan antara perilaku
Puskesmas Prambanan Klaten yang
menunjukkan hasil uji statistik sebesar sedentari dengan diabetes melitus
0,287 dengan taraf signifikan p value pada peserta prolanis di Puskesmas
sebesar 0,038 (p<005) yang berarti Kota Selatan Kota Gorontalo.

110
Vol 3. No. 1 (2021) : Januari

Berdasarkan hasil penelitian bentuk lemak dan gula sehingga


bahwa responden dalam aktivitas setiap orang dianjurkan untuk dapat
sehari-hari responden memang paling berolahraga atau melakukan aktifitas
dominan kurang melakukan aktivitas sedang dan berat minimal 30
fisik. Hal tersebut dikarenakan menit/hari atau 3x/minggu agar tidak
meningkatnya gaya hidup zaman terjadi penumpukan gula dan
medern yang dilakukan oleh menimbulkan diabetes
responden menyebabkan responden mellitus (17)
menjadi pasif dalam melakukan Hasil ini sejalan dengan teori
aktivitas fisik seperti menonton gaya hidup kurang aktivitas fisik
televisi sambil duduk dengan durasi (sedentary life style) yang turut
yang cukup lama, menggunakan mempengaruhi patogenesis
handphone dalam waktu yang lama, kegagalan dalam toleransi glukosa
berbincang-bincang sambil dan merupakan faktor risiko utama
menkonsumsi makanan siap saji, diabetes. Latihan aerobik dapat
duduk sambil bekerja, sering menunda bahkan mencegah
menggunakan transportasi walaupun perkembangan diabetes tipe 2, dengan
hanya dengan jarak yang dekat dan meningkatkan sensitivitas insulin
menggunakan berbagai macam alat secara langsung. Dengan demikian,
canggih untuk memudahkan berbagai kurang aktifitas fisik dapat
macam pekerjaan. Sehingga dapat menyebabkan risiko DM makin tinggi
menyebabkan gula darah dalam tubuh (14).
tidak terbakar secara sempurna dan Hasil penelitian ini sejalan
dapat memicu terjadinya diabetes dengan teori yang di kemukakan oleh
melitus. Tan 2012 bahwa “Gaya hidup yang
Hasil penelitian ini sejalan semakin maju dan modern menjadi
dengan penelitian yang dilakukan penyebab meningkatnya aktivitas
oleh Renata Kabosu dkk tahun 2019 sedentari. Jenis perilaku sedentari
tentang Faktor risiko kejadian yang dilakukan diantaranya adalah
diabetes melitus tipe 2 di RS duduk maupun berbaring ketika
Bhayangkara Kota Kupang menonton televisi, mendengarkan
menunjukkan bahwa Sebagian besar radio, duduk sambil bekerja,
responden masuk dalam kategori usia berbincang-bincang bersamaan
tua dan sesuai pekerjaannya sehari- dengan makan, minum atau
hari hanya terbatas pada aktifitas fisik mengkonsumsi makanan yang ringan.
yang tidak mengeluarkan banyak Perilaku tersebut mem-pengaruhi
energi seperti duduk, menonton kinerja tubuh yang tidak seimbang
televisi mengetik, masak, berdiri dan dan menjadi kebiasaan buruk yang
jalan daripada olahraga atau aktifitas menyebabkan penyakit
sedang dan berat, sehingga sesuai degeneratif”.(Suiraoka, 2012)
hasil perhitungan sebanyak 30 orang Selain faktor gaya hidup, status
tergolong dalam aktifitas ringan. pekerjaan dan tingkat sosial ekonomi
Seseorang yang melakukan aktifitas seseorang juga dapat mempengaruhi
ringan dan tidak terjadi aktifitas berat, seseorang untuk melakukan
maka makanan yang masuk tidak berperilaku sedentari ≥6 jam/hari.
dapat dibakar tetapi ditimbun dalam

