DISUSUN OLEH:
SYERLI MAYOKA
21 04 040
PROFESI NERS
2021
Laporan Praktik Profesi Komunitas
DISUSUN OLEH:
21 04 004
PROFESI NERS
2021
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus
menerus lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014)
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
menurut (Aspiani, 2014) :
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
memengaruhi yaitu (Aspiani, 2014) :
1. GenetiK
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik
ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang
memliki tekanan darah tinggi.
2. Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko
tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka
tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta
jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan.
3. Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh
penderita dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang
dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah
garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang
seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang tertahan
menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang
dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh
darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah
didalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan tekanan
darah meningkat.
4. Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan
dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB
ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan
darah atau hipertensi.
5. Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola
hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu
merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang
dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa
putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan
darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan
terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien
sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta
untuk menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas
stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari
komplikasi yang bisa terjadi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang
terjadiakibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
kongenital atau akibat aterosklerosis.stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjalsehingga terjadi pengaktifan
baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn renin, dan pembentukan
angiostenin II. Angiostenin II secara langsung meningkatkan tekanan
darahdan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron
danreabsorbsi natrium. Apabiladapat dilakukan perbaikan pada
stenosis,atau apabila ginjal yang terkena diangkat,tekanan darah akan
kembalike normal (Aspiani, 2014).
3. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output
(curah jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah
jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate
(denyut jantug). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem
saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan
dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor
arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan
autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini
bermula pada saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah
(Padila, 2013).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi masih belum jelas,
banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis hiepertensi
seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal,
jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin,
sodium, dan air (Syamsudin, 2011).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,
yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor
pembuluh darah (Padila, 2013).
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi (Padila,
2013).
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014)
menyebutkan gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau
tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang
timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh
penderita hipertensi sebagai berikut:
1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi
mengalami nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan
pembuluh darah akibat dari vasokonstriksi pembuluh darah akan
menyebabkan peningkatan tekanan vasculer cerebral, keadaan tersebut
akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien hipertensi.
5. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup
sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi ,
berbagai macam cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan
tekanan darah yaitu (Aspiani, 2014) :
b) Pengaturan diet
1. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam
dapat mengurangi stimulasi sistem renin- angiostensin sehingga
sangata berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium
yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam
per hari.
2. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
oksidanitat pada dinding vaskular.
3. Diet kaya buah sayur.
4. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
c) Penurunan berat badan
d) Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan
berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan voume sekuncup. Pada beberapa
studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan
adalah hal yangs angat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan
berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi
perhatian khusus karenan umumnya obat penurunan penurunan berat
badan yang terjual bebas mengandung simpasimpatomimetik,
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, memperburuk angina
atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.
e) Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung..
olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel,
vasoldilatasin perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga
teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan
kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis
akibat hipertensi.
f) Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti
merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi
efek jangka oanjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
g) Penatalaksanaan Farmakologis
1. Terapi oksigen
2. Pemantauan hemodinamik
3. Pemantauan jantung
4. Obat-obatan :
Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium
Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi
curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi
garam dan airnya. Sebagai diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan
TPR. Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau inhibitor
ACE berfungsi untuk menurunkan angiostenin II dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiostenin
I menjadi angiostenin II. Kondisi ini menurunkan darah secara
langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung
dengan menurunakan sekresi aldosterne, yang akhirnya
meningkatkan pengeluaran natrium
6. Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi,
dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh
sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu (Aspiani,
2014) :
a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di
otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang
terpajan tekanan darah tinggi.
b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila
membentuk 12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah
melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel,
kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi
ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi.
Penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung
akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi.
Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa, banyak cairan
tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas (eudema)
kondisi ini disebut gagal jantung.
d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal.
Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat
membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui
aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh.
c. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini
dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon pasien saat
ini dan waktu sebelumnya (Carpenito-Moyet, 2007).
