Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk
memproduksi hormon yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar
tiroid, kelenjar hipofisa/putuitari, kelenjar pankreas, kelenjar kelamin,
kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu. Beberapa dari
organ endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormon (hormon
tunggal) disamping itu juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam
hormon atau hormon ganda misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur
kelenjar yang lain.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol
dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu.
Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai
asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka
fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila
sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja
melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah .
Kelenjar endokrin ini termasuk hepar, pancreas (kelenjar eksokrin dan
endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya,
Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya kedalam duktus pada permukaan
tubuh, sepertikulit, atau organ internal, seperti lapisan traktusintestinal.
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar
hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga
mengganggu fungsi tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka
pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh
perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau
lebih sedikit hormon.

Keperawatan Medikal Bedah II | 1


B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem endokrin?
2. Apa saja trend dan issue dari gangguan sistem endokrin?
3. Bagaimana peran fungsi perawat dalam kasus gangguan endokrin?

C. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Untuk mengetahui pembaca mengenai trend dan issue gangguan pada
sistem endokrin
2. Tujuan Intruksional Khusus
Tujuan khusus yang ingin capai dari makalah ini adalah penulis dapat
mengetahui:
a. Gangguan pada sistem endokrin
b. Pengertian dari gangguan sistem endokrin
c. Penyebab dari gangguan sistem endokrin

Keperawatan Medikal Bedah II | 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI SISTEM ENDOKRIN


Sistem endokrin adalah jaringan tubuh manusia dari kelenjar yang
menghasilkan lebih dari 100 hormon untuk mempertahankan dan mengatur
fungsi tubuh dasar. Hormon adalah zat kimia yang dibawa dalam aliran darah
ke jaringan dan organ, merangsang mereka untuk melakukan beberapa
tindakan.
Kelenjar dari sistem endokrin meliputi hipofisis, pineal, tiroid, paratiroid,
timus, pankreas, adrenal, dan ovarium atau testis. Sistem endokrin mengawasi
banyak proses kehidupan kritis. Ini melibatkan pertumbuhan, reproduksi,
kekebalan (kemampuan tubuh untuk melawan penyakit), dan homeostasis
(kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan fungsi internal).
Sistem endokrin ini berfungsi untuk membantu mengatur dan menjaga
berbagai fungsi tubuh dengan melepaskan hormon yang sering disebut
sebagai pesan kimia. Hormon-hormon ini diproduksi dan disekresi oleh apa
yang dikenal sebagai kelenjar endokrin.
Sistem endokrin tidak bekerja sendiri, bekerja sama dengan sistem saraf
dan sistem kekebalan tubuh untuk dapat membentu fungsi tubuh dengan cara
yang benar. Kelenjar ialah sekelompok sel yang memproduksi dan
mengeluarkan atau melepaskan bahan kimia. Menyeleksi kelenjar dan
menghilangkan bahan dari darah ialah proses yang mereka lakukan dan
mengeluarkan produk kimia untuk digunakan di suatu tempat di tubuh.
Beberapa jenis kelenjar yang melepaskan sekresinya di daerah tertentu,
misalnya kelenjar eksokrin seperti kelenjar keringat dan ludah, melepaskan
sekresi pada kulit atau di dalam mulut. Kelenjar endokrin di sisi lain,
melepaskan lebih dari 20 hormon utama langsung ke dalam aliran darah
dimana mereka dapat diangkut ke sel-sel di bagian lain dari tubuh.

Keperawatan Medikal Bedah II | 3


B. GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
Hormon-hormon tidak langsung bekerja pada sel-sel atau jaringan, tetapi
lebuh dulu berikatan dengan reseptor spesifik pada membran sel atau sitosol
dari sel. Untuk terjadinya suatu peristiwa metabolik, seluruh langkah-langkah
selanjutnya setelah interaksi hormon dan reseptor harus dalam keadaan yang
utuh. Dengan demikian, jelas bahwa yang penting bukan hanya konsentrasi
hormon agar dapat tercapai hasil yang baik pada aktivitas seluler, tetapi juga
jumlah dan afinitas reseptor terhadap hormon. Oleh karena itu, ada dua
mekanisme untuk penyakit endokrin:
1. Gangguan primer yang mengubah konsentrasi hormon
2. Gangguan primer pada mekanisme reseptor dan pasca reseptor.
Umumnya, penyakit-penyakit endokrin dapat dipahami melalui aktivitas-
aktivitas metabolik dari hormon yang terlibat, akibat kelebihan atau
kekurangan produkti atau kerja hormon. Dengan demikian, pengetahuan
tentang akibat metabolik sekresi hormon yang berlebihan atau terlalu sedikit
akan membantu mengenali gambaran klinis yang timbul akibat gangguan-
gangguan ini. Contohnya, bila terdapat pembentukan tiroksin yang berlebihan
yaitu hormon tiroid, seseorang dapat mengalami peningkatan metabolisme
basal dan produksi panas. Akibatnya, penderita hipertiroidisme
memperlihatkan tingkat metabolisme basal yang tinggi, tidak tahan panas,
dan berkurangnya berat badan. Sebaliknya, kekurangan tiroksin
mengakibatkan efek metabolisme yang berlawanan seperti metabolisme basal
yang rendah dan peningkatan kepekaan terhadap suhu dingin. Gangguan
primer pada tingkat reseptor menimbulkan sindrom resistensi hormon. Mutasi
dalam reseptor kortisol menurunkan ikatan hormon pada reseptor spesifiknya
dan menyebabkan sindrom resistensi glukokortikoid primer. Mutasi pada
reseptor hormon tiroid menyebabkan sindrom resistensi hormon tirod. Jenis
yang kedua dari gangguan perantara reseptor ini adalah penyakit Graves,
yaitu suatu proses auto imun membentuk antibodi terhadap reseptor TSH,
sehingga meningkatkan fungsi tiroid. Antibodi yang dihasilkan untuk
melawan reseptor insulin menyebabkan sindrom resistensi insulin yang berat.

Keperawatan Medikal Bedah II | 4


(Dikutip dalam buku Sylvia & Lorraine, 2005. Patofisiologi Konsep-Klinis
Proses-Proses Penyakit)
Adapun gangguan-gangguan pada sistem endokrin, antara lain yaitu:
1. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) Adalah penyakit yang disebabkan oleh
tingginya kadar gula dalam darah akibat gangguan sekresi insulin.
Diabetes melitus disebut juga penyakit kencing manis. Dalam kamus besar
bahasa Indonesi, definisi kencing manis adalah penyakit yang
menyebabkan air kencing yang diproduksi bercampur zat gula. Adanya
kadar gula yang tinggi dalam air kencing dapat menjadi tanda-tanda gejala
awal penyakit Diabetes Melitus. Insulin adalah sejenis hormon yang
diproduksi oleh pankreas dan berfungsi untuk mengendalikan kadar gula
dalam darah. Penurunan sekresi insulin biasanya disebabkan oleh
resistensi insulin dan kerusakan sel beta pankreas. Pada penderita penyakit
diabetes melitus, tubuh pasien tidak dapat memproduksi atau tidak
merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas.
Kekurangan insulin membuat tubuh tidak mampu mengubah glukosa
menjadi sumber energi bagi sel. Sehingga respon yang diterima oleh tubuh
adalah rasa lapar dan haus. Namun semakin banyak karbohidrat yang
dimakan, maka akan semakin tinggi penumpukan glukosa dalam darah.
Kondisi inilah yang kemudian di sebut sebagai penyakit kencing manis
atau Diabetes Melitus
Penyebab pembentukan diabetes yang utama adalah karena
kurangnya produksi insulin (diabetes melitus jenis 1, yang pertama
dikenal), atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (diabetes
melitus jenis 2, bentuk yang lebih umum). Selain itu, terdapat jenis
diabetes melitus yang juga disebabkan oleh resistansi insulin yang terjadi
pada wanita hamil. Jenis 1 membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan
jenis 2 diatasi dengan pengobatan oral dan hanya membutuhkan insulin
apabila obatnya tidak efektif. Diabetes melitus pada kehamilan umumnya
sembuh dengan sendirinya setelah persalinan.

Keperawatan Medikal Bedah II | 5


Adapun tanda dan gejala pada penyakit diabetes melitus, antara
lain:
a. Kelelahan yang berlebihan
b. Peningkatan buang air kecil
c. Hausm mulut terasa kering
d. Penurunan berat badan
e. Sering lapar
f. Penglihatan kabur
g. Perasaan kebingungan
h. Kerentanan terhadat infeksi tertentu

2. Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus adalah kondisi yang cukup langka, dengan
gejala selalu merasa haus dan pada saat bersamaan sering membuang air
kecil dalam jumlah yang sangat banyak. Jika sangat parah, penderitanya
bisa mengeluarkan air kencing sebanyak 20 liter dalam sehari. Diabetes
insipidus sendiri berbeda dengan diabetes melitus. Diabetes melitus adalah
penyakit jangka panjang yang ditandai dengan kadar gula darah di atas
normal. Diabetes insipidus, pada lain sisi tidak terkait dengan kadar gula
dalam darah.
Penyebab diabetes insipidus dikarenakan gangguan pada hormon
antidiuretik (antidiuretic hormone/ADH) yang mengatur jumlah cairan
dalam tubuh. Hormon ini dihasilkan hipotalamus, yaitu jaringan khusus di
otak. Hormon ini disimpan oleh kelenjar pituitari setelah dihasilkan oleh
hipotalamus. Kelenjar pituitari akan mengeluarkan hormon antidiuretik ini
saat kadar air di dalam tubuh terlalu rendah. Antidiuretik berarti bersifat
berlawanan dengan diuresis. Diuresis sendiri berarti produksi urine.
Hormon antidiuretik ini membantu mempertahankan air di dalam tubuh
dengan mengurangi jumlah cairan yang terbuang melalui ginjal dalam
bentuk urine. Yang menyebabkan terjadinya diabetes insipidus adalah
produksi hormon antidiuretik yang berkurang atau ketika ginjal tidak lagi
merespons seperti biasa terhadap hormon antidiuretik. Akibatnya, ginjal

Keperawatan Medikal Bedah II | 6


mengeluarkan terlalu banyak cairan dan tidak bisa menghasilkan urine
yang pekat. Orang yang mengalami kondisi ini akan selalu merasa haus
dan minum lebih banyak karena berusaha mengimbangi banyaknya cairan
yang hilang.
Diabetes insipidus sendiri terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu:
a) Diabetes insipidus kranial. Diabetes insipidus jenis ini yang paling umum
terjadi. Disebabkan tubuh tidak memiliki cukup hormon antidiuretik dari
hipotalamus. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kerusakan pada hipotalamus
atau pada kelenjar pituitari. Kerusakan yang terjadi bisa diakibatkan oleh
terjadinya infeksi, operasi, cedera otak, atau tumor otak.
b) Diabetes insipidus nefrogenik. Diabetes insipidus jenis ini muncul ketika
tubuh memiliki hormon antidiuretik yang cukup untuk mengatur produksi
urine, tapi organ ginjal tidak merespons terhadapnya. Kondisi ini mungkin
disebabkan oleh kerusakan fungsi organ ginjal atau sebagai kondisi
keturunan. Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi
penyakit mental, seperti lithium, juga bisa menyebabkan diabetes insipidus
jenis ini.
Tanda dan gejala diabetes insipidus, seperti selalu merasa haus dan
buang air kecil melebihi dari biasanya. Orang dewasa buang air kecil
sebanyak 4-7 kali dalam sehari, sedangkan anak kecil melakukannya hingga
10 kali dalam sehari. Hal ini dikarenakan kandung kemih anak-anak
berukuran lebih kecil.

3. Pankreasitis
Pangkreatitis adalah sebuah peradangan atau inflamasi yang terjadi
pada pankreas. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa pankreatitis
ada dua macam, yaitu pankreatitis akut dan pankreatitis akut. Pankreatitis
akut merupakan peradangan pada pankreas yang berlangsung dalam waktu
yang cepat, inflamasi biasanya terjadi dalam beberapa hari saja.
Pankreatitis akut bisa hilang dan tidak meninggalkan kerusakan permanen.
Pankreatitis kronis merupakan peradangan pada pankreas yang
berlangsung cukup lama atau persisten.

Keperawatan Medikal Bedah II | 7


Salah satu penyebab penyakit pankreatitis adalah gangguan batu
ginjal. Selain batu ginjal, minuman beralkohol juga disebut memberikan
pengaruh terjadinya inflamasi pada pankreas. Meski belum diketahui
bagaimana alkohol memicu terjadinya inflamasi, akan tetapi gejala akan
terlihat pada sebagian orang yang minum alkohol, dan gejala tersebut bisa
terlihat. Meskipun hal ini jarang terjadi, beberapa hal berikut merupakan
penyebab pankreatitis ialah karena adanya infeksi virus, efek samping
penggunaan obat obatan terntentu, kerusakan akibat operasi di sekitar
pankreas. Penyebab berikutnya adalah pengaruh autoimun. Sistem
kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh, malah menyerang
pankreas.
Gejala dari penyakit pankreatitis akut salah satunya adalah adanya
rasa nyeri yang terjadi pada bagian perut (abdomen) dan di bawah tulang
rusuk. Selain itu orang yang menderita pankreatitis akan mengalami suhu
tubuh yang tinggi (demam) dan biasanya mengalami muntah.
Jika pangkreatitis terus berkembang dan menjadi lebih parah penderita
bisa saja mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Selain itu gejala
yang timbul biasanya adalah pembengkakan yang terjadi pada bagian
perut.

4. Hiperpituitarisme
Hiperpituitarisme adalah sekresi berlebihan hormone hipofisisn
anterior. Hiperpituitarisme biasanya mengenai hanya satu jenis hormone
hipofisis. Hormon-hormon hipofisis lainya sering di keluarkan dalam
kadar yang lebih rendah.
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau
hipotalamus, penyebab mencakup :
1. Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel
penghasil GH,ACTH atau prolakter.
2. Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar
TSH terjadi apabila sekresi kelenjar tiroid menurun atau tidak ada.

Keperawatan Medikal Bedah II | 8


Adapun tanda dan gejala yang terjadi pada penderita Hiperpituitarisme,
antara lain:
a. Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ organ dalam (seperti
tangan, kaki, jari jari tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
b. Impotensi
c. Visus berkurang
d. Nyeri kepala dan somnolent
e. Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
f. Libido seksual menurun
g. Kelemahan otot, kelelahan dan letargi
h. Tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan
dan tidur bisa terganggu, serta tampak keseimbangan emosi
i. Gangguan penglihatan sampai kebutaan total

5. Hipertiroidisme (Tirotoksikosis)
Hipertiroidisme atau kelenjar tiroid overaktif adalah kondisi terlalu
banyaknya hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid di dalam
tubuh. Kondisi ini akan menyebabkan gangguan pada metabolisme
tubuh.Tiroid adalah kelenjar di bagian depan leher yang mengendalikan
metabolisme dan fungsi normal tubuh, seperti mengubah makanan
menjadi energi.
Banyaknya hormon tiroksin yang diproduksi kelenjar tiroid dalam
tubuh bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti penyakit Graves, obat
amiodaron, suplemen iodine, nodul tiroid, kanker tiroid, atau tiroiditis.
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing kondisi yang mungkin
menyebabkan kelenjar tiroid overaktif.
a. Penyakit Graves
Hipertiroidisme kebanyakan disebabkan oleh penyakit Graves.
Kondisi yang terjadi akibat kelainan autoimun pada tubuh. Penyakit
Graves termasuk kondisi turunan yang bisa muncul pada usia berapa
pun, terutama pada wanita usia 20-40 tahun. Penyakit ini menyerang
kelenjar tiroid yang akhirnya memicu meningkatnya produksi hormon

Keperawatan Medikal Bedah II | 9


tiroksin. Belum diketahui kondisi apa yang menyebabkan kelainan
autoimun ini, tapi faktor lingkungan dan keturunan dianggap berperan
pada kemunculan kelainan ini. Selain hipertiroidisme, penyakit Graves
juga memengaruhi mata, yaitu mengakibatkan pandangan kabur dan
ketidaknyamanan. Kondisi tersebut ditandai dengan bola mata yang
terlihat menonjol keluar.
b. Tiroiditis
Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid. Kondisi ini bisa
disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus. Tiroiditis akan merusak
kelenjar tiroid hingga menyebabkan kebocoran hormon tiroksin, pada
akhirnya menyebabkan hipertiroidisme.
c. Nodul Tiroid
Nodul adalah gumpalan yang terbentuk di dalam kelenjar tiroid
dan belum diketahui penyebabnya. Meski bersifat jinak dan tidak
menyebabkan kanker, nodul bisa mengandung jaringan tiroid yang
abnormal. Gumpalan ini berdampak kepada peningkatan produksi
tiroksin dalam tubuh dan berakibat pada hipertiroidisme.
d. Efek samping obat
Untuk memproduksi hormon tiroksin, kelenjar tiroid membutuhkan
iodine yang terkandung di dalam makanan. Hormon tiroksin akan
menjadi terlalu banyak dan akhirnya menyebabkan hipertiroidisme
jika Anda mengonsumsi suplemen iodine. Amiodaron adalah obat
yang digunakan untuk mengatasi detak jantung yang tidak beraturan
dan termasuk dalam kelompok obat antiaritmik. Obat ini bisa
menyebabkan hipertiroidisme karena mengandung iodine, yaitu unsur
yang bisa meningkatkan produksi hormon tiroksin.
e. Kanker tiroid
Kanker tiroid tergolong sangat langka. Jika kanker tiroid bermula
dari jaringan folikel tiroid dan sel-sel kanker mulai menghasilkan
banyak hormon tiroksin, maka Anda bisa mengalami hipertiroidisme.
Selain faktor jenis kelamin dan keturunan, terdapat faktor lain yang
bisa meningkatkan risiko Anda mengalami hipertiroidisme. Orang yang

Keperawatan Medikal Bedah II | 10


memiliki penyakit autoimun, seperti diabetes tipe 1 dan penyakit Addison,
lebih berisiko terkena kondisi ini juga. Perokok cenderung menderita
penyakit Graves dan secara tidak langsung meningkatkan risiko menderita
hipertiroidisme.
Percepatan metabolisme akibat hipertiroidisme bisa menimbulkan
berbagai macam gejala pada tubuh manusia. Beda orang bisa mengalami
tingkat keparahan, jangkauan, dan frekuensi gejala yang berbeda-beda.
Banyak sekali gejala yang bisa muncul, tapi Anda belum tentu mengalami
seluruh tanda fisik dan gejala yang disebutkan di bawah ini, antara lain:
a. Kelenjar tiroid yang membesar akan menyebabkan terjadinya
pembengkakan pada leher.
b. Palpitasi atau denyut jantung yang cepat dan/atau tidak beraturan.
c. Kulit yang hangat dan lembap.
d. Kedutan otot.
e. Tremor atau gemetaran.
f. Munculnya biduran (urtikaria) atau ruam.
g. Rambut rontok secara tidak merata.
h. Telapak tangan berwarna kemerahan.
Berikut ini adalah gejala-gejala yang biasanya terjadi pada
penderita hipertiroidisme:
a. Berat badan turun tanpa alasan yang jelas.
b. Hiperaktif. Seseorang tidak akan bisa diam dan dipenuhi perasaan
cemas.
c. Mudah marah dan emosional.
d. Insomnia atau kesulitan untuk tidur pada malam hari.
e. Berkeringat secara berlebihan dan sensitif terhadap suhu panas.
f. Dorongan untuk beraktivitas seksual menurun.
g. Kelemahan otot.
h. Lebih sering buang air kecil dan buang air besar.
i. Kemandulan.
j. Perubahan siklus menstruasi menjadi tidak teratur, ringan, atau
berhenti sekaligus pada wanita.

Keperawatan Medikal Bedah II | 11


k. Bagi penderita diabetes, hipertiroidisme bisa menyebabkan rasa haus
dan sangat lelah.

6. Tiroiditis
Tiroiditis adalah istilah medis untuk peradangan atau
pembengkakan yang terjadi di kelenjar tiroid. Pembengkakan ini dapat
menyebabkan kadar hormon tiroid di dalam darah menjadi lebih tinggi
atau bahkan lebih rendah dari normal. Tiroid adalah sebuah kelenjar yang
berada di area leher yang berfungsi untuk menghasilkan hormon-hormon
penting tubuh, untuk kemudian dilepaskan ke aliran darah. Hormon-
hormon ini bekerja untuk mengatur pertumbuhan dan metabolisme dalam
tubuh. Selain itu, hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid juga
berperan penting dalam mengontrol detak jantung, suhu tubuh, serta
membantu mengubah makanan yang masuk ke tubuh menjadi energi.
Ada beberapa jenis tiroiditis, dan mereka dibedakan berdasarkan
manifestasi klinis penyebabnya. Beberapa jenis yang paling sering ditemui
antara lain tiroiditis Hashimoto, tiroiditis postpartum,
tiroiditis silent/painless, tiroiditis yang diinduksi obat, tiroiditis yang
diinduksi radiasi, tiroiditis subakut atau de Quervain, dan tiroiditis akut
atau infeksi, antara lain:
a. Tiroiditis Hashimoto Tiroiditis jenis ini paling sering terjadi, di mana
penyebabnya adalah kondisi autoimun. Kondisi autoimun menyebabkan
sistem kekebalan tubuh tanpa sengaja menyerang kelenjar tiroid hingga
perlahan menjadi bengkak dan akhirnya rusak. Kerusakan ini
menyebabkan kelenjar tiroid tidak mampu memproduksi hormon tiroid
dalam jumlah yang cukup sehingga kadar hormon tiroid dalam darah
menjadi rendah, atau yang disebut dengan hipotiroidisme.
b. Tiroiditis postpartum Kondisi ini menyerupai tiroiditis Hashimoto, di
mana penyebabnya adalah autoimun. Namun, tiroiditis ini hanya
dialami oleh wanita setelah melalui proses persalinan. Pada hampir
sebagian besar kasus, kadar hormon tiroid akan kembali normal dalam
waktu 12 bulan setelah melahirkan.

Keperawatan Medikal Bedah II | 12


c. Tiroiditis silent/painless Tiroiditis silent/painless juga disebabkan oleh
kondisi autoimun. Pada awalnya, kadar hormon tiroid dalam darah akan
meningkat karena kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan. Setelah itu,
kelenjar tiroid akan mengalami suatu fase kelelahan, di mana akhirnya
kadar tiroid akan turun di bawah normal. Tiroiditis silent ini biasanya
akan sembuh sendiri dalam 12 hingga 18 bulan.
d. Tiroiditis yang diinduksi obat Beberapa obat dapat menjadi pemicu
tiroiditis, adalah jenis agen obat kanker, lithium, amiodarone,
dan interferon. Obat-obat ini dapat membuat kelenjar tiroid menjadi
sangat aktif atau sebaliknya, tidak berfungsi dengan baik. Gejala
biasanya akan hilang saat pemberian obat dihentikan.
e. Tiroiditis yang diinduksi radiasi Pengobatan radioterapi atau
radioaktif yodium yang biasanya digunakan untuk mengobati kanker
juga dapat merusak kelenjar tiroid dan memengaruhi jumlah hormon
tiroid yang dihasilkan.

f. Tiroiditis subakut atau de Quervain Pembengkakan kelenjar tiroid


yang dipicu oleh infeksi virus, seperti flu atau penyakit gondok.
Kondisi ini umumnya dialami oleh perempuan berusia 20-50 tahun.

g. Tiroiditis akut atau infeksi Kondisi ini dipicu oleh infeksi bakteri dan
tergolong kondisi yang jarang ditemui dan biasanya menyerang anak-
anak.

Selain ditandai dengan adanya pembengkakan pada tiroid, gejala


tiroiditis akan bergantung dari jenis kerusakan yang terjadi. Apabila kerusakan
menyebabkan kerja kelenjar tiroid menjadi meningkat (hipertiroidisme), gejala
yang akan muncul antara lain:
a) Selalu merasa lelah
b) Lemah otot
c) Sering merasa haus
d) Frekuensi buang air kecil meningkat
e) Gatal-gatal
f) Sulit untuk tetap diam

Keperawatan Medikal Bedah II | 13


g) Perubahan suasana hati
h) Gugup, cemas, dan mudah marah
i) Sulit tidur
j) Diare
k) Sensitif terhadap panas
l) Kehilangan gairah seksual
Sebaliknya, apabila aktivitas kelenjar tiroid menurun (hipotiroidisme),
gejala yang dihasilkan antara lain:
a) Nyeri dan lemah otot
b) Memiliki periode menstruasi yang tidak tentu atau atau jumlah
perdarahan yang berlebihan saat menstruasi
c) Kram otot
d) Kulit kering dan bersisik
e) Rambut dan kuku yang rapuh
f) Menurunnya pergerakan dan cara berpikir
g) Sensitif terhadap dingin
h) Naiknya berat badan
i) Konstipasi
j) Depresi
k) Kehilangan gairah seksual
l) Rasa sakit atau mati rasa di jari dan tangan

7. Addison
Penyakit Addison adalah penyakit yang disebabkan oleh
berkurangnya hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Penyakit ini
tergolong ke dalam kelainan langka pada kelenjar adrenal. Penyakit ini
dapat terjadi pada pria dan perempuan dari berbagai usia, namun lebih
umum ditemui pada perempuan dan anak-anak. Jika tidak segera diobati,
penyakit Addison bisa membahayakan nyawa penderitanya. Anak dengan
penyakit Addison dapat mengalami keterlambatan masa puber.
Penyakit Addison umumnya disebabkan oleh adanya gangguan
pada sistem imun tubuh yang menyerang kelenjar adrenal bagian luar

Keperawatan Medikal Bedah II | 14


(cortex). Kondisi ini berdampak pada terganggunya produksi hormon
kortisol dan aldosteron yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Walaupun
demikian, penyebab munculnya kelainan pada sistem imunitas tubuh
penderita penyakit Addison belum diketahui hingga saat ini.
Ada tiga jenis penyebab penyakit Addison berdasarkan gangguan yang dialami
oleh kelenjar, yaitu:
1. Insufiensi atau ketidakcukupan adrenal primer, yaitu penyakit
Addison yang terjadi akibat rusaknya kelenjar adrenal Cortex sehingga
tidak memproduksi hormon dalam jumlah yang cukup. Penyebab paling
umum kondisi ini adalah akibat penyakit autoimun, di mana sistem imun
tubuh menganggap korteks adrenal sebagai bahan asing dan kemudian
dihancurkan. Adapun penyebab lain insufisiensi adrenal primer, antara
lain terjadinya infeksi, pendarahan, penyakit tuberkulosis, atau
menyebarnya sel kanker ke kelenjar ini.
2. Insufiensi adrenal sekunder, yaitu ketidakcukupan jumlah hormon
adrenokortikotropik (ACTH) yang dihasilkan tubuh sebagai akibat
kondisi kelenjar pituitari (penghasil ACTH) yang terkena penyakit
(misalnya tumor). Hormon adrenokortikotropik bersifat penting, karena
berfungsi merangsang kelenjar Cortex adrenal untuk memproduksi
hormon-hormon yang telah disebutkan di atas. Insufiensi adrenal
sekunder dapat dipicu oleh permberhentian tiba-tiba terapi kortikosteroid
pada penderita penyakit kronis seperti asma atau arthritis.
3. Krisis Addisonian, adalah keadaan darurat medis di mana kadar kortisol
sangat rendah. Hal ini dapat diakibatkan karena penyakit Addison yang
tidak diterapi. Stres fisik seperti sakit, infeksi, atau cedera dapat menjadi
pemicu kondisi ini.
Gejala penyakit Addison dapat muncul setelah beberapa bulan. Akan
tetapi pada kasus penyakit Addison yang disebabkan oleh gagal fungsi
adrenal yang akut (krisis Addisonian), gejala bisa timbul tiba-tiba. Beberapa
gejala umum yang mungkin muncul, antara lain:
a) Tekanan darah rendah, hingga pingsan
b) Rendahnya level gula darah (Hipoglikemia)

