MAKALAH
Oleh
1. Frisca Ilma Silvia ( P17210204178 )
2. Siti Nur Cholis Alfinatul Islamiyah ( P17210204179 )
3. Niken Ayuning Tyas ( P17210204180 )
4. Aprilia Puji Handayani ( P17210204181 )
5. Yuni Rahmawati Putri ( P17210204182 )
6. Virly Suvi Rokhmanisa ( P17210204183 )
7. Marissa Dwi Asih Perwita ( P17210204184 )
8. Saidah Fitri ( P17210204185 )
9. Riza Ofilia Puana Zela ( P17210204186 )
10. Claudina Dwi Eva Cahyani ( P17210204187 )
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Diabetes
insipidus” dengan baik.
Selama penyusunan makalah ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah KMB 1.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis mengucapkan maaf jika
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena penulis menyadari dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan. Kritik serta saran yang membangun sangat penulis
harapkan.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya pembaca sebagai tambahan pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
2
2.1 Definisi Diabetes Insipidus................................................................................
2.2 Tanda dan Gejala Diabetes Insipidus................................................................
2.3 Gambar Terkait Diabetes Insipidus...................................................................
2.4 Patofisiologi Diabetes Insipidus ......................................................................
2.5 Penatalaksanaan Diabetes Insipidus .................................................................
3.1 Pengkajian.........................................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan .....................................................................................
3.3 Perencanaan Keperawatan ................................................................................
3.4 Implementasi Keperawatan...............................................................................
3.5 Evaluasi Keperawatan ......................................................................................
BAB IV PENUTUP
4
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................
4.2 Saran .................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2
2.1 Definisi Diabetes Insipidus
Diabetes Insipidus (DI) adalah penyakit yang sangat kompleks dan langka.
Kata"Diabetes Insipidus" adalah gabungan dua kata "Diabetes" dan "Insipidus".
Diabetesadalah kata asal Yunani yang berarti "siphon" dan Insipidus adalah kata asal
Latin yang berarti "tanpa rasa" . Diabetes insipidus adalah kegagalan tubuh untuk
menyimpan air karena kekurangan hormon anti diuretik (ADH asopresin) yang
disekresikan oleh ginjal, atau karena ketidak mampuan ginjal untuk berespon pada
ADH Diabetes insipidus ditandai oleh polidipsi dan poliuria (Nettina M. Sandra.2001)
ADH diproduksi oleh syaraf supraoptik dan nukleus paraventrikularyang terletak di
hipotalamus. Setelah produksi ADH mengalir deras sepanjang saluranhipotiroid-
hypophyseal dan disimpan di hipofisis posterior, yang mana tepat di stimulusdari
osmoreseptor, dilepaskan dari lokasi penyimpanannya Produksi. (Abbas, dkk.,2016).
diabetes insipidus adaah suatu penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi
sekresi dan fungsi dari ADH (Corwin,2000) diabetes insipidus merupakan kelainan
pada lobus posterior hipofisis yang disebabkan oleh devisiensi vasopressin yang
merupakan hormone antidiuretic ADH kelainan ini ditandai oleh rasa haus yang
sangat tinggi ( polidipsia) dan pengeluaran urin yang encer dengan jumlah yang besar.
(Suzanne C.2001)
2.2 Tanda dan Gejala Diabetes Insipidus
1. Sering buang air kecil
Para penderita diabetes insipidus mungkin akan terlalu sering buang air kecil.
ginjal biasanya menyaring sekitar 120-150 liter darah untuk menghasilkan 1-2
liter urine setiap harinya.Sementara itu, pasien dengan penyakit ini dapat
mengeluarkan urine harian sebanyak 3-20 liter. Kondisi ini yang menyebabkan
mereka buang air kecil lebih sering, yaitu sekitar 3-4 kali per jam. Selain itu,
urine yang mereka keluarkan umumnya lebih encer, terlihat pudar, dan tidak
berbau
2. Mudah merasa haus
Mudah dan sering merasa haus dapat menjadi tanda dan gejala dari diabetes
insipidus.Kondisi ini dapat terjadi akibat Anda lebih banyak mengeluarkan urine.