Pada tahap ini, perawat wajib melakukan pengkajian atas
permasalahan yang ada. Yaitu tahapan di mana seorang perawat harus
menggali informasi secara terus menerus dari pasien maupun anggota
keluarga yang dibina (Murwani, Setyowati, & Riwidikdo, 2008).
Diperlukan metode yang tepat bagi perawat untuk mendapatkan
data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Salah
satu metode ialah perawat menggunakan bahasa ibu (yang digunakan
setiap hari) atau bahasa daerah. Hal ini akan menghilangkan sesuatu yang
terlalu formal dan kaku sehingga dapat terjadi kedekatan antara keluarga
dan perawat.
a. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari pasien, keluarga, orang terdekat,
masyarakat, dan rekan. Pasien adalah sumber informasi primer,
sumber data yang asli Sumber informasi sekunder terdiri dari data
yang sudah ada atau dari orang lain selain pasien. Sumber-sumber
sekunder meliputi catatan kesehatan pasien, laporan hasil
laboratorium dan anggota tim kesehatan.
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka akan mendapatkan
data yang diinginkan. Terdapat dua tipe data pada saat pengkajian
yaitu data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang
didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi
dan kejadian. Informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh perawat
secara independen, tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi.
Data subjektif sering didapatkan dari riwayat keperawatan termasuk
persepsi pasien, perasaan, dan ide tentang status kesehatannya.
Informasi yang diberikan sumber lainnya, misalnya dari keluarga,
konsultan, dan tenaga kesehatan lainnya juga dapat sebagai data
subjektif jika didasarkan pada pendapat pasien (Muttaqin, 2010).
Sedangkan data objektif adalah data yang diobservasi dan
diukur. Informasi tersebut biasanya diperoleh melalui “sense”: 2S
(sight atau pengelihatan dan smell atau penciuman) dan HT (hearing
atau pendengaran dan touch atau taste) selama pemeriksaan fisik.
Menurut Muttaqin (2010) pengumpulan data tersebut meliputi sebagai
berikut:
1) Anamnesis Pengkajian dengan melakukan anamnesis atau
wawancara untuk menggali masalah keperawatan lainnya yang
dilaksanakan perawat adalah mengkaji riwayat kesehatan pasien.
Dalam wawancara awal, perawat berusaha memeroleh gambaran
umum status kesehatan pasien. Perawat memeroleh data subjektif
dari pasien mengenai awitan masalahnya dan bagimana penangan
yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan
dengan masalah kesehatan dapat memengaruhi perbaikan
kesehatan.
2) Pemeriksaan fisik.Menurut Muttaqin (2010) pemeriksaan fisik
dengan pendekatan per sistem dimulai dari kepala ke ujung kaki
dapat lebih mudah dilakukan pada kondisi klinik. Pada
pemeriksaan fisik diperlukan empat modalitas dasar yang
digunakan meliputi, inspeksi yaitu proses observasi. Perawat
menginspeksi bagian tubuh untuk mendeteksi karakteristik
normal atau tanda fisik yang dignifikan. Kedua yaitu palpasi,
dalam melakukan palpasi menggunakan kedua tangan untuk
menyentuh bagian tubuh untuk membuat suatu pengukuran
sensitive terhadap tanda khusus fisik. Keterampilan ini sering kali
digunakan bersamaan dengan inspeksi. Selama palpasi, pasien
diusahakan dalam keadaan santai sehingga tidak terjadi
ketegangan otot yang dapat memengaruhi hasil pemeriksaan.
Selanjutnya yaitu perkusi, merupakan teknik pemeriksaan fisik
dengan melibatkan pengetukan tubuh dengan ujung-ujung jari
guna mengevaluasi ukuran, batasan dan konsistensi organ-organ
tubuh yang bertujuan untuk menemukan adanya cairan di dalam
rongga tubuh. Keempat yaitu auskultasi, teknik ini adalah teknik
pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan
tubuh. Setelah pemeriksaan fisik terdapat pemeriksaan tambahan
mengenai pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mengkaji tingkat kesehatan umum seseorang dan pengukuran
tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, respirasi, nadi).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan
respon aktual atau potensial terhadap masalah kesehatan yang dilakukan
oleh perawat yang mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya.
