Anda di halaman 1dari 59

RANCANGAN PROPOSAL

Pengaruh pola makan dan progressive muscle relaxation (PMR) untuk


menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 diwilayah kerja
Puskesmas Sekupang Kota Batam Tahun 2024

Oleh:

NAMA MAHASISWA : FILZA FADHILA

NIM : 237046013

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Dudut Tanjung,S.Kp., M.Kep.,Sp.KMB

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS


KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mandiri ini dengan tepat
waktu. Tugas mandiri ini membahas tentang Rancangan Proposal Riset
Kuantitatif dengan judul “Pengaruh pola makan dan progressive muscle relaxation
(PMR) untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2
diwilayah kerja Puskesmas Sekupang Kota Batam Tahun 2024”.

Tugas mandiri ini disusun untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah
Riset Kuantitatif. Tugas mandiri ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi
pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dalam memahami pasien diabetes
melitus. Saya menyadari bahwa tugas mandiri ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Akhir kata, semoga tugas mandiri ini bermanfaat bagi kita semua.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................11

1.3 Tujuan......................................................................................................11

1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................12

1.4.1 Manfaat Teoritis...................................................................................12

1.4.2 Manfaat Praktis....................................................................................12

1.5 Keaslian Penelitian..................................................................................14

1.6 Sistematika Penulisan..............................................................................17

BAB II TINJAUN TEORITIS...............................................................................18

2.1 Konsep Dasar Diabetes Melitus..............................................................18

2.2 Konsep Dasar Pola Makan......................................................................43

2.3 Konsep Progressive Muscle Relaxation (PMR)......................................48

2.4 Konsep Model Teori keperawatan..........................................................51

2.5 Kerangka konseptual...............................................................................55

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................57

3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian..............................................................57

3.2 Populasi Dan Sampel...............................................................................58

3.3 Sampel.....................................................................................................59

3.4 Besar sampel............................................................................................60

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................60

3.6 Variabel Penelitian..................................................................................60

3.7 Kerangka Kerja........................................................................................61


3
3.8 Prosedur Penelitian..................................................................................61

3.9 Pengumpulan Data..................................................................................62

3.10 Pengolahan Data dan Analisa Data.........................................................63

3.11 Definisi Operasional................................................................................67

3.12 Etika Penelitian........................................................................................68

3.13 Keterbatasan Penelitian...........................................................................69

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................70

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah (atau gula darah), yang seiring waktu
menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata,
ginjal, dan saraf. Yang paling umum adalah diabetes tipe 2, biasanya
terjadi pada orang dewasa, yang terjadi ketika tubuh menjadi resisten
terhadap insulin atau tidak menghasilkan cukup insulin. (Who, Diabetic,
2023)

Tubuh memecah semua makanan berkarbohidrat menjadi glukosa


di dalam darah, dan insulin membantu glukosa berpindah ke dalam
sel.Ketika tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin
secara efektif, hal ini menyebabkan kadar glukosa darah tinggi, yang
disebut hiperglikemia. Kadar glukosa yang tinggi dalam jangka panjang
dikaitkan dengan kerusakan pada tubuh dan kegagalan berbagai organ
dan jaringan. (International Diabetic Federation, 2023)

Dalam 3 dekade terakhir, prevalensi diabetes tipe 2 telah


meningkat secara dramatis di negara-negara dengan semua tingkat
pendapatan. Diabetes tipe 1, dulu dikenal sebagai diabetes remaja atau
diabetes tergantung insulin, adalah suatu kondisi kronis di mana pankreas
memproduksi sedikit atau tidak sama sekali insulin. Bagi penderita
diabetes, akses terhadap pengobatan yang terjangkau, termasuk insulin,
sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka. Terdapat target yang
disepakati secara global untuk menghentikan peningkatan diabetes dan
obesitas pada tahun 2025. (Who, Diabetic, 2023)

Pada 2021, International Diabetes Federation (IDF) mencatat 537


juta orang dewasa (umur 20 - 79 tahun) atau 1 dari 10 orang hidup
dengan diabetes di seluruh dunia. Diabetes juga menyebabkan 6,7 juta
5
kematian atau 1 tiap 5 detik. Tiongkok menjadi negara dengan jumlah
orang dewsa pengidap diabetes terbesar di dunia. 140,87 juta penduduk
Tiongkok hidup dengan diabetes pada 2021. Selanjutnya, India tercatat
memiliki 74,19 juta pengidap diabetes, Pakistan 32,96 juta, dan Amerika
Serikat 32,22 juta. Indonesia berada di posisi kelima dengan jumlah
pengidap diabetes sebanyak 19,47 juta. Dengan jumlah penduduk sebesar
179,72 juta, ini berarti prevalensi diabetes di Indonesia sebesar 10,6%.
IDF mencatatat 4 dari 5 orang pengidap diabetes (81%) tinggal di negara
berpendapatan rendah dan menengah. Ini juga yang membuat IDF
memperkirakan masih ada 44% orang dewasa pengidap diabetes yang
belum didiagnosis. (Pahlevi, 2023)

Indonesia terus mencatatkan pertumbuhan jumlah penduduk setiap


tahunnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, jumlah
penduduk di Indonesia kini telah mencapai sebanyak 278,69 juta jiwa
pada pertengahan 2023. Angka tersebut naik 1,05% dari tahun
sebelumnya (year-on-year/yoy). Pada pertengahan 2022, jumlah
penduduk di Indonesia yang sebanyak 275,77 juta jiwa. (Mutia,2023)

Kepulauan Riau terdiri dari 5 kabupaten dan 2 kota dengan jumlah


penduduk 2.064.564 jiwa. total penduduk Provinsi Kepri tersebut,
penduduk laki-laki sebanyak 1.046.446 jiwa dan penduduk perempuan
Kepri sebanyak 1.008.832 jiwa. (BPS Kepri, 2021)

Estimasi jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) di Provinsi


Kepulauan Riau Tahun 2021 sebanyak 34.029 orang, dengan cakupan
pelayanan sebanyak 29.671 orang (87,2%). Cakupan pelayanan
kesehatan sesuai standar bagi penderita DM tertinggi di Kota
Tanjungpinang dengan persentase 101,1% dan yang terendah Kabupaten
Karimun dengan persentase 54,5%. Penanggulangan DM dilakukan
dengan upaya melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur,
menjalani pengobatan secara intensif, aktif secara fisik serta
memperbaiki kualitas makanan. (Profil Kesehatan Kepri, 2021)

6
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Batam Tahun 2020
angka diabetes mellitus sebanyak 475 orang. Sedangkan tahun 2021
sebanyak 5.207 orang. (Dinkes Kota Batam, 2020). Provinsi dengan
capaian tertinggi untuk pelayanan kesehatan penderita diabetes mellitus
adalah dengan capaian 100%. Provinsi Kepulauan Riau mencapai 94%
(Sumber : Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2020 dalam Profil Kesehatan
Indonesia 2019)
Dari 20 puskesmas di Kota Batam, Wilayah tertinggi pertama pada
penderita Diabetes Mellitus tipe 2 didapatkan di Puskesmas Sekupang
sebanyak 997 kasus, yang terdiri dari 5 kelurahan yaitu: Sei Harapan 234
kasus, Patam lestari 221 kasus, Tanjung riau 214 kasus, Tiban Indah 196
kasus, dan Tanjung Pinggir 132 kasus (Puskesmas sekupang, 2019) dan
wilayah tertinggi kedua pada penderita lansia dengan Diabetes Mellitus
tipe 2 didapatkan di Puskesmas Tiban baru sebanyak 980 kasus. (Dinas
Kesehatan Kota Batam, 2019).
Diabetes adalah penyebab utama kebutaan, gagal ginjal, serangan
jantung, stroke, dan amputasi anggota tubuh bagian bawah. Antara tahun
2000 dan 2019, terjadi peningkatan angka kematian akibat diabetes
sebesar 3% berdasarkan usia. Pada tahun 2019, diabetes dan penyakit
ginjal akibat diabetes menyebabkan sekitar 2 juta kematian. (Who,
Diabetic, 2023)

Mencakup sekitar 90% dari seluruh diabetes, diabetes tipe 2 adalah


jenis diabetes yang paling umum. Sebelumnya, sebagian besar orang
lanjut usia mengalami kondisi ini. Namun, karena meningkatnya tingkat
obesitas, gaya hidup yang tidak banyak bergerak, dan pola makan yang
buruk, diabetes tipe 2 meningkat pada anak-anak, remaja, dan dewasa
muda. (International Diabetic Federation, 2023).

Penatalaksanaan diabetes melitus bertujuan menormalkan aktivitas


insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes melitus adalah mencapai kadar glukosa darah normal. Terdapat 5

7
komponen dalam penatalaksanaan diabetes melitus yaitu diet, pemantauan
kadar gula darah, terapi (jika diperlukan), pendidikan kesehatan, latihan
fisik. (Sasi Bella., dkk., 2021)
Salah satunya adalah teknik relaksasi otot progresif. Relaksasi otot
progresif yang diberikan pada pasien dengan diabetes dapat menurunkan
kadar gula darah. Teknik ini mengajarkan individu bagaimana beristirahat
dengan efektif dan mengurangi ketegangan pada tubuh. Banyaknya
manfaat terapi relaksasi otot progresif seperti mengurangi insomnia,
menurunkan stres dan tekanan darah. (Meilani rini., dkk., 2023)

Landasan penatalaksanaan diabetes tipe 2 adalah pola makan sehat,


peningkatan aktivitas fisik, tidak merokok, dan menjaga berat badan
sehat. Obat oral dan insulin juga sering diresepkan untuk membantu
mengontrol kadar glukosa darah. Seiring waktu, gaya hidup sehat
mungkin tidak cukup untuk mengendalikan kadar glukosa darah, dan
penderita diabetes tipe 2 mungkin memerlukan obat oral. Jika
pengobatan dengan obat tunggal tidak mencukupi, pilihan terapi
kombinasi dapat diresepkan. Ketika obat oral tidak cukup untuk
mengontrol kadar glukosa darah, penderita diabetes tipe 2 mungkin
memerlukan suntikan insulin. (International Diabetic Federation, 2023)

Serangkaian intervensi yang dapat meningkatkan hasil akhir


pasien, apa pun jenis diabetes yang mereka derita. Intervensi ini
mencakup pengendalian glukosa darah melalui kombinasi pola makan,
aktivitas fisik dan, jika perlu, pengobatan; pengendalian tekanan darah
dan lipid untuk mengurangi risiko kardiovaskular dan komplikasi
lainnya; dan pemeriksaan rutin terhadap kerusakan pada mata, ginjal, dan
kaki untuk memudahkan pengobatan dini. (Who, Diabetic, 2023)

Pola makan yang sehat, aktivitas fisik yang teratur, menjaga berat
badan normal dan menghindari penggunaan tembakau merupakan cara
untuk mencegah atau menunda timbulnya diabetes tipe 2. Diabetes dapat
diobati dan konsekuensinya dapat dihindari atau ditunda dengan pola

