Anda di halaman 1dari 28

ILMU BIOMEDIK DASAR

MAKALAH SISTEM ENDOKRIN

DISUSUN OLEH

NAMA : DESTARI ZALWA ADELYA

NIM : PO7120320024

NAMA DOSEN : Iwan.S.Kep.Ns.,SH.,M.Kes(K)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES PALU

JURUSAN KEPERAWATAN

202/2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan kasih dan
sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul ”Sistem Endokrin” untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu Biomedik.
serta memotivasi dalam menyelesaikan makalah ini. Adapun dukungan,
bantuan serta motivasi yang telah diberikan dari pihak lainnya, dengan
kerendahan hati.
Penulis merasa bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan namun penulis
berharap semoga dari makalah ini dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi
diri sendiri, tetapi juga kepada semua pihak yang memerlukannya.

Palu,September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Identifikasi Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang

2.2 Identifikasi Masalah

2.3 Tujuan Penelitian

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem endokrin mengatur dan mempertahankan fungsi tubuh dan


metabolisme tubuh, jika terjadi ganguan endokrin akan menimbulkanmasalah
yang komplek terutama metabolisme fungsi tubuh terganggu salahsatu gangguan
endokrin adalah Diabetes Melitus yang disebabkan karenadefisiensi absolute atau
relatif yang disebabkan metabolisme karbohidrat,lemak dan protein (Maulana.
2008).
Di Indonesia penderita Diabetes Melitus ada 1,2 % sampai 2,3 %
daripenduduk berusia diatas 15 tahun, sehingga Diabetes Melitus (DM)
tercantumdalam urutan nomor empat dari prioritas pertama adalah
penyakitkardiovaskuler, kemudian disusul penyakit selebrolaskuler dan katarak.
(Depkes RI,2008).
Di Jawa Tengah berdasarkan atas pola penyakit penderita puskesmasdan
rumah sakit dari berbagai tingkat umur, jumlah kasus Diabets Melitusmenempati
nomor dua. Setelah penyakit neoplasma ganas, sedangkanberdasarkan data pola
kematian menurt penyakit penyebab kematian pasiendirawat di rumah sakit Jawa
Tengah DM menempati urutan ke 16 denganjumlah 430 orang dari jumlah
kematian 37.279 orang dengan kematianpenyakit lainnya (Dinkes Jateng,2006).
Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke 4
dengan jumlah penderita Diabetes terbesar didunia setelah India, Cina, Amerika
Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk dan pada tahun2025
diperkirakan meningkat menjadi 12.4 juta penderita. Sedangkan daridata
Departemen Kesehatan , jumlah pasien Diabetes mellitus rawat inapmaupun rawat
jalan di Rumah Sakit menempati urutan pertama dari seluruhpenyakit endokrin.
(Maulana. 2008)
Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiridalam
pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa.Umumnya
pasien diabetes dewasa 90% termasuk diabetes tipe 2. Dari jumlahtersebut
dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun.(Dinkes Jateng,2006)
Hal ini terjadi karena adanya faktor- faktor yang menghambatdiantaranya
adalah sosial ekonomi yang kurang, perumahan dan lingkunganyang kotor,
pengetahuan tentang DM yang masih kurang. Faktor pengetahuankeluarga
merupakan penghambat yang sering terjadi, karena denganpengetahuan yang
kurang akan mengetahui proses pengobatan penyakit.
Akibat dari kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit DMperlu
dilaksanakan suatu tindakan yaitu memberikan asuhan keperawatanpada keluarga
yang mempunyai masalah Diabetus Mellitus.
Dengan melihat angka kejadian dan kematian yang banyak terjadikarena
penyakit Diabetes Melitus di atas serta akibat dari Diabetes Mellitusdan untuk
pengenalan masalah Diabebetes Melitus pada keluraga makapenulis tertarik untuk
menyusun karya Tulis Ilmiah yang berjudul “AsuhanKeperawatan Keluarga TN.
N khususnya Ny. M dengan masalah utamaDiabetes melitus di Rt 01 / VI Desa
Kangkung Dusun Karang KecamatanMranggen”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut :
1. Apa deskripsi dari sistem endokrin ?
2. Bagaimana anatomi fisiologi sistem endokrin ?
3. Bagaimana manifestasi klinik dari sistem endokrin ?
4. Apa saja penyakit-penyakit dan gangguan dari sistem endokrin ?
5. Bagaimana proses penyebaran atau patogenesis dari penyakit sistem
endokrin ?
6. Bagaimana cara pengobatan atau pencegahannya ?
7. Apa saja obat-obat yang digunakan ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui deskripsi dari sistem endokrin.
2. Mengetahui anatomi fisiologi sistem endokrin.
3. Mengetahui manifestasi klinik dari sistem endokrin.
4. Mengetahui penyakit-penyakit dan gangguan dari sistem endokrin.
5. Mengetahui proses penyebaran atau patogenesis dari penyakit sistem
endokrin.
6. Mengetahui cara pengobatan atau pencegahannya.
7. Mengetahui obat-obat yang digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin


Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai
susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel,
lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak
mengandung pembuluh kapiler. Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem
saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama
bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain
saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu.
Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal
dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari
kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Kelenjar endokrin tidak
memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak melaui saluran, tapi dari selsel
endokrin langsung masuk ke pmbuluh darah. Selanjutnya hormon tersebut dibawa
ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek hormon. Sedangkan
ekresi kelenjar eksokrin keluar dari tubuh kita melalui saluran khusus, seperti
uretra dan saluran kelenjar ludah. Tubuh kita memiliki beberapa kelenjar
endokrin. Diantara kelenjar-kelenjar tersebut, ada yang berfungsi sebagai organ
endokrin murni artinya hormon tersebut hanya menghasilkan hormon misalnya
kelenjar pineal, kelenjar hipofisis / pituitary, kelenjar tiroid, kelenjar  paratiroid,
kelenjar adrenal suprarenalis, dan kelenjar timus.

2.2 Jenis-jenis Kelenjar


2.2.1 Kelenjar Hipofisis
Hipofisis disebut juga kelenjar pituitary. Hipofisis merupakan
kelenjar kecil di rongga bertulang terletak di dasar otak dibawah hipotalamus
sekitar 2cm. Dihubungkan ke hipolalamus oleh tangkai kecil (infundibulum).
Kelenjar hipofisis disebut master gland karena dapat menghasilkan hormon dan
hormon yang dihasilkan oleh hipofisis dapat merangsang kelenjar lain untuk
menghasilkan hormon lain. Terdapat dua kelenjar hipofisis :
1. Kelenjar Hipofisis Anterior
Kelenjar hipofisis anterior terdiri dari jaringan epitel kelenjar yang berasal
dari penonjolan atap mulut yang disebut adenohipofisis. Hipofisis anterior di
hubungkan melalui pembuluh darah. Pengeluaran hormon dari anterior dikontrol
oleh hipotalamus. Hormon yg dikeluarkan hipofise anterior yaitu:

A. Hormon pertumbuhan ( growth hormon atau GH )


Hormon ini bekerja pada tulang, otot, tulang rawan, kulitdan bekerjanya
sangat terbatas. Pada pria sejak lahir sampai dengan 21 tahun dan pertmbuhan
drastisnya terjadi pada usia 13 sampai 16 tahun. Pada wanita sejak lahir hingga
usia 18 tahun, dan pertumbuhan drastisnya terjadi saat usia 9 sampai 12 tahun.
GH ini sangat dipengaruhi oleh kadar glukosa dalam darah contohnya bila
selesai makan kadar gula dlm darah akan meningkat, dan GH tidak bekerja. Bila
kadar gula dalam darah menurun, GH bekerja secara maksimal. Bila GH bekerja
normal maka tubuh akan normal. Bila hipersekresi maka tubuh manusia akan
menjadi raksasa (giant). Bila hiposekresi maka tubuh manusia akan menjadi
kerdil/cebol.
B. Thyroid stimulating hormon ( TSH atau tirotropin)
Hormon ini mempengaruhi kelenjar thyroid. Hormon ini menghasilkan
thyroksin (t4), liotironin (t3) dan kalsitonin.
C. Hormon Adrenokortikotropik ( ACTH)
Hormon ini dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu Glukokortikoid sebagai
penghasil gula, Mineralokortikoid fungsinya mengatur keseimbangan ion Na dan
ion K, dan Gonadokortikoid. Gonadokortiroid untuk wanita adalah hormon
estrone & progesterone, sedangkan untuk pria adalah hormon testosterone.
D. Prolaktin (PRL)
Hormon ini berfungsi pada saat persiapan produksi air susu ibu (asi).
E. Gonadotropin hormon (GTH)

