Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN MAKALAH MEKANISME PATOFISIOLOGI

TERJADINYA HIPERTENSI DAN HIPOTENSI

DISUSUN
KELOMPOK 2
ALYA RAHMA MIFTAHUZZAMAN PO713203211004
ASTRID JULIANA PO713203211008
FARADILLAH PO713203211014
MUH. AKMAL PO713203211026
NURSUGIANA PO713203211032
WAHDANIA SURATMI PO713203211047

D III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR JURUSAN


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TINGKAT 1 TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga kami dapat
menyusun makalah ini yang berjudul “PATOFISIOLOGI TERJADINYA HIPERTENSI DAN
HIPOTENSI” hingga selesai . Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, untuk kedepanya dan memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik.

Makassar, 21 April 2022

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.1 Patofisiologi hipertensi dan hipotensi.............................................................6
A. Patofisiologi Hipertensi....................................................................................6
B. Patofisiologi Hipotensi......................................................................................7
2.2 Cara pencegahan terjadinya hipertensi dan hipotensi..................................8
A. Pencegahan terjadinya hipertensi...................................................................8
B. Pencegahan terjadinya hipotensi.....................................................................9
BAB III............................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan......................................................................................................12
3.2 Saran................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat jantung
memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah normal pada anak dan remaja bervariasi
karena banyak faktor mempengaruhinya antara lain usia, jenis kelamin, tinggi, dan berat
badan. Pengukuran tekanan darah secara rutin berguna pada remaja adalah untuk
mendeteksi secara dini adanya hipertensi maupun hipotensi (tekanan darah rendah) pada
anak dan remaja sedini mungkin (Ilham, 2010).
Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah
meningkat secara kronis, terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh sehingga dapat mengganggu fungsi organ-
organ lain terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal (Riskesdas, 2013).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang
tinggi. Darah tinggi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak
diketahui atau tanpa gejala sama sekali atau disebut juga dengan silent killer (Saputra,
2014).
Tekanan darah rendah / hipotensi adalah tekanan darah di bawah nilai normal,
biasanya tekanan darah sistolik < 90 mmHg dan tekanan darah diastolik < 60 mmHg.
Hipotensi dapat disebabkan oleh bangun setelah tidur atau duduk ( orthostatic
hypotension), berdiri untuk jangka waktu yang lama, dehidrasi, hipertensi, penyakit
kelenjar tiroid, infeksi yang berat, perdarahan usus, keadaan terbakar (Medlineplus, 2011).
Potensi gejala dari penurunan tekanan darah adalah pusing, pingsan, dan jatuh. Yang
ditunjukkan sering pada orang tua, dengan insiden yang lebih tinggi pada kelompok risiko
tertentu, seperti: 24%- 33% penduduk usia lanjut di panti jompo, pada 50% orang tua
dengan syncope yang tidak dapat dijelaskan, dan 67% dari pasien lanjut usia yang dirawat
di rumah sakit. Kelompok risiko lain seperti pasien Diabetes Militus dengan disfungsi
otonom, pasien hipertensi, pasien alzeimer, dan pasien parkinson, meskipun PPH ini terjadi
pada 33% orang sehat. Dalam jangka waktu panjang, PPH ini dapat menyebabkan
meningkatnya risiko terjadinya jatuh, syncope, penyakit koroner baru, penyakit stroke
baru, dan jumlah kematian yang tinggi. Orang yang memiliki PPH berisiko
mengembangkan terjadinya iskemik otak (Van Orshoven et al, 2010).

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses patofisiologi terjadinya hipertensi dan hipotensi?
2. Bagaimana cara pencegahan terjadinya hipertensi dan hipotensi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui proses patofisiologi terjadinya hipertensi dan hipotensi.
2. Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya hipertensi dan hipotensi.

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Patofisiologi hipertensi dan hipotensi
A. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral resistance.
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi
maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki sistem yang
berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh
gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka
panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai
dari sistem reaksi cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri
pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat melalui
perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh
hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan
berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah
cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi

6
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Manifestasi klinis yang dapat muncul akibat hipertensi menurut Elizabeth J.
Corwin ialah bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi
bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang timbul dapat berupa nyeri kepala saat terjaga
yang kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah
intrakranium, penglihatan kabur akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap
karena kerusakan susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari)
karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen akibat
peningkatan tekanan kapiler. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan
stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara
pada satu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan. Gejala lain yang
sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di
tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80


Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II >160 >100
Tabel klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII

B. Patofisiologi Hipotensi
Patofisiologi tekanan pada perubahan posisi tubuh misalnya dari tidur ke berdiri
maka tekanan darah bagian atas tubuh akan menurun karena pengaruh gravitasi. Pada
orang dewasa normal, tekanan darah arteri rata-rata pada kaki adalah 180-200 mmHg.
Tekanan darah arterisetinggi kepala adalah 60-75 mmHg dan tekanan venanya 0. Pada
dasarnya, darah akan mengumpul pada pembuluh kapasitas vena ekstremitas inferior
650 hingga 750 ml darah akan terlokalisir pada satu tempat. Pengisian atrium kanan
jantun gakan berkurang, dengan sendirinya curah jantung juga berkurang sehingga
pada posisi berdiri akan terjadi penurunan sementara tekanan darah sistolik hingga
25mmHg, sedang tekanan diastolic tidak berubah atau meningkat ringan hingga
10mmHg (Andhini Alfiani Putri F, 2012).

