Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

HIPERTENSI

Disusun Oleh

Putri Melati

17.156.01.11.114

4C ILMU KEPERAWATAN
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKes Medistra Indonesia
Jl. Cut Mutia Raya No. 88 A – Kel. Sepanjang Jaya – Bekasi
Telp. (021) 82431375, Fax. (021) 82431374
Website : http//www.stikesmedistra-indonesia.ac.id, e-mail : stikesmi@yahoo.co.id
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyusun laporan ini sampai selesai
tepat pada waktunya. Dimana laporan ini merupakan salah satu dari tugas untuk memenuhi
Praktik Klinik Keperawatan 2 STIKes Medistra Indonesia. Sholawat serta salam tak lupa
kita haturkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW.

Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing PKK 2 yaitu
Ibu Kiki Deniati, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Saya menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini
masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan. Dan semoga dengan selesainya
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman yang membutuhkan.

Penulis

Bekasi, 02-03-2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI......................................................................................3
A. KONSEP DASAR TEORI HIPERTENSI.................................................................................3
1. Definisi Hipertensi.................................................................................................................3
2. Etiologi Hipertensi.................................................................................................................4
3. Patofisiologi Hipertensi.........................................................................................................6
4. Pathway.................................................................................................................................7
5. Manifestasi Klinis..................................................................................................................8
6. Diagnosis Hipertensi..............................................................................................................8
7. Klasifikasi Hipertensi............................................................................................................9
8. Komplikasi...........................................................................................................................10
9. Penatalaksanaan...................................................................................................................10
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN HIPERTENSI.............................................14
MATERI PENYULUHAN..................................................................................................................38
LEAFET HIPERTENSI.......................................................................................................................43
JURNAL TERAPI MUSIK.................................................................................................................44
FORMAT PENILAIAN ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................48
FORMAT PENILAIAN......................................................................................................................49
PENDIDIKAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1.......................................49
FORMAT PENILAIAN PRE DAN POST CONFERENCE...............................................................50

3
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

A. KONSEP DASAR TEORI HIPERTENSI

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan


darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu
periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas
90mmHg

2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut


(Aspiani, 2014) :

a) Hipertensi Primer atau Hipertensi Esensial


Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu :
(Aspiani, 2014)
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko
tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat
dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan
darah tinggi.
2) Jenis Kelamin dan Usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi
untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah
meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–
laki lebih tinggi dari pada perempuan.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi
berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan
cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh.

4
Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan pada volume
darah. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah yang
menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan
tekanan darah didalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan
tekanan darah meningkat.

4) Berat Badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam
keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.

5) Gaya Hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup
sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok,
dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam
waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama
merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol
yang sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan
tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien
diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam
batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari
komplikasi yang bisa terjadi.
b) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat
stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
aterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara
langsung meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron danreabsorbsi natrium. Apabiladapat
dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal yang terkena
diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2014).

5
6
3. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari
perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan
tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.
Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara
lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin
angiotensin dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini bermula pada saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah
(Padila, 2013).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013).
Meski etiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor diduga
memegang peranan dalam genesis hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan
faktor psikis, sistem saraf, ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid,
katekolamin, angiotensin, sodium, dan air (Syamsudin, 2011).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013).
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I

7
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan
keadaan hipertensi (Padila, 2013).

4. Pathway

1. UMUR JENIS KELAMIN GAYA HIDUP OBESITAS

Elastisitas ,Arteriosklerosis

HIPERTENSI

Kerusakan Vaskuler Pembuluh Darah Perubahan Status Kesehatan Krisis Situasional

Perubahan Struktur
Ansietas Koping
Individu
Penyumbatan Pembuluh Darah
Tidak Efektif
Perubahan Struktur

Gangguan Sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh Darah Retina

Vasikontriksi pem darah ginjal Spasme Artierol


Resistensi Suplai O2 ke Sistemik Koroner
Pembuluh Otak
Darah Otak Aliran darah menurun Vasokosntriksi Diplopia
Iskemi Miokard
Gangguan
Perfusi Jaringan
Respon RAA Afterload Nyeri dada Resiko
Nyeri Akut Cidera
Gangguan Merangsang Aldosteron
Resiko Fatigue
Pola Tidur
Tinggi Paparan
Retensi NA Penurunan Informasi
Curah Intolerans
Kurang
Jantung Aktivitas
Edema
Perubahan
Kurang
Kelebihan Volume Cairan suplai darah
Pengetahuan
ke paru
8
Dispnea, ortopnea, takiardi
5. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga, kadang-
kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial.
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi. Ayunan langkah yang
tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. Nokturia karena peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. Edema dependen dan pembengkakan
akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada
penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari
hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lainlain

6. Diagnosis Hipertensi

Berdasarkan anamnesis, sebagian besar pasien hipertensi bersifat asimptomatik.


Beberapa pasien mengalami keluhan berupa sakit kepala, rasa seperti berputar, atau
penglihatan kabur. Hal yang dapat menunjang kecurigaan ke arah hipertensi
sekunder antara lain penggunaan obat-obatan seperti kontrasepsi hormonal,
kortikosteroid, dekongestan maupun NSAID, sakit kepala paroksismal, berkeringat
atau takikardi serta adanya riwayat penyakit ginjal sebelumnya. Pada anamnesis
dapat pula digali mengenai faktor resiko kardiovaskular seperti merokok, obesitas,
aktivitas fisik yang kurang, dislipidemia, diabetes milletus, mikroalbuminuria,
penurunan laju GFR, dan riwayat keluarga
Berdasarkan pemeriksaan fisik, nilai tekanan darah pasien diambil rerata
dua kali pengukuran pada setiap kali kunjungan ke dokter. Apabila tekanan darah ≥
140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan maka hipertensi dapat ditegakkan.
Pemeriksaaan tekanan darah harus dilakukan dengan alat yang baik, ukuran dan
posisi manset yang tepat (setingkat dengan jantung) serta teknik yang benar.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memeriksa komplikasi yang telah atau
sedang terjadi seperti pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap, kadar
ureum, kreatinin, gula darah, elektrolit, kalsium, asam urat dan urinalisis.
Pemeriksaan lain berupa pemeriksaan fungsi jantung berupa elektrokardiografi,
funduskopi, USG ginjal, foto thoraks dan ekokardiografi. Pada kasus dengan
kecurigaan hipertensi sekunder dapat dilakukan pemeriksaan sesuai indikasi dan
diagnosis banding yang dibuat. Pada hiper atau hipotiroidisme dapat dilakukan
fungsi tiroid (TSH, FT4, FT3), hiperparatiroidisme (kadar PTH, Ca2+),

9
hiperaldosteronisme primer berupa kadar aldosteron plasma, renin plasma, CT scan
abdomen, peningkatan kadar serum Na, penurunan K, peningkatan eksresi K dalam
urin ditemukan alkalosis metabolik. Pada feokromositoma, dilakukan kadar
metanefrin, CT scan/MRI abdomen. Pada sindrom cushing, dilakukan kadar
kortisol urin 24 jam. Pada hipertensi renovaskular, dapat dilakukan CT angiografi
arteri renalis, USG ginjal, Doppler Sonografi.

7. Klasifikasi Hipertensi

Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah sistolik
kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg.
Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

\
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan
hipertensi sekunder Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan darah yang tidak
diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi primer.
Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer
adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat badan, gaya hidup. Hipertensi
sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada
sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus hipertensi
merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder
antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume
intravaskular, luka bakar dan stres (Aspiani, 2014).

10
11
8. Komplikasi

Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka
panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang
mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : (Aspiani, 2014)
a) Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi
di otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang
terpajan tekanan darah tinggi.
b) Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila
membentuk 12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah melewati
pembuluh darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan
oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat
menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah
disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c) Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi.
Penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan
mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya
jantung tidak mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang
dapat menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.
d) Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal.
Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat
zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan
terjadi penumpukan dalam tubuh.

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi meliputi modifikasi gaya hidup namun terapi


antihipertensi dapat langsung dimulai untuk hipertensi derajat 1 dengan penyerta
dan hipertensi derajat 2. Penggunaan antihipertensi harus tetap disertai dengan
modifikasi gaya hidup.
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah

12
 Target tekanan darah <150/90, untuk individu dengan diabetes, gagal ginjal,
dan individu dengan usia >60 tahun <140/90
 Penurunan mobidikitas dan mortalitas kardiovaskuler
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi
penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus
dilaksanakan hingga mencaoai target terapi masing-masing kondisi. Pengobatan
hipertensi terdiri dari terapi nonfakmakologis dan farmakologis. Terpai
nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan
menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko penyakit
a) Penatalaksanaan nonfarmakologis
Dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan
darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan mengobati
tekanan darah tinggi , berbagai macam cara memodifikasi gaya hidup
untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1) Pengaturan diet
 Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi
garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin- angiostensin
sehingga sangata berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah
asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan
3-6 gram garam per hari.
 Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
oksidanitat pada dinding vaskular.
 Diet kaya buah sayur.
 Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
2) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara
menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan
dengan mengurangi beban kerja jantung dan voume sekuncup. Pada
beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan

13
kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat
badan adalah hal yangs angat efektif untuk menurunkan tekanan
darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan.
Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu
menjadi perhatian khusus karenan umumnya obat penurunan
penurunan berat badan yang terjual bebas mengandung
simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya
eksaserbasi aritmia.
3) Olahraga Teratur
Olahraga seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung..
olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin
perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30
menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang
dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
4) Gaya Hidup
Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti
merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi
efek jangka oanjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan
aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
5) Terapi Komplementer
Terapi komplementer yang bisa digunakan seperti terapi aromaterapi,
terapi tertawa, terapi masase kaki menggunakan minyak esensial lavender,
terapi meditrasi, terapi musik klasik, terapi musik murotal Al-qur’an.

b) Penatalaksanaan Farmakologis
1) Terapi oksigen
2) Pemantauan hemodinamik
3) Pemantauan jantung
4) Obat-obatan :

14
 Diuretik : Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan
tubuh (lewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan
daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek pada turunnya tekanan darah.
Contoh obat-obatan ini adalah: Bendroflumethiazide, chlorthizlidone,
hydrochlorothiazide, dan indapamide.
 ACE-Inhibitor Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat
angiotensin II (zat yang dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping yang
sering timbul adalah batuk kering, pusing sakit kepala dan lemas. Contoh obat yang
tergolong jenis ini adalah Catopril, enalapril, dan lisinopril.
 Calsium channel blocker Golongan obat ini berkerja menurunkan
menurunkan daya pompa jantung dengan menghambat kontraksi otot jantung
(kontraktilitas). Contoh obat yang tergolong jenis obat ini adalah amlodipine,
diltiazem dan nitrendipine.
 ARB Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin
II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-
obatan yang termasuk golongan ini adalah eprosartan, candesartan, dan losartan.
 Beta blocker Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan
daya pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah
diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronchial. Contoh obat yang
tergolong ke dalam beta blocker adalah atenolol, bisoprolol, dan beta metoprolol.

15
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN HIPERTENSI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1 SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN (STIKes MEDISTRA INDONESIA)

I. Data Demografi :
1. Biodata
- Nama : Ny. R
- Usia : 42
- Jenis Kelamin :P
- Alamat : Bekasi
- Suku : Sunda
- Status Pernikahan : Kawin
- Agama : Islam
- Pekerjaan : IRT
- Diagnosa Medis : Hipertensi
- Tanggal Pengkajian : 24-02-2021
Penanggung jawab
- Nama : Nn. M
- Usia : 22thn
- Jenis Kelamin :P
- Pekerjaan : Mahasiswa
- Hubungan dengan Klien : Anak
II. KELUHAN UTAMA
klien mengeluh nyeri kepala bagian belakang lebih tepat pada tengkuk dengan PQRST:

 P : Nyeri kepala
 Q : Hilang timbul
 R : Kepala bagian belakang (tengkuk)
 S : Sekala nyeri 6
 T : Saat pasien melakukan aktifitas berat

16
III. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

 Saat bangun tidur klien nyeri cekot-cekot pada tengkuk, klien mengatakan
mengatakan pusing, tidak mual dan muntah, nyeri cekot-cekot pada tengkuk
seperti tertusuk-tusuk dan hilang timbul dengan skala nyeri 6 terjadi secara
mendadak. Ekspresi klien tampak meringis.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
 Klien mengatakan tidak pernah menderitah penyakit kronis selain hipertensi,
pasien juga mengatakan tidak pernah operasi sebelumnya, klien juga mengatakan
tidak mempunyai alergi apapun.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

 Dalam anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit serupa dengan pasien
serta tidak ada yang mengalami penyakit yang menular dan menurun .

IV . RIWAYAT PISIKOSOSIAL

 Pasien mengatakan sebelum sakit pasien sering menghadiri acara acara seperti
arisan RT pengajian RT dan acara rukun tetangga lainya

V. RIWAYAT SPIRITUAL

 konsep tentang penguasa kehidupan klien percaya terhadap tuhan, klien selalu
memohon kesembuhan pada tuhan, klien sholat 5 waktu,sarana/peralatan/orang yang
diperlukan untuk melaksanakan ritual sajadah, klien yakin bisa sembuh, klien
menganggap sakit ini ujian dari Tuhan.

VI. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum klien


 lemah, kesadaran composmentis 6
2. Tanda-tanda vital
 Suhu : 360C
 Nadi : 96x/mnt
 Pernafasan : 20x/mnt

17
 TD : 180/100 MMHg
3. Kenyamanan Nyeri
 P : Nyeri kepala
 Q : Hilang timbul
 R : Kepala bagian belakang (tengkuk)
 S : Sekala nyeri 6
 T : Saat pasien melakukan aktifitas berat

4. Pemeriksaan Kepala
 Rambut
Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe dan tidak ada lesi. Penyebaran rambut
merata berwarna hitam dan putih (uban), rambut mudah patah, tidak bercabang, dan
tidak ada kelainan
 Mata
Konjungtiva anemis, sklera ikteris putih, tidak ada pembesaran palpebra, tidak ada
sirabismus, ketajaman penglihatan normal, tidak ada alat bantu.
 Hidung
Normal, mukosa hidung bersih, tidak ada sekret, ketajaman penciuman normal
 Rongga Mulut
Mulut bersih, mukosa bibir lembab, bentuk bibir normal, gigi bersih, kebiasaan
gosok gigi 2xsehari, tidak ada kesulitan menelan, tidak ada kemerahan, tidak ada
pembesaran tonsi
 Telinga
Telinga, bentuk simetris antara kanan dan kiri, tidak ada keluhan, ketajaman
pendengaran normal
 Pemeriksaan Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar, parotis, tidak
ada luka gangren, tidak ada pus, tidak ada bau.
 Pemeriksaan thorak : Sistem Pernafasan
Bentuk dada : Normal chest
Susunan ruas tulang belakang : Normal

