Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA

DIABETES INSIPIDUS
DI
S
U
S
U
N
Oleh :
KELOMPOK : 4

NURUL AKMA ( 22235101016 )


MISNA MAISARAH ( 22235101010 )
FIRDA AMELIA ( 22235101004 )
REZA MARFUZA ( 22235101023 )

DOSEN PEMBIMBING : Ns. ISNI HIJRIANA, M.Kep

YAYASAN PEMBANGUNAN KAMPUS JABAL GHAFUR


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) JABALGHAFUR
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami juga
mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada ibu dosen pembimbing
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah dengan ibu Ns.Isni Hijriana M.kep atas
bimbingannya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan
dapat menambah wawasan mengenai materi tentang“ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA DIABETES
INSIPIDUS”. Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Sigli, 5 Maret 2024


Penyusun

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
A. Definisi........................................................................................................3
B. Klasifikasi....................................................................................................4
C. Etiologi........................................................................................................5
D. Patofisiologi.................................................................................................6
E. Manifestasi Klinis........................................................................................7
F. Komplikasi..................................................................................................8
G. Pemeriksaan Penujang.................................................................................8
H. Penatalaksanaan...........................................................................................9
I. Pathway.....................................................................................................11
J. Asuhan Keperawatan Diabetes insipidus...................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................21
A. Kasus.........................................................................................................21
B. Asuhan Keperawatan Diabetes Insipidus..................................................22
BAB IV PENUTUP..............................................................................................30
A. Kesimpulan................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)
yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah
untuk memengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa
pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang
selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan.
Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah,
kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
Dalam suatu sistem tidak ada sistem yang bekerja tanpa gangguan.
Kerja sistem endokrin juga dapat terganggu. Dan ganguan fungsi sistem
endokrin dapat menyebabkan kelainan atau dapat berpengaruh besar terhadap
tubuh.
Salah satu contoh kelainan sistem endokrin adalah diabetes mellitus
dan diabetes insipidus. Diabetes mellitus dan diabetes insipidus ini merupakan
kedua penyakit yang sama sekali berbeda. Jika diabetes mellitus timbul karna
adanya kelainan pada pankreas yang tidak dapat memproduksi insulin yang
cukup untuk tubuh. Sedangkan diabetes insipidus merupakan kelaian kelenjar
pituitari yang tidak dapat mengontrol Antidiuretik Hormone (ADH). Orang
dengan diabetes insipidus cenderung tidak dapat mempertahankan
keseimbangan cairan dalam darahnya.
Jumlah pasien diabetes insipidus dalam kurun waktu 20 – 30 tahun
kedepan akan mengalami kenaikan jumlah penderita yang sangat signifikan.
Dalam rangka mengantisipasi ledakan jumlah penderita diabetes insipidus,
maka upaya yang paling tepat adalah melakukan pencegahan salah satunya
dengan mengatur pola makan dan gaya hidup dengan yang lebih baik. Dalam
hal ini peran profesi dokter, perawat, dan ahli gizi sangat ditantang untuk
menekan jumlah penderita diabetes melitus baik yang sudah terdiagnosis
maupun yang belum. Selain itu dalam hal ini peran perawat sangat penting

1
yaitu harus selalu mengkaji setiap respon klinis yang ditimbulkan oleh
penderita diabetes insipidus untuk menentukan Asuhan Keperawatan yang
tepat untuk penderita Diabetes Insipidus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi Diabetes Insipidus ?
2. Apa saja klasifikasi Diabetes Insipidus ?
3. Apa etiologi Diabetes Insipidus ?
4. Bagaimana patofisiologi Diabetes Insipidus?
5. Bagaimana manifestasi klinis Diabetes Insipidus?
6. Apa saja komplikasi Diabetes Insipidus?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang Diabetes Insipidus?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis Diabetes Insipidus?
9. Bagaimana asuhan keperawatan Diabetes Insipidus?

C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui definisi Diabetes Insipidus
2. Agar dapat mengetahui klasifikasi Diabetes Insipidus
3. Agar dapat mengetahui apa saja etiologi Diabetes Insipidus
4. Agar dapat mengetahui Patofisiologi Diabetes Insipidus
5. Agar dapat mengetahui manifestasi klinis Diabetes Insipidus
6. Agar dapat mengetahui apa saja komplikasi Diabetes Insipidus
7. Agar dapat mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang Diabetes
Insipidus
8. Agar dapat mengetahui penatalaksanaan medis Diabetes Insipidus
9. Agar dapat mengetahui asuhan keperawatan Diabetes Insipidus