111
Vol 3. No. 1 (2021) : Januari

Hasil penelitian ini sejalan dengan responden yang melakukan aktivitas


penelitian Dwi Rahma tahun 2016 fisik sedang dan aktivitas yang berat
yang menunjukan bahwa dari 35 dan dapat mengontrol pola makannya
subjek yang diabetes melitus di setelah melakukan aktivitas sehingga
antaranya 33 (94,3%) subjek perilaku aktivitas fisik sedang maupun
sedentari dan 2 (5,7%) bukan perilaku aktivitas yang berat tidak
sedentari, dan dari 35 subjek tidak mempengaruhi kejadian diabetes
diabetes melitus diantaranya 26 mellitus (19).
(74,3%) berperilaku sedentari dan 9 Dari uraian diatas peneliti
(25,7%) bukan perilaku sedentari. berasumsi bahwa kegiatan sedentari
Dari hasil analisis chi-square yang dilakukan selama ≥6 jam/hari
didapatkan nilai Pvalue = 0,049 berhubungan dengan diabetes
(P≤0,05) yang menunjukan bahwa melitus. Perilaku sedentari
perilaku sedentari memiliki hubungan merupakan perilaku yang paling
signifikan dengan diabetes melitus di banyak melakukan aktivitas fisk yang
Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu ringan dan merupakan kegiatan yang
(13). dapat mengurangi aktivitas fisik
Hasil penelitian ini juga sejalan seseorang yang akan mempengaruhi
dengan penelitian yang dilakukan kesehatan fisik seseorang. Jika di
oleh Ronika, Fazida dan Nurmaini lakukan secara terus-menerus
tahun 2017 tentang hubungan perilaku ini dapat beresiko untuk
aktivitas fisik dengan kejadian menimbulkan penyakit diabetes
kejadian diabetes melitus tipe 2 pada melitus bahkan risiko penyakit
perempuan usia lanjut Di Wilayah lainnya seperti hipertensi, obesitas,
Kerja Puskesmas Padang Bulan kardiovaskular dan kolestrol.
Medan, hasil uji statistik diperoleh Pengurangan aktivitas dalam
nilai p = <0,001 (p < 0,05), artinya ada kehidupan sehari-hari dapat
hubungan antara aktivitas fisik mengurangi pembakaran asupan
dengan kejadian diabetes melitus tipe kalori di dalam tubuh.
2 dimana aktivitas fisik ringan 4. KESIMPULAN
memiliki peluang berisiko 6,2 kali Dari uraian diatas, dapat
lebih besar menderita diabetes melitus disimpulkan bahwa:
tipe 2 dibandingkan dengan aktivitas 1. Ada hubungan antara riwayat
fisik sedang dan aktivitas fisik berat keluarga diabetes dengan diabetes
(18). melitus dengan nilai P value 0,000
Hasil penelitian ini tidak sejalan (P ≤0,05) dengan tingkat
dengan penelitian yang di lakukan kemaknaan α = 0,05 menunjukkan
oleh Abidah tahun 2016 tentang bahwa ada hubungan antara
kebiasaan aktivitas fisik pasien riwayat keluarga diabetes dengan
diabetes melitus di rumah sakit umum diabetes melitus pada peserta
dr. Fauziah Bireuen, yang prolanis di Puskesmas Kota
menyatakan bahwa tidak terdapat Selatan Kota Gorontalo.
hubungan antara kebiasaan aktivitas 2. Ada hubungan antara perilaku
fisik dengan kejadian diabetes melitus sedentari dengan diabetes melitus
hal tersebut dipengaruhi oleh melitus dengan nilai P value 0,000

112
Vol 3. No. 1 (2021) : Januari

(P ≤ 0,05) dengan tingkat Rineka Cipta; 2015.