Semakin banyak urine yang dikeluarkan, semakin banyak pula asupan cairan
yang dibutuhkan tubuh. Akibatnya, orang dengan kondisi ini bisa terus-menerus
merasa haus, meskipun telah minum banyak air.
Selain kedua gejala di atas, ada beberapa tanda lain dari diabetes insipidus yang
mirip dengan penyakit ginjal, seperti:
1) Rasa lemas, lesu, dan tidak bertenaga
2) kurang tidur akibat sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil
3) sembelit
4) kulit kering
5) susah berkonsentrasi, serta
6) kerap mengompol.
Gejala pada anak yang menderita dengan diabetes insipidus adalah:
1. Mengompol pada waktu tidur
2. Mudah terusik atau marah.
3. Menangis secara berlebihan.
4. Suhu tubuh tinggi atau hipertermia.
5. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
6. Kehilangan selera makan.
7. Merasa kelelahan dan keletihan
2.3 Gambar Terkait Diabetes Insipidus
2.4 Patofisiologi Diabetes Insipidus
Vasopresin arigin merupakan suatu hormon antidieretik yang dibuat di nucleus
supraoptik, paraventikular dan filifrmis, bersama dengan peningkatan yaitu neurofisin
II. Vasopresin kemudian diangkut dari bahan bahan sel neuron tempat pembuatannya
melalui akson menuju ke ujung ujung saraf yang berada dikelenjer hipofisis posterior
yang merupakan tempat penyimpanannya. Sekresi vasopressin diatur oleh rangsang
yang meningkat pada reseptor volume dan osmotic ayang mana peningkatan
osmolaritas cairan ekstraseluler atau penurunan volume intraseluler akan merangsang
sekresi vasopressin.
Diabetes insipidus terjadi akibat kurangnya ADH. Penyebabnya bisa tumor
hipofisis, trauma kapitis, ensefalitis, meningitis, hipofisektomi, atau pembedahan pada
otak. Diabetes insipidus bisa sementara atau permanen. Diabetes insipidus transien
berkaitandengan kehamilan yang disebabkan terlalu banyak vasoopresinase yang
dikeluarkan plasenta. Vasopresinase ini dapat menetralisasi efek ADH.
Kurangnya ADH atau ginjal tidak mampu merespon ADH dan mengakibatkan tubula
renal tidak bisa mereabsorpsi air yang diperlukan. Hilangnya banyak air melalui urin
merangsang rasa haus. Apabila masalah ini menjadi kronis bisa timbul perubahan
pada ginjal, pelvis ginjal, dan vesika urinaria akibat volume urin yang banyak.
2.5 Penatalaksanaan Diabetes Insipidus
Penatalaksanaan diabetes insipidus melibatkan penggantian cairan untuk mencegah
dehidrasi, pemberian medikamentosa, dan pengawasan.
Terapi Cairan
Pasien diabetes insipidus umumnya mampu minum cairan secara oral untuk
menggantikan cairan yang hilang. Apabila pasien tidak mampu mentoleransi
cairan peroral atau ditemukan hipernatremia, pertimbangkan pemberian cairan
dekstrosa atau cairan intravena yang bersifat hipoosmolar terhadap serum
pasien.
Untuk menghindari hiperglikemia, kelebihan cairan, dan koreksi
hipernatremia yang terlalu cepat, terapi cairan diberikan dengan kecepatan
tidak melebihi 500-750 ml/jam.
Medikamentosa
Terapi medikamentosa pilihan untuk cranial diabetes insipidus adalah
desmopressin. Desmopressin adalah analog sintetis hormon vasopressin
(AVP). Dosis desmopressin oral dan sublingual adalah 0,1-0,2 mg. Dosis
semprotan intranasal adalah 10-20 mikrogram, dan dosis injeksi intramuskular
atau intravena adalah 1-2 mikrogram.Alternatif terapi desmopressin adalah
AVP sintesis, chlorpropramide, carbamazepine, dan indomethacin.
Karena efek sampingnya yang banyak, carbamazepine jarang digunakan.
Indomethacin boleh dipakai jika tidak ada pilihan obat lain. Walaupun
demikian, secara umum, pasien dengan cranial diabetes insipidus (CDI)
berespon baik terhadap pemberian desmopressin.
Tatalaksana pada nephrogenic diabetes insipidus (NDI) kongenital lebih
difokuskan pada pengurangan gejala dari pada penyembuhan penyakit secara
total. Sedangkan, pada NDI didapat, terapi ditargetkan pada penyebab yang
mendasari seperti menghilangkan obstruksi urin atau penghentian
terapi lithium.
Pengawasan
Lakukan pemantauan terkait retensi cairan dan hiponatremia selama terapi
inisial. Awasi asupan cairan, serta frekuensi dan volume buang air kecil.
Pantau juga rasa haus pasien, kadar natrium serum, dan volume urine 24 jam.
Minta pasien untuk datang kontrol setiap 6-12 bulan.
BAB III
Ny. Sunia 45 tahun masuk Rs.A dengan keluhan banyak kencing malam hari
(nokturia), banyak minum 4-5 liter/hari.Keluarga mengatakan keluhan ini terjadi 2 tahun
yang lalu tepatnya setelah NY.Sunia mengalami kecelakaan (tabrakan mobil) sewaktu terjadi
tabrakan keluarga mengatakan kepalanya terbentur dan tidak dibawa kerumah sakit
karena saat itu kondisi pasien sadar dan tidak adanya luka, Ny.sunia hanya mengeluh
kepalanya pusing dan hanya diberi obat warung pusingnya hilang. 2 jam SMRS klien
mengatakan badannya lemas dan tak lama kemudian klien tidak sadarkan diri, tingkat
kesadaran spoor koma. Di Rs dilakukan pemeriksaan TTV: TD : 70/40 mmHg.
HR : 120x/menit, suhu: 35,7C, RR: 24x/menit, akral dingin, hasil CTScan : SOL pada
hipofisis. Diagnose medis : diabetes insipidus.
3.1 Pengkajian
a. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif
atau GCS dan respon verbal klien.
b. Tandatanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan
kondisi patologis.
c. Riwayat penyakit sebelumnya
Ditanyakan apakah sebelumnya klien pernah ada riwayattrauma kepala,
pembedahan kepala, pemakaian obat phenotoin, lithium karbamat, infeksi kranial,
riwayat keluarga menderita kerusakan tubulus ginjal atau penyakit yang sama.
1. pengetahuan klien mengenai penyakitnya.
Kaji upaya klien untuk mengatasi penyakitnya.
2. pola nutrisi metabolic
-nafsu makan klien menurun.
-Penurunan berat badan 20% dari berat badan ideal.
3. pola eliminasi
-kaji frekuensi eliminasi urine klien
-kaji karakteristik urine klien
-klien mengalami poliuria (sering kencing)
-klien mengeluh sering kencing pada malam hari (nokturia).
4. pola aktivitas dan latihan
-kaji rasa nyeri/nafa
-pendek saat aktivitas/latihan
-kaji keterbatasan aktivitas sehari hari (keluhan lemah, letih sulit bergerak)
-kaji penurunan kekuatan otot
5. pola tidur dan istirahat
-kaji pola tidur klien. Klien dengan diabetes insipidus
mengalami kencing terus menerus saat malam hari sehingga mengganggu pola
tidur/istirahat klien.
6. pola peran/hubungan
-kaji peengaruh sakit yang diderita klien terhadap pekerjaannya
-kaji keefektifan hubungan klien dengan orang terdekatnya.
7. pola seksualitas/reproduksi
-kaji dampak sakit terhadap seksualitas.
-kaji perubahan perhatian terhadap aktivitas seksualitas.
Pernafasan
Inspeksi :
frekuensi nafas normal (20/menit), Bentuk dada simetris, penggunaan otot bantu napas tidak
tampak
Perkusi : sonor/redup.
Auskultasi : suara napas resonan, tidak ada bunyi yang menunjukkan gangguan.
