Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

DIABETES INSIPIDUS

Di Susun Oleh :

Muhamad Fazrul Zikri (2211101018)


Rika Febriyanti (2211101024)
Sopira Angelina (2211101030)

UNIVERSITAS CENDEKIA ABDITAMA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN
Jl. Islamic Raya, Klp. Dua, Kec. Klp. Dua, Kabupaten Tangerang, Banten
Tahun Ajaran
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepata Allah swt berkat kuasanya saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan waktu yang diharapkan. Makalah ini dibuat guna untuk memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan medikal bedah yang membahas materi tentang “Diabetes Insipidus”.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan maka dari itu kritik dan saran
dosen dan pembaca dapat membantu untuk mengenmbangkan makalah ini. Saya juga
berterimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini, semoga dengan
makalah ini dapat menambah wawasan kita mengenai penyakit Diabetes Insipidus.

Tangerang, 03 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................................................. i
KATA PENGANTR ...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................iii
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 2
A. Definisi ........................................................................................................................................ 2
B. Klasifikasi Diabetes Insipidus ................................................................................................... 2
C. Etiologi ........................................................................................................................................ 3
D. Patofisiologi ................................................................................................................................ 4
E. Pathway ....................................................................................................................................... 4
F. Manifestasi Klinis ....................................................................................................................... 5
G. Pemeriksaan penunjang ............................................................................................................ 6
H. Komplikasi ................................................................................................................................. 6
I. Penatalaksanaan .......................................................................................................................... 7
J. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................................................... 7
BAB III .............................................................................................................................................. 12
PENUTUP ......................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 12
B. Saran ......................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan produksi, sekresi, dan
fungsi dari Anti Diuretic Hormone (ADH) serta kelainan ginjal yang tidak berespon terhadap kerja
ADH fisiologis, yang ditandai dengan rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran
sejumlah besar air kemih yang sangat encer (poliuri).
Polidipsia dan poliuria dengan urin encer, hipernatremia, dan dehidrasi adalah keunggulan dari
diabetes insipidus. Pasien yang memiliki diabetes insipidus tidak dapat menghemat air dan dapat
menjadi sangat dehidrasi bila kekurangan air. Poliuria melebihi 5 mL / kg per jam, urin encer.
Kondisi ini menimbulkan polidipsia dan poliuria. Jumlah pasien diabetes insipidus dalam kurun
waktu 20 – 30 tahun kedepan akan mengalami kenaikan jumlah penderita yang sangat signifikan.
Dalam rangka mengantisipasi ledakan jumlah penderita diabetes insipidus, maka upaya yang paling
tepat adalah melakukan pencegahan salah satunya dengan mengatur pola makan dan gaya hidup
dengan yang lebih baik.
Dalam hal ini peran profesi dokter, perawat, dan ahli gizi sangat ditantang untuk menekan jumlah
penderita diabetes Insipidus baik yang sudah terdiagnosis maupun yang belum. Selain itu dalam hal
ini peran perawat sangat penting yaitu harus selalu mengkaji setiap respon klinis yang ditimbulkan
oleh penderita diabetes insipidus untuk menentukan Asuhan Keperawatan yang tepat untuk
penderita Diabetes Insipidus.

B. Ruang Lingkup Masalah


Dalam makalah ini penulis hanya membahas tentang konsep ”Asuhan keperawatan pada klien
dengan Diabetes Insipidus”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa-mahasiswi memperoleh informasi dan gambaran pada pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien dengan Diabetes Insipidus.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i dapat menjelaskan konsep teori Diabetes Insipidus.
b. Mahasiswa/i mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan Diabetes Insipidus.
c. Mahasiswa/i mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan Diabetes Insipidus.
d. Mahasiswa/i mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes
Insipidus.
e. Mahasiswa/i mampu menerapkan rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien engan
Diabetes Insipidus.
f. Mahasiswa/i mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Diabetes
Insipidus.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Diabetes insipidus adalah kelainan endokrin yang ditandai dengan polidipsi dan poliuri. Dua
mekanisme yang mendasari adalah gangguan pelepasan ADH oleh hipotalamus atau hipofisis
(sentral) dan gangguan respons terhadap ADH oleh ginjal(nefrogenik) (Kusmana, 2016). Diabetes
Insipidus (DI) adalah penyakit yang sangat kompleks dan langka. Kata”Diabetes Insipidus” adalah
gabungan dua kata “Diabetes” dan “Insipidus”. Diabetes adalah kata asal Yunani yang berarti
“siphon” dan Insipidus adalah kata asal Latin yang berarti “tanpa rasa” . DI sebenarnya adalah
ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan air karena patofisiologi produksi hormon
antidiuretik (ADH) dan penyakit lainnya. ADH diproduksi oleh syaraf supraoptik dan nukleus
paraventrikular yang terletak di hipotalamus.
Setelah produksi ADH mengalir deras sepanjang saluranhipotiroid- hypophyseal dan disimpan di
hipofisis posterior, yang mana tepat di stimulus dari osmoreseptor, dilepaskan dari lokasi
penyimpanannya Produksi. (Abbas,dkk.,2016).Menurut NIDDK, Diabetes insipidus adalah kelainan
langka yang terjadi saatginjal seseorang mengeluarkan sejumlah besar urine yang tidak normal yang
tidak sedapdan encer. Pada kebanyakan orang, ginjal mengeluarkan sekitar 1 sampai 2 liter
airkencing sehari. Pada orang dengan diabetes insipidus, ginjal bisa mengeluarkan 3 sampai20 liter
air kencing sehari. Akibatnya, penderita diabetes insipidus mungkin merasa perluminum sejumlah
besar cairan.

