Metodologi Penelitian
Oleh :
Elinda Nirmalasari
P17210201001
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Kelor Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada
Penderita Diabetes Melitus”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada ibu Dr. Susi
Milwati, S.Kp., M.Pd, Ibu Dr. Dyah Widodo. SKp., M.Kes, dan Bapak Kissa Bahari S.Kep., Ns,
M.Kep. PHD. NS. selaku dosen pembimbing Proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang telah banyak
memberi bimbingan dengan penuh kesabaran, dukungan dan arahan kepada penulis sehingga
karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dan hal ini disebabkan karena keterbatasan wawasan
ataupun karena kesilapan penulis. Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun serta masukan dari semua pihak demi kesempurnaan
karya tulis ilmiah ini. Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan
kepada penulis mendapat berkat dari Tuhan yang maha Esa. Harapan penulis, semoga karya tulis
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................3
2.2.2 Klasifikasi..................................................................................................................8
ii
BAB III METODE STUDI KASUS..............................................................................................11
3.1 Desain..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
LAMPIRAN..................................................................................................................................15
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB 1
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik kronis ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa dalam darah yang terjadi ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
insulin yang telah dihasilkan oleh pangkreas atau fungsi pangkreas yang tidak menghasilkan
cukup insulin. 1,2 Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa Indonesia
berada di peringkat ke empat di dunia setelah India, China dan Amerika Serikat dengan
jumlah penderita DM sebanyak 12 juta kasus dan diperkiraan akan terus meningkat menjadi
21,3 juta kasus pada 2030.3,15 Hampir 90% kasus dari jenis diabetes adalah DM tipe 2.
Saat ini DM tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih umum dan lebih banyak
penderitanya dibandingkan dengan DM tipe I. Penderita DM tipe II mencapai 90-95% dari
keseluruhan populasi penderita diabetes (Depkes RI, 2013). Penyakit DM sering terjadi pada
kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia >65 tahun, 8,6% menderita DM tipe II.
Angka ini mencakup 15% populasi pada panti lansia. Secara global, diperkirakan 422 juta
orang dewasa hidup dengan diabetes pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada
tahun 1980. Prevalensi diabetes di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah meningkat
hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi 8,5% pada populasi
orang dewasa. Hal ini mencerminkan peningkatan faktor resiko terkait seperti kelebihan
kelebihan berat badan atau obesitas. Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi diabetes
meningkat lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara
berpenghasilan tinggi. (Wida Wahyu Puspitaningrum, 2021)
DM tipe 2 muncul karena insulin tidak mampu bekerja secara optimal sehingga memaksa
pankreas untuk mengkompensasi resisten insulin dengan cara memproduksi insulin lebih
banyak. Ketika produksi insulin tidak terkompensasi, maka kadar glukosa dalam darah
meningkat yang ditandai dengan glukosa tetap berada di dalam pembuluh darah. Salah satu
cara mengukur glukosa darah dengan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa. Pemeriksaan
gula darah puasa dilakukan dengan cara mengukur kadar glukosa darah setelah berpuasa
setelah 8 jam, kecuali air putih. Banyak tumbuhan alami yang digunakan untuk terapi
farmakologi pada DM tipe 2, salah satunya tumbuhan Moringa oliefera. Moringa oleifera
1
merupakan tanaman asli Asia dan Afrika, merupakan genus Moringaceae.6 Pohon ini telah
dikenal memiliki beberapa komponen bioaktif yang diketahui memiliki banyak manfaat
dibidang kesehatan. Bagian yang paling banyak digunakan yaitu daunnya, dimana kaya akan
fenol, avonoid, isothiocyanates dan vitamin.7 Moringa oliefera memiliki antidiabetik yang
dapat menurunkan kadar glukosa darah setelah dicerna oleh sistem pencernaan manusia.
Kelor merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan masyarakat dalam pengobatan
tradisional. Senyawa yang terkandung dalam daun kelor adalah alkaloid
moringin,moringinin, saponin, polifenol, dan minyak atsiri. Melihat bahwa diabetes mellitus
akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya
kesehatan yang cukup besar, maka sangat diperlukan program pengendalian diabetes melitus
tipe II. Daun kelor yang merupakan salah satu tanaman yang telah dimanfaatkan masyarakat
dalam pengobatan tradisional dan mempunyai kandungan antioksidannya sehingga dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan dipercaya memiliki manfaat untuk mengobati penyakit
diabetes mellitus dan merupakan salah satu bahan yang sering dijumpai dan tidak
menghabiskan biaya yang banyak.