kemaknaan α = 0,05 menunjukkan
3. Eben D, Astrid M. Perbedaan
bahwa ada hubungan antara
Tingkat Pengetahuan Dan Sikap
perilaku sedentari dengan diabetes
Sebelum Dan Sesudah Pemberian
melitus pada peserta prolanis di
Diabetes Self Management
Puskesmas Kota Selatan Kota
Education (DSME) Pada Pasien
Gorontalo.
Diabetes Melitus Di Puskesmas
Matraman Jakarta Timur. J Heal Sci
SARAN
Gorontalo J Heal Sci Community
Berdasarkan simpulan diatas,
[Internet]. 2019;1(1):1–7. Available
berikut saran yang dapat diberikan
from:
oleh peneliti:
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/g
1. Bagi puskesmas kota selatan agar
ojhes/article/view/2128/1405
kiranya dapat meningkatkan
upaya promotif dan preventif 4. World Health Organization (WHO).
terhadap Penyakit Tidak Menular Global Report on Diabetes
terutama untuk penyakit diabetes [Internet]. 2016. Available from:
melitus https://apps.who.int/iris/bitstream/h
2. Diharapkan kepada pihak andle/10665/204871/97892415652
akademik dalam hal ini 57_eng.pdf;jsessionid=598B43A5
Universitas Negeri Gorontalo D3F29AE6C71B7A6CE612280C?
jurusan Kesehatan Masyarakat sequence
untuk ikut berpartisipasi dalam
upaya peningkatan kesadaran 5. Saraswaty D, Abdurrahmat AS,
masyarakat untuk pencegahan Novianti S. Hubungan Dukungan
penyakit diabetes mellitus. Sosial Keluarga dan Pengetahuan
Dengan Perilaku Pengendalian
UCAPAN TERIMA KASIH Hipertensi di Wilayah Kerja
Penulis mengucapkan terima Puskesmas Karangnunggal
kasih kepada dinas yang terkait yang Kabupaten Tasikmalaya. J Heal Sci
mendukung dalam pengambilan data Gorontalo J Heal Sci Community.
di lapangan, sehingga dapat berjalan 2018;2(2).
dengan lancar dan ucapan terima
kasih juga kepada pihak – pihak yang 6. Kementrian Kesehatan RI. Riset
telah memberikan masukan maupun Kesehatan Dasar. Badan Penelit dan
saran. Pengemb Kesehat Kementeri
Kesehat RI. 2016;
DAFTAR PUSTAKA
7. Suiraoka I. Penyakit Degeneratif
1. Irwan. The Model of Risk Behavior at (Mengenal, Mencegah dan
the rise of HIV and AIDS in Mengurangi faktor risiko 9 penyakit
Adolescent in Gorontalo Province. Int degeneratif). Nuha Medika; 2012.
J Pharm Pharm Res [Internet].
2017;9(3). Available from: 8. Saidi A, Karim R, Sarifudin R,
http://ijppr.humanjournals.com/2017/ Batalipu J, Singajaya P.
06/ Perencanaan, S., & Kesehatan, D.
(2020). Kepala Daerah ( Bupati /
2. Bustan N. Menejemen Pengendalian Walikota ). Tek Jambura J Heal Sci
Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Res. 2020;2(1).
113
Vol 3. No. 1 (2021) : Januari

9. Notoatmodjo S. Metodologi Sakit Umum dr. Fauziah Bireuen.


Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Loka Libang Biomedis Aceh. 2016;
Rineka Cipta; 2012.
18. Sipayung RF, Siregar A, N.
10. Irwan. Model of Hypertension Hubungan Aktivitas Fisik dengan
Transmission Risks to Communities Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2
in Gorontalo Province. Indian J Pada Perempuan Usia Lanjut Di
Public Heal Res Dev [Internet]. Wilayah Kerja Puskesmas Padang. J
2018;9(1):314–20. Available from: Muara Sains, Teknol Kedokteran,
http://www.indianjournals.com/IJOR Dan Ilmu Kesehat. :2.
.ASPX?target=ijor:ijphrd&volume=9
&issue=1&article=058 19. Pratiwi A, Datau WA, Alamri Y,
Kandowangko NY. Peluang
11. Sari N, P A. Aktivitas Fisik dan Pemanfaatan Tumbuhan Peperomia
Hubungannya dengan Kejadian Pellucida (L.) Kunth Sebagai Teh
Diabetes Melitus. Wind Heal J Herbal Anti Diabetes. Jambura J
Kesehat. :374–5. Heal Sci Res [Internet].
2021;3(1):85–93. Available from:
12. Price S, L W. Patofisiologi Konsep http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jj
Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC; hsr/article/view/7593/2387
2013.

13. Yanti DR. Hubungan Perilaku


Sedentari Dan Pola Makan dengan
Kejadian Diabetes Melitus Di
Puskesmas Pasar Ikan Kota
Bengkulu. STIKES Dehasen
Bengkulu. 2016;

14. Jariana, Sudirman, Afni N. Faktor-


Faktor Yang Berhubungan dengan
Terjadinya Diabetes Melitus Pada
Pasien Rawat Jalan Di RSUD
Mamuju Utara. J Fak Kesehat Masy
Univ Muhammadiyah Palu.
2018;190–1.

15. M S, Martinez et al. Socioeconomic


Status and Internalizing Symptoms in
Chilean Children: Does Reserve
Capacity Matter. J Child Adolesc
Behav. 2015;3(5).

16. Paes B. Prestigious Award for Young


Research’s at Neonatal 2020 -
Discovering New Exploration in
Neonatology field. J Child Adolesc
Behav. 2019;7(5).

17. Abidah N. Kebiasaan Aktivitas Fisik


Pasien Diabetes Melitus di Rumah
114

Anda mungkin juga menyukai