B. Klasifikasi Diabetes Insipidus


Klasifikasi Diabetes Insipidus menurut Buku Ajar Patofisiologi Kedokteran, 2007.Jakarta:EGC1.
1. Diabetes insipidus sentral (neurogenik)
Merupakan bentuk tersering dari diabetes insipidus dan biasanya Berakibat fatal. Diabetes
insipidus sentral merupakan manifestasi dari kerusakan hipofisis yang berakibat terganggunya
sintesis dan penyimpanan ADH. Hal ini bisa disebabkan olehkerusakan nucleus supraoptik,
paraventrikular, dan filiformis hipotalamus yangmensistesis ADH. Selain itu, diabetes insipidus
sentral (DIS) juga timbul karena. Gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson
traktus supraoptikohipofisealis dan akson hipofisis posterior di mana ADH disimpan untuk
sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan.
Penanganan pada keadaan DI sentral adalah dengan pemberian sintetik ADH(desmopressin) yang
tersedia dalam bentuk injeksi, nasal spray, maupun pil. Selama mengkonsumsi desmopressin,
pasien harus minum hanya jika haus. Mekanisme obatini yaitu menghambat ekskresi air sehingga
ginjal mengekskresikan sedikit urin dankurang peka terhadap perubahan keseimbangan cairan
dalam tubuh.

2. Diabetes Insipidus Nefrogenik


Keadaan ini terjadi bila ginjal kurang peka terhadap ADH. Hal ini dapat disebabkan oleh
konsumsi obat seperti lithium, atau proses kronik ginjal seperti penyakit ginjal polikistik, gagal
ginjal, blok parsial ureter, sickle cell disease, Dan kelainan genetik, maupun idiopatik. Pada
keadaan ini, terapi desmopressin tidak akan berpengaruh. Penderita diterapi dengan
hydrochlorothiazide (HCTZ) atau indomethacin. HCTZ kadang dikombinasikan dengan amiloride.
Saat mengkonsumsiobat ini, pasien hanya boleh minum jika haus untuk mengatasi terjadinya
volumeoverload.
3. Diabetes Insipidus Dipsogenik
Kelainan ini disebabkan oleh kerusakan dalam mekanisme haus dihipotalamus. Defek ini
mengakibatkan peningkatan rasa haus yang abnormal sehinggaterjadi supresi sekresi ADH dan
peningkatan output urin. Desmopressin tidak boleh digunakan untuk penanganan diabetes insipidus

2
dipsogenik karena akan menurunkanoutput urin tetapi tidak menekan rasa haus. Akibatnya, input air
akan terus bertambahsehingga terjadi volume overload yang berakibat intoksikasivair (suatu kondisi
dimanakonsentrasi Na dalam darah rendah/hiponatremia) danvdapat berefek fatal pada otak.Belum
ditemukan pengobatan yang tepat untukvdiabetes insipidus dipsogenik.

4. Diabetes insipidus gestasional


Diabetes insipidus gestasional terjadi hanya saat hamil jika enzim yang dibuat plasenta merusak
ADH ibu. Kebanyakan kasus diabetes insipidus pada kehamilan membaik diterapi dengan
desmopressin. Pada kasus dimana terdapat abnormalitasdari mekanisme haus, desmopresin tidak
boleh digunakan sebagai terapi.