Daun Kelor adalah tanaman herbal yang dipercaya memiliki manfaat untuk mengobati
penyakit Diabetes Melitus. Keadaan hiperglikemia pada DM memicu terjadinya
autooksidasi glukosa yang menghasilkan ROS. Jumlah ROS yang yang berlebihan akan
menyebabkan terjadinya stress oksidatif yaitu yaitu tidak seimbangnya jumlah antara radikal
bebas dengan autooksidan dalam tubuh. Kadar enzim antioksidan sangat mempengaruhi
kerentanan berbagai jaringan pada stress oksidatif dan dikaitkan dengan perkembangan
komplikasi dalam diabetes.
Daun Kelor mengandung antioksidan seperti flavonoid, vitamin A, vitamin E, vitamin C,
dan juga mengandung selenium yang membantu menururnkan kadar glukosa darah.
Kandungan senyawa flavonoid dalam bentuk terpenoid dalam daun kelor sangat efektif dan
lebih aman dalam penurunan kadar gula darah. Kandungan antioksidan pada daun kelor
membantu melindungi tubuh dari kerusakan sel-sel oleh radikal bebas. (Krisnadi, 2013)
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan literature review tentang
Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Kelor terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada
Penderita DM.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dirumuskan masalah sesuai dengan
literature review yaitu
1. Apakah pengaruh pemberian rebusan daun kelor sebagai anti-diabetik pada pasien
penderita diabetes mellitus tipe 2?
2. Apakah pengaruh pemberian rebusan daun kersen sebagai anti-diabetik pada pasien
penderita diabetes mellitus tipe 2?
3. Apakah yang paling Efisien daun kelor dan daun kersen sebagai anti-diabetic pada
pasien diabetes mellitus tipe 2?
1.3 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes melitus atau penyakit kencing manis merupakan penyakit menahun yang
dapat diderita seumur hidup (Sihotang, 2017). Diabetes melitus (DM) disebabkan oleh
gangguan metabolisme yang terjadi pada organ pankreas yang ditandai dengan
peningkatan gula darah atau sering disebut dengan kondisi hiperglikemia yang
disebabkan karena menurunnya jumlah insulin dari pankreas. Penyakit DM dapat
menimbulkan berbagai komplikasi baik makrovaskuler maupun mikrovaskuler. Penyakit
DM dapat mengakibatkan gangguan kardiovaskular yang dimana merupakan penyakit
yang terbilang cukup serius jika tidak secepatnya diberikanpenanganan sehingga mampu
meningkatkan penyakit hipertensi dan infark jantung
Etiologi dari penyakit diabetes yaitu gabungan antara faktor genetik dan faktor
lingkungan. Etiologi lain dari diabetes yaitu sekresi atau kerja insulin, abnormalitas
metabolik yang menganggu sekresi insulin, abnormalitas mitokondria, dan sekelompok
kondisi lain yang menganggu toleransi glukosa. Diabetes mellitus dapat muncul akibat
penyakit eksokrin pankreas ketika terjadi kerusakan pada mayoritas islet dari pankreas.
Hormon yang bekerja sebagai antagonis insulin juga dapat menyebabkan diabetes (Putra,
2015). Resistensi insulin pada otot adalah kelainan yang paling awal terdeteksi dari
diabetes tipe 1 (Taylor, 2013).
Adapun penyebab dari resistensi insulin yaitu: obesitas/kelebihan berat badan,
glukortikoid berlebih (sindrom cushing atau terapi steroid), hormon pertumbuhan
berlebih (akromegali), kehamilan, diabetes gestasional, penyakit ovarium polikistik,
lipodistrofi (didapat atau genetik, terkait dengan akumulasi lipid di hati), autoantibodi
pada reseptor insulin, mutasi reseptor insulin, mutasi reseptor aktivator proliferator
peroksisom (PPAR γ), mutasi yang menyebabkan obesitas genetik (misalnya: mutasi
4
reseptor melanokortin), dan hemochromatosis (penyakit keturunan yang menyebabkan
akumulasi besi jaringan) (Ozougwu et al., 2013).
Pada diabetes tipe I, sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun,
sehingga insulin tidak dapat diproduksi. Hiperglikemia puasa terjadi karena produksi
glukosa yang tidak dapat diukur oleh hati. Meskipun glukosa dalam makanan tetap
berada di dalam darah dan menyebabkan hiperglikemia postprandial (setelah makan),
glukosa tidak dapat disimpan di hati. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,
ginjal tidak akan dapat menyerap kembali semua glukosa yang telah disaring. Oleh
karena itu ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa yang disaring. Akibatnya, muncul
dalam urine (kencing manis). Saat glukosa berlebih diekskresikan dalam urine, limbah ini
akan disertai dengan ekskreta dan elektrolit yang berlebihan. Kondisi ini disebut diuresis
osmotik. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan buang air
kecil (poliuria) dan haus (polidipsia).
Kekurangan insulin juga dapat mengganggu metabolisme protein dan lemak, yang
menyebabkan penurunan berat badan. Jika terjadi kekurangan insulin, kelebihan protein
dalam darah yang bersirkulasi tidak akan disimpan di jaringan. Dengan tidak adanya
insulin, semua aspek metabolisme lemak akan meningkat pesat. Biasanya hal ini terjadi
di antara waktu makan, saat sekresi insulin minimal, namun saat sekresi insulin
mendekati, metabolisme lemak pada DM akan meningkat secara signifikan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah pembentukan glukosa dalam
darah, diperlukan peningkatan jumlah insulin yang disekresikan oleh sel beta pankreas.
Pada penderita gangguan toleransi glukosa, kondisi ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan, dan kadar glukosa akan tetap pada level normal atau sedikit meningkat.
Namun, jika sel beta tidak dapat memenuhi permintaan insulin yang meningkat, maka
kadar glukosa akan meningkat dan diabetes tipe II akan berkembang. (LESTARI, 2021)
5
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun
karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal.
Keadaan ini lazim disebut sebagai resistensi insulin. Resistensi insulin banyak terjadi
akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan.Pada penderita diabetes
melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak
terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe 2.
Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan
tidak absolut. Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi
resistensi insulin.
Apabila tidak ditangani dengan baik,pada perkembangan selanjutnya akan terjadi
kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif
seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan
insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan
kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.
Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima sesuai dengan
Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien DM. Tujuan Penatalaksanaan DM adalah
Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman
dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.
Jangka panjang: tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya
morbiditas dan mortalitas DM. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan
pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan profil lipid,melalui
pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan
perubahan perilaku. (Fatimah, 2015)
1. Diet
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
6
kebutuhan kalori dan zat gizi masingmasing individu. Pada penyandang diabetes
perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan
jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa
darah atau insulin. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% danprotein 10-15%. Untuk
menentukan status gizi, dihitung dengan BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa
Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Untuk mengetahui nilai IMT ini,
dapat dihitung dengan rumus berikut:
BeratBadan (Kg)
IMT = ------------------------------------------------
Tinggi Badan (m)Xtinggi Badan (m)
2. Exercise (latihan fisik/olahraga)
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
menit, yang sifatnya sesuai dengan Continous, Rhythmical, Interval, Progresive,
Endurance (CRIPE). Training sesuai dengan kemampuan pasien. Sebagai contoh
adalah olah raga ringan jalan kaki biasa selama 30 menit. Hindarkan kebiasaan hidup
yang kurang gerak atau bermalasmalasan.
3. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan. Pendidikan kesehatan
pencegahan primer harus diberikan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi.
Pendidikan kesehatan sekunder diberikan kepada kelompok pasien DM. Sedangkan
pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang sudah
mengidap DM dengan penyulit menahun.
4. Obat : oral hipoglikemik, insulin. Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan
latihan fisik tetapi tidak berhasil mengendalikan kadar gula darah maka
dipertimbangkan pemakaian obat hipoglikemik
7
2.2 Konsep Daun Kelor
2.2.2 Klasifikasi
8
2.2.3 Kandungan Daun Kelor
9
manusia dan harus dikonsumsi sebagai bagian dari diet. Dua belas yang tersisa adalah
asam amino nonesensial. Kelor mengandung 18 asam amino yang terdiri dari 8 asam
amino esensial (isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, valin) dan
10 asam amino non-esensial (alanin, arginine, asam aspartat, sistin, glutamin, glycine,
histidine,proline, serine, tyrosine).
Anti-inflamasi Peradangan atau inflamasi adalah bengkak kemerahan, panas, dan
nyeri pada jaringan karena cedera fisik, kimiawi, infeksi atau reaksi alergi. Sedangkan
anti-inflamasi adalah obat-obatan yang mengurangi tanda-tanda dan gejala inflamasi.
10
BAB III
3.1 Desain
Metode yang digunakan adalah desain naratif deskriptif dengan pendekatan literature
review. Studi literature review adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan data atau
sumber yang berhubungan pada sebuah topic tertentu yang bisa didapat dari sumber
seperti jurnal, buku, internet, dan pustaka lain. Desain penelitian yang diambil dalam
penelusuran ilmiah ini adalah studi deskriptif, studi kasus, dan studi eksperimental.
Intervensi utama yang ditelaah pada penelusuran ilmiah ini adalah pengaruh rebusan
daun kelor dalam meningkatkan kadar glukosa darah. Outcome yang diukur dalam
penelusuran ilmiah ini adalah hasil dari perbandingan teori dengan penelitian penelitian
yang ada.
Subyek pada penelitian ini berupa artikel artikel dengan topik pengaruh rebusan daun
kelor terhadap penurunan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus dari
literature hasil penelitian yang telah dipublikasikan, dengan jumlah artikel penelitian
sebanyak 5 artikel.
Lokasi dan waktu penelitian adalah suatu tempat atau wilayah dimana peneliti tersebut
dilakukan. Lokasi dan waktu pelaksanaan penelitian literature berdasarkan pengumpulan
data yang berasal dari journal dan artikel ilmiah. (Mardhiah, 2021)
Lokasi atau tempat literature review ini adalah Desa Kedungrejo RT 03 RW 04
Kecamatan Pakis Kabupaten Malang, waktu penelitian adalah tanggal 2-3 Maret 2022.
Fokus studi penelitian ini adalah pengaruh pemberian air rebusan daun kelor terhadap
penurunan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus.
11
Tabel 3. 1 Definisi Operasional
3 Kadar glukosa darah Penilaian kadar glukosa Kadar glukosa darah Glucometer
dalam darah pada 2 jam setelah
penderita DM yang telah mengkonsumsi
di diagnose oleh Dokter seduhan daun kelor
Jenis data yang digunakan dalam penelitian studi literature review ini adalah data
sekunder dengan mengumpulkan dan mengolah data dari jurnal yang berkaitan dengan
topik penelitian. Cara pengumpulan data pada penelitian ini adalah studi literature
review yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menelaah kepustakaan atau jurnal
yang berkaitan dengan judul penelitian.
12
3.6 Analisis Data dan Penyajian Data
Data yang diperoleh dari hasil studi literature review disajikan secara manual dalam
bentuk tabel, setelah itu dinarasikan sebagai penjelasan untuk melihat persamaan,
kelebihan dan kekurangan penelitian dengan literature review.
Menurut Wagner & Wiffen (2011) terdapat beberapa standart etik ketika melakukan
kajian literature, yaitu :
1. Hindari duplikat publikasi dengan cara menyeleksi artikel yang sama pada setiap
database yang digunakan agar tidak terjadi double counting.
2. Hindari plagiat dengan cara mengutip hasil penelitian orang lain dengan
mencantumkan ketentuan APA style untuk mencegah plagiarism
3. Memastikan data yang dipublikasikan telah diekstraksi secara akurat dan tidak
adanya indikasi untuk mencoba mencondongkan data kearah tertentu.
4. Transparasi dengan cara memaparkan segala sesuatu yang terjadi selama penelitian
dengan jelas dan terbuka
13
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, S., Ramdhan, T., & Yanis, M. (2015). Kandungan Nutrisi dan Sifat Fungsional
Tanaman Kelor (Moringa oleifera). Buletin Pertanian Perkotaan, 35-44.
Mardhiah, A. (2021, Agustus 06). Bab 3 Aina MM. Retrieved Maret 03, 2022, from
https://www.scribd.com/document/519064548/bab-3-aina-mm
14
LAMPIRAN
Lampiran 1
(Putri, 2014)
Prosedur :
15