18
Pola nafas : Irama teratur, tidak ada gangguan irama
pernafasan, tidak ada otot bantu nafas,
Perkusi thorak : Resonan, tidak ada alat bantu nafas,
Vokal fremitus : Getaran pada punggung sisi kanan dan kiri
sama,
Suara nafas : Vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan

 Pemeriksaan jantung : Sistem Kardiovaskuler


tidak ada nyeri dada, irama jantung : teratur, pulsasi : kuat, posisi ics 5 mid
clavicula sinistra ics 5 mid sternalis dextra, bunyi jantung : s1 s2 tunggal, tidak ada
bunyi jantung tambahan, tidak ada cianosis, tidak ada clubbing finger, tidak ada
pembesaran JVP
 Pemeriksaan Sistem Pencernaan (abdomen) dan Status Nutrisi
BB: 72kg TB: 160 cm
tidak ada nyeri abdomen, Kebiasaan BAB 2x sehari, konsistensi lembab, warna
kuning, bau khas feses, tempat yang digunakan kamar mandi, peristaltic usus
12x/mnt, tidak ada masalah eliminasi alvi.
 Sistem Persyarafan
- Compos mentis
- Orientasi : klien mengatakan dirumah ia di jaga oleh anak dan suaminya. klien
mampu mengenali waktu dengan baik, tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk,
tidak ada brudsky, terdapat nyeri kepala, dengan PQRST P: nyeri kepala, Q:
hilang timbul, R: kepala bagian belakang (tengkuk), S: sekala nyeri 5, T: saat
pasien melakukan aktifitas berat.
- Istirahat /tidur : siang sebelum sakit siang ±2-3 jam, malam ± 7-8 jam, Setelah
sakit akit ± 1 jam/hari, malam : ± 3-4 jam, tidak ada kelainan nervus cranialis
- Pupil : Isokor, reflek cahaya normal
 Sistem Perkemihan
Bentuk alat kelainan : Normal, libido normal, alat kelamin bersih, Frekuensi
Berkemih ± 3x/hr, teratur, bau khas urine, jumlah ± 1200, tempat yang digunakan
kamar mandi, tidak menggunakan alat bantu berkemih.
 Sistem muskuloskeletal dan Integumen

19
Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM) Bebas, Kekuatan Otot 5,5,5,5,
Tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, akral hangat, turgor kulit elastis, CRT < 3
dtk, tidak ada oedema, kebersihan kulit bersih, Kemampuan melakukan ADL
mandiri
 Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar, parotis, tidak
ada luka gangren, tidak ada pus, tidak ada bau

DATA FOKUS
Nama Pasien : Ny. R

Data Objectif Data Subjectif


1. KU Lemah 1. Klien mengatakan nyeri pada kepala dan
2. Skala Nyeri tidak nyaman pada tengkuk
P : Adanya tekanan darah 2. Pasien mengatakan susah tidur karena
tinggi penyakit yang dideritanya
Q : Seperti terusuk-tusuk 3. Pasien mengatakan setelah tidur merasa
R : Nyeri pada tengkuk tidak segar
S:6 4. Pasien mengatakan mudah terbangun saat
T : Hilang timbul tidur
3. TTV 5. Klien mengatakan Sebelumnya tidak pernah
Suhu : 360C diberikan pendidikan kesehatan tentang
Nadi : 96x/mnt hipertensi Klien mengatakan kurang begitu
Pernafasan : 20x/mnt paham tentang tekanan darah yang sering
TD : 180/100 tinggi yang dideritanya
MMHg
4. Klien tampak lemas
5. Pasien tampak pucat, konjungtiva
anemis
6. klien terlihat tegang Klien hanya diam
saat ditanya tentang tekanan darah
tinggi yang dideritanya
7. Istirahat /tidur : siang sebelum sakit
siang ±2-3 jam, malam ± 7-8 jam,
Setelah sakit ± 1 jam/hari, malam : ±
3-4 jam

20
ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny. R

NO DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 DO : Nyeri akut Resistensi
 Skala Nyeri Pembuluh Darah
P : Adanya tekanan darah Otak
tinggi
Q : Seperti terusuk-tusuk
R : Nyeri pada tengkuk
S:6
T : Hilang timbul
 TD 180/100 (Hipertensi)

DS :
 Klien mengatakan nyeri pada kepala dan
tidak nyaman pada tengkuk
2 DO : Gangguan Pola Resistensi
 K/U : Lemah Tidur Pembuluh Darah
 TTV Otak
Tekanan darah : 180/100 mmHg,
 Pasien tampak pucat
 konjungtiva anemis
 pasien tampak lemas

DS :
 Pasien mengatakan susah tidur
 Pasien mengatakan setelah tidur merasa tidak
puas akan kualitas tidurnya
 Mudah terbangun saat tidur
3. DO : Defisit Kurang Terpapar
 klien terlihat tegang Klien hanya diam saat pengetahuan Informasi
ditanya tentang tekanan darah tinggi yang
dideritanya
DS :
 Klien mengatakan Sebelumnya tidak pernah
diberikan pendidikan kesehatan tentang
hipertensi Klien mengatakan kurang begitu
paham tentang tekanan darah yang sering
tinggi yang dideritanya

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. R

NO Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal Teratasi

21
1 Nyeri akut b.d Agen Pencedera 25-02-2021 27-02-2021
fisiologis d.d Resistensi
Pembuluh Darah Otak (TD
180/100)
2 Gangguan pola tidur b/d 25-02-2021 26-02-2021
Resistensi Pembuluh Darah otak
d/d kualitas tidur yang buruk
(Tidak merasa puas akan
kualitas tidur dan mudah
terbangun)
3 Defisit pengetahuan b.d Kurang 25-02-2021 25-02-2021
Terpapar Informasi d/d klien
terlihat tegang Klien hanya
diam saat ditanya tentang
tekanan darah tinggi yang
dideritanya