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Diabetes insipudus adalah penyakit yang ditandai oleh penurunan
produksi, sekresi, atau fungsi ADH. Istilah diabetes insipidus berhubungan
dengan kualitas dan kuantitas urine: penyakit ini berkaitan dengan jumlah
urine yang banyak, keruh, atau tawar. Tanpa ADH, tubulus koligen ginjal
tidak dapat merabsorbsi air dan tidak dapat memekatkan urine. Diabetes
insipidus dapat disebabkan oleh berkurangnya produksi ADH secara total
atau parsial oleh hipotalamus, atau penurunan pelepasan ADH dari hipofisis
posterior. Berkurangnya ADH dapat disebabkan oleh tumor atau cedera
kepala. Diabetes insipidus juga dapat disebabkan oleh ginjal yang tidak dapat
berespon terhadap ADH yang bersirkulasi karena berkurangnya reseptor atau
second massenger. Jenis diabetes insipidus ini disebut nefrogenik, yaitu
berasal di ginjal, penyabab diabetes insipidus nefrogenik meliputi, sifat
resesif terkait-X dan genetik, penyakit ginjal, hipokalemia, dan
hiperkalsemia.
Diabetes insipidus adalah kegagalan tubuh untuk menyimpan air
karena kekurangan hormon antidiuretik (ADH, vasopresin ), yang
disekresikan oleh ginjal, atau karena ketidakmampuan ginjal untuk berespon
pada ADH. Diabetes insipidus ditandai oleh polidipsi dan poliuria . ( Nettina
M. Sandra. 2001). Diabetes insipidus adaah suatu penyakit yang ditandai oleh
penurunan produksi sekresi dan fungsi dari ADH. (Corwin,2000).
Diabetes insipidus merupakan kelainan pada lobus posterior hipofisis
yang disebabkan oleh defisiensi vasopressin yang merupakan hormone anti
diuretic (ADH). Kelainan ini ditandai oleh rasa haus yang sangat tinggi
( polidipsia ) dan pengeluaran urin yang encer dengan jumlah yang besar
(Suzanne C, 2001).

3
B. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Insipidus menurut Buku Ajar Patofisiologi
Kedokteran, 2007. Jakarta:EGC
a. Diabetes insipidus sentral
Merupakan bentuk tersering dari diabetes insipidus dan
biasanya berakibat fatal. Diabetes insipidus sentral merupakan
manifestasi dari kerusakan hipofisis yang berakibat terganggunya
sintesis dan penyimpanan ADH. Hal ini bisa disebabkan oleh
kerusakan nucleus supraoptik, paraventrikular, dan filiformis
hipotalamus yang mensistesis ADH. Selain itu, diabetes insipidus
sentral (DIS) juga timbul karena gangguan pengangkutan ADH akibat
kerusakan pada akson traktus supraoptiko hipofisealis dan akson
hipofisis posterior di mana ADH disimpan untuk sewaktu-waktu
dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan.
Penanganan pada keadaan DI sentral adalah dengan pemberian
sintetik ADH (desmopressin) yang tersedia dalam bentuk injeksi, nasal
spray, maupun pil. Selama mengkonsumsi desmopressin, pasien harus
minum hanya jika haus. Mekanisme obat ini yaitu menghambat
ekskresi air sehingga ginjal mengekskresikan sedikit urin dan kurang
peka terhadap perubahan keseimbangan cairan dalam tubuh.
b. Diabetes insipidus nefrogenik
Keadaan ini terjadi bila ginjal kurang peka terhadap ADH. Hal
ini dapat di sebabkan oleh konsumsi obat seperti lithium, atau proses
kronik ginjal seperti penyakit ginjal polikistik, gagal ginjal, blok
parsial ureter, sickle cell disease, dan kelainan genetik, maupun
idiopatik. Pada keadaan ini, terapi desmopressin tidak akan
berpengaruh. Penderita diterapi dengan hydrochlorothiazide (HCTZ)
atau indomethacin. HCTZ kadang dikombinasikan dengan amiloride.
Saat mengkonsumsi obat ini, pasien hanya boleh minum jika haus
untuk mengatasi terjadinya volume overload.

4
c. Diabetes insipidus dipsogenik
Kelainan ini disebabkan oleh kerusakan dalam mekanisme haus
di hipotalamus. Defek ini mengakibatkan peningkatan rasa haus yang
abnormal sehingga terjadi supresi sekresi ADH dan peningkatan output
urin. Desmopressin tidak boleh digunakan untuk penanganan diabetes
insipidus dipsogenik karena akan menurunkan output urin tetapi tidak
menekan rasa haus. Akibatnya, input air akan terus bertambah
sehingga terjadi volume overload yang berakibat intoksikasi air (suatu
kondisi dimana konsentrasi Na dalam darah rendah/hiponatremia) dan
dapat berefek fatal pada otak. Belum ditemukan pengobatan yang tepat
untuk diabetes insipidus dipsogenik.
d. Diabetes insipidus gestasional
Diabetes insipidus gestasional terjadi hanya saat hamil jika
enzim yang dibuat plasenta merusak ADH ibu. Kebanyakan kasus
diabetes insipidus pada kehamilan membaik diterapi dengan
desmopressin. Pada kasus dimana terdapat abnormalitas dari
mekanisme haus, desmopresin tidak boleh digunakan sebagai terapi.

C. Etiologi
Penyebab terjadinya diabetes insipidus antara lain sebagai berikut ini :
a. Sekunder yang berhubungan dengan trauma kepala, tumor otak, atau
pembedahan ablasi atau iradiasi kelenjar hipofisis juga infeksi sistem
saraf pusat atau tumor metastasis (payudara, paru).
b. Nefrologis yang berhubungan dengan kegagalan tubulus renalis untuk
berespons terhadap ADH.
c. Nefrogenik yang berhubungan dengan obat yang disebabkan oleh
berbagai pengobatan (mis : litium, demeklosiklin).
d. Primer, hereditas dengan gejala-gejala kemungknan saat lahir
(kelainan pada kelenjar hipofisis).