F. Hormon ini menghasilkan FSH (follicle stimulating hormon) dan LH


(luteinizing hormon) atau ICSH (interstitial cell stimulating hormon). Pada
wanita FSH berfungsi untuk mematangkan sel telur sedangkan LH berfungsi
menebalkan dinding rahim dan mempertahankan implantasi janin. Sedangkan
pada pria FSH berfungsi mematangkan spermatogonium yang akan menjadi
spermatozoasedangkan LH atau ICSH akan menghasilkan sel leydig yang
memproduksi hormon testosterone.
Hormon pelepas (releasing) dan penghambat (inhibiting) hipotalamus
disalurkan ke hipofise melalui sistem porta hipotalamus - hipofisis untuk
mengontrol sekresi hormon hipofise anterior . Hormon pengatur hipotalamus
mencapai hipofise anterior melalui jalur vaskuler khusus ke sistem porta
hipotalamus – hipofise. Sekresi hormon anterior dirangsang atau dihambat
oleh 7 hormon hipofisiotropik yang terdiri dari Thyrotropin releasing hormon
(TRH), Cortikotropin releasing hormon (CRH), Gonadotropin releasing
hormon (GNRH), Growth hormon releasing hormon (GHRH), Prolacting
releasing hormon (PRH) hormon ini menghambat, Prolactin -relasing hormon
(PRH) mengeluarkan, menghambat, dan Prolakting inhibiting hormon
(menghambat).
2. Kelenjar Hipofisis Posterior
Secara embriologis kelenjar hipofisis posterior berasal dari pertumbuhan otak
yang terdiri dari jaringan saraf (neurohipofisis). Hipofisis posterior di
hubungkan ke hipotalamus mealuil jalur saraf. Hipofise posterior membentuk
sistem neurosekresi yang mengeluarkan vasopresin dan oksitosin.
Pengeluaran hormon dari hipofise posterior dikontrol oleh hipotalamus.
Hipofisis posterior terdiri dari hormon oxytosin yang berfungsi untuk regulasi
kontraksi rahim dan membantu dalam proses pengeluaran asi setelah
melahirkan, hormon relaxin yang berfungsi membukanya simphisis pubis, dan
ADH (Anti Diuretika Hormon) atau pitressin atua vasopressin yang berfungsi
untuk mencegah agar urin yang keluar tidak terlalu banyak ( in put = out put).
2.2.2 Kelenjar Tiroid
Terdiri atas 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari trakea
diikat bersama oleh jaringan tiroid yang menyatu di bagian tengah oleh
bagian sempit kelenjar yang berbentuk seperti dasi kupu-kupu dan yang
melintasi trakea di sebelah depan. Merupakan kelenjar yang terdapat di
dalam leher bagian depan bawah, letaknya berada di atas trakea, tepat
dibawah laring.
Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid. Hormon tiroid ini dibagi
menjadi 2 jenis yaitu yang mengandung tiroksin (t4 ) dan triioditironin ( t3
). Di luar tiroid sebagian besar t4 yg disekresikan diubah jadi t3. Sebagian
besar t3 dan t4 diangkut di darah dalam keadaan terikat ke protein plasma
tertentu.
Sel sekretorik utama hormon tiroid tersusun membentuk
gelembung berongga berisi koloid yang membentuk unit fungsional yaitu
folikel dan menjadi sel folikel. Di ruang interstisium diantara folikel
terdapat sel sekretorik ( sel c) yang menghasilkan hormon kalsitonin. Sel
folikel memfagosit koloid berisi tiroglobulin untuk melakukan sekresi
hormon tiroid.
Atas pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise lobus
anterior, kelenjar tiroid ini dapat memproduksi hormon tiroksin. Adapun
fungsi dari hormon tiroksin yaitu mengatur metabolisme tubuh baik
metabolisme karbohidrat, protein dan lipid. Hormon Liotironin yang
merupakan bahan baku thyroksin dengan syarat harus ada ion iodium yang
terdapat di dekat laut atau hasil dari laut seperti ikan, garam yang
beriodium. Hormon Kalsitonin yang merupakan bahan baku
pembentukkan parathormon yang juga disekresikan oleh kelenjar
parathyroid dan berfungsi untuk mengatur kadar kalsium (ion Ca2+)
dalam darah.
Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel
yang dibatasi oleh epitelium silinder, disatukan oleh jaringan ikat. Sel-
selnya mengeluarkan sera, cairan yang bersifat lekat yaitu Koloidae tiroid
yang mengandung zat senyawa yodium dan dinamakan hormon tiroksin.
Fungsi kelenjar tiroid, terdiri dari:
a) Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi.
b) Mengatur penggunaan oksidasi.
c) Mengatur pengeluaran karbondioksida.
d) Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia
dalam jaringan.
e) Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan
mental.
2.2.3 Kelenjar Paratiroid
Terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam leher, kelenjar
ini bedumlah 4 buah yang tersusun berpasangan yang menghasilkan para
hormon atau hormon para tiroksin. Masing-masing melekat pada bagian
belakang kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid menghasilkan hormon yang
berfungsi mengatur kadar kalsium dan fosfor di dalam tubuh. Kelenjar
paratiroid memiliki panjang kira-kira 6 mm, lebar 3 mm, dan tebal 2 mm.
Jika dilihat secara mikroskopik kelenjar ini terlihat seperti lemak berwarna
coklat kehitam-hitaman. Kelenjar ini sulit ditemukan karena tampak
seperti lobus kelenjar tiroid. Fungsi paratiroid adalah Mengatur
metabolisme fospor dan Mengatur kadar kalsium darah.
Hipofungsi, mengakibatkan penyakit tetani. Contohnya pada
keadaan Hipoparatiroidisme terjadi kekurangan kalsium di dalam darah
atau hipokalsemia mengakibatkan keadaan yang disebut tetani, dengan
gejala khas kejang khususnya pada tangan dan kaki disebut karpopedal
spasmus, gejala-gejala ini dapat diringankan dengan pemberian kalsium.
Hiperfungsi, mengakibatkan kelainan-kelainan seperti kelemahan
pada otot-otot, sakit pada tulang, kadar kalsium dalam darah meningkat
begitu juga dalam urin, dekolsifikasi dan deformitas, dapat juga terjadi
patah tulang spontan. Contohnya pada keadaan Hiperparatiroidisme
biasanya ada sangkut pautnya dengan pembesaran (tumor) kelenjar.
Keseimbangan distribusi kalsium terganggu, kalsium dikeluarkan kembali
dari tulang dan dimasukkan kembali ke serum darah. Akibatnya terjadi
penyakit tulang dengan tanda-tanda khas beberapa bagian kropos. disebut
osteomielitis fibrosa sistika karena terbentuk kristal pada tulang,
kalsiumnya diedarkan di dalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal
dan kegagalan ginjal. Kelainan-kelainan di atas dapat juga terjadi pada
tumor kelenjar paratiroid.
2.2.4 Kelenjar Adrenal
Merupakan kelenjar suprarenal yang jumlahnya ada 2, terdapat
pada bagian atas dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda,
beratnya rata-rata 5 sampai dengan 9 gram. Secar struktural dan fungsional
kelenjar adrenal terdiri dari 2 kelenjar endokrin yg menyatu yaitu bagian
korteks dan medulla. Kelenjar suprarenal ini terbagi atas 2 bagian yaitu:
A. Bagian luar
Berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut
korteks. Korteks adrenal ini secara histologis terdiri dari 3 lapisan
(zona), yaitu Zona glomerulosa yang menghasilkan
mineralokortikoid (95 % aldosteron) yang berfungsi untuk
keseimbangan elektrolit dan homeostasis tekanan darah, Zona
fasikulata ( menghasilkan glukokortikoid) yang memiliki efek
metabolik , berperan dalam adaptasi thd stress, dan Zona retikularis
(glukokortikoid) dan hormon kelamin / seks (gonadokortikoid).
B. Bagian medula
Menghasilkan adrenalin (epinefrin) dan nor adrenalin (nor
epinefrin). Medula adrenal ini terdiri dari sel-sel kromafin
( modifikasi neuron simpatis) yg bergerombol di sekitar kapiler
darah dan sinusoid. Bagian ini Mensekresi katekolamin ( neuron
pascaganglion yg mengalami modifikasi ) yaitu Epinefrin yang
merangsang jantung, saraf simpatis dan aktifitas metabolik dan
Norepinefrin yang mempengaruhi vasokonstriksi perifer dan tek
darah.
Zat-zat ini disekresikan dibawah pengendalian sistem
persarafan simpatis. Sekresinya bertambah dalam keadaan emosi
seperti marah dan takut, serta dalam keadaan asfiksia dan
kelaparan. Peningkatan jumlah zat menaikkan tekanan darah guna
melawan shok. Sedangkan Noradrenalin menaikan tekanan darah
dengan jalan merangsang serabut otot didalam dinding pembuluh
darah untuk berkontraksi, adrenalin membantu metabolisme
kar-bohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari
hati.
Beberapa hormon terpenting yang disekresikan oleh korteks
adrenal adalah Hidrokortison, Aldosteron dan Kortikosteron.
Semuanya bertalian erat dengan metabolisme, pertumbuhan fungsi
ginjal dan kondisi otot.
Fungsi kelenjar supra renalis bagian korteks yaitu Mengatur
keseimbangan air, elektrolit dan garam, Mengatur/mempengaruhi
metabolisme lemak, hidrat arang dan protein, dan Mempengaruhi
aktifitas jaringan limfoid. Fungsi kelenjar suprarenalis bagian
medula terdiri dari Vaso konstriksi pembuluh darah perifer dan
Relaksasi bronkus.
Hipofungsi, menyebabkan penyakit addison. sedangkan
Kelainan-kelainan yang timbul akibat hiperfungsi mirip dengan
tumor suprarenal bagian korteks dengan gejala-gejala pada wanita
biasa, terjadinya gangguan pertumbuhan seks sekunder.
2.2.5 Kelenjar Pankreas
Terdapat pada belakang lambung di depan vertebra lumbalis I dan
II terdiri dari sel-sel alpa dan beta. Sel alpa menghasilkan hormon
glukagon sedangkan sel-sel beta menghasilkan hormon insulin. Hormon
yang diberikan untuk pengobatan diabetes, insulin merupakan sebuah
protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-enzim pencernaan protein.
Fungsi hormon insulin adalah mengendalikan kadar glukosa dan bila
digunakan sebagai pengobatan, memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk
mengobservasi dan menggunakan glukosa dan lemak.
Pulau Langerhans, Pulau-pulau langerhans berbentuk oval tersebar
di seluruh pankreas dan terbanyak pada bagian kedua pankreas.Dalam
tubuh manusia terdapat 1-2 juta pulau-pulau langerhans, sel dalam pulau
ini dapat dibedakan atas dasar granulasi dan pewarnaannya separuh dari
sel ini mensekresi insulin, yang lainnya menghasilkan polipeptida dari
pankreas diturunkan pada bagian eksokrin pankreas.
Fungsi kepulauan Langerhans adalah Sebagai unit sekresi dalam
pengeluaran homeostatik nutrisi, rnenghambat sekresi insulin, glikogen
dan polipeptida pankreas serta mengnambat sekresi glikogen. Pulau
Langerhans ini mengeluarkan Sel alfa yang mensekresi hormon Glukagon
untuk meningkatkan kadar gula darah, Sel beta yang mensekresi hormon
Insulin yang fungsinya untuk menurunkan kadar gula darah, Sel delta
mensekresi hormon Somatostatin yang fungsinya menghambat pelepasan
insulin dan glucagon, dan Sel f yang menghasilkan polipeptida pankreatik
dan fungsinya untuk mengatur fungsi eksokrin pancreas.
2.2.6 Kelenjar Pineal
Kelenjar ini terdapat di dalam otak, di dalam ventrikel berbentuk
kecil merah seperti sebuah Gemara. Terletak dekat korpus. Fungsinya
belum diketahui dengan jelas, kelenjar ini menghasilkan sekresi interns
dalam membantu pankreas dan kelenjar kelamin. Hormon yang dihasilkan
adalah hormon melatonin yang fungsinya untuk mengatasi jet lag atau
perbedaan waktu antara negara bagi yg bepergian. Melatonin ini paling
banyak di produksi pada malam hari, dan paling rendah pada jam 12 siang.
2.2.7 Kelenjar Timus
Kelenjar ini terletak di dalarn mediastinum di belakang os sternum,
kelenjar timus ini hanya dijumpai pada anak-anak di bawah 18 tahun.
Kelenjar timus terletak di dalam toraks kira-kira setinggi bifurkasi trakea,
warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas 2 lobus. Pada bayi baru lahir
sangat kecil dan beratnya kira-kira 10grarn atau lebih sedikit. Ukurannya
bertambah pada masa remaja dari 30-40 gram kemudian berkerut lagi.
Kelenjar timus ini merupakan penghasil hormon peptida yaitu timosin dan
timopietin yang berfungsi dalam perkembangan normal lymfosit dan
respon imun tubuh. Hormon yang dihasilkan kelenjar timus berfungsi
untuk mengaktifkan pertumbuhan badan dan mengurangi aktifitas kelenjar
kelamin.
2.2.8 Kelenjar Kelamin
Kelenjar kelamin ini terdiri dari kelenjar Testika yang terdapat
pada pria. Letaknya di skrotum dan menghasilkan hormon testosteron.
Fungsi hormon testosterone adalah menentukan sifat kejantanan, misalnya
adanya jenggot, kumis, jakun dan lain-lain, menghasilkan sel mani
(spermatozoid) serta mengontrol pekerjaan seks sekunder pada laki-laki.
Dan kelenjar ovarika yang terdapat pada wanita dan terletak pada ovarium
di samping kiri dan kanan uterus. Kelenjar ini menghasilkan hormon
progesteron dan estrogen, hormon ini dapat mempengaruhi pekerjaan
uterus serta memberikan sifat kewanitaan, misalnya pinggul yang besar,
bahu sempit dan lain-lain.