Keperawatan Medikal Bedah II | 15


c) Mual
d) Diare
e) Muntah
f) Kelelahan yang berlebihan
g) Kehilangan berat badan
h) Berkurangnya nafsu makan
i) Mengidam makanan yang asin
j) Hiperpigmentasi (menggelapnya warna kulit)
k) Sakit perut
l) Nyeri otot atau sendi
m) Kehilangan rambut pada tubuh atau disfungsi seksual pada
penderita perempuan
n) Menjadi mudah marah
o) Depresi
Selain gejala umum di atas, krisis Addisonian juga memiliki gejalanya
sendiri, yaitu diare dan muntah-muntah parah yang dapat menyebabkan
dehidrasi, serta rasa sakit di punggung bagian bawah. Kadar potasium naik
(hiperkalemia) sementara kadar sodium rendah (hiponatremia), juga
mengalami kehilangan kesadaran. Seorang perempuan dapat mengalami
periode menstruasi yang tidak teratur sebagai gejala penyakit Addison. Gejala
krisis Addison lainnya, yaitu:
a) Kulit yang pucat, dingin, atau lembap
b) Pusing
c) Berkeringat
d) Napas yang pendek dan cepat
e) Otot yang sangat lemah

Keperawatan Medikal Bedah II | 16


C. Peran Dan Fungsi Perawat
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat
stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada
situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas
perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya
yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas
dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik
professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi
untuk kejelasan.
Menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan Tahun 1989 peran perawat terdiri dari :
a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.
Pada peran ini perawat diharapkan mampu
1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga ,
kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi
mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang
kompleks.
2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien,
perawat harus memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan significan
dari klien.
a. Sebagai advokat klien.
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan.

Keperawatan Medikal Bedah II | 17


Perawat juga berperan dalam mempertahankan dan melindungi hak-
hak pasien.Tugas perawat :
1. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan
dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil
persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya.
2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan
karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi
dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim
kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga
diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien.
Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik
untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi
hak-hak klien.
b. Sebagai educator.
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
c. Sebagai koordinator.
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
d. Sebagai kolaborator.
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan.
e. Sebagai Conselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun

Keperawatan Medikal Bedah II | 18


hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan
intelektual.
g. Sebagai pembaharu.
Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.

Fungsi Perawat
1. Fungsi Independen.
Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan
keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk memenuhi KDM.
2. Fungsi Dependen.
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan
atau instruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan diantara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat
terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam
pemebrian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat
saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.

Keperawatan Medikal Bedah II | 19


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem endokrin adalah jaringan tubuh manusia dari kelenjar yang
menghasilkan lebih dari 100 hormon untuk mempertahankan dan mengatur
fungsi tubuh dasar. Kelenjar dari sistem endokrin meliputi hipofisis, pineal,
tiroid, paratiroid, timus, pankreas, adrenal, dan ovarium atau testis. Sistem
endokrin mengawasi banyak proses kehidupan kritis. Sistem endokrin ini
berfungsi untuk membantu mengatur dan menjaga berbagai fungsi tubuh
dengan melepaskan hormon yang sering disebut sebagai pesan kimia.
Hormon-hormon ini diproduksi dan disekresi oleh apa yang dikenal sebagai
kelenjar endokrin.
Adapun macam-macam trend dan issue gangguan pada sistem
endokrin di Indonesia, antara lain: penyakit diabetes melitus, diabetes
insipidus, Pankreasitis, Hiperpituitarisme, Tiroiditis, Addison, dan
Hipertiroidisme (Tirotoksikosis) berdasarkan penyebab dan tanda gejala.

Keperawatan Medikal Bedah II | 20


DAFTAR PUSTAKA

Price, A. Sylvia & Wilson, M. Lorraine. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Yulianti, Sri Rahayu., dkk. 2014. Jurnal Profil Pengobatan Diabetes Melitus Tipe
2 Di Instalasi Rawat Inap RSUD Undata Tahun 2012. Untad: Prodi
Farmasi
Sabjaya, Ayling. 2008. Jurnal Addisons Disease. Dosen Fakultas Kedokteran:
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Keperawatan Medikal Bedah II | 21

Anda mungkin juga menyukai