7
Penurunan curah jantung akibat pengumpulan darah pada anggota tubuh bagian
bawah akan cenderung mengurangi darah ke otak. Tekanan arteri kepala akan turun
mencapai 20-30mmHg. Penurunan tekanan ini akan diikuti kenaikan tekanan persial
CO2 (pCO2) dan penurunan tekanan persial O2 (pCO2) serta pH jaringan otak
(Andhini
Hipotensi Adalah istilah medis dari tekanan darah rendah Tekanan darah normal
berkisar antara 90/60 mmHg dan 120/80 mmHg. Ketika tekanan darah berada di
bawah rentang tersebut, maka seseorang dapat dikatakan menderita hipotensi.
Meskipun umumnya tidak berbahaya, hipotensi dapat menjadi gejala dari suatu
penyakit yang sedang diderita. (C Winarto – 2017)
Secara reflektoris, hal ini akan merangsang baroreseptor yang terdapat didalam
dinding dan hampir setiap arteri besar didaerah dada dan leher, namun dalam jumlah
banyak didapatkan dalam diding arteri karotis interna, sedikit di atas bifurcation
carotis, daerah yang dikenal sebagai sinus karotikus dan dinding arkus aorta. Respon
yang ditimbulkan baroreseptor berupa peningkatan tahanan pembuluh darah perifer,
peningkatan tekanan jaringan pada otot kaki.
Sekresi zat vasoaktif berupa katekolamin, pengaktifan system ReninAngiostensin
Aldosteron, pelepasan ADH dan neurohipofisis. Kegagalan fungsi reflex autonomy
inilah yang menjadi penyebab timbulnya hipotensi ortostatik, selain oleh factor
penurunan curah jantung akibat berbagai sebab dan kontraksi volume intravascular
baik yang relative maupun absolute.
2.2 Cara pencegahan terjadinya hipertensi dan hipotensi
A. Pencegahan terjadinya hipertensi
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan Primordial adalah usaha pencegahan predisposisi terhadap
hipertensi, belum terlihat faktor yang menjadi risiko penyakit hipertensi. Contoh:
adanya peraturan pemerintah membuat peringatan agar tidak mengonsumsi
rokok,dan melakukan senam kesegaran jasmani untuk menghindari terjadinya
hipertensi.
2. Pencegahan primer
Pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi
faktor risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi, melalui promosi
kesehatan seperti diet yang sehat dengan cara makan cukup sayur, buah, rendah
garam dan lemak, rajin melakukan aktivitas dan tidak merokok. Tujuan
pencegahan primer adalah untuk menghindari terjadinya penyakit. Pencegahan
primer dapat dilakukan dengan mengadakan penyuluhan dan promosi kesehatan,

8
menjelaskan dan melibatkan individu untuk mencegah terjadinya penyakit melalui
usaha tindakan kesehatan gizi seperti melakukan pengendalian berat badan,
pengendalian asupan natrium dan alkohol serta penghilangan stress
3. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menjadikan orang yang sakit
menjadi sembuh, menghindarkan komplikasi, dan kecacatan akibatnya. Misalnya
mengukur tekanan darah secara rutin dan skreening. Pencegahan sekunder juga
dapat dilakukan terapi nonfarmakologis seperti menejemen stres dengan relaksasi,
pengurangan berat badan dan berhenti merokok. Untuk menegakkan diagnosa
hipertensi dapat diperoleh dari data anamnese penderita, pemeriksaan tekanan
darah secara akurat yang dilakukan setelah cukup istirahat 5-10 menit.
Pemeriksaan yang lebih teliti pada target organ untuk menilai komplikasi dan
pemeriksaan laboratorium sebagai data pendukung seperti pemeriksaan gula, urine
kalium dalam darah dan kreatinin pemeriksaan laboratorium ini juga diperlukan
untuk mengikuti perkembangan pengobatan dan untuk menilai kemungkinan dari
efek samping yang timbul.
4. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat atau kematian. Upaya yang dilakukan pada pencegahan tersier ini yaitu
menurunkan tekanan darah sampai batas yang aman dan mengobati penyakit yang
dapat memperberat hipertensi. Pencegahan tersier dilaksanakan agar penderita
hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan
kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup (Ismayadi, 2012).