C. Etiologi
Diabetes insipidus sentral disebabkan kondisi-kondisi yang mengganggu pembuatan,
penyimpanan, dan pelepasan ADH. Angka kejadian sama antara laki- laki dan perempuan, dapat
terjadi pada seluruh rentang usia, dengan onset terutama pada usia10-20 tahun. Penyebab diabetes
insipidus sentral dibagi menjadi dua kategori (Tabel 1):
1. Didapat
a. Kerusakan regio hipotalamoneurohipofiseal karena trauma kepala, operasi, atau tumor.
Kerusakan bagian proksimal (30-40% kasus pasca-operasi traumakepala) menghancurkan lebih
banyak neuron dibandingkan kerusakan bagiandistal (50-60% kasus).
b. Idiopatik. Sebanyak 50% kasus diabetes insipidus sentral dilaporkan sebagaikasus idiopatik;
sering disebabkan lesi intrakranial yang lambat pertumbuhannya. Beberapa otopsi kasus juga
menunjukkan atrofineurohipofisis, nukleus supraoptik, atau paraventrikuler. Laporan lain mencatat
antibodi bersirkulasi yang melawan neuron hipotalamus penghasil ADH,sehingga ada dugaan
peranan autoimun. Kasus idiopatik memerlukan pengkajian lebih cermat.
c. Kelainan vaskular. Contoh: aneurisma dan sindrom Sheehan.
d. Racun kimia, antara lain racun ular.

2. Diturunkan
Bersifat genetik. Beberapa jenis resesif autosomal dan x-linked Diabetes insipidusnefrogenik
disebabkan adanya gangguan struktur atau fungsi ginjal, baik permanen maupun sementara, akibat
penyakit ginjal (penyebab tersering),
obatobatan, ataukondisi lain yang menurunkan sensitivitas ginjal terhadap ADH. Secara
patofisiologi,kerusakan ginjal dapat berupa: Gangguan pembentukan dan/ atau pemeliharaangradien
osmotik kortikomedular yang mengatur tekanan osmosis air dari duktuskolektikus menuju
interstisial. Gangguan penyesuaian osmosis antara isi tubulus danmedula di interstisial karena aliran
cepat di tubulus akibat kerusakan komponen proksimal dan/atau distal sistem ADH-CAMP.
Penyebab diabetes insipidusnefrogenik dibagi menjadi dua kategori.

1. Didapat
a. Penyakit ginjal. Penyakit ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronis akan mengganggu
kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasi urin.10-12
b. Obat, terutama lithium.14 Sekitar 55% pengguna lithium jangka Panjang mengalami gangguan
mengkonsentrasi urin.15,16 Obat lain sepertigentamisin dan furosemid.
c. Gangguan elektrolit. Pada hipokalemia terjadi gangguan dalam halmenciptakan dan
mempertahankan gradien osmotik di medula. Selain itu,terjadi resistensi terhadap efek hidro-
osmotik ADH di duktus kolektikus.Pada hiperkalsemia terjadi kalsifikasi dan fibrosis yang
menyebabkangangguan anatomis ginjal, sehingga mengganggu mekanisme konsentrasiurin.

3
d. Kondisi lain. Kehamilan, mieloma multipel, Sickle cell anemia , kekurangan protein,
amiloidosis, dan sindroma Sjorgen dapat menyebabkan diabetesinsipidus nefrogenik.

2. Diturunkan
a. Mutasi gen yang mengkode reseptor ADH tipe-2 (reseptor V2 atau AVPR2) pada kromosom
Xq28 adalah bentuk paling sering.
b. Mutasi gen Aquaporin -2 (AQP2) pada kromosom 12q13 (1% kasus)menyebabkan
peningkatan kanal air yang diekspresikan di duktus kolektikus ginjal.