5
D. Patofisiologi
Vasopresin asopres merupakan suatu asopre asopressin yang dibuat di
nucleussupraoptik, paraventrikular , dan filiformis hipotalamus, bersama
dengan pengikatnya yaitu neurofisin II. Vasopresin kemudian diangkut dari
badan sel neuron (tempat pembuatannya), melalui akson menuju ke ujung
saraf yang berada di kelenjar hipofisis posterior, yang merupakan tempat
penyimpanannya. Secara fisiologis, vasopressin danneurofisin yang tidak
aktif akan disekresikan bila ada rangsang tertentu. Sekresivasopresin diatur
oleh rangsang yang meningkat pada reseptor volume dan osmotic.
Peningkatan osmolalitas cairan ekstraseluler atau penurunan volume
intravaskuler akan merangsang sekresi asopressin. Vasopressin kemudian
meningkatkan permeabilitas epitel duktus pengumpul ginjal terhadap air
melalui suatu mekanisme yang melibatkan pengaktifan adenolisin dan
peningkatan AMP siklik. Akibatnya, konsentrasi kemih meningkat dan
osmolalitas serum menurun. Osmolalitas serum biasanya dipertahankan
konstan dengan batas yang sempit antara 290 dan 296 mOsm/kg H2O.
Gangguan dari fisiologi vasopressin ini dapat menyebabkan pengumpulan air
pada duktus pengumpul ginjal karena berkurang permeabilitasnya, yang akan
menyebabkan asopres atau banyak kencing. Selain itu, peningkatan
osmolalitas plasma akan merangsang pusat haus, dan sebaliknya penurunan
osmolalitas plasma akan menekan pusat haus. Ambang rangsangosmotic
pusat haus lebih tinggi dibandingkan ambang rangsang sekresi asopressin.
Sehingga apabila osmolalitas plasma meningkat, maka tubuh terlebih dahulu
akan mengatasinya dengan mensekresi asopressin yang apabila masih
meningkat akan merangsang pusat haus, yang akan berimplikasi orang
tersebut minum banyak (asopressi). Secara asopressin, diabetes insipidus
dibagi menjadi 2 yaitu diabetes insipidus sentral, dimana gangguannya pada
asopressin itu sendiri dan diabetes insipidus nefrogenik, dimana gangguannya
adalah karena tidak responsifnya tubulus ginjal terhadap asopressin.
Diabetes insipidus sentral dapat disebabkan oleh kegagalan pelepasan
hormone asopressin ADH yang merupakan kegagalan sintesis atau

6
penyimpanan. Hal ini disebabkan oleh kerusakan nucleus supraoptik,
paraventrikular, dan filiformis hipotalamus yang mensistesis ADH. Selain
itu, DIS jugatimbul karena gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan
pada akson traktussupraoptikohipofisealis dan aksin hipofisis posterior di
mana ADH disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika
dibutuhkan. DIS dapat juga terjadi karena tidak adanya sintesis ADH, atau
sintesis ADH yang kuantitatif tidak mencukupikebutuhan, atau kuantitatif
cukup tetapi tidak berfungsi normal. Terakhir, ditemukan bahwa DIS dapat
juga terjadi karena terbentuknya antibody terhadap ADH.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diabetes insipidus antara lain ;
1. Poliuria : haluaran urin harian dalam jumlah yang sangat banyak
dengan urin yangsangat encer, berat jenis urin 1,001 sampai 1,005.
Biasanya mempunyai awitan yangmendadak, tetapi mungkin secara
tersamar pada orang dewasa.
2. Polidipsia : rasanya sangat kehausan , 4 sampai 40 liter cairan setiap
hari terutamasangat membutuhkan air yang dingin.
3. Tidur terganggu karena asopres dan nokturia

4. Penggantian air yang tidak cukup dapat menyebabkan :


a. Hiperosmolalitas dan gangguan SSP ( cepat marah,
disorientasi, koma dan hipertermia )
b. Hipovolemia, hipotensi, takikardia, mukosa kering dan turgor kulit
buruk.
5. Dehidrasi
Bila tidak mendapat cairan yang adekuat akan terjadi dehidrasi.
Komplikasi dari dehidrasi, bayi aso mengalami demam tinggi
yang disertai dengan muntah dan kejang-kejang. Jika tidak segera
diobati, terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami
keterbelakangan mental dan akan menghambat perkembangan fisik.

7
F. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada diabetes insipidus yaitu sebagai berikut :
1. Hipertonik enselopati.
2. Gagal tumbuh.
3. Kejang terlalu cepat koreksi asopressin, sehingga edema serebral.
4. Dehidrasi berat dapat terjadi apabila tidak tersedia air minum dalam
jumlah besar.

G. Pemeriksaan Penujang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Diabetes Insipidus adalah


:

1. Hickey-Hare atau Carter-Robbinstest

Pemberian infuse larutan garam hipertonis secara cepat pada


orang normalakan menurunkan jumlah urin. Sedangkan pada diabetes
insipidus urin akan menetap atau bertambah. Pemberian pitresin
akan menyebabkan turunnya jumlah urin pada pasien DIS dan
menetapnya jumlah urin pada pasien DIN.
2. Laboraturium: darah, urinalisis fisis dan kimia.