8
makan, aktivitas fisik, pengobatan dan pemeriksaan rutin serta pengobatan
komplikasi. (Who, Diabetic, 2023)
Pola konsumsi makanan dan minuman manis menjadi salah satu
faktor risiko. Diabetes Melitus. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2018 melaporkan perilaku konsumsi makanan manis sebagian besar
penduduk mengonsumsi makanan manis sebanyak 1-6 kali per minggu
dengan prevalensi 47,8%, hanya 12% pendudukan yang mengkonsumsi
makanan manis sebanyak <3 kali per bulan. Pola konsumsi minuman
manis mayoritas mengkonsumsi minuman manis sebanyak >1 kali per hari
(61,3%) dan hanya 8,5% pendudukan yang mengkonsumsi minuman
manis <3 kali per bulan. (Amalia & Dewi.,2023)
Salah satu pengaturan pola makan atau manajemen nutrisi gula
darah yang umum untuk dilakukan adalah diet rendah karbohidrat. Diet
rendah karbohidrat sendiri terbukti mampu untuk menurunkan kadar gula
darah serta trigliserida dalam tubuh. Sehingga diet rendah karbohidrat
menjadi salah satu diet yang paling direkomendasikan bagi para penderita
diabetes mellitus tipe 2 dengan tujuan untuk mengobati tingginya kadar
gula darah. Adapun makanan yang direkomendasikan dalam diet rendah
karbohidrat ini meliputi sereal, gandum, buah-buahan, sayuran, serta susu
rendah lemak. Makanan ini harus dikonsumsi saat melakukan diet rendah
karbohidrat dengan tujuan agar kadar glukosa darah dalam tubuh dapat
dikendalikan (Tri Chandra, dkk.,2023)
Berdasarkan Hasil penelitian yang di lakukan oleh (Meilani rini.,
dkk., 2023) menunjukkan bahwa ada menunjukan bahwa terdapat
perbedaan signifikan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol
dengan nilai p 0,000* (<0,05). Selisih kadar gula darah antar kelompok
setelah diberikan terapi relaksasi otot progresif yaitu -43,6 mg/dl
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh (Sasi bella., dkk.,
2021). Hasil penerapan menunjukkan bahwa setelah dilakukan penerapan
relaksasi otot progresif selama 7 hari, terjadi penurunan kadar gula darah
pada pasien diabetes melitus, yaitu pada subyek I (Tn. B) dari 221 menjadi
131 mg/dl dan pada subyek II (Ny. M) dari 275 menjadi 185 mg/dl.

9
Dampak yang muncul akibat diabetes mellitus jika tidak diatasi
adalah meningkatnya penyakit ginjal dan kebutaan pada usia di bawah 65
tahun, dan juga amputasi. Selain itu, diabetes juga menjadi penyebab
terjadinya amputasi, disabilitas, hingga kematian. Dampak lain dari
diabetes adalah mengurangi usia harapan hidup sebesar 5-10 tahun.
Diabetes dan komplikasinya membawa kerugian ekonomi yang besar bagi
penderita diabetes dan keluarga mereka, sistem kesehatan dan ekonomi
nasional melalui biaya medis langsung, kehilangan pekerjaan dan
penghasilan (Infodatin, 2018).
Untuk mengendalikan diabetes Kementerian Kesehatan sendiri
telah membentuk 13.500 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) untuk
memudahkan akses warga melakukan deteksi dini penyakit diabetes.
Selain itu Menteri Kesehatan menghimbau masyarakat untuk melakukan
aksi CERDIK, yaitu dengan melakukan: Cek kesehatan secara teratur
untuk megendalikan berat badan, periksa tensi darah, gula darah, dan
kolesterol secara teratur. Enyahkan asap rokok dan jangan merokok. Rajin
melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, seperti berolah raga,
dan berjalan kaki. Upayakan dilakukan dengan baik, benar, teratur dan
terukur. Diet yang seimbang dengan mengkonsumsi makanan sehat dan
gizi seimbang, konsumsi buah sayur minimal 5 porsi per hari, sedapat
mungkin menekan konsumsi gula hingga maksimal 4 sendok makan atau
50 gram per hari, hindari makanan/minuman yang manis atau yang
berkarbonasi. Istirahat yang cukup. Kelola stress dengan baik dan benar.
Berdasarkan dari uraian di atas, peneliti tertarik ingin meneliti
tentang “Pengaruh pola makan dan progressive muscle relaxation (PMR)
untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2
diwilayah kerja Puskesmas Sekupang Kota Batam Tahun 2024”.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah “Pengaruh pola makan dan progressive muscle
relaxation (PMR) untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien

10
diabetes melitus tipe 2 diwilayah kerja Puskesmas Sekupang Kota Batam
Tahun 2024?”

1.3 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Mengetahui Pengaruh pola makan dan progressive muscle relaxation
(PMR) untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes
melitus tipe 2 diwilayah kerja Puskesmas Sekupang Kota Batam
Tahun 2024.

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Mengidentifikasi Pengaruh pola makan untuk menurunkan
kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2.
1.2.2.2 Mengidentifikasi pemberian progressive muscle relaxation
(PMR) untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien
diabetes melitus tipe 2.
1.2.2.3 Mengidentifikasi Pengaruh pola makan dan progressive muscle
relaxation (PMR) untuk menurunkan kadar gula darah pada
pasien diabetes melitus tipe 2.

1.4 Manfaat Penelitian

1.2.3 Manfaat Teoritis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
pengembangan konsep ilmu pengetahuan asuhan keperawatan
dibidang keperawatan medikal bedah dan pendidikan kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan tentang terapi non-farmakologi
berupa penerapan pola makan yang baik dan progressive muscle
relaxation (PMR) untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien
diabetes melitus tipe 2.

11
1.2.4 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Peneliti
Bermanfaat untuk menambah pengetahuan, pengalaman,
wawasan dalam melaksanakan penelitian tentang terapi non-
farmakologi berupa penerapan pola makan dan progressive
muscle relaxation (PMR) untuk menurunkan kadar gula darah
pada pasien diabetes melitus tipe 2.
1.4.2.2 Bagi Pasien Dan Keluarga
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi
kepada pasien mengenai masalah diabetes mellitus yang
sering terjadi dan mejaga pola makan keluarga yang
menderita diabetes serta melakukan progressive muscle
relaxation (PMR) yang bermanfaat untuk menurunkan kadar
gula darah pada pasien diabetes mellitus.
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat praktis bagi instansi akademik yaitu dapat digunakan
sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk
mengembangkan ilmu tentang perawatan pada pasien
diabetes.
1.4.2.4 Bagi Mahasiswa
Manfaat penulisan karya ilmiah bagi pembaca yaitu menjadi
sumber referensi dan informasi bagi orang yang membaca
karya tulis ilmiah ini supaya mengetahui dan lebih
memahami bagaimana terapi Non-farmakologi serta
perawatan penderita diabetes mellitus.
1.4.2.5 Lahan Penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan dan masukan
untuk menerapkan pola makan dan progressive muscle
relaxation (PMR) pada penderita diabetes mellitus.

1.5 Keaslian Penelitian


Table.1.1 Keaslian Penelitian

12
No. Judul karya tulis variabel Metode penelitian Hasil penelitian
ilmiah dan
penulis

1. Hubungan Pola Variable Penelitian menggunakan Berdasarkan hasil uji


Makan Dan Pola independent : desain korelasi dengan Mann-Whitney
Aktivitas Fisik 1) Pola makan rancangan penelitian diperoleh bahwa nilai
Terhadap Kadar 2) Pola aktivitas cross sectional. Tujuan ρ=0,000 untuk variabel
Gula Darah fisik penelitian adalah untuk independent yaitu pola
Sewaktu Pada Variable menganalisis hubungan makan dengan nilai
Pasien Diabetes dependent : antar variabel yang ρ<0,05 Ha diterima
Mellitus Tipe 2 Kadar gula darah diteliti yaitu hubungan sedangkan H0 ditolak,
sewaktu pola makan dan pola hal ini menunjukkan
aktivitas fisik terhadap bahwa terdapat
kadar gula darah sewaktu hubungan yang
pada pasien diabetes signifikan antara pola
mellitus tipe 2. Populasi makan terhadap kadar
dalam penelitian Gula Darah Sewaktu
merupakan pasien dengan pada pasien diabetes
riwayat menderita mellitus tipe 2.
diabetes mellitus tipe 2 Berdasarkan hasil uji
yang berusia antara 20-79 Mann-Whitney
tahun. Jumlah sampel diperoleh bahwa nilai
dalam penelitian ρ=0,000 untuk variable
sebanyak 58 independent yaitu pola
responden.Sampel aktivitas fisik dengan
diambil dengan teknik nilai ρ<0,05 Ha
pengambilan purposive diterima sedangkan H0
sampling. Alat ditolak, hal ini
pengumpulan datayang menunjukkan bahwa
digunakan dalam terdapat hubungan
penelitian menggunakan yang signifikan antara
kuesioner pola makan, pola aktivitas fisik
kuesioner pola aktivitas terhadap kadar gula
fisik, lembar observasi, darah sewaktu pada
dan alat glukometer. pasien diabetes mellitus
tipe 2

2. Penerapan Variable Rancangan karya tulis Hasil penerapan


Relaksasi Otot independent : ilmiah ini menggunakan menunjukkan bahwa
Progresif Relaksasi otot desain studi kasus (case setelah dilakukan
Terhadap Kadar progresif study). Subyek yang penerapan relaksasi
Gula Darah digunakan yaitu dua otot progresif selama 7
Pasien Diabetes Variable pasien dengan diabetes hari, terjadi penurunan
Melitus Tipe Ii Di dependent : melitus. Analisa data kadar gula darah pada
Wilayah Kerja Kadar gula darah dilakukan menggunakan pasien diabetes melitus,
Puskesmas Metro analisis deskriptif dengan yaitu pada subyek I
melihat kadar gula darah (Tn. B) dari 221
sebelum menjadi 131 mg/dl dan
dan setelah penerapan pada subyek II (Ny. M)
dari 275 menjadi
185 mg/dl.

3. The Effect Of Variable The research design used The results showed that
Progressive independent : a quasi- experimental there was a significant
Muscle Progressive approach with a pre-post- effect on decreasing
Relaxation On Muscle test control group design blood pressure
Reducing Stress Relaxation approach. The sample (p=0.013) and that

13
And Blood Sugar Variable consisted of 36 there was an effect on
In Type 2 dependent : respondents who were decreasing blood sugar
Diabetes Mellitus Reducing Stress divided into 18 levels (p=0.034)
Patients In The And Blood Sugar intervention groups and
Work Area Of In Type 2 18 control groups. The
Taniwel Public Diabetes Mellitus group was given a
Health Center therapeutic intervention
for 1 week with a
duration of 2 times a day,
namely in the morning
and afternoon for 10-15
minutes. The instruments
used are a glucometer,
blood sugar level
observation sheet, and
Diabetes Distress Scale
(DDS) questionnaire. .
Data analysis used the
Wilcoxon test and Paired
t-test to see pair data.
Then for the research
group, the data used the
Man-Whitney Test.