Respon aktual dan potensial pasien didapatkan melalui data dasar
pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis pasien masa
lalu dan konsultasi dengan professional lain, yang kesemuanya
dikumpulkan selama pengkajian (Potter & Perry, 2010).
Diagnosa keperawatan dapat berhubungan dengan diagnosis medis
dan bergantung pada akses dan pengetahuan pasien tentang sumber
(Taylor & Ralph, 2013).
Diagnosa keperawatan menurut SDKI (2016) yang diambil yaitu;
a. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
b. Kesiapan peningkatan pengetahuan
3. Intervensi dan Implementasi
Intervensi atau perencanaan adalah kegiatan dalam keperawatan
yang meliputi meletakkan pusat tujuan pada pasien, menetapkan hasil
yang ingin dicapai, dan memilih intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan (Potter & Perry, 2010).
Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses
keperawatan yaitu katagori dari prilaku keperawatan dimana tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaiakan. Dalam teori,
implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen
perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, di banyak
lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara
langsung setelah pengkajian (Potter & Perry, 2010).
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA
I. DATA UMUM
1. Nama KK : Ny. L
2. Usia : 85 tahun
3. Suku : Makassar
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : Tidak Sekolah
6. Pekerjaan : IRT
7. Alamat : Dusun Katinting Desa Tanrara
8. Komposisi Keluarga
Genogram
Keterangan:
Laki-laki
Klien
Perempuan
Meninggal
Penjelasan Genogram:
Generasi I : Kedua kakek dan nenek dari klien telah meninggal dunia.
Generasi II : kedua orang tua Klien juga telah meninggal dunia
Generasi III : Klien merupakan anak ke sembilan dari 9 bersaudara dan
klien saat ini menderita penyakit hipertensi.
9. Tipe Keluarga
Keluarga Ny. L adalah keluarga dengan tipe Singel family, yang
terdiri dari istri dan seorang anak.
10. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Keluarga Ny. L memiliki rata-rata penghasilan Rp. 1.000.000
setiap bulannya.
11. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Ny. L tidak pernah melakukan aktivitas rekreasi di luar
rumah. Untuk menghabiskan waktu luang anggota keluarga menonton tv
bersama-sama di ruang tamu.
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
Keluarga Ny. L ada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak
dewasa dengan tugas perkembangan sebagai berikut:
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2. Mempertahankan keintiman keluarga
III. KARAKTERISTIK KELUARGA
Karakteristik keluarga terdiri dari:
1. Karakteristik Lingkungan Rumah
Rumah yang ditempati adalah rumahnya sendiri dan anaknya
terdiri dari ruang tamu yang terdapat televisi dan satu tempat tidur untuk
Ny. L, kamar tidur, dapur yang berhubungan dengan tempat cuci gosok
serta. Jendela ada pada setiap ruangan tapi tidak terbuka. Keadaan
rumah cukup bersih dan rapi.
Denah Rumah
Keterangan:
Rumah permanen, ukuran rumah 4x15 m2
Pintu
Ruang tamu
RT Kamar tidur
Dapur dan tempat cuci gosok
Wc
2. Karakteristik Tetangga
Penduduk pada dusun katinting agak berjarak anatara rumah satu
dengan yang lainnya. Dalam bertetangga selalu bertegur sapa, saling
mengunjungi dan menjalin tali silaturahmi. Keluarga tidak ada masalah
dengan tetangga yang lain.