Jumlah urin biasanya didapatkan lebih dari 4-10 liter dan berat
jenis bervariasi dari 1,001-1,005 dengan urin yang encer. Pada keadaan
normal, osmolalitas plasma kurang dari 290 mOsml/l dan osmolalitas
urin osmolalitas urin 300-450 mOsmol/l. pada keadaan dehidrasi, berat
jenis urin aso mencapai 1,010, osmolalitas plasma lebih dari 295
mOsmol/l dan osmolalitas urin 50-150 mOsmol/l. urin pucat atau jernih
dan kadar natrium urin rendah. Pemeriksaan laboraturium menunjukkan
kadar natrium yang tinggi dalam darah. Fungsi ginjal lainnya tampak
normal.
3. Tes deprivasi air

8
Diperlukan untuk pasien dengan diabetes insipidus dengan
defisiensi ADH parsial dan juga untuk membedakan diabetes insipidus
dengan asopressi primer pada anak. Pemeriksaan harus dilakukan pagi
hari. Hitung berat badan anakdan periksa kadar osmolalitas plasma urin
setiap 2 jam. Pada keadaan normal,osmolalitas akan naik (<300) namun
output urin akan berkurang dengan berat jenis yang baik (800-1200).
4. Radioimunoassay untuk vasopressin

Kadar plasma yang selalu kurang drai 0,5 pg/mL menunjukkan


diabetesinsipidus asopressi berat. Kadar AVP yang subnormal pada
hiperosmolalitas yangmenyertai menunjukkan diabetes insipidus
asopressi parsial. Pemeriksaan ini berguna dalam membedakan diabetes
insipidus parsial dengan asopressiprimer.
5. Rontgen cranium
Rontgen cranium dapat menunjukkan adanya bukti tumor
intrakranium sepertikalsifikasi, pembesaran slla tursunika, erosi
prosesus klinoid, atau makin melebarnya sutura.

6. MRI

MRI diindikasikan pada pasien yang dicurigai menderita diabetes


insipidus.Gambaran MRI dengan T1 dapat membedakan kelenjar
pitutaria anterior dan posterior dengan isyarat hiperintense atau disebut
titik terang atau isyarat terang.

H. Penatalaksanaan

1. Terapi cairan parental

Untuk mencegah dehidrasi, penderita harus selalu minum


cairan dalam jumlahyang cukup ketika mereka merasa haus karena
penyakit diabetes insipidus merupakan suatu kelainan dimana terdapat
kekurangan asopre asopressin yang menyebabkan rasa haus yang

9
berlebihan dan pengeluaran sejumlah besar air kemih yang sangat encer
sehingga penderita bayi dan anak-anak harus sering diberiminum.
2. Jika hanya kekurangan ADH, dapat diberikan obat Clorpropamide,
clofibrate untuk merangsang sintesis ADH dihipotalamus.
3. Jika berat diberikan ADH melalui semprotan hidung dan diberikan
vasopressin ataudesmopresin asetat (dimodifikasi dari asopre
asopressin). Pemberian beberapa kalisehari berguna untuk
mempertahankan pengeluaran air kemih yang normal. Terlalu banyak
mengkonsumsi obat ini dapat menyebabkan penimbunan cairan,
pembengkakan dan gangguan lainnya.
4. Obat-obat tertentu dapat membantu, seperti asopres tiazid
(misalnyahidrochlorothiazid/HCT) dan obat-obat anti peradangan non-
steroid (misalnyaindometacin atau tolmetin).

5. Pada DIS yang komplit, biasanya diperlukan terapi hormone pengganti


(hormonalreplacement) DDAVP (1-desamino-8-d-arginine vasopressin)

10
I. Pathway

11
J. Asuhan Keperawatan Diabetes insipidus
1. Pengkajian.
a. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat
kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
b. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
1) Tekanan darah
2) Pulse rate
3) Respiratory rate
4) Suhu
c. Riwayat penyakit sebelumnya
Ditanyakan apakah sebelumnya klien pernah ada riwayattrauma
kepala, pembedahan kepala, pemakaian obat phenotoin, lithium
karbamat, infeksi kranial, riwayat keluarga menderita kerusakan
tubulus ginjal atau penyakit yang sama.
d. Pengkajian Pola Gordon
1) persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan
a) mengkaji pengetahuan klien mengenai penyakitnya.
b) Kaji upaya klien untuk mengatasi penyakitnya.
2) pola nutrisi metabolic
1) nafsu makan klien menurun.
2) Penurunan berat badan 20% dari berat badan ideal.
3) pola eliminasi
a) kaji frekuensi eliminasi urine klien
b) kaji karakteristik urine klien
c) klien mengalami poliuria (sering kencing)
d) klien mengeluh sering kencing pada malam hari (nokturia).
4) pola aktivitas dan latihan
a) kaji rasa nyeri/nafas pendek saat aktivitas/latihan

12
b) kaji keterbatasan aktivitas sehari-hari (keluhan lemah, letih
sulit bergerak)
c) kaji penurunan kekuatan otot
5) pola tidur dan istirahat
kaji pola tidur klien. Klien dengan diabetes insipidus mengalami
kencing terus menerus saat malam hari sehingga mengganggu pola
tidur/istirahat klien.
6) pola kognitif/perceptual
kaji fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan
masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
7) pola persepsi diri/konsep diri
a) kaji/tanyakan perasaan klien tentang dirinya saat sedang
mengalami sakit.
b) Kaji dampak sakit terhadap klien
c) Kaji keinginan klien untuk berubah (mis : melakukan diet sehat
dan latihan).
8) pola peran/hubungan
a) kaji peengaruh sakit yang diderita klien terhadap pekerjaannya
b) kaji keefektifan hubungan klien dengan orang terdekatnya.
9) pola seksualitas/reproduksi
a) kaji dampak sakit terhadap seksualitas.
b) Kaji perubahan perhatian terhadap aktivitas seksualitas.
10) pola koping/toleransi stress
a) kaji metode kopping yang digunakan klien untuk menghidari
stress
b) system pendukung dalam mengatasi stress
11) pola nilai/kepercayaan
klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap sembahyang tiap
ada kesempatan.

13
2. Pemeriksaan Fisik.
a. Inspeksi
Klien tampak banyak minum, banyak buang air kecil, kulit kering dan
pucat, bayi sering menangis, tampak kurus karena penurunan berat
badan yang cepat, muntah, kegagalan pertumbuhan, membran mukosa
dan kulit kering.
b. Palpasi
Turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering,
takikardia, takipnea.
c. Auskultasi
Tekanan darah turun (hipotensi).

3. Analisa Data.
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS :Pasien Diabetes Insipidus kekurangan volume cairan
mengeluh sering
haus . Tubuh tidak
DO : Pasien kompensasi = tidak ada
terlihat pusing , pemasukan cairan yang
mulut kering, cukup
lengket merasa
haus dan mudah Dehidrasi
mengantuk.
Kekurangan
volume cairan

2. DS :Pasien Diabetes Insipidus Gangguan eliminasi urine


mengeluh sering Produksi urin
kencing setiap hari meningkat
kadang sampai
lebih dari 5 kali . Poliuria
DO : Pasien
terlihat gelisah, Gangguan eliminasi
menahan kencing. urine

3. DS :Pasien Diabetes Insipidus - Gangguan pola tidur


mengeluh jarang
bisa tidur karena

14
sering kencing Poliuria
malam .
DO : Pasien Nocturia
terlihat kelelahan.
Sering terbangun
ketika malam hari

- Gangguan pola tidur

4. DS :Pasien Diabetes Insipidus Defisensi pengetahuan


mengeluh bingung
dengan yang di
sarakan .
DO : Pasien Klien mengeluarkan
terlihat tidak urin secara terus
mengerti dengan
penyakitnya. Klien tidak tahu apa

yang terjadi

Defisensi

pengetahuan

4. Diagnosa.
1) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif : poliuria &
nocturia
2) Gangguan eliminasi urine b.d. penurunan permeabilitas tubulus
ginjal, ditandai dengan poliuri dan nokturia.
3) Gangguan pola tidur b.d nocturia.
4) Defisensi pengetahuan b.d tidak familier dengan gejala penyakit.

5. Rencana Keperawatan.

15
No Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Kekurangan Setelah 1) Tidak terdapat 1) Pantau tanda-tanda
volume cairan dilakukan tanda-tanda dehidrasi (turgor
b.d kehilangan asuhan dehidrasi ( turgor kulit jelek, kulit
cairan aktif : keperawata baik bila kulit kering, mata
poliuria & Dalam waktu 3 ditekan akan cepat cowong).
nocturia x 24 jam, kembali ke kontur 2) Anjurkan pasien
diharapkan normal, mata tidak untuk minum banyak
Kekurangan cowong). (2000-2500 cc/hari).
volume cairan 1) Mempertahankan 3) Monitor status cairan
teratasi. urine output sesuai termasuk intake dan
dengan usia dan output.
BB 4) Monitor hidrasi
 Usia 1-2 hari (kelembaban
: 15-60 membaran mukosa,
ml/hari nadi adekuat,
 Usia 3-10 tekanan darah
hari : ortostatik).
100-300 5) Monitor respon px
ml/hari terhadap
 Usia 10-12 penambahan cairan.
bulan : 6) Pemberian cairan IV
250-400 monitor adannya
ml/hari tanda gejala
 Usia 12 Bln-1 kelebihan volume
Th : cairan.
7) Kolaborasi tim medis
400-500
lain terkait
ml/hari
pemberian obat dan
 Usia 1-3
terapi lebih lanjut
Tahun
: 500-600
ml/hari
 Usia 3-5
Tahun
: 600-700
ml/hari
 Usia 5-8
Tahun
: 700-1000
ml/hari
 Usia 8-14
Tahun
: 800-1400
ml/hari

16
 Usia 14 Th-
Dwsa :
1500 ml/hari
 Dewasa
tua
: <1500
ml/hari
,
2) TTV px dalam batas
BJ urine normal
(1,003-1,030, rata-
rata 1,020).normal
(Nadi:
60-100 x/mnt, RR:
16-24 x/mnt; TD:
120/80 mmHg; suhu
: 36-37,5°C)
Px tidak mengalami
pusing, mulut tidak
kering ,tidak mudah
mengantuk dan tidak
sering merasa haus
2. Gangguan Setelah 1) Karakteristik urine 1) monitor dan kaji
eliminasi urine dilakukan meliputi karakteristik urine
b.d. penurunan asuhan warna(kuning meliputi frekuensi,
permeabilitas keperawata pekat), berat jenis BJ konsistensi, bau, volume
tubulus ginjal, Dalam waktu 2 urine normal (1,003- dan warna.
ditandai dengan x 24 jam, 1,030, rata-rata 2) Pantau intake input dan
poliuri dan diharapkan 1,020).jumlah, bau output
nokturia. Eliminasi urine normal (seperti 3) Batasi cairan sesuai
teratasi dan amonia) dan px kebutuhan
kembali sudah tidak merasa 4) Catat waktu terakhir px
normal . ingin sering kencing eliminasi urin.
lagi. 5) Instruksikan px/keluarga
untuk mencatat output
urine px.
6) Kolaborasi tim medis
lain terkait pemberian
obat dan terapi lebih
lanjut