1.6 Sistematika Penulisan

1.2.5 BAB I Pendahuluan: terdiri dari latar belakang masalah, rumusan


masalah, tujuan penelitian (tujuan umum dan tujuan khusus),
manfaat penelitian (manfaat teoritis dan manfaat praktis), keaslian
penelitian dan sistematika penelitian.
1.2.6 BAB II Tinjauan Pustaka: terdiri dari konsep diabetes mellitus,
konsep pola makan, konsep progressive muscle relaxation (PMR) ,
kerangka konseptual dan hipotesis.
1.2.7 BAB III Metodologi Penelitian: terdiri dari jenis dan rancangan
penelitian, populasi dan sampel penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, variabel penelitian, kerangka kerja, prosedur penelitian,
pengumpulan data dan analisa data, definisi operasional, etika
penelitian dan keterbatasan penelitian.
1.2.8 BAB IV Penelitian dan Pembahasan: terdiri dari hasil
penelitian, data umum, data khusus dan pembahasan analisa
univariat dan bivariate.
1.2.9 BAB V Simpulan dan Saran: terdiri dari kesimpulan dan saran.
14
BAB II
TINJAUN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Diabetes Melitus


1.4.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes atau tingginya kadar gula darah karena gangguan
insulin adalah penyakit tidak menular yang sering menimpa
seseorang berusia diatas 50 tahun. Diabetes disebabkan oleh
beberapa factor. Ada karena genetic atau keturunan, ada pula yang
di sebabkan oleh gaya hidup yang kurang baik. (Senja & Tulus,
2021).
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul
karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan
sekresi insilun yang progresif yang di latar belakangi oleh restensi
insulin. (Riamah., 2022)
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang
umum terjadi pada dewasa yang membutuhkan supervisi medis
berkelanjutan dan edukasi perawatan mandiri pada pasien. Namun,
bergantung pada tipe DM dan usia pasien, kebutuhan dan asuhan
keperawatan pasien dapat sangat berbeda. (Maria Insana, 2021).
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolik kronik
yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia akibat gangguan
sekresi insulin, aktivitas insülin atau keduanya (ADA, 2010).
Hiperglikema kronis dihubungkan dengan kerusakan, disfungsi dan
kegagalan organ-organ tubuh khususnya mata, ginjal, saraf,
jantung dan pembuıuh darah.(Roni,dkk.,2023).

1.4.2 Klasifikasi diabetes


Klasifikasi diabetes WHO disajikan pada Tabel 1. Ini
memprioritaskan perawatan klinis dan memandu profesional
kesehatan dalam memilih perawatan yang tepat pada saat diagnosis

15
diabetes, memberikan panduan praktis kepada dokter dalam
menetapkan jenis diabetes pada individu pada saat diagnosis.
Tabel.2.1 Klasifikasi Diabetes Melitus

Jenis diabetes Deskripsi

Diabetes tipe 1 Penghancuran sel beta (kebanyakan dimediasi


oleh kekebalan) dan defisiensi insulin absolut;
onset paling umum pada masa kanak-kanak dan
dewasa awal.

Diabetes tipe 2 Jenis yang paling umum, berbagai derajat


disfungsi sel beta dan resistensi insulin;
umumnya dikaitkan dengan kelebihan berat
badan dan obesitas.

Bentuk diabetes hibrida

Diabetes orang dewasa yang Mirip dengan tipe 1 yang berkembang perlahan
berkembang secara perlahan dan pada orang dewasa tetapi lebih sering memiliki
dimediasi oleh kekebalan ciri sindrom metabolik, autoantibodi GAD
tunggal, dan mempertahankan fungsi sel beta
yang lebih besar.

Diabetes tipe 2 yang rentan terhadap Muncul dengan defisiensi ketosis dan insulin
ketosis tetapi kemudian tidak memerlukan insulin;
episode umum ketosis, tidak dimediasi oleh
imun.

Jenis khusus lainnya

Diabetes monogenik: a) Disebabkan oleh mutasi gen tertentu.


a) Cacat monogenik fungsi sel beta Memiliki beberapa manifestasi klinis yang
b) Cacat monogenik dalam kerja memerlukan pengobatan berbeda, sebagian
insulin terjadi pada periode neonatal, sebagian lagi
pada masa dewasa awal.
b) Disebabkan oleh mutasi gen tertentu.
Memiliki ciri-ciri resistensi insulin berat
tanpa obesitas; diabetes berkembang ketika
sel beta tidak mengimbangi resistensi
insulin.

Penyakit pankreas eksokrin Berbagai kondisi yang mempengaruhi pankreas


dapat mengakibatkan hiperglikemia (trauma,
tumor, peradangan, dll).

Gangguan endokrin Terjadi pada penyakit dengan sekresi hormon


berlebih yang merupakan antagonis insulin.

Dipicu oleh obat atau bahan kimia Beberapa obat dan bahan kimia mengganggu
sekresi atau tindakan insulin, beberapa dapat
menghancurkan sel beta.

Diabetes terkait infeksi Beberapa virus telah dikaitkan dengan


penghancuran sel beta langsung.

Bentuk spesifik yang tidak umum Terkait dengan penyakit langka yang dimediasi
16
dari diabetes yang dimediasi oleh oleh kekebalan.
kekebalan Banyak kelainan genetik dan kelainan
Sindrom genetik lain terkadang kromosom yang meningkatkan risiko diabetes
berhubungan dengan diabetes

Diabetes yang tidak diklasifikasikan Digunakan untuk menggambarkan diabetes


yang tidak secara jelas masuk ke dalam kategori
lain. Kategori ini harus digunakan sementara,
jika tidak ada kategori diagnostik yang jelas,
khususnya mendekati waktu diagnosis.

Hiperglikemia pertama kali terdeteksi selama kehamilan

Diabetes mellitus pada kehamilan Diabetes tipe 1 atau tipe 2 pertama kali
didiagnosis selama kehamilan.

Diabetes mellitus gestasional Hiperglikemia di bawah ambang diagnostik


untuk diabetes pada kehamilan.

Sumber : (Diagnosis and Management of Type 2 Diabetes,2020)

1.4.3 Etiologi Diabetes Melitus


Etilogi atau penyebab Diabetes Melitus (DM) apabila
diklasifikasikan berdasarkan tipenya, yaitu: (Silviani & Joseph .,
2023)

1) Diabetes Melitus (DM) Tipe 1

Diabetes Melitus (DM) tipe 1 disebabkan Oleh penghancuran


autoimun sel ß pankreas. Proses ini terjadi pada orang Yang
rentan secara genetik dan (mungkin) dipicu Oleh faktor atau
faktor lingkungan. Diabetes Melitus (DM) Tipe 1 disebabkan
Oleh interaksi genetika dan lingkungan, dan ada beberapa
faktor genetik dan lingkungan Yang dapat berkontribusi
terhadap perkembangan penyakit yaitu :

a) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan terutama virus tertentu dianggap


berperan dalam pengembangan Diabetes Melitus (DM) tipe
1. Virus penyebab Diabetes Melitus (DM) tipe 1 adalah
rubella, mumps dan human coxsackievirus B4. Melalui
mekanisme infeksi sitolitik dalam sel Y, virus ini
mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga,
17
virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang
menyebabkan hilangnya otoimun (aktivasi limfosit T reaksi
terhadap antigen sel) dalam sel ß (Brunner, Suddarth
2001).

b) Enterovirus

Studi epidemiologi telah menunjukkan hubungan yang


signifikan antara kejadian infeksi enterovirus dan
perkembangan Diabetes Melitus (DM) tipe 1 dan / atau
autoimunitas (Yeung, et al. 2011), terutama pada individu
Yang rentan secara enetis (Hober & Sane, 2010), Sebuah
tinjauan dan meta-analisis terhadap penelitian
observasional menunjukkan bahwa anakanak dengan
Diabetes Melitus (DM) tipe 1 sembilan kali lebih mungkin
memiliki infeksi enterovirus.

c) Faktor Genetik

Pasien Diabetes Melitus (DM) tidak mewarisi Diabetes


Melitus (DM) tipe 1 itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya
Diabetes Melitus (DM) tipe l. Wilayah genom yang
mengandung gen HLA (human leukocyte antigen), dan
risiko genetik terbesar untuk Diabetes Melitus (DM) tipe 1
terkait dengan alel, genotipe, dan haplotipe dari gen HI_A
Kelas Il (Pociot, et al 2010). HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan
proses imun lainnya dan merupakan wilayah gen yang
terletak di kromosom 6.

2) Diabetes Melitus (DM) Tipe 2

Terdapat hubungan yang kuat antara Diabetes Melitus (DM)


tipe 2 dengan kelebihan berat badan dan obesitas dan dengan
bertambahnya usia serta dengan etnis dan riwayat keluarga
18
(IDF, 2017). Diabetes Melitus (DM) tipe 2 ditandai oleh
resistensi insulin dan penurunan progresif dalam produksi
insulin sel ß pancreas. . Resistensi insulin adalah kondisi di
mana insulin diproduksi, tetapi tidak digunakan dengan benar:
jumlah insulin yang diberikan tidak menghasilkan hasil yang
diharapkan. Penurunan progresif dalam fungsi sel ß pankreas
adalah karena penurunan massa sel ß yang disebabkan Oleh
apoptosis (Butler, et al 2003); ini mungkin merupakan
konsekuensi dari penuaan, kerentanan genetik, dan resistensi
insulin itu sendiri (Unger & Parkin, 2010). Etiologi DM tipe 2
adalah kornpleks dan melibatkan faktor genetik dan gaya
hidup.

a) Faktor Genetik

Efek dari varian gen umum yang diketahui dalam


menciptakan disposisi pra-DM tipe 2 adalah sekitar 5% -
10% (McCarthy, 2010), jadi tidak seperti beberapa
penyakit warisan, homozigot untuk gen kerentanan ini
biasanya tidak menghasilkan kasus DM tipe 2 kecuali
faktor lingkungan (dalam hal ini gaya hidup).

b) Faktor gaya hidup (Demografi)

Obesitas jelas merupakan faktor risiko utama untuk


pengembangan DM tipe 2 (Li, Zhao, Luan et al 2011), dan
semakin besar tingkat obesitas, semakin tinggi risikonya.
Orang dengan obesitas memiliki risiko 4 kali lebih besar
mengalami Diabetes Melitus (DM) tipe 2 daripada orang
dengan status gizi normal (WHO, 2017).

c) Faktor usia

Usia yang terbanyak terkena Diabetes Melitus (DM)


adalah > 45 tahun Yang di sebabkan Oleh faktor
degeneratif yaitu menurunya fungsi tubuh, khususnya
19
kemampuan dari sel ß dalam memproduksi insülin untuk
memetabolisme glukosa.

d) Riwayat Penyakit Keluarga

Pengaruh faktor genetik terhadap Diabetes Melitus


(DM) dapat terlihat jelas dengan tingginya pasien Diabetes
Melitus (DM) yang berasal dari orang tua yang memiliki
riwayat Diabetes Melitus (DM) sebelumnya, Diabetes
Melitus (DM) tipe 2 sering juga di sebut Diabetes Melitus
(DM) life Style karena penyebabnya selain faktor
keturunan, faktor lingkungan meliputi usia, obesitas,
resistensi insülin, makanan, aktifitas fisik, dan gaya hidup
pasien yang tidak şehat juga bereperan dalam terjadinya
Diabetes Melitus (DM) ini (Neale et al, 2008).

3) Diabetes Melitus (DM) Cestasional

DM gestasional terjadi karena kelainan yang dipicu oleh


kehamilan, diperkirakan terjadi karena perubahan pada
metabolisme glukosa (hiperglikemi akibat sekresi hormon -
hormon plasenta). Diabetes Melitus (DM) gestasional dapat
merupakan kelainan genetik dengan carainsufisiensi atau
berkurangnya insülin dalam sirkülasi darah, berkurangnya
glikogenesis, dan konsentrasi gula darah tinggi. (Silviani &
Joseph., 2023). Diabetes melitus mempunyai beberapa
penyebab, sebagai berikut :

 Hereditas

Peningkatan kerentanan sel-sel beta pancreas dan


perkembangan antibodi autoimun terhadap penghancuran
sel-sel beta.