IV. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga selalu berkomunikasi secara terbuka antar anggota
keluarga, setiap anggota keluarga menyampaikan keluhan. Pengambil
keputusan adalah Ny. A sebagai anak tertua dari Ny. L. Anggota
keluarga bertemu setiap hari, waktu yang tersering adalah malam hari
dan biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan semua anggota
keluarga.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam membuat keputusan selalu dibicarakan bersama terlebih
dahulu, tetapi dalam pengambilan keputusan yang tersering diambil oleh
Ny. A
3. Struktur Peran
Ny. B dan suami sebagai penanggung jawab dalam keluarga yang
bekerja sebagai petani untuk menafkahi Ny. L yang tinggal bersama di
rumahnya, pengelolaan dana dikelolah oleh Ny. B sebagai anaknya
untuk digunakan dalam rumah tangga.
Nilai dan Norma dalam Keluarga
Keluarga menganut agama Islam dan dalam keluarga diajarkan
norma agama Islam yang dianut oleh seluruh keluarga, dan saling
menghargai dalam keluarga.
V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Dalam keluarga saling menghormati dan mengasihi satu sama lain.
Bila ada masalah selalu dibicarakan bersama-sama.
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain begitu
juga dengan tetangga. Ny. L Anggota keluarga diberi kebebasan untuk
bergaul dengan tetangga di lingkungan rumahnya.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Saat ini Ny. L mengeluh mengalami sakit kepala dan merasakan
tegang pada leher. Ketika tekanan darahnya tinggi Ny. L di anjurkan
oleh Dokter pribadinya untuk hanya mengkonsumsi ramuan herbal yaitu
rebusan daun salam.
4. Fungsi Reproduksi
Ny. L merupakan seorang single peren karena suami Ny. L telah
meninggal dunia. Dan Ny. L memiliki 6 orang anak 4 orang perempuan
dan 3 orang laki laki
Fungsi Ekonomi
Pendapatan keluarga Ny. L berada pada tingkat ekonomi
menengah kebawah. Walaupun demikian seluruh pengobatan dan
kebutuhan sehari hari Ny. L di tanggung oleh anaknya Ny. A.
VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor Jangka Pendek
Ny. L mengatakan memasrahkan kondisinya kepada Allah SWT.
Apabila tekanan darahnya naik Ny. L hanya meminum ramuan herbal
yaitu memasak daun salam sesuai dengan instruksi dokter.
2. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Masalah
Keluarga selalu menjaga keharmonisan dan memerhatikan Ny. L
sehingga tidak pernah merasa stress.
3. Strategi Koping yang Digunakan
Ny.L tidak pernah memikirkan hal-hal yang aneh dan apabila
bosan duduk di rumah.
Pemeriksaan Ny. L
Rongga Mulut Mukosa merah muda dan lembab, tidak kotor, gigi
ompong, tidak ada perdarahan pada gusi
Dada dan Bentuk dada simetris, bunyi nafas vasikuler
paru-paru
Reproduksi -
BB dan TB -
An. A
PEMERIKSAAN An. I
ANALISA DATA
Data Masalah
DS : Kesiapan Peningkatan
a. Ny. L mengatakan selalu berusaha Manajemen Kesehatan
berobat untuk mengobati penyakit yang
di alami
b. Ny. L mengeluh sakit kepala dan
tegang pada lehernya dan kadang
kadang merasa pusing
a. Anak Ny. L mengatakan selalu
berkomunikasi menghubungi dokter
Ny. L jika Ny. L mengeluh sakit kepala
berlebihan dan mengalami tegang pada
lehernya.