2. Kardiovaskuler
-Perkusi : Perkusi untuk menentukan letak jantung (jantung pada batas kanan di intercosta 6,
atas intercosta 2, kiri intercosta 8, bawah intercosta 4/5) untuk mengetahui terjadinya
kardiomegali.
-Auskultasi : Irama jantung regular, tidak ada bunyi jantung tambahan,TD : 90/60
mmHg,Nadi : 3.Persyarafan B3 ( Brain)
Pasien tidak mengalami Pusing, orientasi baik, tidak ada perubahan pupil, kesadaran
kompos metisdengan skala GCS = 15, reflek
motorik penilaian 6,reflek pada mata pada penilaian 4,reflek Verbal pada penilaian 5.
4.Perkemihan B4 (Bladder)
inya.Output yang
5.Pencernaan B5 (Bowel)
Pada penurunan pembentukan hormon ADH ini juga menyababkan Klien menjadi dehidrasi
jadi sistem pencernaan juga terganggu.
Pada Px diare terjadinya peningkatan bising usus dan peristaltik usus yang
menyebabkan terganggunya absorbsi makanan akibatnya
gangguan metabolisme usus, sehingga menimbulkan gejala seperti rasa kram perut, mual,
muntah.
f.Pemeriksaan Fisik
1)Inspeksi
Klien tampak banyak minum, banyak buang air kecil, kulit kering dan pucat, bayi sering
menangis, tampak kurus karena penurunan berat badan yang cepat, muntah, kegagalan
pertumbuhan, membran mukosa dan kulit kering.
2)Palpasi
Turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering, takikardia, takipnea.
3)Auskultasi
DATA FOKUS
-Data Subjektif
malam hari
-Data Objektif
DO :
TD : 70/40 mmHg
HR : 120 x/menit
Suhu : 35,7oC
RR : 24 x/menit
Akral dingin-Hasil CT-
Scan : SOL pada
hipofisis
DO :
Klien tampak lemah
Intervensi keperawatan
1. Definisi volume cairan dalam tubuh berhubungan dengan ekskresi yang meningkat
dan intake cairan yang tidak adekuat
Tujuan: Menyeimbangkan masukan dan pengeluaran cairan
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda dehidrasi ( tugor kulit baik, mata tidak cowong).
TTV dalam batas normal ( TD= q20/70mmHg, N= 60-100Kali/ menit, RR =
wpkali/menit S=37°C).
No Intervensi Rasional
Kaji pola berkemih seperti frekuensi dan Mengidentifikasi fungsi kandung
jumlahnya. Bandingkan keluaran urin dan kemih ( misal: pengosongan kandung
masukan cairan kemih, fingsi ginjal dan
keseimbangan cairan).
2. Kaji tanda tanda vital Mengetahui keadaan pasien
5. Palpasi adanya distensi kandung kemih dan Disfungsi kandung kemih atau
observasi pengeluaran cairan merilekskan sfingter urinarus
7. Bersihkan daerah perineum dan jaga agar Menurunkan resiko terjadinya iritasi
tetap kering. kulit
No Intervensi Rasional
1. Jelaskan penyakit yang diderita pasien Memberikan pemahaman kepada pasien
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jadi, kesimpulan yang dapat kita ambil adalah ini diabetes insipidus merupakan
suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan produksi, sekresi, dan fungsi dari anti
Diuretic Hormone. Gejala yang dapat dialami oleh penderita diabetes insipidus adalah
sering buang air keci dan mudah merasa haus.
Diabetes insipidus terjadi akibat kurangnya ADH. Penyebabnya bisa tumor
hipofisis, trauma kapitis, ensefalitis, meningitis, hipofisektomi, atau pembedahan pada
otak. Diabetes insipidus bisa sementara atau permanen. Diabetes insipidus transien
berkaitandengan kehamilan yang disebabkan terlalu banyak vasoopresinase yang
dikeluarkan plasenta.
Penatalaksanaan diabetes insipidus adalah dengan terapi cairan, medikamentosa
dan pengawasan.
4.2 Saran
al., A. M. (2016). Diabetes Insipidus. The basic and clinical review international .