D. Patofisiologi
Vasopresin arginin merupakan suatu hormon antidiuretik yang dibuat di nucleussupraoptik,
paraventrikular , dan filiformis hipotalamus, bersama dengan pengikatnya yaitu neurofisin II.
Vasopresin kemudian diangkut dari badan sel neuron (tempat pembuatannya), melalui akson
menuju ke ujung saraf yang berada di kelenjar hipofisis posterior, yang merupakan tempat
penyimpanannya. Secara fisiologis, vasopressin danneurofisin yang tidak aktif akan disekresikan
bila ada rangsang tertentu. Sekresivasopresin diatur oleh rangsang yang meningkat pada reseptor
volume dan osmotic.Peningkatan osmolalitas cairan ekstraseluler atau penurunan volume
intravaskuler akanmerangsang sekresi vasopresin.
Vasopressin kemudian meningkatkan permeabilitas epitel duktus pengumpulginjal terhadap air
melalui suatu mekanisme yang melibatkan pengaktifan adenolisin dan peningkatan AMP siklik.
Akibatnya, konsentrasi kemih meningkat dan osmolalitasserum menurun. Osmolalitas serum
biasanya dipertahankan konstan dengan batas yangsempit antara 290 dan 296 mOsm/kg H2O.
Gangguan dari fisiologi vasopressin ini dapatmenyebabkan pengumpulan air pada duktus
pengumpul ginjal karena berkurang permeabilitasnya, yang akan menyebabkan poliuria atau banyak
kencing.Selain itu, peningkatan osmolalitas plasma akan merangsang pusat haus, dansebaliknya
penurunan osmolalitas plasma akan menekan pusat haus.
Ambang rangsangosmotic pusat haus lebih tinggi dibandingkan ambang rangsang sekresi
vasopresin.Sehingga apabila osmolalitas plasma meningkat, maka tubuh terlebih dahulu
akanmengatasinya dengan mensekresi vasopresin yang apabila masih meningkat akanmerangsang
pusat haus, yang akan berimplikasi orang tersebut minum banyak(polidipsia).Secara patogenesis,
diabetes insipidus dibagi menjadi 2 yaitu diabetes insipidussentral, dimana gangguannya pada
vasopresin itu sendiri dan diabetes insipidusnefrogenik, dimana gangguannya adalah karena tidak
responsifnya tubulus ginjalterhadap vasopresin. Diabetes insipidus sentral dapat disebabkan oleh
kegagalan pelepasan hormone antidiuretik ADH yang merupakan kegagalan sintesis atau
penyimpanan. Hal ini bisa disebabkan oleh kerusakan nucleus supraoptik, paraventrikular, dan
filiformis hipotalamus yang mensistesis ADH. Selain itu, DIS juga timbul karena gangguan
pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson traktussupraoptikohipofisealis dan aksin hipofisis
posterior di mana ADH disimpan untuksewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika
dibutuhkan. DIS dapat juga terjadi Karena tidak adanya sintesis ADH, atau sintesis ADH yang
kuantitatif tidak mencukupikebutuhan, atau kuantitatif cukup tetapi tidak berfungsi normal.
Terakhir, ditemukan bahwa DIS dapat juga terjadi karena terbentuknya antibody terhadap ADH.

E.Pathway

4
F. Manifestasi Klinis
1. Poliuria : haluaran urin harian dalam jumlah yang sangat banyak dengan urin yang sangat encer,
berat jenis urin 1,001 sampai 1,005. Biasanya mempunyai awitan yang mendadak, tetapi mungkin
secara tersamar pada orang dewasa.
2. Polidipsia : rasanya sangat kehausan , 4 sampai 40 liter cairan setiap hari terutamasangat
membutuhkan air yang dingin.
3. Tidur terganggu karena poliuria dan nokturia.
4. Penggantian air yang tidak cukup dapat menyebabkan
a. Hiperosmolalitas dan gangguan SSP ( cepat marah, disorientasi, koma dan hipertermia )
b. Hipovolemia, hipotensi, takikardia, mukosa kering dan turgor kulit buruk.
5. Dehidrasi Bila tidak mendapat cairan yang adekuat akan terjadi dehidrasi. Komplikasidari
dehidrasi, bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai dengan muntah dankejang-kejang. Jika
tidak segera terdiagnosis dan diobati, bisa terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami
keterbelakangan mental. Dehidrasi yang sering berulang juga akan menghambat perkembangan
fisik.Gejala lain :
1. Penurunan berat badan
2. Bola mata cekung
3. Hipotensi
4. Tidak berkeringat atau keringat sedikit, sehingga kulit kering dan pucat

5
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Diabetes Insipidus adalah:

1. Hickey-Hare atau Carter-Robbins test.


Pemberian infuse larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normalakan menurunkan
jumlah urin. Sedangkan pada diabetes insipidus urin akan menetap atau bertambah. Pemberian
pitresin akan menyebabkan turunnya jumlahurin pada pasien DIS dan menetapnya jumlah urin pada
pasien DIN.

2. Fluid deprivation menurut Martin Golberg.


a. Sebelum pengujian dimulai, pasien diminta untuk mengosongkan kandung kencingnya
kemudian ditimbah berat badannya, diperiksa volum dan berat jenisatau osmolalitas urin pertama.
Pada saat ini diambil sampel plasma untuk diuku rosmolalitasnya.
b. Pasien diminta buang air kecil sesering mungkin paling sedikit setiap jam
c. Pasien ditimbang setiap jam bila diuresis lebih dari 300 ml/jam atau setiap 3 jam bila dieresis
kurang dari 300 ml/jam.

3.Laboraturium: darah, urinalisis fisis dan kimia.