B. Pencegahan terjadinya hipotensi


Tekanan darah dapat berubah sepanjang waktu, tergantung kondisi dan aktivitas
yang dilakukan tiap orang. Perubahan pada tekanan darah merupakan hal yang normal,
karena tekanan darah dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti keturunan atau
pertambahan usia.
Ada berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipotensi atau tekanan darah
rendah, seperti:
1. Kehamilan
Pada masa kehamilan, tekanan darah dapat menurun. Hal ini terjadi akibat
perkembangan sirkulasi darah dalam tubuh ibu hamil. Konsumsi obat-obatan tertentu
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek samping berupa penurunan tekanan

9
darah. Jenis obatnya antara lain, furosemide, atenolol, levodopa, sildenafil, atau
propranolol.
2. Ketidak seimbangan hormon
Tekanan darah dapat menurun akibat penurunan kadar hormon dalam darah.
Penurunan kadar hormon sendiri dapat disebabkan oleh beberapa penyakit, seperti
diabetes dan penyakit tiroid.
3. Dehidrasi
Ketika tubuh kekurangan cairan atau dehidrasi, volume darah juga dapat berkurang.
Hal ini dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah.
4. Infeksi
Penderita infeksi dapat mengalami sepsis, yaitu infeksi yang telah memasuki aliran
darah. Pada kondisi ini, tekanan darah dapat menurun.
5. Penyakit jantung
Penyakit jantung menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah dengan baik.
Kondisi ini menyebabkan tekanan darah menurun.
6. Kekurangan nutrisi
Kekurangan vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan anemia dan berakhir
pada penurunan tekanan darah.
7. Perdarahan
Perdarahan dalam jumlah besar dapat menurunkan volume dan aliran darah ke
berbagai jaringan tubuh. Kondisi ini menyebabkan tekanan darah menurun secara
drastis.
8. Reaksi alergi parah
Beberapa pemicu alergi (alergen) dapat menimbulkan reaksi alergi parah
(anafilaksis). Kondisi ini berdampak pada menurunnya tekanan darah.

 Pencegahan Hipotensi
Cara terbaik untuk mencegah terjadinya hipotensi adalah dengan menghindari
faktor pemicunya. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
1. Membatasi konsumsi minuman berkafein dan beralkohol
2. Mengonsumsi makanan dalam porsi kecil tetapi sering, dan tidak langsung berdiri
setelah makan
3. Memosisikan kepala lebih tinggi ketika tidur
4. Berdiri secara perlahan dari posisi duduk atau berbaring
5. Tidak berdiri atau duduk terlalu lama

10
6. Tidak membungkuk atau mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba
7. Tidak mengangkat beban yang terlalu berat
8. Mencukupi kebutuhan minum, minimal 8 gelas per hari
9. Berolahraga secara teratur, untuk meningkatkan otot tubuh dan melancarkan aliran
darah
10. Menghindari diet rendah garam yang terlalu ketat

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipotensi ini disebabkan karena adanya aktivitas simpatis yang menurun,
penurunan resistensi pembuluh darah sistemin dan curah jantung, vasodilatasi
pembuluh darah, gangguan mekanisme baroreseptor, dan depresi kontraktilitas
jantung. Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah hipotensi salah satunya adalah
dengan memberikan perlakuan elevasi tungkai sebelum induksi propofol. Mekanisme
terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh
angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting
dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan
tekanan darah melalui dua aksi utama.
3.2 Saran
Pencegahan terjadinya hipotensi
Tekanan darah dapat berubah sepanjang waktu, tergantung kondisi dan aktivitas
yang dilakukan tiap orang. Perubahan pada tekanan darah merupakan hal yang normal,
karena tekanan darah dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti keturunan atau
pertambahan usia.
Pencegahan Hipotensi
1. Membatasi konsumsi minuman berkafein dan beralkohol
2. Mengonsumsi makanan dalam porsi kecil tetapi sering, dan tidak langsung
berdiri setelah makan
3. Memosisikan kepala lebih tinggi ketika tidur
4. Berdiri secara perlahan dari posisi duduk atau berbaring
5. Tidak berdiri atau duduk terlalu lama
6. Tidak membungkuk atau mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba
7. Tidak mengangkat beban yang terlalu berat
8. Mencukupi kebutuhan minum, minimal 8 gelas per hari
9. Berolahraga secara teratur, untuk meningkatkan otot tubuh dan melancarkan
aliran darah
10. Menghindari diet rendah garam yang terlalu ketat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Andhini Alfiani Putri F. 2012. Benjamin C. Wedro, MD, FAAEM. 2015. Asuhan Keperawatan
Hipotensi. STIKES An Nur Purwodadi.
Anita Lochkart RN.MSN, Dr. Lyndon Saputra. (2014). Asuhan Kebidanan, Neonatus Normal
dan Patologis. Tanggerang: Binarupa aksara
Anwar, Ilham. (2010). Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. Direktori UPI.
Bandung.
https://www.alodokter.com/hipotensi. Diakses : 22 April 2022.
Ismayadi. (2012). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Terhadap Kejadian Hipertensi pada Lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Johor.
JNC VII. 2003. The seventh report of the Joint National Committee on prevention, detection,
evaluation, and treatment of high blood pressure. Hypertension, 42: 1206-52.
Medlineplus. 2011. Highbloodpressure
Postpranto duodenal ial hypotension in clinical geriatric patients and healthy elderly: prevalence
related to patient selection and diagnostic criteria. Journal of Aging Research:1-7.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2013.
Van Orshoven NP., Jansen PAF., Oudejans I., Schoon Y., Oey P.L. 2010.
Winarto C. (2017). Buku saku patofisiologi 3 edisi revisi. Jakarta: EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai