Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENYAKIT SISTEM ENDOKRIN

DIABETES INSIPIDUS

Disusun oleh:
Nur Ainiyah Irmawati (G41192211)
Sysilia Mahendra Ainunnisa (G41192375)
Kavin Akmaliah Rizky Shamila (G41192400)
Shindy Putri Nandasari (G41192429)
Ari Dwi Diar Pariswara (G41192431)

Dosen Pengampu:
Dony Setiawan Hendyca P S.Kep., Ners.,M.M.

PROGRAM STUDI REKAM MEDIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................... 3
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................................. 3
1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 3
1.3 TUJUAN ................................................................................................................... 3
1.4 DASAR TEORI ........................................................................................................ 4
BAB 2 PEMBAHASAN .......................................................................................................... 7
2.1 DEFINISI DIABETES INSIPIDUS ......................................................................... 7
2.2 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIABETES INSIPIDUS ........................................ 7
2.3 KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES INSIPIDUS ............................................ 9
2.5 TINDAKAN MEDIS .............................................................................................. 11
2.6 TINDAKAN NON MEDIS .................................................................................... 12
2.7 TERAPI................................................................................................................... 13
2.8 KODE PENYAKIT ................................................................................................ 15
2.9 KODE TINDAKAN ............................................................................................... 15
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................................. 17
3.1 KESIMPULAN ....................................................................................................... 17
3.2 SARAN ................................................................................................................... 17
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sistem Endokrin merupakan system kelenjar yang memproduksi substansi
untuk digunakan di dalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi yang
tetap beredar dan bekerja didalam tubuh.

Hormon merupakan senyawa kimia khusus diproduksi oleh kelenjar endokrin


tertentu. Terdapat hormon setempat dan hormon umum. Contoh dari hormon
setempat adalah: Asetilkolin yang dilepaskan oleh bagian ujung-ujung syaraf
parasimpatis dan syaraf ragka. Sekretin yang dilepaskan oleh dinding duedeum dan
diangkut dalam darah menuju pankreas untuk menimbulkan sekresi pankreas dan
kolesistokinin yang dilepaskan diusus halus, aiangkut kekandung empedu sehingga
timbul kontraksi kandung empedu dan pankreas sehingga timbul sekresi enzim.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Apa fungsi Sistem Endokrin pada ?


2. Bagaimana mengetahui Epidemologi penyakit Diabetes Insipidus?
3. Komplikasi apa yang terjadi pada penyakit Diabetes insipidus(kekurangan
hormon ADHP)?
4. Tindakan medis apa yang dilakukan pada penderita Diabetes
insipidus(kekurangan hormon ADHP)?
5. Tindakan non medis apa yang dilakukan pada penderita Diabetes
insipidus(kekurangan hormon ADHP)?
6. Terapi apa yang dilakukan pada penderita Diabetes insipidus(kekurangan
hormon ADHP)?
7. Kode penyakit untuk penderita Diabetes insipidus(kekurangan hormon ADHP)?
8. Kode tindakanuntuk penderita Diabetes insipidus(kekurangan hormon ADHP)?

1.3 TUJUAN
 Untuk mengetahui dan memahami teoritis dari diabetes insipidus ( definisi,
epidemilogi,klasifikasi,komplikasi,tindakan medis ,tindakan non medis, terapi
,kode penyakit,dan kode tindakan)
1.4 DASAR TEORI
1. SISTEM ENDOKRIN
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
memengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan
dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan
menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tersusun
oleh beragam kelenjar, termasuk hormon-hormon yang dihasilkannya. Dalam proses
kerjanya, sistem endokrin banyak bekerja sama dengan sistem saraf, yang
membentuk sistem neuroendokrin.Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar
eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain
dalam saluran gastroinstestin.

 Kelenjar pituitari
Kelenjar pituitari atau hipofisis merupakan kelenjar terpenting dalam sistem
endokrin. Kelenjar pituitari memproduksi hormon yang fungsinya mengatur
berbagai kelenjar endokrin lainnya. Termasuk di dalamnya hormon prolaktin yang
sangat penting bagi ibu menyusui, dan hormon luteinizing yang berperan dalam
mengatur estrogen pada wanita dan testosterone pada pria.

Kelenjar pituitari memiliki ukuran yang cukup kecil, yakni seukuran kacang
polong. Kelenjar ini ditemukan di dasar otak, di belakang jembatan hidung.
Kelenjar ini sangat dekat posisinya dengan bagian otak yang disebut hipotalamus.
Aktivitas kelenjar pituitari dikendalikan oleh hipotalamus.

Kelenjar pituitari dibagi menjadi tiga bagian, yakni lobus anterior, intermedia, dan
posterior. Ketiga bagian tersebut memiliki peranannya masing-masing, yaitu:

 Lobus anterior (bagian depan) memiliki peranan utama yang terlibat dalam
pengembangan tubuh, pematangan seksual, dan reproduksi. Hormon yang
diproduksi oleh lobus anterior ini adalah untuk mengatur pertumbuhan,
merangsang kelenjar adrenal dan tiroid, serta ovarium dan testis. Pada bagian ini,
kelenjar pituitari menghasilkan prolaktin.
 Lobus intermedia (bagian tengah) memiliki peranan untuk melepaskan hormon
yang merangsang melanosit, sel yang mengendalikan pigmentasi, seperti warna
kulit, melalui produksi melanin. Fungsi hormon yang diproduksi pada bagian
kelenjar ini masih belum diketahui dengan jelas.

 Lobus posterior (bagian belakang) memiliki peranan untuk menghasilkan


hormon antidiuretik, yakni hormon yang mengambil kembali air dari ginjal dan
menyimpannya di aliran darah untuk mencegah dehidrasi. Hormon oksitosin juga
diproduksi di lobus posterior.

 HORMON ADH

Hormon antidiuretik atau antidiuretic hormone (ADH) digunakan untuk mendiagnosis


dan menentukan penyebab defisiensi atau kelebihan hormon antidiuretic.ADH (hormon
antidiuretik), merangsang ginjal untuk menyerap kembali cairan dan menghasilkan
lebih sedikit urine

ADH atau vasopressin diproduksi di hypothalamus dan disimpan di posterior pituitary


lobe. ADH mengatur kadar air yang diserap oleh hati. Tekanan osmosis pada high
serum atau penurunan volume darah intravascular akan menstimulasi produksi ADH.
Stres, operasi, atau beban pikiran dapat juga menstimulasi ADH. Semakin banyak ADH
yang diproduksi, semakin banyak air yang diserap pada ginjal. Air akan banyak diserap
pada darah dan mengentalkan urin. Jika ADH menurun, tubuh akan melepaskan air,
menyebabkan konsentrasi pada darah dan urin mengencer.

Diabetes insipidus terjadi saat tubuh tidak cukup menghasilkan ADH atau ginjal tidak
dapat beradaptasi dengan iritasi ADH. Kurangnya kadar sekresi ADH disebabkan tidak
normalnya sistem saraf pusat (neurogenic diabetes insipidus), disebabkan oleh trauma,
tumor, encephalitis (pembengkakan hypothalamus), atau pengangkatan kelenjar
pituitari. Pasien diabetes insipidus melepas kadar air yang tinggi pada setiap kali
urinasi. Hal ini menyebabkan darah menjadi mengental, mengakibatkan pasien mudah
merasa haus.
Penyakit ginjal utama dapat menyebabkan ginjal menjadi kurang sensitif terhadap
stimuli dari ADH (nephrogenic diabetes insipidus). Untuk membedakan neurogenic
diabetes insipidus dan nephrogenic diabetes insipidus, dokter dapat mengadakan tes
stimulasi ADH. Pada tes ini, pasien dilarang minum air dan osmolalitas urinari akan
diukur sebelum dan sesudah vasopressin disuntikkan. Jika ditemukan neurogenic
diabetes insipidus, osmolalitas urinari yang dengan kadar air yang konstan akan
menurun, dan osmolalitas urinari akan meningkat setelah diberi vasopressin. Pada kasus
nephrogenic diabetes insipidus, osmolalitas urinari tidak akan meningkat walaupun
Anda mengurangi kadar air dan menggunakan vasopressin. Hasil diagnosis dapat
meliputi tes serum ADH. Pada kasus neuropathic diabetes insipidus, kadar ADH
rendah, sementara pada nephrogenic diabetes insipidus, kadar ADH tinggi.

Tingginya kadar serum ADH sering diasosiasikan dengan Syndrome of Inappropriate


ADH (SIADH). Disebabkan sekresi ADH yang berlebih, air diserap terlalu banyak pada
ginjal dibandingkan dengan kadar normal. Hal ini mengakibatkan darah menjadi encer
dan urin mengental. Konsentrasi dari ion penting pada darah menurun, mengakibatkan
kelainan serius pada saraf, jantung dan metabolisme. Syndrome of Inappropriate ADH
ini juga sering diasosiasikan dengan penyakit paru-paru (tuberculosis, pneumonia yang
disebabkan oleh infeksi), stres berlebih (operasi atau trauma), tumor otak atau infeksi.
Sekresi ADH pada tumor juga dapat menyebabkan Syndrome of Inappropriate ADH.
Tumor dapat menyebabkan sindrom seperti tumor epithelial, paru-paru, tumor kelenjar
getah bening, kemih dan usus. Pasien hypothyroidism dan Addison’s juga dapat terkena
Syndrome of Inappropriate ADH.

Dokter menggunakan tes ini untuk membedakan Syndrome of Inappropriate ADH


dengan penyakit hyponatremia atau edema. Tes ini juga sering digunakan untuk
mengukur osmolalitas dan osmosis urin. Pasien dengan Syndrome of Inappropriate
ADH tidak dapat menghasilkan atau hanya menghasilkan sedikit asupan air. Selain itu,
osmolalitas urinari biasanya tidak lebih rendah dari 100, dan angka infiltrasi kemih atau
darah lebih dari 100. Pasien dengan penyebab lain dari hyponatremia, edema dan
penyakit ginjal kronis dapat menghasilkan 80% asupan air dan osmolalitas urinari akan
tidak cukup memadai
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI DIABETES INSIPIDUS

Diabetes insipidus adalah kondisi yang cukup langka, dengan gejala


selalu merasa haus dan pada saat bersamaan sering membuang air kecil dalam
jumlah yang sangat banyak. Jika sangat parah, penderitanya bisa
mengeluarkan air kencing sebanyak 20 liter dalam sehari.

Terjadinya diabetes insipidus dikarenakan gangguan pada hormon


antidiuretik (antidiuretic hormone/ ADH) yang mengatur jumlah cairan dalam
tubuh. Hormon ini dihasilkan hipotalamus, yaitu jaringan khusus di otak.
Hormon ini disimpan oleh kelenjar pituitari setelah dihasilkan oleh
hipotalamus. Kelenjar pituitari akan mengeluarkan hormon antidiuretik ini
saat kadar air di dalam tubuh terlalu rendah. ‘Antidiuretik’ berarti bersifat
berlawanan dengan ‘diuresis’. ‘Diuresis’ sendiri berarti produksi urine.
Hormon antidiuretik ini membantu mempertahankan air di dalam tubuh
dengan mengurangi jumlah cairan yang terbuang melalui ginjal dalam bentuk
urine. Yang menyebabkan terjadinya diabetes insipidus adalah produksi
hormon antidiuretik yang berkurang atau ketika ginjal tidak lagi merespons
seperti biasa terhadap hormon antidiuretik. Akibatnya, ginjal mengeluarkan
terlalu banyak cairan dan tidak bisa menghasilkan urine yang pekat. Orang
yang mengalami kondisi ini akan selalu merasa haus dan minum lebih banyak
karena berusaha mengimbangi banyaknya cairan yang hilang.

2.2 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIABETES INSIPIDUS

Diabetes insipidus merupakan suatu penyakit yang jarang ditemukan.


Penyakit ini diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu
mekanisme neurohypophysealrenal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan
tubuh dalam mengkonversi air. Kebanyakan kasus-kasus yang pernah ditemui
merupakan kasus idiopatik yang dapat bermanifestasi pada berbagai tingkatan
umur dan jenis kelamin. Diabetes insipidus ditandai dengan gejala khas yaitu
poliuria dan polidipsia. Jika penyebabnya genetik, gejala biasanya timbul
segera setelah lahir. Bayi tidak dapat menyatakan rasa hausnya, sehingga
mereka bisa mengalami dehidrasi. Bayi bisa mengalami demam tinggi yang
disertai dengan muntah dan kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan
diobati bisa terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami keterbelakangan
mental. Dehidrasi yang sering berulang juga akan menghambat perkembangan
fisik Terdapat 4 jenis diabetes insipidus yaitu diabetes insipidus sentral,
nefrogenik, dipsogenik, dan gestasional. Pada diabetes insipidus sentral,
kelainan terletak di hipofisis, sedangkan pada diabetes insipidus nefrogenik
kelainan dikarenakan ginjal tidak memberikan respon terhadap hormon
antidiuretik sehingga ginjal terus menerus mengeluarkan sejumlah besar air
kemih yang encer. Kejadian diabetes insipidus diperkirakan 1 kasus tiap
25.000 populasi. Penyebab utama adalah tindakan bedah saraf, tumor, trauma
kepala, lesi infiltrative, dan malformasi (sentral). Di Indonesia belum ada
laporan angka kejadian diabetes insipidus. Dari data departemen
Endokrinologi, dan Internal Medicine University of Naples, Italia Seratus
lima puluh pasien (52 laki-laki dan 98 perempuan, usia 10-60 tahun) dengan
diagnosis CDI Di antara 150 pasien, 6 memiliki CDI keluarga, 12 telah CDI
terkait dengan penyakit granulomatosa (histiocytosis X dalam 9 kasus dan
sarcoidosis dalam 3 kasus), dan 68 memiliki CDI sekunder untuk trauma
tengkorak (4 kasus), tumor (12 kasus), atau bedah (52 kasus), sedangkan 64
sisanya, di antaranya ada etiologi telah ditemukan, didiagnosis sebagai CDI
idiopatik. Dari data Indian Journal Of Endocrinology and Metabolism
diabetes insipidus (DI) adalah penyakit langka, dengan prevalensi 1: 25.000.
Diabetes Insipidus dapat hadir pada usia berapa pun, dan prevalensinya sama
antara pria dan wanita. Usia presentasi tergantung pada etiologi. [8] Kurang
dari 10% dari DI adalah keturunan. X-linked nephrogenic DI (NDI)
menyumbang 90% kasus NDI kongenital dan terjadi dengan frekuensi 4-8 / 1
juta kelahiran hidup pria. Autosomal NDI menyumbang sekitar 10% dari sisa
kasus (Sanjay Klara, 2016).

2.3 KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES INSIPIDUS

Terjadinya diabetes insipidus dikarenakan gangguan pada hormon


antidiuretik (antidiuretic hormone/ADH) yang mengatur jumlah cairan dalam tubuh.
Hormon ini dihasilkan hipotalamus, yaitu jaringan khusus di otak. Hormon ini
disimpan oleh kelenjar pituitari setelah dihasilkan oleh hipotalamus.

Kelenjar pituitari akan mengeluarkan hormon antidiuretik ini saat kadar air di dalam
tubuh terlalu rendah. ‘Antidiuretik’ berarti bersifat berlawanan dengan ‘diuresis’.
‘Diuresis’ sendiri berarti produksi urine. Hormon antidiuretik ini membantu
mempertahankan air di dalam tubuh dengan mengurangi jumlah cairan yang terbuang
melalui ginjal dalam bentuk urine.

Yang menyebabkan terjadinya diabetes insipidus adalah produksi hormon


antidiuretik yang berkurang atau ketika ginjal tidak lagi merespons seperti biasa
terhadap hormon antidiuretik. Akibatnya, ginjal mengeluarkan terlalu banyak cairan
dan tidak bisa menghasilkan urine yang pekat. Orang yang mengalami kondisi ini
akan selalu merasa haus dan minum lebih banyak karena berusaha mengimbangi
banyaknya cairan yang hilang.

Diabetes insipidus sendiri terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu:

 Diabetes insipidus kranial. Diabetes insipidus jenis ini yang paling umum terjadi.
Disebabkan tubuh tidak memiliki cukup hormon antidiuretik dari hipotalamus.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh kerusakan pada hipotalamus atau pada kelenjar
pituitari. Kerusakan yang terjadi bisa diakibatkan oleh terjadinya infeksi, operasi,
cedera otak, atau tumor otak.
 Diabetes insipidus nefrogenik. Diabetes insipidus jenis ini muncul ketika tubuh
memiliki hormon antidiuretik yang cukup untuk mengatur produksi urine, tapi organ
ginjal tidak merespons terhadapnya. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh kerusakan
fungsi organ ginjal atau sebagai kondisi keturunan. Beberapa obat-obatan yang
digunakan untuk mengatasi penyakit mental, seperti lithium, juga bisa menyebabkan
diabetes insipidus jenis ini.

Jika Anda mengalami gejala diabetes insipidus, seperti selalu merasa haus dan buang
air kecil melebihi dari biasanya, sebaiknya segera temui dokter. Mungkin yang Anda
alami bukan diabetes insipidus, tapi akan lebih baik untuk mengetahui penyebabnya.

Orang dewasa buang air kecil sebanyak 4-7 kali dalam sehari, sedangkan anak kecil
melakukannya hingga 10 kali dalam sehari. Hal ini dikarenakan kandung kemih
anak-anak berukuran lebih kecil. Dokter akan melakukan beberapa tes untuk
mengetahui penyebab pastinya dan diagnosis terhadap kondisi yang dialami.

Pengobatan Diabetes Insipidus

Pada diabetes insipidus kranial, pengobatan mungkin tidak perlu dilakukan


pada kasus yang ringan. Untuk mengimbangi jumlah cairan yang terbuang, Anda
perlu mengonsumsi air lebih banyak. Terdapat obat yang berfungsi untuk meniru
peran hormon antidiuretik bernama desmopressin. Jika memang diperlukan, Anda
bisa mengonsumsi obat ini.

Sedangkan pada diabetes insipidus nefrogenik, obat yang digunakan untuk


mengatasinya adalah thiazide diuretik. Obat ini berfungsi menurunkan jumlah urine
yang dihasilkan oleh organ ginjal

2.4 KOMPLIKASI

Jika diabetes insipidus tidak terdeteksi sejak awal atau tidak ditangani dengan baik,
kondisi ini bisa menyebabkan beberapa komplikasi seperti di bawah ini.

Ketidakseimbangan Elektrolit

Elektrolit adalah mineral seperti kalsium, sodium, khlor, potasium, magnesium, dan
bikarbonat. Kandungan mineral ini berfungsi menjaga keseimbangan air di dalam
tubuh dan berperan dalam fungsi-fungsi sel. Gejala yang mungkin akan terjadi akibat
kondisi ini adalah:

 Kelelahan atau kehabisan energi.


 Sakit kepala.
 Sakit pada bagian otot.
 Mudah marah.
 Mual dan kehilangan selera makan.

Dehidrasi

Dehidrasi adalah dampak yang paling umum ketika tubuh tidak bisa
mempertahankan cukup cairan di dalam tubuh akibat diabetes insipidus. Gejala yang
muncul akibat dehidrasi antara lain:

 Mulut dan bibir kering.


 Pusing atau sakit kepala.
 Tekanan darah rendah (hipotensi).
 Demam.
 Kebingungan dan mudah marah.
 Denyut jantung cepat.
 Penurunan berat badan.

Untuk kondisi dehidrasi ringan, bisa ditangani dengan oralit. Sedangkan untuk
kondisi yang parah, Anda mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan
cairan melalui infus.

2.5 TINDAKAN MEDIS

Tindakan medis yang dilakukan pada penderita Diabetes Insipidus

1. Hickey-Here atau Carter-Robbins test


Pemberian infuse larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normal akan
menurunkan jumlah urine, sedangkanpada Diabetes Insipidus urine akan menetap
atau bertambah.
Pemberian pitresin akan menyebabkan turunnya jumlah urine pada pasien DIS
menetapnya jumlah urine pada pasien DIN.
2. fluid deprivation
Tes kekurangan cairan atau air adalah tes medis yang dapat digunakan untuk
menentukan apakah pasien menderita diabetes insipidus sebagai lawan dari
penyebab lain polidipsia (suatu kondisi haus yang berlebihan yang menyebabkan
asupan air yang berlebihan). Pasien diharuskan, untuk waktu yang lama, untuk
melupakan asupan air sepenuhnya, untuk menentukan penyebab kehausan.
3. Pemberian hormon antidiuretik buatan, yang cara kerjanya serupa dengan
hormon antidiuretik tubuh, yaitu dengan menghentikan produksi urine
berlebih dari ginjal saat jumlah cairan dalam tubuh rendah.
4. Pemberian Obat
Desmopressin. Obat ini berfungsi seperti hormon antidiuretik. Obat ini
akan menghentikan produksi urine. Desmopressin adalah hormon
antidiuretik buatan dan memiliki fungsi lebih kuat dari hormon aslinya.
Obat ini bisa berbentuk obat semprot hidung atau tablet. Efek samping
yang mungkin terjadi adalah sakit kepala, sakit perut, mual, mimisan, atau
hidung berair atau tersumbat.
Thiazide diuretik. Obat ini berfungsi membuat urine menjadi lebih pekat,
dengan cara mengurangi kadar airnya. Efek samping yang mungkin terjadi
akibat obat ini adalah pusing ketika berdiri, gangguan pencernaan, kulit
menjadi lebih sensitif, dan bagi pria akan mengalami disfungsi ereksi.
5. Uji Vasopressin
Uji Vaopressin adalah uji hormon tubuh manusia yang disebut “hormon
anti diuretik” yang normalnya dikeluarkan oleh kelenjar
hipofisis. Vasopressin bekerja di ginjal dan pembuluh
darah. Vasopressin mencegah hilangnya cairan dari tubuh dengan
menurunkan keluaran urin dan membantu ginjal menyerap air ke dalam
tubuh.

2.6 TINDAKAN NON MEDIS

A. Pengobatan untuk diabetes insipidus kranial (sentral)


Diabetes insipidus kranial terjadi akibat adanya kerusakan pada kelenjar hipofisis.
Kerusakan itu bisa disebabkan oleh oleh tumor, cedera kepala, atau efek samping
pembedahan. Akibatnya, produksi, penyimpanan, dan pelepasan ADH menjadi
terganggu. Pada kasus ringan, kondisi ini tidak membutuhkan perawatan medis apa
pun. Kondisi ini dianggap ringan jika pasien menghasilkan sekitar 3 hingga 4 liter
urine dalam sehari. Perawatan lebih mungkin dilakukan untuk meredakan gejala
dengan banyak minum air untuk mencegah dehidrasi. Dokter atau ahli endokrin akan
menyarankan pasien untuk minum air setidaknya 2,5 liter per hari.

B. Pengobatan untuk diabetes insipidus nefrogenik

Diabetes insipidus ini lebih umum menyerang orang yang mengonsumsi obat
seperti lithium atau tetracycline. Ini terjadi karena obat bisa mengurangi respons
ginjal pada hormon ADH. Untuk mengatasinya, dokter akan menghentikan
penggunaan obat tersebut dan menggantinya dengan obat lain. Beda dengan diabetes
insipidus kranial, pengobatan lewat desmopressin tidak akan ampuh. Pada kondisi
ringan, dokter akan menyarankan pasien untuk mengurangi asupan garam dan protein
dalam makanan, serta minum banyak air.

2.7 TERAPI

Pasien yang menampakkan tanda-tanda diabetes insipidus dianjurkan untuk


menjalani uji puasa air (water deprivation test). Untuk menjalani tes ini, mereka tidak
diperbolehkan meminum air sampai mereka kekurangan cairan. Lalu sampel urine
dan darah akan diambil untuk uji laboratorium. Melalui ini, dokter dapat menentukan
konsentrasi darah dan urine, serta kadar ADH dan mineral di dalam darah.
Tes ini hanya dilaksanakan oleh dokter spesialis. Ini hal yang mutlak, terutama
jika pasien masih anak-anak atau wanita hamil. Dokter spesialis harus memantau
pasien dengan saksama hingga tes selesai. Mereka harus memastikan pasien tidak
kehilangan lebih dari 5% berat badannya selama tes berlangsung. Jika tidak, pasien
akan mengalami dehidrasi. Bila itu terjadi, pasien kemungkinan akan mengalami
komplikasi atau bahkan gangguan medis serius.
Diabetes insipidus tidak selalu menjadi alasan kekhawatiran. Kondisi ini tidak
menyebabkan gejala berat pada orang yang mudah mendapatkan air. Namun, banyak
orang yang merasa kerepotan jika harus pergi ke kamar kecil setiap jam.
Sementara itu, pasien dapat menghadapi masalah serius jika mereka tidak segera
mengganti cairan yang hilang. Hal ini dapat menjadi masalah bagi anak kecil yang
tidak memberi tahu kepada orang dewasa mengenai gejala yang mereka rasakan. Hal
yang sama dapat terjadi pada orang dewasa yang memiliki gangguan kejiwaan.
Pilihan pengobatan dimulai dari mengubah pola makan sederhana hingga
mengonsumsi hormon sintetik bagi penderita yang kekurangan ADH. Apabila kondisi
ini merupakan akibat dari ginjal yang tidak merespon ADH dengan baik, pasien
dianjurkan mengurangi asupan garam saat mereka makan. Mereka juga diberi obat
untuk mengurangi volume urine. Di sisi lain, penderita diabetes insipidus dipsogenik
dapat menyembuhkan gejala hanya dengan mengurangi minum.

Beberapa langkah terapi :


a) Pengobatan Hormon

Bentuk yang paling umum dari pengobatan untuk semua tipe diabetes
insipidus adalah desmopressin, yang merupakan bentuk sintetik dari
hormon vasopressin.

b) Obat dan Perawatan

Pada diabetes insipidus nefrogenik, mengobati penyebab dapat


menyembuhkan masalah. Pengobatan lain termasuk desmopressin dosis tinggi,
bersamaan dengan obat lain seperti diuretik, bisa dikonsumsi sendiri atau
bersama dengan aspirin/ibuprofen/indometasin.

c) Mengobati Kondisi Khusus

Jika diabetes insipidus disebabkan oleh kondisi lain, seperti tumor atau
masalah dengan kelenjar pituitari, maka dokter akan mengobati kondisi
tersebut dan kemudian menentukan apakah pasien membutuhkan pengobatan.
Tidak ada pengobatan spesifik untuk dipsogenic (rasa haus), tetapi pengobatan
difokuskan pada gejala atau penyakit mental yang mendasarinya.

2.8 KODE PENYAKIT


KELENJAR PITUITARI

 E20-E35 Gangguan kelenjar endokrin lainnya

KodeE22 – E23.7(Kelainan Dan Penyakit Pada Kelenjar Pituitari )


 E22 Hiperfungsi kelenjar pituitary
 E22.0 Akromegali dan gigantisme hipofisis
 E22.1 Hiperprolaktinemia
 E22.2 Sindrom sekresi hormon antidiuretik yang tidak sesuai
 E22.8 Hiperfungsi kelenjar hipofisis lainnya
 E22.9 Hiperfungsi kelenjar hipofisis, tidak spesifik
 E23 Hipofungsi dan gangguan lain pada kelenjar pituitari
 E23.0 Hipopituitarisme
 E23.1hipopituitarisme yang diinduksi
 E23.2 Diabetes insipidus
 E23.3disfungsi hipotalamik, bukan di tempat lain yang dikalsifikasi
 E23.6 Gangguan lain pada kelenjar pituitari
 E23.7 Gangguan lain pada kelenjar pituitari, tidak ditentukan

2.9 KODE TINDAKAN


Kode Tindakan Gangguan Kelenjar Pituitari :
07.1 Prosedur Diagnostik Pada Kelenjar Pituitari
 07.13 Biopsi kelenjar pituitari, pendekatan transfrontal
 07.14 Biopsi kelenjar pituitari, Pendekkatan transsfenoidal
 07.15 Biopsi kelenjar pituitari, pendekatan tidak di tentukan
 07.19 Prosedur diagnostik lainnya pada kelenjar adrenal, kelenjar pituitari,
kelenjar pineal, dan timus

07. 6 Hipofisektomi
 07.61 eksisi parsial kelenjar pituitari, pendekatan transfrontal
 07.62 eksisi parsial kelenjar pituitari, pendekatan transsfenoidal
 07.63 eksisi parsial kelenjar pituitari, pendekatan tidak ditentukan
 07.64 eksisi total kelenjar pituitari, pendekatan transfrontal
 07.65 eksisi total kelenjar pituitari, pendekatan transsfenoidal
 07.68 eksisi total kelenjar pituitari, pendekatan yang ditentukan pada lainnya
 07.69 eksisi total kelenjar pituitari, pendekatan tidak ditentukan

07.7 Operasi lain pada Hipofisis


 07.71 Eksplorasi fossa pituitari
 07.72 Pengirisan kelenjar pituitari
 07.79 Lainnya
BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Terjadinya diabetes insipidus dikarenakan gangguan pada hormon
antidiuretik (antidiuretic hormone/ ADH) yang mengatur jumlah cairan dalam
tubuh. Hormon ini dihasilkan hipotalamus, yaitu jaringan khusus di otak.
Hormon ini disimpan oleh kelenjar pituitari setelah dihasilkan oleh
hipotalamus. Kelenjar pituitari akan mengeluarkan hormon antidiuretik ini
saat kadar air di dalam tubuh terlalu rendah. ‘Antidiuretik’ berarti bersifat
berlawanan dengan ‘diuresis’. ‘Diuresis’ sendiri berarti produksi urine.
Hormon antidiuretik ini membantu mempertahankan air di dalam tubuh
dengan mengurangi jumlah cairan yang terbuang melalui ginjal dalam bentuk
urine. Yang menyebabkan terjadinya diabetes insipidus adalah produksi
hormon antidiuretik yang berkurang atau ketika ginjal tidak lagi merespons
seperti biasa terhadap hormon antidiuretik. Akibatnya, ginjal mengeluarkan
terlalu banyak cairan dan tidak bisa menghasilkan urine yang pekat. Jika
diabetes insipidus tidak segera ditangani akan terjadi komplikasi seperti
ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi. Selain itu, diabetes insipidus
dapat ditangani dengan tindakan medis dan non medis. Dan juga terdapat
terapi untuk penyakit diabetes insipidus.

3.2 SARAN
Untuk penderita penyakit diabetes insipidus karena kurangnya
produksi hormon antidiuretik (ADH) ini seharusnya lebih waspada dan
mengetahui sejak dini gejala gejala diabetes insipidus ini, karena jika penyakit
diabetes ini bertambah parah maka akan sangat sulit cara pengobatannya.
Apalagi sampai saat ini, belum ada obat yang dapat mengobati diabetes
insipidus. Pengobatan dan perawatan yang selama ini diberikan hanya fokus
untuk mengurangi gejalanya. Diharapkan untuk kedepannya segera ditemukan
obat penyakit diabetes insipidus ini baik medis maupun non medis.

Anda mungkin juga menyukai