Jumlah urin biasanya didapatkan lebih dari 4-10 liter dan berat jenis bervariasidari 1,001-1,005
dengan urin yang encer. Pada keadaan normal, osmolalitas plasmakurang dari 290 mOsml/l dan
osmolalitas urin osmolalitas urin 300-450 mOsmol/l. Pada keadaan dehidrasi, berat jenis urin bisa
mencapai 1,010, osmolalitas plasmalebih dari 295 mOsmol/l dan osmolalitas urin 50-150 mOsmol/l.
Urin pucat atau jernih dan kadar natrium urin rendah. Pemeriksaan laboraturium menunjukkan
kadarnatrium yang tinggi dalam darah. Fungsi ginjal lainnya tampak normal.

4.Tes deprivasi air diperlukan untuk pasien dengan diabetes insipidus dengan defisiensiADH
parsial dan juga untuk membedakan diabetes insipidus dengan polidipsia primer pada anak.
Pemeriksaan harus dilakukan pagi hari. Hitung berat badan anakdan periksa kadar osmolalitas
plasma urin setiap 2 jam. Pada keadaan normal,osmolalitas akan naik (<300) namun output urin
akan berkurang dengan berat jenisyang baik (800-1200).
5. Radioimunoassay untuk vasopressinKadar plasma yang selalu kurang drai 0,5 pg/mL
menunjukkan diabetesinsipidus neurogenik berat. Kadar AVP yang subnormal pada
hiperosmolalitas yangmenyertai menunjukkan diabetes insipidus neurogenik parsial. Pemeriksaan
ini berguna dalam membedakan diabetes insipidus parsial dengan polidipsia primer.
6. Rontgen craniumRontgen cranium dapat menunjukkan adanya bukti tumor intrakranium
sepertikalsifikasi, pembesaran slla tursunika, erosi prosesus klinoid, atau makin melebarnya sutura.
7. MRIMRI diindikasikan pada pasien yang dicurigai menderita diabetes insipidus.Gambaran
MRI dengan T1 dapat membedakan kelenjar pitutaria anterior dan posterior dengan isyarat
hiperintense atau disebut titik terang atau isyarat terang

H. Komplikasi
1. Hipertonik enselopati
2. Gagal tumbuh
3.Kejang terlalu cepat koreksi hipernatremia, sehingga edema serebral
4.Dehidrasi berat dapat terjadi apabila tidak tersedia air minum dalam jumlah besar

A. Tes Diagnostik

6
1. Tes darah
Tes darah bertujuan untuk untuk mengukur kadar gula darah dan elektrolit. Tes darah dapat
membantu perawat membedakan apakah keluhan sering minum dan sering buang air kecil pada
pasien disebabkan oleh diabetes insipidus atau diabetes melitus. Melalui tes kadar ADH dalam
darah, dokter juga dapat menentukan jenis diabetes insipidus yang diderita pasien.
2. Tes deprivasi air
Tes deprivasi air bertujuan untuk mengukur berat badan, kadar sodium dalam darah, dan jumlah
urine, setelah pasien tidak minum selama beberapa waktu. perawat juga akan mengukur kadar ADH
dalam darah atau memberikan ADH sintetis selama tes ini berlangsung.
3. Tes hormon antidiuretik
Tes hormon antidiuretik (ADH) bertujuan untuk mengetahui reaksi tubuh pasien setelah
diberikan suntik ADH. Prosedur ini dilakukan setelah tes deprivasi air. Jika suntik ADH dapat
mengurangi jumlah produksi urine pasien, dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki diabetes
insipidus kranial akibat kekurangan ADH. Namun, jika pasien tetap memproduksi banyak urine,
dapat diduga gangguan berasal dari ginjal (diabetes insipidus nefrogenik).
4. Magnetic resonance imaging (MRI)
Jika Anda diduga menderita diabetes insipidus kranial karena kerusakan pada hipotalamus atau
kelenjar pituitari, dokter akan melakukan MRI untuk menyelidikinya lebih lanjut. Melalui MRI,
dokter bisa melihat penyebab dari kerusakan tersebut.

I. Penatalaksanaan
1. Terapi cairan parenteral
Untuk mencegah dehidrasi, penderita harus selalu minum cairan dalam jumlah yang cukup ketika
mereka merasa haus karena penyakit diabetes insipidus merupakan suatu kelainan dimana terdapat
kekurangan hormon antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan dan pengeluaran
sejumlah besar air kemih yang sangatencer sehingga penderita bayi dan anak-anak harus sering
diberi minum.
2. Jika hanya kekurangan ADH, dapat diberikan obat Clorpropamide, clofibrate untuk merangsang
sintesis ADH di hipotalamus.
3. Jika berat diberikan ADH melalui semprotan hidung dan diberikan vasopressin
Atau desmopresin asetat (dimodifikasi dari hormon antidiuretik). Pemberian beberapa kalisehari
berguna untuk mempertahankan pengeluaran air kemih yang normal. Terlalu banyak
mengkonsumsi obat ini dapat menyebabkan penimbunan airan, pembengkakan dan gangguan
lainnya.
4. Obat-obat tertentu dapat membantu, seperti diuretik tiazid
(misalnyahidrochlorothiazid/HCT) dan obat-obat anti peradangan non-steroid
(misalnyaindometacin atau tolmetin).
5. Pada DIS yang komplit, biasanya diperlukan terapi hormone pengganti (hormonalreplacement)
DDAVP (1-desamino-8-d-arginine vasopressin) yang merupakan pilihan utama. Selain itu, bisa
juga digunakan terapi adjuvant yang mengatur keseimbanganair, seperti: Diuretik Tiazid,
Klorpropamid, Klofibrat, dan Karbamazepin.

J. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap paling awal yang dilakukan dalam tindakan proses asuhan
keperawatan. Pengkajian meliputi proses yang sistematis yaitu meliputi pengumpulan, verifikasi
serta komunikasi data dari sumber primer yaitu klien,dan data sekunder yaitu keluarga dari pasien.
Perolehan data dari sumber klien dan keluarga sendiri bersifat data subyektif adapun proses
pengkajian meliputi(Potter dan Perry, 2005)

7
1). Identitas klien
Identitas klien terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, tanggal lahir,suku/bangsa, status
perkawinan, pendidikan, alamat, nomor register,tanggal datang ke rumah sakit, dan tanggal
pengkajian
2). Identitas penanggung jawab
meliputi nama, umur, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien dan alamat.
3). Diagnosa medis
Sebuah diagnosa yang diangkat atau ditegakkan oleh dokter yang menangani kasus penyakit
tersebut dengan penjelasan dari singkatan-singkatan atau biasa disebut dengan istilah medis.
4). Keluhan Utama
Merupakan perasaan atau keadaan yang paling pertama di keluhkanoleh klien akibat perasaan
yang tidak nyaman dan paling mengganggu aktivitas. Pada diabetes insipidus umumnya adalah
keluhan utama umum muncul yaitu nocturia (rasa sering buang air kecil).
5). Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit klien yangsekarang dialami sejak klien
mengalami keluhan pertama kalinya sampai klien memutuskan ke rumah sakit. Kronologis kejadian
yang harus diceritakan meliputi waktu kejadian, cara/proses, tempat,suasana, manifestasi klinis,
riwayat pengobatan, persepsi tentang penyebab dan penyakit. Jika terdapat keluhan nyeri maka
diser tai pengkajian nyeri PQRST. Biasanya tanda yang awal muncul pada penderita diabetes
insipidus yaitu merasa selalu haus meski sudah minum, sering buang air kecil dalam jumlah yang
banyak, baik siang maupun malam hari, urine berwarna pucat atau tidak berwarna, sering terbangun
di malam hari untuk buang air kecil
6). Riwayat kesehatan terdahulu
Sebuah keadaan dimana berhubungan dengan masalah kesehatan klien terdahulu sebelum muncul
masalah kesehatan terbaru.
7). Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keehatan keluarga merupakan faktor bawaan yang Bisa dibawa oleh penderita diabetes
insipidus yang ada hubungannya dengan riwayat penyakit keluarga.
8). Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ( Dari kepala sampai ujung Kaki ) dengan menggunakan IPPA terdapat 4
teknik pengkajian yang secara universal diterima untuk digunakan selama pemeriksaan fisik:
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Teknik-teknik ini digunakan sebagai bingkai kerja yang
menfokuskan pada indera penglihatan, pendengaran, sentuhan dan penciuman.
9). Pengkajian Fungsional Pemeriksaan Fisik Meliputi :
a. Keadaan umum: Kaji tingkat kesadaran GCS kehilangan sensasi,susunan saraf dikaji Nevrus
I-XII gangguan penlihatan, gangguan ingatan Mengkaji tanda-tanda vital.
b. Kesadaran: Bisa composmentis sampai mengalami penurunan
kesadaran kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji I-XII gangguan penglihatan, gangguan ingatan,
tonus otot menurun dan kehilangan reflek tonus, BB biasanya mengalami penurunan, tanda-tanda
vital biasanya melebihi batas normal.
c. Vital sign : untuk mengetahui tanda-tanda vital mislanya suhu,tekanan
darah,nadi,pernapasan.dan sebagainya.
d. Kepala Inspeksi: Kesimetrisan wajah dan tengkorak, warna dan distribus Rambut ada kulit
kepala.
Palpasi: Keadaan rambut, tengkorak, kulit kepala massa pembengkakan.
e. Mata
- Inspeksi: Bola mata, kelopak mata, bulu mata, kulit, keluasan mata membuka, konjungtiva dan
sclera, warna dan ukuran iris, reaksi pupil terhadap cahaya, gerakan mata, lapang pandang (visus).
- Palpasi: Tekanan bola mata, nyeri tekan.
f. Telinga