22
23
INTERVENSI
Nama Pasien : Ny. R

Tanggal DX.KEP Tujuan dan Kriteria hasil Intervrensi Rasional Paraf


24-02-2021 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Terapeutik
Agen Pencedera keperawatan 3 x 24 jam 1. Kaji dan monitor Skala nyeri pasien 1. Untuk memantau perkembangan
fisiologis d.d diharapkan masalah nyeri status nyeri pasien
Resistensi dapat teratasi dengan 2. Untuk mengurangi rasa nyeri
Pembuluh Darah kriteria hasil : 2. Berikan teknik nonfarmakologis Dan membuat pasien rileks
Otak (TD 1. Pasien mengetahui (Terapi Musik) 3. Teknik relaksasi
180/100) penyebab nyerinya. 3. Angajarkan cara melakukan teknik dapatmenurunkan rasa nyeri
2. Pasien mengatakan relaksasi nafas dalam 4. Klien mungkin tidak secara
Nyeri hilang. 4. Perhatikan isyarat verbal dan non verbal melaporkan nyeri dan
3. Pasien mampu verbal seperti: meringis, kaku, ketidak nyamanan secara
mendemonstrasikan gerakan melindungi langsung
ulang teknik relaksasi 5. Pada klien dengan gangguan
dan distraksi 5. Kaji tanda –tanda vital (tekanan nyeri menyebabkan gelisah serta
4. Pasien rileks darah, respirasi, Nadi, Suhu) tekanan darah dan nadi
5. Skala nyeri berkurang , meningkat
1-3 6. Kolaborasi pemberian obat 6. Untuk memperlancar aliran
Amplopidin 5 gr (dosis darah menuju jantung dan
yangdiberikan oleh dokter kepada mengurangi tekanan darah
pasien)
7.
Edukasi 1. Agar pasien paham mengenai
1. Jelaskan penyebab periode dan periode pemucu nyeri
pemicu nyeri 2. Agar pasien dapat menangani
2. Jelaskan startegi meredakan nyeri rasa sakitnya secara mandiri
3. Agar mengetahui
3. Anjurkan monitor nyeri secara perkembangan pasien
mandiri 4. Agar pasien merasa lebih
4. Ajarkan teknik nonfaramkologis tenang dan rileks setelah
untuk mengurangi rasa nyeri melakuukan terapi
nonfarmakologis
24-02-2021 Gangguan pola Setelah dilakuakn tindakan 1. Monitor kualitas tidur pasien 1. Agar mengethaui status

24
tidur b/d keperawatan selama 3x 24 perkembangan pasien
Resistensi jam diharapkan gangguan 2. Berikan Aromaterapi 2. Dengan pemberian aromaterapi
Pembuluh Darah istirahat tidur tidak terjadi diharapkan pasien merasa
otak d/d dengan, Kriteria Hasil : 3. Berikan lingkungan yang nyaman nyaman dan tenang.
kualitas tidur 1. Pasien tampak rileks dan yang nyaman 3. Dengan lingkungan yang
yang kurang segar nyaman dan tenang pasien dapat
kualitas tidur 2. Pasien dapat tidur 4. Ajarkan pasien distraksi dan beristirahat dengan tenang.
yang buruk selama 6-8 jam setiap relaksasi. 4. Dapat mengurangi
(Tidak merasa malam 5. Anjurkan pasien mandi/Seka air ketidaknyamanan.
puas akan 3. Perasaan segar sesudah hangat untuk persiapan tidur 5. Pasien dapat merasa segar
kualitas tidur tidur atau instirahat sehingga dapat beristirahat
dan mudah dengan nyaman
terbangun)
24-02-2021 Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
keperawatan 3 x 24 jam 1. Berikan penilaian tentang tingkat 1. Agar pasien paham mengenai
Defisit
diharapkan Defisit pengetahuan pasien mengenai proses proses penyakit yang di
pengetahuan b.d
pengetahuan klien teratasi penyakit deritanya
Kurang
dengan kriteria hasil : 2. Jelaskan Patofisiologi penyakit 2. Agar pasien mengetahui proses
Terpapar
1. Klien mengungkapkan dengan cara yang tepat patofisologi penyakit yang di
Informasi d/d
pemahaman tentang 3. Gambarkan tandagejala yang derita
klien terlihat
penyakitnya muncul pada penyakit dengan cara 3. Agar pasien dapat memahami
tegang Klien
2. Pasien dapat menerapkan yang tepat gambaran tanda dan gejala yang
hanya diam saat
edukasi yang diberikan muncul pada penyakit yang
ditanya tentang
4. Jelaskan faktor resiko yang dapat dideritanya
tekanan darah
mempengaruhi kesehatan 4. Agar pasien mengerti faktor-
tinggi yang
faktor apa saja yang dapat
dideritanya
mempengaruhi kesehatan pasien
Edukasi
5. Ajarkan perilaku hidup bersih dan dan pasien
Kesehatan
sehat 5. Agar pasien dapat menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat

25
IMPLEMENTASI 1
Nama Pasien : Ny. R Tanggal : 25-02-2021

TGL/JA
DX KEPERAWATAN IMPLEMENTASI dan RESPON PASIEN TTD
M
09.00 Nyeri akut b.d Agen Pencedera Terapeutik
WIB fisiologis d.d Resistensi Pembuluh 1. Kaji dan monitor Skala nyeri pasien
Darah Otak (TD 180/100)  Respon Pasien
S:
O:
 P : Adanya tekanan darah tinggi
 Q : Seperti terusuk-tusuk
 R : Nyeri pada tengkuk
 S:5
 T : Hilang timbul
08.00
2. Memberikan pasien terapi musik (Murotal)
WIB
• Respon Pasien :
S : Pasien mengatakan saat mendengaran musik lebih merasa tenang dan nyaman
nyeri pun berkurang sedikit
O : Pasien terlihat tenang dan nyaman
3. Mengajarkan cara melakukan teknik relaksasi nafas dalam
 Respon Pasien :
S : Pasien mengatakan dirinya masih merasakan pusing tetapi agak sedikit
merasa rileks setalah melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam
O : Pasien terlihat masih merasakan nyeri di kepalanya

26
4. Memperhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti: meringis, kaku, gerakan
melindungi
 Respon Pasien :
S :
O : Pasien terlihat tenang
5. Mengkaji tanda –tanda vital (tekanan darah, respirasi, Nadi, Suhu)
 Respon Pasien :
S:
O : TD : 170/90 mmHg, Suhu: 36,50C, Nadi : 90x/mnt, RR : 22x/mnt
21.00 6. Berolaborasi pemberian obat Amplopidin 5 gr (dosis yangdiberikan oleh dokter
WIB kepada pasien)
 Respon Pasien :
S:
O: TD : 180/100 mmHg

10.00 Edukasi
WIB 1. Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan startegi meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4. Ajarkan teknik nonfaramkologis untuk mengurangi rasa nyeri
07.00 Gangguan pola tidur b/d Resistensi 1. Monitor kualitas tidur pasien
WIB Pembuluh Darah otak d/d kualitas  Respon Pasien
tidur yang buruk (Tidak merasa puas S : Pasien mengatakan masih merasakan nyeri ketika tertidur dan masih
akan kualitas tidur dan mudah terbangun tetapi tidak sesering biasanya

27
terbangun) O : pasien terlihat terbangun ketika tidur

21.00 2. Meberikan Aromaterapi bunga mawar


WIB  Respon Pasien
S : Pasien mengatakan aroma mawar nya menennagkan pasien
O : Pasien terlihat tenang

3. Memberikan lingkungan yang nyaman yang nyaman


 Respon Pasien
S : Pasien mengatakan nyaman denga lingkungannya
O : Pasien terlihat nyaman

4. Mengajarkan pasien distraksi dan relaksasi


 Respon Pasien
S:
O : Pasien masih terlihat merasakan nyeri di kepalanya

5. Anjurkan pasien mandi/Seka air hangat untuk persiapan tidur


 Respon Pasien
S : Pasien mengatakan nyaman dan merasa lebih segar
O : Pasien terlihat lebih nyaman

28
10.00 Defisit pengetahuan b.d Kurang 1. Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien mengenai proses
WIB Terpapar Informasi d/d klien terlihat penyakit
tegang Klien hanya diam saat ditanya  Respon Pasien
tentang tekanan darah tinggi yang S : Pasien mengatakan paham dengan yang sudah di paparkan mengenai proses
dideritanya Edukasi Kesehatan penyakit yang diderita pasien
O : Pasien terlihat paham dengan yang sudah di paparkan mengenai proses
penyakit yang diderita pasieN
2. Menjelaskan Patofisiologi penyakit dengan cara yang tepat
 Respon Pasien
S : Pasien mengatakan paham dengan yang sudah di paparkan mengenai
patofisologi penyakit yang diderita pasien
O : Pasien terlihat paham dengan yang sudah di paparkan mengenai patofisologi
penyakit yang diderita pasien
3. Menggambarkan tandagejala yang muncul pada penyakit dengan cara yang tepat
 Respon Pasien
S : Pasien mengatakan paham dengan yang sudah di paparkan mengenai
tandagejala yang muncul pada penyakit yang diderita pasien
O : Pasien terlihat paham dengan yang sudah di paparkan mengenai tandagejala
yang muncul pada penyakit yang diderita pasien
4. menelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
 Respon Pasien
S : Pasien mengatakan paham dengan yang sudah di paparkan mengenai apa apa
saja yang dapat mempengarhi kesehatan
O : Pasien terlihat paham dengan yang sudah di paparkan mengenai apa apa saja

29
yang dapat mempengarhu kesehatan
5. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
 Respon Pasien
S : Pasien mengatakan paham dengan yang sudah di paparkan mengenai apa apa
saja perilaku hidup sehat
O : Pasien terlihat paham dengan yang sudah di paparkan mengenai apa apa saja
perilaku hidup sehat

30
EVALUASI 1
Nama Pasien : Ny. R Tanggal : 25-02-2021

JAM DX KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP) TTD


Nyeri akut b.d Agen Pencedera fisiologis d.d S:
14.00 WIB Resistensi Pembuluh Darah Otak (TD 190/100) 1. Pasien mengatakan saat mendengaran musik lebih merasa tenang dan
14.00 WIB nyaman namun masih merasakan pusing
2. Pasien mengatakan dirinya masih merasakan pusing tetapi agak sedikit
merasa rileks setalah melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam
11.00 WIB 3. Pasien mengatakan saat mendengaran murotal Surah Ar-Rahman lebih
merasa tenang dan nyaman nyeri pun berkurang sedikit
16.00 WIB O:
- 1 Pasien terlihat tenang
21.00 WIB 2 Pasien terlihat masih merasakan nyeri di kepalanya
3 Pasien terlihat tenang
4 TD : 170/90 mmHg, Suhu: 36 C, Nadi : 90x/mnt, RR : 22x/mnt
5 PQRST
 P : Adanya tekanan darah tinggi
 Q : Seperti terusuk-tusuk
 R : Nyeri pada tengkuk
 S:5
 T : Hilang timbul
A : Masalah belum teratasi
1 Pasien masih merasa nyeri kepala (Hilang Timbul)

31
2 Tekanan darah pasien masih tinggi
3 Skala nyeri masih 4
P : Lanjutkan Intervensi
S:
07.00 WIB 1. Pasien mengatakan aroma mawar nya menennagkan pasien
2. Pasien mengatakan nyaman dengan lingkungannya
3. Pasien mengatakan nyaman dan merasa lebih segar
4. Pasien masih terlihat merasakan nyeri di kepalanya
Gangguan pola tidur b/d Resistensi Pembuluh
O:
Darah otak d/d kualitas tidur yang buruk (Tidak
1. Pasien terlihat tenang
merasa puas akan kualitas tidur dan mudah
2. Pasien terlihat nyaman
terbangun)
3. Pasien terlihat lebih rileks
A : Masalah belum teratasi
Pasien masih merasakan nyeri ketika tertidur dan masih terbangun tetapi
tidak sesering biasanya
P : Lanjutkan Intervensi
Defisit pengetahuan b.d Kurang Terpapar S:
12.00 WIB Informasi d/d klien terlihat tegang Klien hanya 1. Pasien mengatakan paham dengan yang sudah di paparkan mengenai
diam saat ditanya tentang tekanan darah tinggi proses penyakit yang diderita pasien
yang dideritanya Edukasi Kesehatan 2. Pasien mengatakan paham dengan yang sudah di paparkan mengenai
patofisologi penyakit yang diderita pasien
3. Pasien mengatakan paham dengan yang sudah di paparkan mengenai
tandagejala yang muncul pada penyakit yang diderita pasien
4. Pasien mengatakan paham dengan yang sudah di paparkan mengenai apa
apa saja yang dapat mempengarhi kesehatan

32
5. Pasien mengatakan paham dengan yang sudah di paparkan mengenai apa
apa saja perilaku hidup sehat
O:
1. Pasien terlihat paham dengan yang sudah di paparkan mengenai
proses penyakit yang diderita pasien
2. Pasien terlihat paham dengan yang sudah di paparkan mengenai
patofisologi penyakit yang diderita pasien
3. Pasien terlihat paham dengan yang sudah di paparkan mengenai
tandagejala yang muncul pada penyakit yang diderita pasien
4. Pasien terlihat paham dengan yang sudah di paparkan mengenai apa
apa saja yang dapat mempengarhu kesehatan
5. Pasien terlihat paham dengan yang sudah di paparkan mengenai apa
apa saja perilaku hidup sehat

A : Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

IMPLEMENTASI 2
Nama Pasien : Ny. R Tanggal : 26-02-2021

TGL/JA
DX KEPERAWATAN IMPLEMENTASI dan RESPON PASIEN TTD
M
Nyeri akut b.d Agen Pencedera Terapeutik
09.00 fisiologis d.d Resistensi Pembuluh 1. mengkaji dan memonitor Skala nyeri pasien

33
WIB Darah Otak (TD 180/100)  Respon Pasien
S : Pasien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri di kepalanya
O : Skala nyeri pasien 4

2. Pasien mengatakan saat mendengaran murotal Surah Ar-Rahman lebih merasa


11.00 tenang dan nyaman nyeri pun berkurang sedikit
WIB  Respon Pasien :
S : Pasien mengatakan saat mendengaran musik lebih merasa tenang dan nyaman
nyeri pun berkurang sedikit
O: Pasien terlihat tenang

3. Mengajarkan cara melakukan teknik relaksasi nafas dalam


 Respon Pasien :
S : Pasien mengatakan dirinya setiap melakukan tekhnik relaksasi mera lebih
baik
O : Pasien terlihat nyaman

4. Memperhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti: meringis, kaku, gerakan
melindungi
 Respon Pasien :
S : pasien mngatakan sudah tidak lagi merasakan nyeri
O : Pasien terlihat tenang
5. Mengkaji tanda –tanda vital (tekanan darah, respirasi, Nadi, Suhu)
 Respon Pasien :

34
S:
O : TD : 150/90 mmHg, Suhu: 360C, Nadi : 90x/mnt, RR : 23x/mnt
7. Berolaborasi pemberian obat Amplopidin 5 gr (dosis yangdiberikan oleh dokter
kepada pasien)
21.00
S:
WIB
O: TD : 150/90 mmHg

07.00 Gangguan pola tidur b/d Resistensi 1. Monitor kualitas tidur pasien
WIB Pembuluh Darah otak d/d kualitas  Respon Pasien
tidur yang buruk (Tidak merasa puas S : pasien mengatakan segar sesudah tidur atau instirahat
akan kualitas tidur dan mudah O : pasien tidur selama 6-8 jam
21.00 terbangun) 2. Meberikan Aromaterapi bunga mawar
WIB  Respon Pasien
S : Pasien mengatakan aroma mawar nya menenangkan pasien
O : Pasien terlihat tenang
3. Memberikan lingkungan yang nyaman yang nyaman
 Respon Pasien
S : Pasien mengatakan nyaman denga lingkungannya
O : Pasien terlihat nyaman
4. Mengajarkan pasien distraksi dan relaksasi
 Respon Pasien
S:
O : pasien terlihat rileks
6. Menganjurkan pasien mandi/Seka air hangat untuk persiapan tidur

35
 Respon Pasien
S : Pasien mengatakan nyaman dan merasa lebih segar
O : Pasien terlihat lebih nyaman

36
EVALUASI 2
Nama Pasien : Ny. R Tanggal : 26-02-2021

JAM DX KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP) TTD


Nyeri akut b.d Agen Pencedera fisiologis d.d S:
11.00 WIB Resistensi Pembuluh Darah Otak (TD 190/100) 1. Pasien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri di kepalanya
2. Pasien mengatakan saat mendengaran murotal Surah Ar-Rahman lebih
merasa tenang dan nyaman nyeri pun berkurang sedikit
3. Pasien mengatakan dirinya setiap melakukan tekhnik relaksasi merasa
lebih baik
4. pasien mngatakan sudah tidak lagi merasakan nyeri
O:
16.00 WIB 1. Pasien terlihat tenang
- 2. Pasien terlihat nyaman
21.00 WIB 3. Pasien terlihat tenang
4. TD : 150/90 mmHg, Suhu: 360C, Nadi : 90x/mnt, RR : 22x/mnt
5. Skala nyeri pasien 4

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi
Gangguan pola tidur b/d Resistensi Pembuluh S:
07.00 WIB Darah otak d/d kualitas tidur yang buruk (Tidak 1. pasien mengatakan segar sesudah tidur atau instirahat
merasa puas akan kualitas tidur dan mudah 2. Pasien mengatakan aroma mawar nya menenangkan pasien
terbangun) 3. Pasien mengatakan nyaman dengan lingkungannya

37
4. Pasien mengatakan nyaman dan merasa lebih segar
5. Pasien masih sudah tidak merasakan nyeri atau pusing di kepalanya

O:
1. Pasien terlihat tenang
2. Pasien terlihat nyaman
3. Pasien terlihat lebih rileks
4. Pasien tidur selama 6-8 jam
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

38
IMPLEMENTASI 3
Nama Pasien : Ny. R Tanggal : 27-02-2021

TGL/JA
DX KEPERAWATAN IMPLEMENTASI dan RESPON PASIEN TTD
M
09.00
WIB
Terapeutik
1. mengkaji dan memonitor Skala nyeri pasien
 Respon Pasien
S : Pasien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri di kepalanya
11.00 O : Skala nyeri pasien 3
WIB
2. Memberikan pasien terapi musik (Murotal)
• Respon Pasien :
S : Pasien mengatakan saat mendengaran musik lebih merasa tenang dan nyaman
Nyeri akut b/d agen pencedera nyeri pun berkurang sedikit
fisiologis d.d Resistensi Pembuluh O : Pasien terlihat tenang dan nyaman
Darah Otak
3. Mengkaji tanda –tanda vital (tekanan darah, respirasi, Nadi, Suhu)
 Respon Pasien :
S:
O : TD : 140/90 mmHg, Suhu: 360C, Nadi : 90x/mnt, RR : 22x/mnt

4. Berolaborasi pemberian obat Amplopidin 5 gr (dosis yangdiberikan oleh dokter


kepada pasien)
S:
21.00 O: TD : 140/90 mmHg
WIB

EVALUASI 3
Nama Pasien : Ny. R Tanggal : 27-02-2021

39
JAM DX KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP) TTD
09.00 WIB Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis d.d S:
Resistensi Pembuluh Darah Otak 1. Pasien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri di kepalanya
2. Pasien mengatakan saat mendengaran murotal Surah Ar-Rahman lebih
merasa tenang dan nyaman nyeri pun berkurang sedikit
3. Pasien mengatakan dirinya setiap melakukan tekhnik relaksasi merasa
lebih baik
4. pasien mngatakan sudah tidak lagi merasakan nyeri
O:
1. Pasien terlihat tenang
2. Pasien terlihat nyaman
3. Skala nyeri pasien 3
4. TD : 140/90 mmHg, Suhu: 360C, Nadi : 90x/mnt, RR : 22x/mnt
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi

40
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


(STIKes MEDISTRA INDONESIA)

Nama Mahasiswa : Putri Melati


NPM : 17.156.01.11.114
Tempat : Bekasi

Masalah : Mengurangi rasa nyeri pasien dan Edukasi “Diet & Olahraga”

Pokok Bahasan : Manajemen Nyeri dan Pola Hidup

Sub Pokok Bahasan : Memberikan Terapi Musik dan Diet serta jenis Olahraga

Sasaran : Klien

Waktu : 30 Menit

Pertemuan : Pertama

Tanggal : 25 Februari 2021

Tempat : Rumah klien

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah melakukan terapi dan edukasi, klien mampu memahami penjelasan yang diberikan dan
menerapkanya secara mandiri.

II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan terapi dan edukasi selama 30 menit, di harapkan klien dapat:
1 Klien menerapkan Diet garam dalam kehidupan sehari-hari
2 Klien mampu menerapkan olahraga 5 kali dalam seminggu
3 Klien mampu menerapkan terapi musik jika masalah timbul kembali
4 Klien mampu mengatasi nyerinya dengan tarik nafas dalam

41
III. Materi
1 Pengertian terapi musik
2 Tujuan terapi musik
3 Manfaat terapi musik
4 Diet pada penderita hipertensi
5 Olahraga pada penderita hipertensi

IV. Metode Pembelajaran


a. Metode : Terapi, diskusi dan Edukasi
b. Langkah-langkah kegiatan
1) Kegiatan pra pemebelajaran
 Mempersiapkan materi, media dan tempat
 Kontrak waktu
2) Kegiatan membuka pembelajaran
 Memberi salam
 Perkenalan
 Menyampaikan pokok bahasan
 Menjelaskan tujuan
 Apersepsi
3) Kegiatan inti
 Penyuluh memberikan materi
 Sasaran menyimak materi
 Sasaran mengajukan pertanyaan
 Penyuluh menjawab pertanyaan
 Penyuluh memberikan terapi
 Penyuluh melakukan edukasi
4) Kegiatan menutup pembelajaran
 Menyimpulkan materi
 Memberi salam

V. Media dan Sumber


Media : Leaflet
Sumber : Jurnal

42
VI. SUSUNAN ACARA
SUSUNAN ACARA
WAKTU KEGIATAN TEMPAT
09.00 WIB Memberi salam Rumah Klien
Pembukaan
09.05-09.10 WIB Pemaparan Terapi Musik
09.10-09.20 WIB Terapi Musik
09.20 WIB Evaluasi Klien
09.25-09.30 Pemaparan Edukasi DIET & Olahraga
09.32 WIB Penutup

43
MATERI PENYULUHAN

“Terapi Musik Murotal”


Murotal adalah rekaman suara Al- Qur’an yang dilagukan oleh seorang qori’ (pembaca Alqur’an).
Lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia, sedangkan suara manusia
merupakan instrumen penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara
dapat menurunkan hormonhormon stres, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan
perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem
kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung,
denyut nadi dan aktivitas gelombang otak. Ar-Rahman sendiri adalah Nama Allah yang berarti
“Maha Pemberi nikmat dunia dan akhirat”. Begitu Rahmatnya Allah samapai Allah mengkhususkan
Ar-Rahman dalam satu surat yang indah. Pengingat untuk manusia akan banyaknya nikmat Allah
yang terlupa.
Terapi musik dan terapi murotal ini bekerja pada otak, dimana ketika didorong oleh rangsangan dari
luar (terapi musik dan Al-Qur’an), maka otak akan memproduksi zat kimia yang disebut
neuropeptide. Molekul ini akan menyangkutkan ke dalam reseptor- reseptor mereka yang ada di
dalam tubuh dan akan memberikan umpan balik. Adapun pengaruh terapi pembacaan Al- Quran
berupa adanya perubahan-perubahan arus listrik di otot, perubahan sirkulasi darah, perubahan detak
jantung, dan kadar darah pada kulit. Perubahan tersebut menunjukkan adanya relaksasi atau
penurunan ketegangan urat saraf reflektif yang mengakibatkan terjadinya pelonggaran pembuluh nadi
dan penambahan kadar darah dalam kulit, diiringi dengan penurunan frekuensi detak jantung.
murottal Al- Qur’an akan memberikan efek ketenangan dalam tubuh sebab adanya unsur meditasi,
autosugesti dan relaksasi yang terkandung didalamnya. Rasa tenang ini kemudian akan memberikan
respon emosi positif yang sangat berpengaruh dalam mendatangkan persepsi positif. Temuan fakta
ini semakin membuktikan bahwa terapi bacaan Al-quran akan memberikan ketenangan dan relaksasi
bagi yang mendengarkan yang berefek menurunkan tekanan darah.
persepsi positif yang didapat dari murottal Ar-Rahman selanjutnya akan merangsang hipotalamus
untuk mengeluarkan hormon endorfin, seperti yang kita tau hormon ini akan membuat seseorang
merasa bahagia. Selanjutnya amigdala akan merangsang pengaktifan sekaligus pengendalian saraf
otonom yang terdiri dari saraf simpatis dan parasimpatis. Rangsangan saraf otonom yang terkendali
akan menyebabkan sekresi epinefrin dan norepinefrin oleh medula adrenal menjadi terkendali pula.
Terkendalinya hormon epinefrin dan norepinefrin akan menghambat pembentukan angiotensin yang
selanjutnya dapat menurunkan tekanan darah.

44
“DIET & OLAHRAGA”
Pada penderita hipertensi DIET ini disebut dengan DASH. Diet DASH merupakan diet  yang
dirancang untuk mencegah lonjakan tekanan darah, sehingga dapat mengatasi dan
mencegah hipertensi. Diet ini menyarankan pelaku diet untuk mengonsumsi makanan rendah garam
dan makanan yang mengandung nutrisi tertentu seperti kalium, kalsium, dan mangnesium yang efektif
menurunkan tekanan darah.
DASH merupakan singkatan dari Dietary Approaches to Stop Hypertension. Diet ini menekankan
pada pola makan rendah garam namun tetap mengandung nutrisi seimbang, sehingga tidak hanya
mampu mencegah hipertensi saja, tapi juga mengurangi risiko terkena penyakit lain seperti  jantung,
stroke, diabetes, osteoporosis, batu ginjal, dan kanker.
Aturan Diet DASH
Garam (sodium/natrium) merupakan musuh utama penderita hipertensi karena dapat memberikan efek
langsung terhadap kenaikan tekanan darah. Untuk itu, penderita hipertensi patut untuk
mempertimbangkan diet DASH agar tekanan darah dapat terkontrol dengan baik.

Diet DASH juga memiliki aturan sederhana, yaitu:


 Membatasi konsumsi natrium, baik itu dalam bentuk garam maupun makanan bersodium
tinggi, seperti makanan dalam kemasan (makanan kalengan), dan makanan cepat saji.
 Membatasi konsumsi daging dan makanan mengandung gula tinggi.
 Mengurangi konsumsi makanan berkolesterol tinggi, dan mengandung lemak trans.
 Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan olahan susu rendah lemak.
 Mengonsumsi ikan, daging unggas, kacang-kacangan, dan makanan dengan gandum utuh.
Pembatasan Jumlah Natrium dalam Diet DASH
Agar terhindar dari hipertensi, setiap orang disarankan mengonsumsi natrium kurang dari 2.300 mg
(setara dengan 1 sendok teh garam) per hari. Nah, diet DASH umumnya membatasi konsumsi natrium
kurang dari 2.300 mg. Namun untuk yang menderita hipertensi, pembatasan konsumsi natrium harus
lebih ketat, yaitu hanya sekitar 1.500 mg natrium (setara dengan 2/3 sendok teh garam) per hari. Untuk
membiasakan diri dalam membatasi asupan natrium, bisa memulainya dengan hal berikut:
 Tidak menambahkan garam berlebihan pada masakan.
 Hindari makanan dalam kemasan, terutama kemasan kaleng. Alasannya, makanan dalam
kemasan mengandung natrium lebih tinggi daripada makanan segar.
 Batasi konsumsi daging menjadi hanya 6 ons per hari. Penyajiannya pun harus diimbangi
dengan sayuran.
 Menambah porsi buah-buahan saat makan.
 Mengganti camilan kemasan dengan buah-buahan segar, yoghurt, atau kacang-kacangan
tanpa garam.
 Pilih susu rendah lemak.

45
Mengatur Menu Diet DASH
Mengatur menu diet DASH sebenarnya mudah karena Anda tetap boleh makan nasi, daging, dan susu.
Hal yang harus diperhatikan adalah membatasi porsinya per hari. Untuk takaran satu porsi dalam
aturan diet DASH yaitu 1 iris roti, 1 ons sereal, 3 ons daging masak, 100 gram nasi atau pasta, sekitar
150 gram sayuran dan buah-buahan, 1 sendok teh minyak nabati seperti minyak zaitun, 3 ons tahu, dan
8 ons susu.
Sementara untuk daftar makanan yang perlu dikonsumsi dalam menjalani diet DASH yaitu:
1. Sayuran: minimal 45 porsi per hari
Brokoli, wortel, tomat, ubi, dan sayuran berdaun hijau yang kaya akan vitamin, serat, dan mineral,
seperti kalium dan magnesium. Sajikan sayuran sebagai menu utama, bukan sebagai makanan
pendamping.
2. Beras dan gandum:maksimal 6Z8 porsi per hari
Beras, roti, pasta, dan sereal termasuk dalam kelompok beras dan gandum. Pilih gandum utuh seperti
beras merah dan roti gandum, karena mengandung lebih banyak serat dan nutrisi. Gandum memiliki
kandungan rendah lemak, selama tidak dikonsumsi dengan mentega, keju, atau krim. 
3. Buah-buahan: minimal 4-5 porsi per hari
Sajikan buah-buahan sebagai camilan. Jika tidak suka makan buah, olah menjadi jus tanpa tambahan
gula. Salah satu buah yang baik dikonsumsi penderita hipertensi adalah pisang, karena kaya akan
kalium. Kalium bekerja dengan cara mengurangi efek natrium. Semakin banyak kalium yang dimakan,
semakin banyak pula natrium yang hilang melalui urine. Kalium juga mampu meredakan ketegangan
di dinding pembuluh darah yang akan menurunkan tekanan darah.
4. Daging, ayam, dan ikan: maksimal 2 porsi per hari
Daging hewan merupakan sumber protein, zat besi, seng, dan vitamin. Daging aman dikonsumsi
penderita hipertensi asalkan tidak melebihi 6 ons per hari. Anda dianjurkan mengonsumsi daging tanpa
kulit yang diolah dengan cara direbus atau dipanggang, bukan digoreng agar daging tidak menjadi
santapan tinggi kolesterol. Selain daging, Anda juga dapat mengonsumsi ikan salmon dan tongkol
karena lebih sehat dan kaya akan kandungan omega-3 yang bermanfaat dalam menurunkan kolesterol.
5. Kacang-kacangan dan biji-bijian: 3-5 porsi per hari
Kacang-kacangan mengandung omega-3 dan serat yang bermanfaat dalam menurunkan risiko penyakit
jantung dan menurunkan tekanan darah. Tapi di samping itu, kacang-kacangan juga mengandung
kalori, sehingga disarankan makan secukupnya saja.
Alternatif lainnya adalah mengonsumsi produk olahan kacang kedelai, seperti tempe dan tahu. Tempe
dan tahu mengandung semua asam amino yang dibutuhkan tubuh, sehingga bisa dijadikan alternatif
pengganti selain daging.
6. Lemak dan minyak: maksimal 2−3 porsi per hari
Dalam diet DASH, dianjurkan untuk mengonsumsi lemak tak jenuh alias lemak baik. Lemak tak jenuh
mampu menurunkan kadar kolestrol dalam darah dan menekan risiko penyakit jantung, asalkan
dikonsumsi dalam jumlah yang sesuai.

46
Lemak tak jenuh tunggal terdapat pada minyak zaitun, alpukat, dan kacang-kacangan. Sedangkan
lemak tak jenuh ganda banyak ditemukan pada ikan salmon, tongkol, dan olahan kedelai.

7. Produk susu rendah lemak: maksimal 2−3 porsi per hari


Susu dan produk olahannya seperti keju dan yoghurt merupakan sumber vitamin D, kalsium, dan
protein. Pilih produk yang rendah lemak untuk menghindari konsumsi lemak berlebih.
8. Makanan manis: maksimal 5 porsi per minggu
Dalam menjalani diet DASH, Anda tidak perlu menghilangkan kebiasaan makan camilan manis.
Namun disarankan untuk memilih makanan manis, seperti jeli agar-agar, atau biskuit rendah lemak.
Saat baru memulai program diet DASH, Anda cita rasa masakan yang Anda konsumsi mungkin
menjadi kurang sedap karena kurang garam. Jadi, agar tidak terlalu terasa menyiksa, Anda tidak perlu
langsung menghilangkan seluruh takaran garam, tapi coba kurangi sedikit demi sedikit sampai lidah
Anda terbiasa. Inti dari diet DASH adalah mengurangi asupan natrium. Baik itu natrium dalam
makanan, produk olahan, atau garam yang ditambahkan dalam masakan. Itu sebabnya, jenis makanan
yang dipilih dalam program ini adalah makanan dengan kadar natrium rendah. Saat belanja kebutuhan
dapur, jangan lupa untuk membaca label kemasan sebelum memilih produk.

Diet DASH memang dapat membantu menurunkan kadar gula darah namun agar program diet ini
lebih efektif, Anda disarankan pula untuk melakukan olahraga secara teratur. Yaitu di lakukan
sebanyak 5 kali dalam simunggu dalam waktu maksimal 30 menit. Jika Anda merasa sulit untuk
menjalani diet ini atau merasa kurang cocok dengan diet ini, konsultasikan dengan dokter gizi agar
dapat menemukan pola diet yang cocok dengan kesehatan Anda.

47
LEAFET HIPERTENSI

48
JURNAL TERAPI MUSIK

49
50
51
52
FORMAT PENILAIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Skort (1-4)
Mahasiswa ke
No Kriteria Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 dst
Pengkajian (20%)
a. mengumpulkan data subjektif dan objektif
1 b. menuliskan jenis data secara lengkap
c. melengkapi data klien dari status
d. mengumpulkan data penunjang
Perencanaan (35%)
a. menganalisa data
b. merumuskan diagnosa
c. memprioritaskan diagnosa
2
d. merumuskan tujuan dan kriteria hasil
e. menguraikan intervensi
f. menguraikan rasional dari intervensi
g. membuat rencana pulang dan perawatan di
rumah
Implementasi (35%)
a. menggunakan komunikasi teurapetik
b. menggunakan alat secara efisisen
c. menerapkan terapi komplementer
3
d. melakukan kolaborasi
e. memperhatikan tumbuh kembang
f. melibatkan orang utua/keluarga
g. memberikan penkes
Evaluasi SOAP (10%)
4 a. menuliskan evaluasi
b. menerapkan aspek legal
Jumlah

Nama mahasiswa :
Bekasi, ....
Ket : 1
Pembimbing
=Kurang

2=
Cukup
( )
3 = baik
4 = baik sekali
53
FORMAT PENILAIAN

PENDIDIKAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

Nama Mahasiswa :………………….. Hari/Tanggal : ……………………

NPM :…………………... Pembimbing :…………………….

Topik : ………………….. Tempat : …………………….

No. Hal yang dinilai Nilai bobot Nilai x ket


1 2 3 4 Bobot

1 Ketepatan sasaran 10
2 Menyiapkan informasi yang realistic, 10
penuh arti dan berguna
3 Memberikan informasi dengan cara 10
dan urutan yang baik, sesuai dan
mudah dimengerti
4 Menggunakan metode belajar dan 10
mengajar yang tepat
5 Mampu menguasai materi 20
6 Mampu mengungkapkan jawaban 10
yang rasional
7 Mampu berkomunikasi dengan baik 20
8 Tanggapan terhadap respon klien, 10
kreatif dan mempunyai inisiatif
Nilai = (nilai x
bobot)/4
Bekasi, ………………

Pembi
mbing

54
Lampiran 7

FORMAT PENILAIAN PRE DAN POST CONFERENCE

Nama
Mahasiswa
g Nilai (1-4) Mahasiswa
N
O INDIKATOR PENILAIAN d st
1 2 3 4 5 6 7

Ketepatan 1. Jawaban tepat sesuai dengan pertanyaan


1.
menjawab
2. Didasari oleh landasan teori atau ilmiah
(40%)

3. Berfikir secara analitik

4. Dapat memecahkan masalah


2. Kecepatan 1. Mampu segera menjawab
menjawab dengan tanpa
(35%) pengarahan, baik dari
penguji maupun mediator
3. Sikap 1. Mampu menerima saran yang perlu
penampilan
dipertimbangkan
(25%) 2. Sikap tidak ragu-ragu serta tegas

TOTAL

Pembimbing
Ket : 1 = kurang

2 = cukup
3 = baik
4 = baik ( )
sekali

55
Lampiran 8 FORMAT REKAP NILAI PKK 2

No. Nama Kinerja harian Laporan kasus (50%) Nilai


Mahasiswa (50%) Akhir
pre con post con Askep Penkes
(50%) (50%) (70%) (video)
(30%)
1
2
3

dst

56
DAFTAR PUSTAKA

http://jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/view/1672

https://www.alodokter.com/diet-dash-untuk-penderita-hipertensi

https://www.ejurnal-stitpringsewu.ac.id/index.php/jmpi/article/view/vol01no01_5_2021

57

Anda mungkin juga menyukai