3. - Gangguan pola Setelah 1) TTV px dalam batas 1) Kaji dan Pantau TTV
tidur b.d diberikan normal (Nadi: 80- dan catat jika ada
nocturia. asuhan 110 x/mnt, RR: 16- perubahan.
keperawatan 24 x/mnt; TD: 2) Jika kecing malam

17
selama 1x 24 120/80 mmHg; suhu mengganggu, batasi
jam, diharapkan : 36-37,5°C) asupan cairan waktu
pola tidur px 2) Px tidak sering malam dan kecing
terkontrol. terbangun di malam sebelum tidur.
hari akibat ingin 3) Anjurkan keluarga px
buang air kecil. untuk memberi klien
3) Px tidak mengalami rutinitas relaksasi untuk
kesulitan untuk persiapan tidur.
tertidur.
4. Defisensi Setelah 1) Px dan keluarga 1) kaji pengetahuan awal
pengetahuan b.d diberikan mengetahui definisi px mengenai
tidak familier asuhan diabetes insipidus. penyakitnya.
dengan gejala keperawatan 2) Px dan keluarga 2) Jelaskan patofisologi
penyakit. selama 1x 24 mengetahui factor penyakitnya dan
jam, diharapkan penyebab diabetes bagaimana itu bisa
pengetahuan px insipidus. berpengaruh terhadap
bertambah. 3) Px dan keluarga bentuk dan fungsi tubuh.
mengetahui tanda 3) Deskripsikan tanda dan
dan gejala awal gejala penyakit yang
diabetes insipidus. diderita klien.
4) Klien dan keluarga 4) Diskusikan terapi
mengetahui terapi pengobatan yang
pengobatan yang diberikan kepada klien.
diberikan pada klien
dengan penyakit 5) Diskusikan perubahan
diabetes insipidus. gaya hidup yang
dilakukan untuk
mencegah terjadinya
komplikasi dan atau
mengontrol proses
penyakit tersebut.

18
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus
Tn. A (30 Tahun) dirawat diruang perawatan rumah sakit swasta. Klien
dirawat dengan keluhan sering merasa haus dan sangat banyak minum terutama
air dingin. Klien mengatakan sering sekali BAK terutama pada malam hari. Klien
juga mengatakan BB menurun dan tidak nafsu makan. Klien mengeluh merasa
kelelahan dan lemah. Klien menambahkan tidurnya terganggu akibat sering
merasa BAK. Keluhan lainnya klien sulit berkonsentrasi dan merasa kurang
nyaman dibagian kandung kemihnya.
Dari hasil pengkajian turgor kulit klien tampak buruk, klien tampak pucat,
membran mukosa pucat dan kering. Selain itu kulit klien tampak kering, klien
juga tampak sering berkemih, dan klien tampak gelisah.
Hasil TTV menunjukkan tekanan darah klien 100/70 mmHg, nadi klien 69
x/menit, suhu klien 37,90C, respiration rate klien 21 x/menit. Didapatkan hasil
observasi input cairan klien sebesar 5500 cc/hari dan output cairan klien sebesar
6000 cc/hari serta IWL klien sebanyak 500 cc/hari sehingga hasil balance cairan
klien adalah -1000 cc/hari. Kemudian berat badan klien sebelum sakit sebesar 65
kg dan berat badan setelah sakit sebesar 50 kg dengan tinggi badan 170 cm.
Didapatkan hasil IMT klien yaitu sebesar 17,3.
Hasil laboratorium klien menunjukkan osmolalitas urin klien sebesar 105
mOsm/L, osmolalitas plasma klien sebesar 312 mOsm/L, berat jenis urin klien
1,001 g/ml, dan tes DDAVP menunjukkan osmolalitas sampel meningkat >50%.
Hasil pencitraan MRI menunjukkkan tidak adanya sinyal hiperintens pada
kelenjar hipofisis posterior.
Klien didiagnosis menderita diabetes insipidus sentral. Perawat serta
dokter dan paramedis lainnya melakukan perawatan secara integrasi untuk
menghindari atau mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut.

20
B. Asuhan Keperawatan Diabetes Insipidus
1. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan sering merasa 1. Turgor kulit klien tampak buruk
haus 2. Klien tampak pucat
2. Klien mengatakan sangat banyak 3. Membran mukosa klien tampak pucat
minum terutama air dingin dan kering
3. Klien mengatakan sering sekali 4. Kulit klien tampak kering
BAK terutama pada malam hari 5. Klien tampak sering berkemih
4. Klien mengatakan BB menurun 6. Klien tampak gelisah
5. Klien mengatakan tidak nafsu 7. Hasil TTV: TD : 100/70 mmHg
makan N : 69 x/mnt
6. Klien mengeluh merasa kelelahan S : 37,90C
dan lemah RR : 21 x/mnt
7. Klien mengatakan tidurnya 8. Input : 5500 cc/hari
terganggu akibat sering merasa 9. Output : 6000 cc/hari
BAK 10. IWL : 500 cc/hari
8. Klien mengeluh sulit 11. Hasil balance cairan klien -1000 cc/hari
berkonsentrasi 12. BB klien sebelum sakit: 65 kg dan BB
9. Klien mengatakan kurang setelah sakit: 50 kg
nyaman dibagian kandung kemih 13. TB 170 cm
14. Hasil IMT klien 17,3
15. Hasil laboratorium:
Osmolalitas urin: 105 mOsm/L
Osmolalitas plasma: 312 mOsm/L
Berat jenis urin: 1,001 g/ml
Tes DDAVP menunjukkan
osmolalitas sampel meningkat >50%
16. Hasil pencitraan MRI menunjukkkan
tidak adanya sinyal hiperintens pada
kelenjar hipofisis posterior
17. Klien didiagnosis menderita diabetes
insipidus sentral