8
- Inspeksi: Telinga luar (bentuk, warna, masa).
- Palpasi: Jaringan lunak, jaringan keras, tragus.
g. Hidung dan sinus-sinus
- Inspeksi: Bentuk hidung, keadaan kulit, kesimetrisan lubang hidung.
- Palpasi: Bagian luar hidung, mobilitas septum, sinus maksilaris, sinus frontalis.
h. Mulut dan Faring
- Inspeksi: Bibir, gigi dan gusi, bau mulut atau kebersihan, lidah,
selaput lendir mulut, faring.
- Palpasi: Pipi, palatum, dasar mulut, lidah.
i. Leher
- Inspeksi: Bentuk kulit, tiroid.
- Palpasi: Kelenjar limfe, kelenjar tiroid, trakea.
J. Pengkajian Dada dan Paru-Paru
- Inspeksi: Postur, bentuk, kesimetrisan ekspansi, keadaan kulit.
- Palpasi: Keadaan kulit dinding dada, nyeri tekan, masa, peradangan, kesimetrisan ekspansi,
vibrasi yang dapat teraba.
- Perkusi: Bunyi perkusi paru normal disebut sonor.
- Auskultasi:Mengkaji kondisi paru-paru dan rongga pleura menggunakan stetoskop.
k. Pengkajian Sistem Kardiovaskuler
- Inspeksi: Ketidaknormalan denyut atau dorongan
- Palpasi: Meraba area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada atau tidaknya pulsasi.
- Perkusi: Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar.
- Auskultasi: Mendengar detak jantung, bunyi jantung dapat didiskripsikan dengan “lup” “dup”
l. Pengkajian Abdomen
- Inspeksi: Mengetahui bentuk dan gerakan-gerakan abdomen, kontur permukaan abdomen, adanya
retraksi, penonjolan, serta ketidaksimetrisan.
- Palpasi: bentuk, ukuran, konsistensi organ, dan struktur di dalam abdomen.
- Perkusi: mendengar atau mendeteksi adanya gas, cairan, atau masa di dalam abdomen.
- Auskultasi: mendengar dua suara abdomen yaitu bising usus (peristaltic)
m. Pengkajian Alat Kelamin
a. Alat Kelamin Pria
-Inspeksi: Rambut pubis, penyebarannya dan pola pertumbuhannya, kulit, ukuran, adanya kelainan
lain yang tampak pada penis, inspeksi skrotum dan perhatikan bila ada tanda kemerahan, bengkak,
ulkus, ekskoriasi, atau nodular.
- Palpasi: Nyeri tekan, benjolan, kemungkinan adanya cairan kental yang keluar, palpasi skrotum
dan testis, perhatikan ukuran, konsistensi, bentuk, dan kelicinannya. Testis normal (teraba elastic,
licin, tidak ada benjolan atau masa). Palpasi epididimis dari pucuk testis kebelakang. Normalnya
(lunak).Palpasi saluran sperma yang terasa lebih keras daripada epididimis.
b. Alat Kelamin Wanita
-Inspeksi: Amati rambut pubis, distribusi dan jumlahnya, amati kulit dan area pubis, buka dan amati
labia mayora, labia minora, klitoris, dan meatus uretra.
- Palpasi: Meraba dinding vagina untuk mengetahui adanya nyeri tekan. Palpasi serviks dan
perhatikan posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan nyeri tekan.
n. Pengkajian Sistem Muskuloskeletal (Otot, Tulang dan Persendian)
1. Otot
- Inspeksi: Ukuran, amati otot dan tendon.
- Palpasi: Tonus otot, kelemahan (flaksiditas).

2. Tulang
- Inspeksi: Amati susunan tulang dan deformitas

9
- Palpasi: Edema atau nyeri tulang.
3. Persendian
- Inspeksi: Amati untuk mengetahui adanya gangguan
persendian.
- Palpasi: Nyeri tekan.

10). Pola Fungsional


a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat:
Pada pasien dengan kasus diabetes insipidus jadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit diabetes insipidus sehingga menimbulkan persepsi
yang negatif terhadap dirinya
b. Pola istirahat dan tidur
kaji pola tidur klien. Klien dengan diabetes insipidus mengalami kencing terus menerus saat malam
hari sehingga mengganggu pola tidur/istirahat klien.
c. Pola aktivitas dan latihan
-kaji rasa nyeri/nafas pendek saat aktivitas/latihan
-kaji keterbatasan aktivitas sehari-hari (keluhan lemah, letih sulit bergerak).
d. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Mengkaji jenis, jumlah, dan waktu makan selama di rumah dan di rumah sakit. Pantangan
makanan?, Kesulitan menelan, mengunyah, mual, anoreksia.
e. Pola Eliminasi
Kaji frekuensi eliminasi urine klien serta karakteristik urine klien, klien dengan penyakit diabetes
insipidus mengalami pliuria ( sering kencing)
f. Pola istirahat dan tidur
kaji pola tidur klien. Klien dengan diabetes insipidus mengalami kencing terus menerus saat malam
hari sehingga mengganggu pola tidur/istirahat klien.
g. Pola kognitif/perceptual
kaji fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam
menjawab pertanyaan
h. Pola peran dan hubungan
kaji peengaruh sakit yang diderita klien terhadap pekerjaannya kaji keefektifan hubungan klien
dengan orang terdekatnya.
i. Pola seksualitas/reproduksi
kaji dampak sakit terhadap seksualitas. Kaji perubahan perhatian terhadap aktivitas seksualitas.
j. Pola koping/toleransi stres
kaji metode kopping yang digunakan klien untuk menghidari stress system pendukung dalam
mengatasi stress
k. Pola nilai/ kepercayaan
Kaji apakah klien tetap melaksanakan kewajibannya sebagai orang yang beragama ketika dia sakit.

11).Pemeriksaan Diagnostik
1. Gula darah acak normal 120- 140 m/dl.
2.Water Deprivation Test guna untuk menurunkan frekuensi yang berlebih.
3. Osmolalitas urin normal= 300-450 mosmol/L
4. Osmolalitas plasma normal<290 mosmol/L
5.Urea normal = 3 – 3,7mmol/L
6.Kretinin Normal< 70 UI/L
7. Bilirubin disek Normal 0,1 – 0,3 mg/dl
8.Bilirubin ditotal Normal 0,3– 1 mg/dl
9.SGOT Normal 0– 25 IU/L

10
10.SGPT normal 0 – 25 I/L

B. Diagnosa Keperawatan
a. (D.0040). Gangguan Eliminasi Urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih d.d klien sering
buang air kecil.
b. (D.0023). Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d membrane
mukosa kering, volume urine menurun , turgor kulit menurun.
c. (D.0055) Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur d.d mengeluh
pola tidur berubah (nocturia,poliura).

D. Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut:
Tahap 1 : persiapan Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi
yang di indentifikasi pada tahap perencanaan.
Tahap 2 : intervensi Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

E. Evaluasi keperawatan
Menurut Hidayat, ( 2002 hal 41) Evaluasi adalah fase akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan, disamping itu evaluasi juga digunakan sebagai alat ukur suatu tujuan yang
mempunyai kriteria tertentu yang memberikan tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai sebagian.
Terdapat 2 tipe dokumentasi evaluasi yaitu:
1. Evaluasi formatif yang menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi
dengan respon segera dan evaluai sumatif yangmerupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan
analisis status pasien pada waktu tertentu.
2. Evaluasi sumatif dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai berikut:
S : Respon Subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O : Respon objektifklien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A : Analisa ulang atas subjektif dan objektif untuk menyimpukan apakah masalah masih tetap atau
muncul. Masalah baru ataudata yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkanhasil analisa pada respon klien

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes insipidus adalah kelainan endokrin yang ditandai dengan polidipsi dan poliuri. Dua
mekanisme yang mendasari adalah gangguan pelepasan ADH olehhipotalamus atau hipofisis
(sentral) dan gangguan respons terhadap ADH oleh ginjal(nefrogenik) Berdasarkan penyebabnya
diabetes insipidus dibagi menjadi:
1. Diabetes insipidus sentral
2. Diabetes Insipidus Nefrogenik
3. Diabetes insipidus gestasional
4. Polidipsia primer atau diabetes insipidus dipsogenik

B. Saran
Sebagai seorang perawat kita harus memberikan dukungan kepada pasien pasien dan
memberikan pendidikan kesehatan kepasa pasien dan keluarganya.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/politeknik-kesehatan-kemenkes
https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/diabetes
https://my-clevelandclinic-org.translate.goog/health/diseases/16618-diabetesinsipidu

13

Anda mungkin juga menyukai