c. Anak Ny. L mengatakan segera
membawa Ny. L Rumah sakit jika
gelaja penyakitnya semakin memberat
memberat
d. Anak Ny. L mengatakan Ny. L rutin
mengonsumsi obat herbal penurun
darah sesuai dengan instruksi dokter
pribadinya
DO:
a. Pemeriksaan TTV
Pada saat pengkajian
TD : 187 mmHg
S : 36, 4 0C
P : 18 x/menit
N : 94 x/menit
b. Ny. L tampak lemas
DS : Perilaku Kesehatan
a. Ny.L mengatakan sesekali dirinya Cenderung Berisiko
stress jika sedang sakit karena
memikirkan kesehatanya
b. Ny.L mengatakan sering mengalami
hipertensi
DO :
a. Tampak pada tempat lingkungan
rumah kurang bersih
Diagnosa
SLKI SIKI
Keperawatan
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
4.Menghormati hak
pasien untuk menerima
atau menolak informasi
N
o
DIAGNOS WAKT
IMPLEMENTASI EVALUASI
A U
Memodifikasi
lingkungan yang aman
untuk anggota
keluarganya, dengan
intervensi :
Edukasi Keselamatan
Lingkungan
1. Mengidentifikasi
bahaya keamanan
dilingkungan (mis.
Fisik, biologi dan kimia)
Hasil : tidak terdapat
bahaya lingkungan pada
keluarga
2. Menjadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
Hasil : klien dan
keluarga bersedia pada
hari senin dilakukan
edukasi PHBS
3. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya
Hasil : klien dan
keluarga menanyakan
dampak apabila PHBS
tidak diterapkan dengan
baik benar
4. Menganjurkan
menghilangkan bahaya
lingkungan
Hasil : klien dan
keluarga selalu menjaga
kebersihan pada area
halaman rumahnya
2. Perilaku Selasa Merawat anggota S:
kesehatan 21 Juni keluarga yang sakit,
dengan intervensi : Klien dan
cenderung 2022 keluarga
Edukasi Perilaku
berisiko mengatakan
Upaya Kesehatan lebih
mengetahui
1. Mengidentifikasi
kesiapan dan terkait hipertensi
kemampuan menerima O:
informasi
Klien dan
Hasil : klien dan keluarga tampak
keluarga bersedia untuk mengerti terkait
diberikan edukasi hipertensi yang
2. Memberikan dialaminya
kesempatan untuk
bertanya
A:
Hasil : klien dan
keluarga menanyakan Perilaku
factor penyebab Kesehatan
hipertensi Cenderung
Berisiko teratasi
3. Menjelaskan
penanganan masalah P:
kesehatan
Pertahankan
Hasil : klien dan Intervensi :
keluarga mengerti cara
Edukasi
sederhana mengatasi
Kesehatan
hipertensi
1. Ajarkan strategi
4. Mengajarkan program
yang dapat digunakan
kesehatan dalam
untuk meningkatkan
kehidupan sehari-hari
perilaku hidup bersih
Hasil : klien dan dan sehat
keluarga mengerti tujuan
diet lemak dan rendah
garam
5. Mengajarkan cara
pemeliharaan kesehatan
Hasil : klien dan
keluarga mengerti tujuan
menjaga pola dan porsi
makan
Memodifikasi
lingkungan yang aman
untuk anggota
keluarganya, dengan
intervensi :
Edukasi Kesehatan
1. Menjelaskan factor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
Hasil : klien dan
keluarga memahami
bahwa dirinya sering
mengalami hipertensi
2. Mengajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Hasil : klien dan
keluarga mengerti
mengenai cara hidup
bersih dan sehat
3. Mengajarkan strategi
yang dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat
Hasil : klien dan
keluarga selalu menjaga
kebersihan rumah dan
lingkungannya
Memanfaatkan
fasilitas kesehatan
anggota keluarganya,
dengan intervensi :
Promosi Perilaku
Upaya Kesehatan
1. Mengidentifikasi
perilaku upaya
kesehatan yang dapat
ditingkatkan
Hasil : klien dan
keluarga aktif dalam
menjaga kebersihan
lingkungannya
2. Mengorientasi
pelayanan kesehatan
yang dapat
dimanfaatkan
Hasil : klien dan
keluarga mengetahui
pelayanan kesehatan
yang terdapat di
lingkungannya
poran Praktik Profesi Komunitas
DISUSUN OLEH:
SYAHRUL SYAM
21 04 052
YAYASAN PERAWATAN SULAWESI SELATAN
PROFESI NERS
2021