2. Analisa Data
NO Data Fokus Masalah Etiologi
1 DS : Kekurangan volume Kehilangan cairan
1. Klien mengatakan sering merasa haus cairan (00027) aktif
2. Klien mengatakan sering sekali BAK
terutama pada malam hari
3. Klien mengeluh merasa kelelahan dan
lemah
4. Klien mengatakan BB menurun

21
DO :
1. Input : 5500 cc/hari
2. Output : 6000 cc/hari
3. IWL : 500 cc/hari
4. Hasil balance cairan klien -1000 cc/hari
5. Turgor kulit klien tampak buruk
6. Membran mukosa klien tampak kering
7. Kulit klien tampak kering
8. Klien tampak sering berkemih
9. Klien tampak gelisah
10. Hasil TTV :
 TD : 100/70 mmHg
 N : 69 x/mnt
 S : 37,90C
 RR : 21 x/mnt
11. Hasil laboratorium:
 Osmolalitas urin: 105 mOsm/L
 Osmolalitas plasma: 312 mOsm/L
 Berat jenis urin: 1,001 g/ml
 Tes DDAVP menunjukkan osmolalitas
sampel meningkat >50%
12. Hasil pencitraan MRI
menunjukkkan tidak adanya sinyal
hiperintens pada kelenjar
hipofisis posterior
13. Klien didiagnosis menderita
diabetes insipidus sentral
14. BB klien sebelum sakit: 65 kg dan BB
setelah sakit: 50 kg
2 DS : Gangguan eliminasi Penyebab multipel
1. Klien mengatakan sering sekali BAK urin (00016)
terutama pada malam hari
2. Klien mengatakan tidurnya terganggu
akibat sering merasa BAK
3. Klien mengatakan kurang nyaman
dibagian kandung kemih

DO :
1. Klien tampak sering berkemih
2. Output : 6000 cc/hari
3. Hasil laboratorium:
 Osmolalitas urin: 105 mOsm/L
 Berat jenis urin: 1,001 g/ml
4. Klien didiagnosis menderita diabetes
insipidus sentral

22
3 DS : Ketidakseimbangan Ketidakmampuan
1. Klien mengatakan BB menurun nutrisi: kurang dari mengabsorbsi
2. Klien mengatakan tidak nafsu makan kebutuhan tubuh nutrien
3. Klien mengeluh merasa kelelahan dan (00002)
lemah
4. Klien mengatakan kurang nyaman
dibagian kandung kemih

DO :
1. BB klien sebelum sakit: 65kg dan BB
setelah sakit: 50 kg
2. TB 170 cm
3. Hasil IMT klien 17,3
4. Klien tampak pucat
5. Membran mukosa klien tampak pucat
4 DS : Deprivasi tidur Ketidaknyamanan
1. Klien mengatakan tidurnya terganggu (00096) lama
akibat sering merasa BAK
2. Klien mengatakan kurang nyaman
dibagian kandung kemih

DO :
1. Klien tampak nokturia
2. Klien tampak sering berkemih

3. Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penyebab multipel
4. Deprivasi tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan lama

4. Intervensi Keperawatan
No Tanggal/ Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
. Jam Keperawatan
1. Sabtu, 27 Kekurangan Setelah dilakukan tindakan Mnajemen cairan (4120)
Mei volume cairan keperawatan selama 5x24 1. Timbang BB setiap hari
2017 berhubungan jam, masalah kekurangan dan monitor status klien
dengan kehilangan volume cairan dapat teratasi. 2. Monitor status hidrasi
cairan aktif Dengan kriteria hasil: klien
1. Turgor kulit klien baik (<2 3. Jaga intake dan output

23
detik) cairan klien
2. Input dan output cairan 4. Monitor tanda-tanda vital
selama 24 jam seimbang klien
3. Membran mukosa klien 5. Berikan terapi IV sesuai
lembap yang ditentukan
4. Kulit klien tidak kering
5. Klien tidak mengeluh Kolaborasi:
lemah dan kelelahan 1. Konsultasikan dengan
lagiHasil TTV klien dalam dokter jika tanda-tanda
batas normal: dan gejala kelebihan
 TD: 100-120/80- volume cairan menetap
90mmHg atau memburuk.
 N: 60-100 x/mnt 2. Diskusikan dengan dokter
 RR: 16-24 x/mnt tentang pemberian terapi
 S: 36,5 – 37,50C DDAVP, Carbamazepine,
6. Hasil laboratorium: atau Chlorpropamide.
 Osmolalitas urin: 300-
450 mOsm/L
 Osmolalitas plasma:
<290 mOsm/L
 Berat jenis urin:
1,015-1025 g/ml
7. Hasil pencitraan MRI
menunjukkkan adanya
sinyal hiperintens pada
kelenjar hipofisis
posterior.
2. Sabtu, 27 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (1100)
Mei nutrisi: kurang dari keperawatan selama 7x24 1. Lakukan atau bantu klien
2017 kebutuhan tubuh jam, masalah terkait dengan perawatan
berhubungan ketidakseimbangan nutrisi: mulut sebelum makan
dengan kurang dari kebutuhan tubuh 2. Identifikasi adanya alergi
ketidakmampuan dapat teratasi. makanan yang dimiliki
mengabsorbsi Dengan kriteria hasil: klien
nutrien 1. BB klien meningkat 3. Kaji makanan kesukaan
2. Hasil IMT klien normal klien
(18,5-24,9) 4. Monitor adanya mual dan
3. Klien memiliki nafsu muntah
makan 5. Timbang berat badan klien
4. Klien tidak mengeluh secara teratur
lemah dan kelelahan lagi 6. Identifikasi perubahan
5. Klien tidak tampak pucat berat badan terakhir
lagi 7. Monitor asupan kalori
6. Membran mukosa klien setiap hari
tidak tampak pucat lagi.
Kolaborasi:

24
1. Kolaborasi dengan dokter
tentang pemberian
suplemen penambah nafsu
makan
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk pemberian
program diet yang tepat
bagi klien.
3. Sabtu, 27 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Monitor Cairan (4130)
Mei eliminasi urin keperawatan selama 7x24 1. Monitor input dan output
2017 berhubungan jam, masalah gangguan cairan klien
dengan penyebab eliminasi urin dapat teratasi. 2. Monitor kadar serum dan
multipel Dengan kriteria hasil: osmolalitas urin klien
1. Frekuensi BAK klien 3. Tentukan faktor-faktor
dalam batas normal (4-8 resiko yang mungkin
x/hari) menyebabkan
2. Output cairan/BAK 1.000- ketidakseimbangan cairan
1.800 cc/hari 4. Berikan asupan/input
3. Hasil laboratorium dalam cairan yang tepat
batas normal:
 Osmolalitas urin: 300- Kolaborasi:
450 mOsm/L 1. Konsultasikan dengan
 Berat jenis urin: dokter jika terdapat tanda-
1,015-1025 g/ml tanda ketidakseimbangan
cairan.
4. Sabtu, 27 Deprivasi tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur (1850)
Mei berhubungan keperawatan selama 3x24 1. Monitor pola tidur klien
2017 dengan jam, masalah deprivasi tidur dan jumlah jam tidur
ketidaknyamanan dapat teratasi. 2. Monitor pola tidur klien
lama Dengan kriteria hasil: dan catat kondisi fisik
1. Waktu dan pola tidur tidak (misalnya, frekuensi
terganggu (8 jam/hari) BAK)
2. Klien tidak mengalami 3. Tentukan pola tidur atau
nokturia lagi aktivitas klien
4. Perkirakan tidur atau
siklus bangun klien di
dalam perawatan
perencanaan
5. Sesuaikan lingkungan
(misalnya, cahaya,
kebisingan, suhu, kasur,
dan tempat tidur) untuk
meningkatkan kualitas
tidur klien.

25
26
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes insipidus merupakan kelainan pada lobus posterior hipofisis


yang disebabkan oleh defisiensi vasopressin yang merupakan hormone anti
diuretic (ADH). Kelainan ini ditandai oleh rasa haus yang sangat tinggi (
asopressi ) dan pengeluaranurin yang encer dengan jumlah yang besar.
Diabetus insipidus merupakan suatu penyakit langka yang jarang ditemukan.
Menurut sebuah konsorsium Europian Partner, menyatakan ini merupakan
penyakit langka yang terdapat 1 : 2000 orang. Penyebab terjadinya Diabetes
Insipidus antara lain : Defisiensi ADH ( diabetesinsipidus sentral) yang
mungkin kongenital atau didapat, disebabkan oleh defek SSP,trauma kepala,
infeksi , tumor otak, atau idiopatik. Penurunan sensitivitas ginjal pada ADH (
diabetes insipidus nefrogenik ) biasanya menyertai penyakit ginjal kronis ,
atau supresi ADH sekunder akibat mengkonsumsi cairan berlebihan
( asopressi). Klasifikasi diabetes insipidus yaitu ada 4, DI sentral, DI
nefrogenik, Didispogenik, DI gestasional. Adapun manifestasi klinis pada
diabetes insipidus meliputi asopressi, asopres, gangguan pola tidur akibat
nokturia dan asopres, anoreksia, penurunan berat badan, dll. Pemeriksaan
diagnostic untuk menegakkan diabetes insipidus dapat menggunakan uji
nikotin, uji asopressin, laboraturium: darah, urinalisfisis dan kimia, tes
deprivasi air, MRI, dll. Penatalakasanaan secara kolaboratif yaitu vasopressin
sebagai obat pilihan untuk penderita diabetes insipidus dan penatalaksanaan
secara keperawatan dapat memantau status keseimbangan cairan dan
elektrolit untuk memonitor pasien yang beresiko terhadap dehidrasi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Suparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi II: Jakarta. Penerbit Balai
FKUI

Effendi, Dr. Hasjim. 1981. Fisiologi Sistem Hormonal dan Reproduksi dan
Patofisiologinya: Bandung. Penerbit Alumni anggota IKAPI Bandung

Barbara. C. Long, 1996. Perawatan Medikal Bedah 3: Bandung. Penerbit Yayasan


IAPK Padjajaran Bandung

Price Sylva and M. Wilsol Lorraine. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC

http://afiyahhidayati.wordpress.com/2009/03/24/diabetes- insipidus/

28

Anda mungkin juga menyukai