 Lingkungan (makanan, infeksi, toksin, stress)

20
Kekurangan protein kronik dapat mengakibatkan
hipofungsi pancreas. Infeksi virus coxsakie pada
seseorang yang peka secara genetic. Stress fisiologis dan
emosional meningkatkan kadar hormon stress (kortisol,
epinefrin, glucagon, dan hormon pertumbuhan), sehingga
meningkatkan kadar glukosa darah.

 Perubahan gaya hidup

Pada orang secara genetik rentan terkena DM karena


perubahan gaya hidup, menjadikan seseorang kurang aktif
sehingga menirnbulkan kegemukan dan beresiko tinggi
terkena diabetes melitus.

 Kehamilan

Kenaikan kadar estrogen dan hormon plasental yang


berkaitan dengan kehamilan, yang mengantagoniskan
insulin.

 Usia

Usia diatas 65 tahun Cenderung mengalarni diabetes


melitus

 Obesitas

Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin di


dalam tubuh. Insulin yang tersedia tidak efektif dalam
meningkatkan efek metabolic.

 Antagonisasi efek insulin yang disebabkan Oleh beberapa


medikasi, antara Iain diuretic thiazide, kortikosteroid
adrenal, dan kontraseptif horrnonal.

1.4.4 Anatomi Fisiologi


Pankreas terletak di kuadran kiri atas rongga abdomen dan
menghubungkan lengkung duodenum dan limpa. Pankreas adalah

21
suatu organ yang terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin.
Bagian eksokrin mengeluarkan larutan encer alkalis serta enzim
pencernaan melalui duktus pankreatikus ke dalam lumen saluran
cerna. Di antara sel-sel eksokrin di seluruh pankreas tersebar
kelompok-kelompok atau “pulau” sel endokrin yang dikenal
sebagai pulau (islets) langerhans atau sel pankreas yang
memproduksi hormon ini disebut sel pulau Langerhans, sel
endokrin pankreas yang terbanyak adalah sel (beta), tempat sintesis
dan sekresi insulin, dan sel a (alfa) yang menghasilkan glukagon.
Sel D (delta), yang lebih jarang adalah tempat sintesis
somatostatin. (Maria Insana, 2021)

Hormon yang diproduksi oleh beberapa sel pankreas


endokrin yang berbeda, beserta hormon yang diproduksi oleh usus
halus, bertanggung jawab untuk homeostasis glukosa dalam tubuh.
(Maria Insana, 2021)

A. Hormon

Pankreas endokrin memproduksi hormon yang dibutuhkan


untuk metabolisme dan pemanfaatan selular karbohidrat,
protein, dan lemak. Sel yang memproduksi hormon ini
berkumpul dalam kelompok sel yang disebut islet
Langerhans. Islet ini terdiri atas tiga tipe sel yang berbeda :

22
 Sel alfa memproduksi hormon glukagon, yang
menstimulasi pemecahan glikogen di hati,
pembentukan karbohidrat di hati, dan pemecahan
lemak di hati dan jaringan adiposa. Fungsi utama
glukagon adalah menurunkan oksidasi glukosa dan
meningkatkan kadar glukosa darah. Melalui
glikogenolisis (pemecahan glikogen hati) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari lemak
dan protein), glukagon mencegah glukosa darah turun
di bawah kadar tertentu ketika tubuh berpuasa atau di
antara waktu makan. Pada kebanyakan orang, kinerja
glukagon dipicu ketika glukosa darah turun di bawah
70 mg,/dl

 Sel beta mengeluarkan hormon insulin, yang


mempermudah pergerakan glukosa menembus
membran sel ke dalam sel, yang mengurangi kadar
glukosa darah. Insulin mencegah kelebihan
pemecahan glikogen di hati dan di otot,
memperrnudah pembentukan lipid sembari
menghambat pemecahan cadangan lemak, dan
membantu memindahkan asam amino ke dalam sel
untuk sintesis protein. Setelah sekresi oleh sel beta,
insulin masuk ke sirkulasi porta, menuju langsung ke
hati, dan kemudian dilepaskan ke dalam sirkulasi
umum. Insulin yang beredar berikatan dengan cepat
ke Sisi reseptor jaringan perifer (khususnya sel otot
dan lemak) atau dihancurkan oleh hati atau ginjal.
Pelepasan insulin diatur oleh glukosa darah; insulin
meningkat ketika kadar glukosa darah meningkat, dan
menurun ketika kadar glukosa darah menurun. Ketika
seseorang menyantap makanan, kadar: insulin mulai
naik dalam hitungan menit, mencapai puncak dalam
23
3-5 menit, dan kembali ke nilai dasar dalam 2-3 jam
(Porth SC Mathn. 2009). Amilin adalah hormon
pengatur-glukosa yang juga disekresikan oleh sel beta
bersama insulin yang memengaruhi kadar glukosa
pasca-prandial (habis makan). Hormon ini merusak
sekresi glukagon dan memperlambat laju pergerakan
glukosa ke usus halus untuk absorpsi (LeMone,
Priscilla, 2016).

 Sel delta memproduksi somatostatin, yang bekerja


dalam islet Langerhans untuk menghambat produksi
glukagon dan insulin. Selain itu juga memperlambat
motilitas pencernaan, yang memungkinkan lebih
banyak waktu bagi absorpsi makanan.

Selain itu, usus halus memproduksi hormon yang


menurunkan glukosa darah setelah asupan makanan. Peptida-
l seperti-glukagon (glucagon-li/ee peptide-I, GLP l) dan
polipeptida insulinotropik tergantung-glukosa
(glucosedependent imulinotropz'c polypeptide, GIP)
disekresikan dari usus halus untuk meningkatkan pelepæsan
insulin setelah makanan dicerna. Peningkatan Insulin yang
distimulasi hormon setelah pencernaan makanan disebut efek
inkxetin. Bentuk injeksi hormon ini, eksenatida
(Byetta),adalah tiruan inkretin yang digunakan dalam terapi
DM tipe 2.

Glukagon merangsang hati untuk mengubah glikogen


menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis, yang
berarti pemecahan glikogen) dan meningkatkan penggunaan
lemak dan asam amino untuk produksi energi. Proses
glukoneogenesis (yang berarti pembentukan glukosa)
merupakan pengubahan kelebihan asam amino menjadi
karbohidrat sederhana yang dapat memasuki reaksi pada

24
respirasi sel. Dengan demikian, efek glukagon secara
keseluruhan adalah meningkatkan kadar glukosa darah dan
membuat semua jenis makanan dapat digunakan untuk
produksi energi. Sekresi glukagon dirangsang oleh
hipoglikemia, yaitu kadar glukosa rendah dalam darah. Hal
ini dapat terjadi pada keadaan lapar atau selama stres
fisiologis, misalnya olahraga.

B. Insulin

Insulin meningkatkan transpor glukosa dari darah ke sel


dengan meningkatkan permeabilitas membran sel terhadap
glukosa (namun Otak, hati, dan sel-sel ginjal tidak
bergantung pada insulin untuk asupan glukosa). Di dalam sel,
glukosa digunakan pada respirasi sel untuk menghasilkan
energi. Hati dan otot rangka juga mengubah glukosa menjadi
glikogen (glikogenesis, yang berarti pembentukan glikogen)
yang disimpan untuk digunakan di lain waktu. Insulin juga
memungkinkan sel-sel untuk mengambil asarn lemak dan
asam amino untuk digunakan dalam sintesis lemak dan
protein (bukan untuk produksi energi). Berkenan dengan
kadar glukosa darah, insulin menurunkan kadar glukosa
dengan meningkatkan penggunaan glukosa untuk produksi
energi

Insulin merupakan hormon vital; kita tidak dapat


bertahan hidup untuk waktu yang lama tanpa hormon
tersebut. Defisiensi insulin atau ketidaknormalan fungsi
insulin disebut diabetes mellitus.

Sekresi insulin dirangsang oleh hiperglikemia, yaitu


kadar glukosa darah tinggi. Keadaan ini terjadi setelah
makan, khususnya makanan tinggi karbohidrat. Ketika
glukosa diabsorpsi dari usus halus ke dalam darah. insulin
disekresi untuk memungkinkan sel menggunakan glukosa
25
untuk energi yang dibutuhkan segera. Pada saat bersamaan
semua kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan otot
sebagai glikogen. Hormon pankreas tertera pada tabel
berikut:

Tabel 2.2 Hormon-hormon Pankreas


Hormon Fungsi Pengaturan Sekresi

glukagon 1. Meningkatkan pengubahan hipoglikemia


glikogen menjadi glukosa dalam hati
2. Meningkatkan penggunaan
asam amino yang berlebihan dan
lemak sebagai sumber energi
Insulin 1. Meningkatkan transpor Hiperglikemia
glukosa ke dalam sel dan
penggunaannya untuk produksi
energi
2. Meningkatkan pengubahan
glukosa yang berlebihan menjadi
glikogen di hati dan otot
Sumber : Maria Insana, 2021

1.4.5 Patofisiologi
Semua tipe diabetes melitus, sebab utamanya adalah
hiperglikemi atau tingginya gula darah dalam bentuk yang
disebabkan sekresi insulin, kerja dari insulin atau keduanya
(Ignativicius & Workman, 2006).(Riamah, 2022)

Menurut ADA (2012) Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3


(tiga) jalan, yaitu:

1. Rusak nya sel pankreas. Rusaknya sel beta ini dapat disebabkan
oleh genetik, imonulogis, atau dari lingkungan seperti virus.
Karakteristik ini biasanya terdapat pada diabetes melitus tipe 1,

2. Penurunan reseptor glukosa pada kalenjer pankreas.

3. Kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.

Diabetes melitus mengalami defisiensi insulin menyebabkan


glukagon meningkat sehingga terjadi pemecahan gula baru
(glukoneogenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak
meningkat kemudian terjadinya proses pembentukan keton
26
(ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton di dalam plasma akan
menyebabkan ketonuria (keton dalam urin) dan kadar natrium
menurun serta PH serum menurun yang menyebabkan asidosis.

Defisiensi insulin ini menyebabkan penggunaan glukosa oleh


sel menjadi menurun sehingga kadar glukosa darah dalam plasma
tinggi (hiperglikemia). Jika hiperglekemianya parah dan melebihi
ambang ginjal maka timbul glukosuria. Glukosuria ini akan
menyebabkan dieuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran
kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi
dehidrasi. Glikosuria ini menyebabkan keseimbangan kalori
negative sehingg menimbulkan lapar (polifagi). Penggunaan
glukosa oleh sel menurun mengakibatkan produksi metabolisme
energy menjadi menurun sehingga tubuh menjadi lemah.

1.4.6 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus


Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penderita DM.
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan
klasik DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain
dapat berupa: sering lelah dan lemas, kesemutan, gatal, mata kabur,
dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
(Roni,dkk., 2022)

1.4.7 Komplikasi
Secara umum komplikasi diabetes melitus dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu: (Riamah, 2022)

1) Komplikasi Makrovaskuler (Makroangiopati)

Komplikasi meliputi penyakit pernbuluh darah besar, termasuk


penyakit jantung koroner dan stroke. Adalah penyakit terbesar
yang menyebabkan kematian dan kesakitan pada pasien DM.
Pencegahan komplikasi makrovaskuler adalah pengaturan gaya
hidup meliputi modifikasi diet, latihan fisik secara teratur,

27
berhenti merokok, menagtasi hipertensi, kontrol dislipidamea,
kontrol hiperglikemi, pengontrolan kadar gula darah secara
teratur mengurangi risiko terjadinya retinopati.

2) Komplikasi Mikrovaskuler (Mikroangiopati)

Secara umum mekanisme komplikasi mikrovaskuler merupakan


dampak dari hiperglikemia yang lama, dengan kekambuhan
hipertensi. Bentu-bentuk komplikasi mikrovaskuler adalah
diabetic nepropathy, peripheral neuropathy, retinopathy.

1.4.8 Diagnosis Diabetes Melitus


Diagnosis (pemeriksaan) diabetes mellitus dilakukan dengan
beberapa tes, sebagai berikut :

1) Tes kadar glukosa darah

Kadar glukosa darah yang diuji setiap waktu sepanjang hari


tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Jika kadar glukosa
darah sama atau di ataş 200 mg/dl, hal tu menunjukkan adanya
diabetes mellitus

2) Tes glukosa darah puasa

Diagnosis diabetes bisa dipastikan apabila gula darah pada


saat puasa di atas 126 mg/dL dan dua jam scsudah makan di aras
200 mg/dL.

Gula darah puasa normal seharusnya di bawah 100 mg/dl„,


dua jam setelah makan di bawah 140 mg/dl.. Ketika gula darah
puasa di antara 100 dan 125, atau dua jam setelah makan di antara
140 dan 199, maka Anda maşuk dalam kelompok prediabetes,
kclompok "lampu kuning”, yang harus dİwaspadai, karena
sewaktu-waktu bisa jatuh ke dalam diabetes dengan berbagai
komplikasi.

Tabel. Glukosa Darah Normal, Prediabetes, dan Diabetcs

28
Sumber : (Tandra Hans, 2021)

3) Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urin dapat memberi dugaan kuat adanya diabetes
meIlitus, tetapi pemeriksaan urin tidak dapat digunakan sebagai
dasar diagnosis adanya diabetes mellitus. Pada pemeriksaan
urin, urin akan dianalisis, mengandung glukosa (gula) atau
tidak. jika dalam urin ditemukan adanya glukosa, hal itu dapat
memperkuat dugaan adanya diabetes mellitus.

4) Tes keton
Keton ditemukan dalam urin jika kadar glukosa darah sangat
tinggi atau sangat rendah. Jika hasil tes positif dan kadar
glukosa juga tinggi, dapat memperkuat dugaan adanya diabetes
mellitus

5) Pemeriksaan Mata

Dari hasil pemeriksaan, pada mata menampakkan adanya retina


yang abnormal (tidak normal). Hal ini terjadi pada penderita
diabetes mellitus kronis akibat komplikasi penyakit diabetes
mellitus.

1.4.9 Faktor Resiko Diabetes Melitus


Secara garis besar, faktor risiko yang dapat memicu terjadinya
diabetes mellitus (DM) terbagi mejadi tiga, antara Iain yaitu:
(Silviani & Joseph ., 2023)

29
1) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi (diubah)

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain obesitas atau


berat badan lebih dengan IMT 223 kg/m2, hipertensi dengan
tekanan darah >140/90 mmHg, aktivitas fisik kurang, diet tidak
sehat, dislipidemia dengan kadar HDL 250 mg/dl—
mengonsumsi makanan yang tidak sehat, mengandung tinggi
glukosa dan rendah serat dapat memberikan peluang tinggi
untuk menderita intoleransi glukosa atau prediabetes dan
diabetes mellitus (DM) tipe 2.

2) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (diubah)

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (diubah), seperti


usia 245 tahun, jenis kelamin, riwayat keluarga menderita
diabetes mellitus (riwayat genetik), ras dan etnis, riwayat
pernah melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi lebih
dari 4 kg atau memiliki riwayat menderita diabetes melitus
gestasional, riwayat lahir dengan berat badan rendah kurang
dari 2500 gram.

3) Faktor Resiko Lainnya

Berbagai macam faktor gaya hidup juga sangat penting untuk


perkembangan DM tipe 2, seperti kurangnya aktivitas fisik,
kebiasaan merokok, dan sering mengonsumsi alkohol. Untuk
penjelasan lebih rinci faktor risiko diabetes mellitus (DM)
antara lain yaitu:

a) Riwayat keluarga (faktor genetik)

Transmisi genetik adalah paling kuat terdapat dalam DM,


jika orang tua menderita DM maka 90% pasti membawa
carier DM yang ditandai dengan kelainan sekresi insulin.
Risiko menderita DM bila salah satu orang tuanya hanya
menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua

30
merniliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah
75%. Risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar
10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan
penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari
ibu.

b) Usia

Usia lebih dari 45 tahun adalah kelompok usia yang


berisiko menderita 0M. Lebih lanjut dikatakan bahwa DM
merupakan penyakit yang terjadi akibat penurunan fungsi
organ tubuh (degeneratif) terutama gangguan organ
pankreas dalam menghasilkan hormon insulin, sehingga
DM akan meningkat kasusnya sejalan dengan pertambahan
usia .

1.4.10 Pencegahan Diabetes Melitus


Pencegahan diabetes difokuskan pada pengendalian berat
badan, pola makan, olah raga. Bentuk pengendalian ini
dilakukan dengan menurunkan berat badan sedikit (5-7 %
dari total berat badan) disertai dengan 30 menit kegiatan
fisik/olahraga 5 hari per minggu, sambil makan
secukupnya yang sehat, mengurangi jumlah karbohidrat
serta mengatur waktu dan jadwal makan. Selain itu untuk
identifikasi diri terhadap risiko diabetes, maka setiap orang
mulai berusia 45 tahun, terutama untuk yang memiliki
berat badan berlebih, seharusnya melakukan uji diabetes.
(Roni,dkk., 2022)

1.4.11 Penatalaksanaan
Tujuan umum penatalaksanaan DM adalah meningkatkan
kualitas hidup penyandang diabetes , menghilangkan
keluhan, mengurangi risiko komplikasi akut, mencegah dan
menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati dan
makroangiopati sera menurunkan morbiditas dan mortalitas
31
DM. Sedangkan tujuan utama terapi DM adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah
dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM
adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia)
tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktivitas pasien (Margareth, 2015). (Roni,dkk., 2022)

1) Langkah-langkah penatalaksanaan umum:

a. Riwayat penyakit: gejala yang dialami, pengobatan yang


mempengaruhi glukosa darah, faktor risiko (merokok
hipertensi, penyakit jantung koroner, obesitas, riwayat
penyakit keluarga), riwayat penyakit dan pengobatan serta
pola hidup, budaya, psikososial, pendidikan, dan status
ekonomi.

b. Pemeriksaan fisik: pengukuran TB, BB, tekanan darah,


nadi, pemeriksaan kaki secara komprehensif.

c. Evaluasi laboratorium: pemeriksaan glukosa darah puasa


dan 2 jam setelah makan.

d. Albumin kuantitatif, elektrokardiogram, elektrokardiogram,


pemeriksaan komprehensif.

2) Langkah-langkah pemeriksaan khusus:

a. Edukasi: promosi hidup sehat

b. Terapi Nutrisi Medis (TNM): penjelasan pentingnya


keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah makanan,
terutama bagi penderita yang menggunakan Obat penurun
glukosa darah dan insulin.

c. Latihan jasmani. Perlu dilakukan latihan jasmani secara


teratur (3-5 hari seminggu selama 30-45 menit dengan total
latihan 150 menit perminggu. Dengan jeda antar latihan
32
tidak boleh lebih dari 2 hari berturut-turut). Latihan jasmani
bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut
jantung maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai,
jogging, dan renang.

d. Intervensi farmakologis

 Obat antihiperglikemia oral meliputi pemacu sekresi


insulin (sulfonylurea dan glinid), peningkat sensitivitas
terhadap insulin (metformin tiazolidindion),
penghambat absorbs glukosa (penghambat glucosidase
alfa), penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV),
dan penghambat SGLT-2 (Sodium glucose CO-
transporter 2).

 Obat antihipertensi suntik: insulin

 Terapi kombinasi: Obat antihiperglikemia oral dan


insulin

 Obat DM oral yang digunakan pada saat ini adalah


golongan sulfonilurea, biguanida dan acarbose. Saat ini
beberapa tanaman herbal telah digunakan sebagai
antidiabetes diantaranya buah pare (Momordica
charantia), daun ciplukan (Physalis Angulata), bawang
putih (A. Sativum L.), tanaman kersen (Muntingia
calabura), dll.

2.2 Konsep Dasar Pola Makan


2.2.1 Definisi Pola Makan
Pola makan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang
dipilih dan dikonsumsi oleh seseorang secara sadar, terus-
menerus, dan dalam kurun waktu lama sehingga membentuk
suatu kebiasaan makan (Medina et al., 2020). (Eva., dkk, 2023)

33
Pola makan seseorang akan berpengaruh terhadap keadaan
gizi dikarenakan kualitas dan kuantitas konsumsi pangan akan
berpengaruh terhadap asupan zat gizi yang selanjutnya
mempengaruhi kesehatan seseorang. Asupan zat gizi optimal
yang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kelompok umur
tertentu 1 akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan
perkembangan sehingga seseorang akan hidup lebih sehat dan
terhindar dari berbagai risiko penyakit. (Eva., dkk, 2023)

Pola makan sangat mempengaruhi terhadap kehidupan


sehari-hari setiap orang, karena pola makan mempengaruhi
kerja organ, fungsi, dan kesehatan tubuh. Kesehatan tubuh juga
berkaitan dengan tingkat produktivitas, ketelitian, dan prestasi
seseorang, karena aktivitas seseorang akan di pengaruhi oleh
tingkat kesegaran jasmani dan rohani, seperti kenyamanan,
keamanan, serta kondisi fisik dan mental. Keadaan fisik yang
sehat maka akan memberikan pengaruh positif terhadap
kegiatan individu, sebaliknyajika keadaan fisik yang tidak sehat
maka akan mengganggu kegiatan belajar individu. (sakinah.,
2021).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 41


Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang menjelaskan
tentang panduan dan pola hidup yang sehat dan bergizi sesuai
dengan prinsip gizi seimbang. Prinsip gizi seimbang terdiri dari
empat pilar, yaitu:

1) Konsumsi pangan beragam

2) Biasakan perilaku hidup bersih dan sehat

3) Pantau berat badan, dan

4) Aktivitas fisik

34
Pola makan memiliki 3 (tiga) Komponen yaitu jenis,
frekuensi, dan jumlah makan.

1) Frekuensi Makan

Frekuensi makan ialah seringnya seorang melaksanakan


aktivitas makan dalam satu hari baik santapan utama
ataupun selingan. Frekuensi makan biasanya dikatakan
baikapabila frekuensi makan tiap harinya 3 kali santapan
utama ataupun 2 kali santapan utama dengan satu kali
santapan selingan. (Septi., 2020)

2) Jenis Makanan

Zat gizi Yang ada di dalam bahan makanan secara universal


dipecah jadi 6 tipe ialah karbohidrat, lemak, protein, vit,
mineral serta air. Karbohidrat ialah sumber tenaga utama
untuk badan. (Hardinsyah et al., 2012) (Hutagalung, 2004)
Ada 2 tipe karbohidrat, yaitu :

 karbohidrat kompleks

 karbohidrat simpel.

Tidak hanya karbohidrat, lemak pula menciptakan tenaga


untuk badan serta pula berperan bagaikan perlengkapan
transportasi zat gizi yang Iain. Protein berfungsi lumayan
vital bagaikan bahan baku pembuat sel serta jaringan badan.
Protein pula berperan dalam proses perkembangan,
pemeliharaan, dan perbaikan jaringan badan yang
mengalami kehancuran. Protein bisa diganti jadi tenaga
apabila badan kekurangan karbohidrat serta lemak.
(Primasoni, 2014). (Septi ., 2020)

3) Jumlah makanan

Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan


setiap orang atau setiap individu dalam kelompok. Jumlah
35
dan jenis makanan sehari-hari merupakan cara makan
seorang individu atau sekelompok orang dengan
mengkonsumsi makanan mengandung karbohidrat, protein,
sayuran dan buah. Frekuensi 3 kali sehari dengan makan
selingan pagi dan siang mencapai gizi tubuh yang cukup,
pola makan yang berlebihan dapat mengakibatkan
kegemukan atau obesitas pada tubuh.

2.2.2 Self Care Management bagi Penderita Diabetes


Melitus
(WHO), 2019) mendefinisikan Self-Management sebagai
kemampuan individu, keluarga dan masyarakat dalam
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, dan menjaga
kesehatan dan mengatasi penyakit dan kecacatan dengan atau
tanpa dukungan dari penyedia layanan kesehatan. Pelaksanaan
self-management pada Diabetes Melitus, antara lain : (Sari
Rizki,dkk,2023)

a. Pengaturan Pola Makan

b. Aktivitas Fisik (Olahraga)

c. Perawatan Kaki

d. Terapi Farmakologi/Minum Obat DM

e. Monitoring Kadar Gula Darah

2.2.3 Makanan yang diperbolehkan dan dihindari


Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
untuk diet diabetes militus adalah scbagai berikut :
(Hidayah, 2022)
Tabel. Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

Sumber Bahan yang dianjurkan Bahan yang tidak


dianjurkan

Karbohidrat Nasi, roti- mie, kentang,


Kompleks singkong.ubi. sagu„ dll. Dan

36
diutamakan bahan makanan
yang berserat tinggi

Karbohidrat Gula, madu, sirup, selai,


Sederhana jeli, tareis, dodol. kue —
kue manis, buah yang
diawetkan dengan gula.
susu kental manis,
minuman botol ringan,
krim

Protein Yang tidak mengandung Sumber protein yang


tinggi lemak. sepetti : mengandung tinggi
Daging rendah lemak, ikan, lemak atau kolesterol
ayam tanpa kulit, susu rendah seperti jeroan, otak, dll
lemak, keju rendah lemak,
kacang — kacangan, tahu, dan
tempe

Lemak Dalam jumlah terbatas, Sumber protein yang


makanandianurkan diolah mengandung lemak
dengan era di panggang, di tinggi atau lemak jenuh,
kukus,di tumis, disetup, di dan lemak trans anatar
rebus, dan di bakar lain :
Susu full cream,
makanan siap saji, cake,
gorengan

Sayur dan buah Di anjurkan mengkonsumsi


cukup banyak buah dan
sayuran

Mineral Sumber natrium antara


lain : Garam dapur,
vetsin, soda, dun bahun
pengawet. seperti
natrium benzoate, dan
natrium nitrit. Hindari
bahan makanan yang
mengandung bahan
tersebut antara lain :
Ikan asin, telur asin,
makanan yang di
awetkan

2.2.4 Kuesioner pola makan


No. Pertanyaan S SR KK TP

1. Saya makan 3x sehari

2. Saya mengonsumsi cemilan setelah makan pagi, makan


siang, makan malam

3. Saya selalu makan dengan setengah porsi

4. Saya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung


vitamin dan mineral seperti sayuran hijau dan buah jeruk

5. Saya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung

37
protein seperti tahu, tempe, telur dan daging

6. Saya setiap hari mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan

7. Saya memakai gula pengganti seperti gula jagung pada saat


ingin mengkonsumsi minuman atau makanan yang manis

8. Saya mengkonsumsi makanan tinggi minyak atau lemak


seperti makanan siap saji

9. Saya mengkonsumsi makanan dan minuman yang terasa


manis atau banyak mengandung gula

10. Saya memasak dengan menggunakan garam dan lemak

11. Untuk menentukan pola makan, saya rutin melakukan


pemeriksaaan gula darah di puskesmas atau layanan
kesehatan lainnya

12. Saya tidak mencatat menu makanan setiap hari

13. Saya selalu makan diselingi dengan cemilan sebnayak 2-3x


sehari

14. Saya ikut makan masakan keluarga mesti bertentangan


dengan pola makan yang dianjurkan

15. Saya makan makanan sesuai dengan jadwal yang di


anjurkan dokter

2.3 Konsep Progressive Muscle Relaxation (PMR)


2.3.1 Definisi Progressive Muscle Relaxation (PMR)
Relaksasi progresif sampai saat ini menjadi metode
relaksasi termurah, tidak memerlukan imajinasi, tidak ada efek
samping, mudah untuk dilakukan, serta dapat membuat tubuh
dan pikiran terasa tenang, rileks, dan lebih mudah untuk tidur
(Davis, 1995). (Kemenkes, 2023).

Progressive muscle relaxation (PMR) salah satu pendekatan


komplementer yang digunakan untuk mengurangi stres fisik
dan psikologi. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh
Jacobson tahun 1920an. Gerakan ini dilakukan dengan
meregangkan dan merilekskan otot-otot besar secara pelan,
teratur dan berurutan. Latihan ini menurunkan ketegangan fisik
dan efek sistem saraf simpatis dengan meningkatkan kerja
sistem saraf parasimpatis sehingga menurunkan denyut nadi,

38
tekanan darah, konsumsi oksigen, dan kerja kelenjar keringat.
(Kemenkes, 2023).

PMR merupakan teknik relaksasi dan kemampuan


pengelolaan diri yang mampu mengurangi ketegangan otot,
stress, menurunkan tekanan darah, meningkatkan toleransi
terhadap aktivitas sehari-hari, meningkatkan imunitas sehingga
kualitas hidup pasien DM meningkat

2.3.2 Prosedure Secara Umum


1. Untuk memulai latihan relaksasi ini, pastikan anda berada di
tempat yang tenang, dengan gangguan yang minimal, dan
duduk dalam posisi yang nyaman.

2. Menegangkan otot dan fokus pada bagian otot tertentu.

3. Tarik napas dalam-dalam secara perlahan sambil menekan


bagian otot sekuat yang anda bisa (namun jangan terlalu
kuat). Pertahankan ketegangan otot selama 5 detik.

4. Merelekskan otot-otot yang tegang. Setelah sekitar 5 detik,


buang napas sambil mengendurkan otot-otot anda. Biarkan
semua keluarkan ketegangan dari dalam diri anda.

5. Fokus pada perasaan melepas ketegangan yang terjadi di


setiap otot, yang menghasilkan perasaan rileks.

6. Tetap rileks selama sekitar 10 detik sebelum melanjutkan ke


bagian otot lainnya.

2.3.3 Mempraktekkan dalam kelompok (Kemenkes, 2023).

39
Tangan dan lengan (bagian  Tegangkan terlebih dahulu
kiri dan kanan – satu tangan
pada satu waktu)  Bawa lengan ke atas bahu anda dan
tegangkan lengan atas anda
Dahi Angkat alis anda setinggi mungkin
Mata dan pipi Pejamkan mata anda rapat-rapat dan
senyum dengan ketat
Mulut dan rahang Buka mulut anda lebar-lebar dan tahan
beberapa saat
Leher Tarik kepala anda perlahan dan tahan
beberapa saat
Bahu  Gerakkan bahu anda ke arah telinga
anda

 Dorong bahu anda ke belakang dan dada


anda ke depan, lalu tahan beberapa saat
Perut Biarkan dada dan perut anda mengembang
sepenuhnya, seperti balon yang diisi udara
Kaki  Kencangkan paha anda dengan
mendorong diri anda keluar dari kursi
anda

 Tarik jari-jari kaki ke arah atas,


kencangkan otot betis anda
Jari kaki Tekuk jari kaki ke bawah dan tahan

40
Memberikan terapi relaksasi otot progresif selama 15-20 menit
dan dilakukan mengecekan GDS sebelum dan sesudah makan
dalam 5 hari. Mendokumentasikan respon klien Diabetes
mellitus setiap setelah diberikan terapi relaksasi otot progresif
dan mengevaluasi tanda dan gejala serta kadar glukosa darah
menggunakan lembar observasi pada hari kelima setelah
diberikan terapi relaksasi otot progresif. Latihan ini bermanfaat
untuk mengurangi konsumsi oksigen tubuh, laju metabolisme
tubuh, laju pernapasan, ketegangan otot, kontraksi ventricular
prematur dan tekanan darah sistolik serta gelombang alpha otak
serta dapat meningkatkan beta endorphin dan berfungsi
meningkatkan imun seluler.

2.4 Konsep Model Teori keperawatan

Model konsep dan teori keperawatan menurut Johnson adalah dengan


pendekatan system perilaku, dimana individu dipandang sebagai sitem
perilakuyang selalu ingin mencapai keseimgangan dan stabilitas, baik
di lingkungan internal maupun eksternal, juga memiliki keinginan
dalam mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkanya.
Sebagi suatu system , didalamnya terdapat komponen sub system yang
membentuka system tersebut, diantaranya komponen sub system yang
membentuk system perilaku menurut Johnson ialah :
A. Ingestif, yaitu sumber dalam memelihara integritas serta mencapai
kesenangan dalam pencapaian pengakuan dari lingkungan.

B. Achievement, merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui


keterampilan yang kreatif.

C. Agresif, merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau


perlindungan dan berbagai ancaman yang ada di lingkungan.

D. Eliminasi, merupakan bentuk pengeluaran segala sesuatu dari


sampah atau barang yang tidak berguna secara biologis

41
E. Seksual, digunakan dalam pemenuhan kebutuhan saling mencintai
dan dicintai.

F. Gabungan/tambahan, merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan


tambahan dalam mempertahankan lingkungan yang kondusif
dengan penyesuaian dalam kehidupan social, keamanan, dan
kelangsungan hidup

G. Ketergantungan, merupakan bagian yang membentuk system


perilaku dalam mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta
kepercayaan.

Berdasarkan sub system tersebut diatas, maka akan terbentuk sebuah


system perilaku individu, sehingga Johnson memiliki pandangan bahwa
keperawatan dalam mengatasi permasalahan tersebut harus dapat
berfungsi sebagai pengatur agar dapat menyeimbangkan system
perilaku tersebut. Klien dalamhal ini adalaha manusia yang mendapat
bantuan perawatan dengan keadaan terancam atau potensial oleh
kesakitan atau ketidak seimbangan penyesuaian dengan lingkungan.
Status kesehatan yang ingin dicapai adalah mereka yang mampu
berperilaku untuk memelihara keseimbangan atau stabilitas dengan
lingkungan.
Ada beberapa asumsi dari model teori jhonson yaitu :

1) Perawatan (nursing)

Perawatan, seperti yang dipandang Johnson, adalah tindakan eksternal


untuk memberikan organisasi perilakupasien ketika pasien dalam
kondisi strres dengan memakai mekanisasi pengaturan yang berkesan
atau dengan penyediaan sumberdaya. Seni dan ilmu, memberikan
eksternal baik sebelum dan selama gangguan keseimbangan system
dan karenanya membutuhkan pengetahuan tentang order, disorder dan
control. Aktivitas perawatan tadak bergantung pada wewenang medis
tetapi bersifat pelengkap(komplementer) bagi medis/ pengobatan.

2) Orang (person)
42
Johnson memandang manusia sebagai system perilaku dengan pola,
pengulangan dan cara bersikap dengan maksud tertentu yang
menghubungkan dirinya dengan lingkungannya. Pola-pola respon
spesifik manusia membentuk keseluruhan yang terorganisasi dan
terintegrasi. Person adalah system dari bagian-bagian interpedent yang
membutuhkan beberapa aturan dan pengaturan untuk menjaga
keseimbangan.

Johnson lebih jauh menganggap bahwa behavioral system adalah


penting untuk manusia dan apabila ada tekanan yang kuat atau
ketahanan yang rendah mengganggu keseimbangan sistemt perilaku ,
integritas manusia terancam. Usaha-usaha mausia untuk menbangun
kembali keseimbangan membutuhkan pengeluaran energi yang luar
biasa, yang menyisakan sedikit energi untuk membantu proses-proses
biologis dan penyembuhan.

3) Kesehatan(health)

Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit


dipahami(elusive) dan dinamis, yang dipengaruhi oleh factor-faktor
biologis, psikologis dan social. Kesehatan menjadi suatu nilai yang
diinginkan oleh para pekerja kesehatan dan memfokuskan pada person
bukanya penyakit.

Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi, saling


ketergantungan subsistem –subsistem dari system perilaku. Manusia
berusaha mencapai keseimbangan dalam system ini yang akan
mengarah ke perilaku fungsional. Keseimbangan yang kurang baik
dalam persyaratan structural atau fungsional cenderung mengarah ke
memburuknya kesehatan. Ketika system membutuhkan sejumlah
energi minimum untuk pemeliharaan , suplai energi yang lebih besar
yang tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.

4) Lingkungan

43
Dalam teori Johnson , lingkungan terdiri dari seluruh factor yang
bukan bagian system perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi
system, dan dapat dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai
kesehatan yang menjadi tujuan pasien. Individu menghubungkan
dirinya untuk berinteraksi dengan lingkungan-nya. System perilaku
berusaha menjaga equilibrium dalam respon terhadap factor
lilngkungan dengan mengatur dan adaptasi terhadap kekuatan yang
menyertainya. Gaya lingkungan yang kuat secara berlebihan
mengganggu keseimbangan system perilaku dan mengancam stabilitas
seseorang jumlah energi yang tidak tentu dibutuhkan supaya system
membangun kembalieqilibrium dalam menghadapi tekanan-tekanan
berikutnya. Ketika lingkungan stabil, individu dapat melanjutkan
dengan perilaku-perilaku yang baik.

2.5 Kerangka konseptual


Modifikasi : Sasi Bella., dkk., 2021 & model teori Dorothea Jhonson

Diabetes melitus

Terapi

Latihan fisik PMR

Penkes/ edukasi
Model keperawatan
Dorothea Jhonson
Kadar Gula
Pemantauan (Behavior) Darah
darah Kadar
Gula
Diet Pola Makan

2.1 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada Pengaruh
pola makan dan progressive muscle relaxation (a) untuk menurunkan

44
kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 diwilayah kerja
Puskesmas Sekupang Kota Batam Tahun 2024. Hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian. (Sugiarto,
dkk.,2023).

Ha : Terdapat Pengaruh pola makan dan progressive muscle relaxation


(PMR) untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus
tipe 2 diwilayah kerja Puskesmas Sekupang Kota Batam Tahun 2024

H0 :Tidak terdapat Pengaruh pola makan dan progressive muscle


relaxation (PMR) untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien
diabetes melitus tipe 2 diwilayah kerja Puskesmas Sekupang Kota Batam
Tahun 2024

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi
experiment) dengan nonrandomized control group pretest-posttest design.
Penelitian ini membandingkan antara kelompok yang dilakukan intervensi
progressive muscle relaxation (PMR) sebagai kelompok perlakuan dengan
kelompok yang tidak dilakukan intervensi teknik progressive muscle
relaxation (PMR) sebagai kelompok kontrol. Desain ini menggunakan
pengukuran dua kali, yaitu sebelum dan setelah intervensi. Pengukuran
yang dilakukan sebelum intervensi (O 1 ) disebut pretest, dan pengukuran
yang dilakukan setelah intervensi (O2 ) disebut postest. Bentuk desain
penelitiannya adalah sebagai berikut:
Table. Desain penelitian

45
Kelompok Pre Test Intervensi Post Test

Kelompok Q1 X Q2
intervensi

Kelompok Q3 - Q4
kontrol

Keterangan:

Q1 adalah hasil kadar gula darah sebelum mendapat perlakuan


teknik progressive muscle relaxation (PMR)

Q2 adalah hasil kadar gula darah setelah mendapat perlakuan


teknik progressive muscle relaxation (PMR)

X adalah intervensi dengan melaksanakan teknik progressive


muscle relaxation (PMR)

Q3 adalah hasil kadar gula darah pada kelompok control sebelum


kelompok intervensi mendapatkan perlakuan teknik relaksasi

Q4 adalah hasil kadar gula darah pada kelompok control setelah


kelompok intervensi mendapatkan perlakuan teknik relaksasi

3.2 Populasi Dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
akan diteliti. ( Populasi terdiri dari populasi target dan terjangkau.
3.2.1.1 Populasi target
Populasi target adalah populasi yang memenuhi sampling
kriteria dan menjadi sasaran akhir penelitian. Populasi
target bersifat umum, biasanya dibatasi oleh karakteristik
demografi. (Setiana & Rina, 2021)

46
3.2.1.2 Populasi terjangkau
Populasi terjangkau adalah populasi yang
memenuhi kriteria dalam penelitian dan biasanya dapat di
jangkau oleh peneliti. (Setiana & Rina, 2021)

3.3 Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang diambil dengan cara
tertentu, dimana pengukuran dilakukan. Adapun sampel dalam
penelitian ini adalah penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di wilayah
kerja Puskesmas Sekupang Kota Batam tahun 2024. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling
berdasarkan kriteria. Purposive sampling ialah pengambilan
sampel yang didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya melalui studi pendahuluan. (Setiana & Rina,
2021)

3.3.1 Kriteria Inklusi


Kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi setiap masing-masing
anggota populasi yang akan di jadikan sampel.dari penelitian ini
kriteria inklusi sampel sebagai berikut:
a. Responden yang mengalami Diabetes Melitus Tipe 2
b. Bersedia dijadikan responden
c. Responden yang kooperatif dan aktif
d. Responden yang tinggal dengan keluarga
e. Responden yang berdomisili diwilayah sekupang
f. Responden yang berusia >40 tahun

47
3.3.2 Kriteria eksklusi
Kriteria eklusi ialah kriteria dimana subjek penelitian tidak
dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai
sampel dan akan menimbulkan bias pada penelitian. (Setiana &
Rina, 2021) Kriteria eklusi sampel sebagai berikut :
a. Responden dengan Diabetes Melitus Tipe 1
b. Responden yang mengalami gangguan jiwa
c. Responden yang mengalami demensia

3.4 Besar sampel

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.5.1 Lokasi Penelitian
Tempat penelitian akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Sekupang Kota Batam Tahun 2024.

3.5.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan pada Bulan September Tahun 2024

3.6 Variabel Penelitian


Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat yaitu sebagai berikut:
3.6.1 Variabel bebas (Independen)
Variabel bebas yaitu variable yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variable dependen (terikat) atau variable bebas ialah
variable yang mempengaruhi variable terikat. (Aviana, dkk., 2022)

48
Variabel bebas dalam penelitian Pola Makan dan progressive
muscle relaxation (PMR)
3.6.2 Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat adalah variable yang dipengaruhi oleh variable
bebas (independen). (Aviana, dkk., 2022) Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah Kadar Gula Darah

3.7 Kerangka Kerja


Skema 3.1
Pengaruh pola makan dan progressive muscle relaxation (PMR) untuk
menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2
diwilayah kerja Puskesmas Sekupang Kota Batam Tahun 2024

Variabel bebas Variabel Terikat

Pola Makan
Penurunan Kadar
Gula Darah
Progressive Muscle
Relaxation (PMR)

3.8 Prosedur Penelitian


3.8.1 Tahap Persiapan
3.8.1.1 Tahap judul
3.8.1.2 Pembuatan proposal penelitian
3.8.1.3 Konsultasi / bimbingan proposal
penelitian
3.8.1.4 Studi pendahuluanIzin sidang
proposal dan
3.8.1.5 penyerahan proposal penelitia
3.8.1.6 Seminar proposal penelitian
3.8.1.7 Pembuatan izin penelitian diinstansi terkait
3.8.1.8 Tahap Pelaksanaan
3.8.1.9 Izin penelitian
49
3.8.1.10 Mendapatkan informed consent dari responden
3.8.1.11 Penyebaran kuesioner
3.8.1.12 Melakukan pengumpulan data
3.8.1.13 Mendemonstrasikan intervensi
3.8.1.14 Melakukan pengolahan dan analisa data
3.8.1.15 Tahap akhir
3.8.1.16 Menyusun laporan hasil penelitian
3.8.1.17 Sidang hasil penelitian

3.9 Pengumpulan Data


3.9.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
primer dan data sekunder.
3.8.1.1 Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara
langsung (data tangan pertama), data primer dalam
penelitian ini didapatkan dari kuesioner.
3.8.1.2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari
sumber yang sudah ada, data sekunder dalam penelitian ini
berdasarkan data dari dinas kesehatan dan data Puskesmas
Sekupang Kota Batam
3.9.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara, kuesioner, lembar observasi, booklet/leaflet dan
glucometer. Wawancara ialah proses interaksi atau komunikasi
antara peneliti dengan responden. Kuesioner adalah alat ukur yang
berisikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden
sesuai tujuan yang akan dicapai. (Afdhal., dkk, 2023) Pertanyaan-
pertanyaan mengenai frekuensi makan, jenis makanan dan jumlah
makanan (karbohidrat).

50
3.9.3 Uji Validitas Instrument Penelitian
Instrument penelitian untuk Pola Makan merupakan alat ukur
yang akan di uji validitas dan reabilitas dan depresi pada lansia
dengan menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ)
merupakan alat ukur yang belum baku dan akan di uji validitas dan
reabilitas pada instrument penelitian.
3.9.4 Uji Reabilitas
alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari peubah atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu
test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan
akurasi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah
pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel

3.10 Pengolahan Data dan Analisa Data


3.10.1 Pengolahan Data
Pengolahan data ini dilakukan langsung setelah pengumpulan
data selesai, data yang terkumpul dari kuesioner dan lembar
obeservasi yang telah diisi kemudian diolah secara manual di
dalam master tabel kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesa
menggunakan bantuan komputerisasi dan disajikan dalam
bentuk narasi dan tabel distribusi dengan tahapan sebagai
berikut :
3.9.1.1 Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat
dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah
data terkumpul. Langkah ini dilakukan untuk
mengantisipasi kesalahan dari data yang telah
dikumpulkan, juga memonitoring jangan sampai terjadi

51
kekosongan dari data yang dibutuhkan. Dalam
melakukan editing ada beberapa hal yang harus
diperhatikan :
a. Memeriksa Kelengkapan Data
Memeriksa kelengkapan data adalah memeriksa
semua pertanyaan yang diajukan telah dilengkapi
jawabannya atau tidak.
b. Memeriksa Kesinambungan Data
Memeriksa apakah semua data berkesinambungan
atau dalam arti tidak ditemukan data atau keterangan
yang bertentangan antara satu dengan yang lainnya.
c. Memeriksa Keseragaman Data
Memeriksa apakah ukuran yang dipergunakan telah
seragam atau tidak. Seandainya data tidak lengkap
atau berkesinambungan, tidak seragam maka
dilakukan mendatang kembali responden atau
memperbaiki yang kurang.
3.9.1.2 Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode numeric
(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa
kategori. Untuk melakukan dalam pengolahan data
maka setiap jawaban dari kuesioner yang telah
disebarkan diambil kode dengan karakter masing-
masing. Kegiatan pemberian kode numeric terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian
kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis
data menggunakan computer.
3.9.1.3 Entry
Kegiatan memasukan kata yang telah dikumpulkan dan
dimasukkan kedalam system komputerisasi data editor
dan dianalisa secara deskriptif dan analitik dengan
menggunakan program komputerisasi.

52
3.9.1.4 Tabulating
Tabulasi adalah kegiatan memasukan data-data hasil
penelitian kedalam table-tabel sesuai dengan kriteria.
Sebelum dilakukan tabulasi, dilakukan kegiatan untuk
mengecek kembali data yang telah dimasukkan, apakah
ada data yang missing, melihat variasi data dan
konsisten data dan selanjutnya mengelompokan data
sesuai tujuan penelitian, kemudian dimasukkan dalam
table sesuai tujuan penelitian, kemudian dalam table
sesuai kategori variable, dan didalam penelitian ini
tidak ada yang missing.
3.10.2 Analisa Data
3.9.2.1 Analisa Univariat
Analisa Univariat terdiri dari metode deskriptif dan
statistik yang digunakan untuk menganalisa data dari
suatu statistik penelitian (Rumengen, 2008).
Perhitungan analisa univariat ini dilakukan dengan
persentase menggunakan rumus

Keterangan :
P : Presentasi
f : Jumlah frekuensi
n : Jumlah responden

3.9.2.2 Analisa Bivariat


Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkolerasi

53
3.11 Definisi Operasional
Tabel.3.3
Definisi operasional

Jenis Definisi Alat ukur Skala Hasil ukur


Variabel Operasional
Variabel Jumlah Kuesioner FFQ ini Skala ordinal Hasil ukur sebagai
bebas : konsumsi tentang jumlah berikut:
karbohidrat makanan yang di a. Baik bila skor
Pola berdasarkan konsumsi pasien 76% - 100%
makan frekuensi dan diabetes melitus b. Cukup bila skor
porsi setiap terdiri dari 15 56% - 75%
harinya pernyataan. c. Kurang bila skor
Kuesioner ini < 56%
menggunakan skala
likert dengan kriteria
jawaban:
Pernyataan Positif
a. Selalu = 4
b.Sering = 3
c. Kadang - Kadang =
2
d. Tidak Pernah = 1

Pernyataan Negatif:
a. Tidak Pernah = 4
b. Kadang - Kadang
=3
c. Sering = 2
d. Selalu = 1
Variable Terapi Menggunakan media Skala nominal 0 = Dilakukan
bebas : relaksasi yang booklet yang berisi sesuai pedoman
memberikan petunjuk pelaksanaan dan jadwal (10
progressiv efek relaks teknik relaksasi kali pada 10
e muscle dengan suatu progresif disertai kelompok otot)
relaxation aktivitas gambar Gerakan 1 = Tidak
(PMR) otot yang kontraksi dan dilakukan
kemudian relaksasi pada setiap sesuai
dapat kelompok otot secara pedoman dan
menurunkan bergantian. Teknik jadwal (< 10
ketegangan relaksasi dilakukan kali
pada otot. sebanyak 2 kali dan < 10
sehari selama 5 hari kelompok otot

Variabel Keadaan Lembar observasi rasio Satuan kadar


Terikat : dimana Dan alat glukometer glukosa darah=
terjadinya dengan sampel darah mg/dl
Kadar gula penurunan perifer yang diambil
darah kadar glukosa diujung jari telunjuk,
dalam darah tengah atau manis.
sewaktu dari
hasil
pemeriksaan
pertama
dengan kedua

54
setelah
diberikan
terapi

3.12 Etika Penelitian


Tujuan penelitian ini harus etis dalam arti hak responden harus
dilindungi.
3.12.1 Lembar persetujuan pada responden (Informed consent)
Lembar persetujuan pada responden yang akan diteliti. Peneliti
menjelaskan maksud dari penelitian. Jika responden bersedia,
maka harus menandatangani surat persetujuan penelitian. Jika
responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan
memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
3.12.2 Tanpa nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan dan menjaga privacy dari masing-
masing subjek, dalam lembar pengumpulan data tidak akan
dicantumkan nama dan cukup memberikan nomor kode.
3.12.3 Kerahasiaan (Confidentially)
Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden dijamin
oleh peneliti.

3.13 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan penelitian adalah kelemahan atau hambatan dalam
penulisan, keterbatasan dalam penelitian ini yang dilaksanakan
diantaranya yaitu keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, karena
peneliti baru pertama kali melakukan penelitian Quasi Eksperimen serta
keterbatasan waktu peneliti sehingga peneliti merasa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan tesis ini

55
DAFTAR PUSTAKA

Who, Diabetic Statistic 2023 (5 April 2023)

World Health Organizations. (2020). Diagnosis And Management Of Type 2


Diabetes.

Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, 2021., Profil Kesehatan Provinsi


Kepulauan Riau

Dinas Kesehatan Kota Batam, 2020., Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Dinas Kesehatan Kota Batam, 2019

International Diabetic Federation.,2023

Profil Kesehatan Indonesia 2019

Tri Chandra Wahyudi.,Dkk., 2023., The Influence Of Diet And Physical Activity
On Increasing Blood Glucose Levels Of Type 2 Diabetes Mellitus Client:
Literature Study. Universitas Pembangunan Veteran Jakarta, Indonesia. Nursing
Analysis: Journal Of Nursing Research. Vol. 3, No. 1, Mei 2023, Hal. 1-12

Pahlevi Reza 22/11/2021, Jumlah Penderita Diabetes Indonesia Terbesar Kelima


Di Dunia., Databoks
Https://Databoks.Katadata.Co.Id/Datapublish/2021/11/22/Jumlah-Penderita-
Diabetes-Indonesia-Terbesar-Kelima-Di-Dunia

Mutia Cindy Annur 13/07/2023 Jumlah Penduduk Indonesia Di Pertengahan


Tahun (2015-2023)., Databoks
Https://Databoks.Katadata.Co.Id/Datapublish/2023/07/13/Penduduk-Indonesia-
Tembus-278-Juta-Jiwa-Hingga-Pertengahan-2023

Badan Pusat Statistic Provinsi Kepulauan Riau, 2021. Jumlah Penduduk Hasil
Sensus Penduduk (Sp) (Jiwa), 2010-2020

56
Meilani Rini., Dkk., (2020)., Efektivitas Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kadar
Gula Darah: Penelitian Quasi Eksperimen Pada Penderita Diabetes Militus Tipe 2
Usia Produktif: Pontianak., Borneo Nursing Journal (Bnj)
Https://Akperyarsismd.E-Journal.Id/Bnj Vol. 2 No. 2 Tahun 2020

Sasi Bella L.M., Dkk., 2021., Implementation Of Progressive Muscle Relaxation


Of Blood Sugar Levels Of Patients Type Ii Diabetes Mellitus In The Metro Health
Work : Akademi Keperawatan Dharma Wacana Metro., Jurnal Cendikia Muda
Volume 1, Nomor 4, Desember 2021 Issn : 2807-3649

Eltrikanawati. T.,Dkk., 2020.,Hubungan Pola Makan Dan Pola Aktivitas Fisik


Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.,
Institute Kesehatan Mitra Bunda : Indonesia., Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda
Vol. 6, No. 2, September 2020 E-Issn 2597-7172, P-Issn 2442-8108
Http://Jurnal.Uimedan.Ac.Id/Index.Php/Jurnalkeperawatan

Rumaolat Wiwi,Dkk., 2022., The Effect Of Progressive Muscle Relaxation On


Reducing Stress And Blood Sugar In Type 2 Diabetes Mellitus Patients In The
Work Area Of Taniwel Public Health Center., Nursing Study Program, Institute
Of Health Science Of Maluku Husada, Indonesia., International Journal Of
Medicine And Health (Ijmh) Vol. 1, No. 4 Desember 2022 E-Issn: 2962-1178; P-
Issn: 2962-0880, Hal 97-106

Maria Insana., 2021., Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Dan Asuhan


Keperawatan Stroke.,Deepublish : Sleman

Septi Selly F.,2020., Management Terapi Pada Penyakit Degeneratif., Graniti:


Gresik

Silviani Irene & Joseph Partogi Sibarani., 2023., Komunikasi Kesehatan Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2., Scopindo Media Pustaka : Surabaya

Riamah.Ns.,S.Kep.,M.Kes., 2022., Perilaku Kesehatan Pasien Diabetes Melitus.,


Penerbit Nem : Indonesia

57
Senja Amalia & Tulus Prasetyo., 2021., Perawatyan Lansia Oleh Keluarga Dan
Care Giver., Bumi Medika: Jakarta

Amalia Amanda & Dewi Agustina., 2023., Hubungan Pola Makan Dengan
Kejadian Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskemas Medan Johor.,
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara., Ssn: 2614-6754 (Print) Issn: 2614-
3097(Online) Halaman 20877-20885 Volume 7 Nomor 3 Tahun 2023

Hidayah Fitrotul Et,Al., 2022., Unity Of Science Teori Dietetika Berbagai


Penyakit., Mata Kata Inspirasi:Indonesia

Roni Muhammad A., Dkk., 2022., Manajemen Penatalaksanaan Diabetes


Melitus., Guepedia : Indonesia

Trisnawati Ida.,Dkk., 2020.,Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Terhadap


Respon Stres, Kadar Glukosa Darah, Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Diabetes
Melitus: A Systematic Review., Unair: Surabaya 357 Jurnal Penelitian Kesehatan
Suara Forikes

Http://Forikes-Ejournal.Com/Index.Php/Sf Http://Dx.Doi.Org/10.33846/Sf11406

Sari Rizki U.M., Dkk., 2023., Hubungan Perilaku Self Management Dengan
Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Di Puskesmas Sekupang
Kota Batam., Universitas Awal Bros : Kota Batam

Kementrian kesehatan direktorat jendral pelayanan kesehatan., Selasa, 28 Februari


2023 15:49 WIB., Lansia Butuh Progressive Muscle Relaxation (PMR)., Rizky
Fajar Bahtiar, Amd. Kep. - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Eva Irma yani.,dkk., 2023., Perencanaan pangan dan gizi : menjaga kesehatan
anda dengan pola makan seimbang., Get Press Indonesia : Indonesia

Sakinah Khadija.K., 2021., Zat Gizi dan Anjuran Pola Makan., Guepedia :
Indonesia

Tandra Hans., 2021., Edisi Revisi : Penderita Diabetes Boleh Makan Apa Saja., “
Panduan Lengkap tentang Diet dan Cara Mengaturnya untuk Penderita Diabetes”.,
PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

58
Sugiarto.,dkk., 2023., METODE PENELITIAN KUANTITATIF UNTUK
PARIWISATA., Penerbit ANDI : Yogyakarta

Setiana Anang & Rina Nuraeni., 2021., Riset Keperawatan., Lovrinz Publishing:
Cirebon

Aviana ivelda, dkk., 2022., Penelitian Keperawatan., PT. GLOBAL EKSEKUTIF


TEKNOLOGI: Sumatera Barat

Afdhal fitri, dkk., 2023., BUKU AJAR : praktik lab keperawatan komunitas II.,
CV.Adanu abimata: Jawa Barat

59

Anda mungkin juga menyukai