2.3 Struktur Sistem Endokrin Lain Penghasil Hormon


1. Jantung, faktor atrial natriuretic yang menyebabkan urine bergaram.
2. Gaster, yang menghasilkan gastrin dan berfungsi untuk membantu dalam
proses gerak peristaltik yang teratur pada lambung, membentuk makanan
yang padat menjadi lunak atau dalam bentuk cair (chime) sehingga mudah
dicerna oleh usus halus.
3. Plasenta, hormon estrogen dan hormon progesteron, HCG ( tes
kehamilan).
4. Ginjal, hormon eritropoietin yang produksi eritrosit.
5. Kulit, kolekalsiferol yang menyebabkan Vitamin D tidak aktif dan sinar
matahari yang diaktifkan di ginjal membuat vit d3 lalu absorpsi ion Ca
dari usus.
2.4 Gangguan Sistem Endokrin
Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan menjadi dua kategori:
1. Endokrin penyakit yang terjadi ketika kelenjar memproduksi terlalu
banyak atau terlalu sedikit hormon endokrin, yang disebut
ketidakseimbangan hormon.
2. Endokrin karena perkembangan lesi (seperti nodul atau tumor) dalam
sistem endokrin, yang mungkin atau tidak dapat mempengaruhi tingkat
hormon penyakit. Sistem umpan balik endokrin yang membantu
mengontrol keseimbangan hormon dalam aliran darah. Sebuah
ketidakseimbangan hormon dapat terjadi jika sistem umpan balik
memiliki kesulitan menjaga tingkat yang tepat dari hormon dalam
aliran darah, atau jika tubuh tidak membersihkan mereka keluar dari
aliran darah dengan benar.
2.4.1 Jenis-Jenis Gangguan Endokrin
Ada berbagai jenis gangguan endokrin. Diabetes adalah gangguan
endokrin yang paling umum didiagnosis di Amerika Serikat. Gangguan endokrin
lainnya meliputi:
1. Dwarfisme
Gejala hiporsekresi (kekurangan) hormon pertumbuhan pada masa anak-
anak yang menyebabkan cebol. Seorang manusia dewasa dikatakan mengalami
dwarfisme bila tinggi badannya hanya mencapai kisaran 147 cm atau lebih
pendek. Kondisi ini lebih sering disebut dengan perawakan tubuh yang pendek
dibandingkan penyebutan dwarfisme atau dwarf karena dianggap mendiskriminasi
kondisi penderita.
a.Komplikasi
Dwarfisme memiliki beberapa komplikasi yang umum terjadi akibat
kondisi ini, misalnya pada kehamilan. Perempuan hamil yang memiliki kondisi
dwarfisme disproporsional cenderung mengalami gangguan pernapasan selama
masa kehamilan. Prosedur kelahiran Caesar juga seringnya diharuskan bagi
perempuan dengan kondisi seperti ini, karena bentuk dan ukuran tulang panggul
yang membuat melahirkan secara normal menjadi berisiko tinggi.
b. Pengobatan
Mengobati dwarfisme bisa melibatkan berbagai macam dokter spesialis,
sesuai dengan kondisi penderita kondisi ini. Kebanyakan perawatan dwarfisme
tidak bisa memperbaiki postur tubuh. Perawatan dilakukan untuk mengurangi
gangguan yang muncul akibat komplikasi dari kondisi ini. Beberapa pilihan
perawatan yang ada, yaitu terapi hormon.
Terapi hormon. Sebuah hormon sintetis akan disuntikkan untuk membantu
hormon pertumbuhan yang kurang pada penderita dwarfisme. Suntik hormon ini
dilakukan hingga beberapa kali selama masa remaja, setidaknya hingga tinggi
badan maksimum dari tinggi rata-rata di keluarga pasien tercapai. Selain tinggi
badan, suntikan juga dilakukan untuk memastikan tubuh dapat tumbuh sesuai
dengan kapasitas pertumbuhan yang seharusnya. Perawatan ini dapat dilengkapi
dengan terapi hormon lain, misalnya hormon estrogen bagi penderita sindrom
Turner.
1) Gigantisme (acromegaly)
Gigantisme (acromegaly) adalah Gangguan endokrin yang terjadi karena
kelebihan growth hormone sebelum pubertas. Pertumbuhan berlebihan akibat
pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan pada masa anak-anak dan remaja
(sebelum pubertas). Jika kelenjar pituitary memproduksi hormon pertumbuhan
terlalu banyak, tulang anak dan bagian tubuh dapat tumbuh tidak normal cepat.
Jika kadar hormon pertumbuhan terlalu rendah, seorang anak bisa berhenti
tumbuh di ketinggian.
a. Komplikasi
Gigantisme yang tidak ditangani atau tindakan pengobatan dengan prosedur
operasi dapat menyebabkan menurunnya hormon kelenjar hipofisis lainnya
sehingga penderita berisiko terhadap penyakit-penyakit tertentu, seperti
berkurangnya sekresi hormon atau kegiatan fisiologis pada ovarium atau testis
(hipogonadisme), retardasi pertumbuhan dan perkembangan mental pada anak dan
dewasa sebagai akibat rendahnya aktivitas kelenjar tiroid (hipotiroidisme),
insufisiensi adrenal, dan kasus langka diabetes insipidus.

b. Pengobatan
Banyaknya hormon pertumbuhan penyebab gigantisme dapat ditangani
dengan cara mengendalikan produksinya. Bagaimanapun juga, belum ada terapi
pengobatan yang sukses mengontrol produksi hormon pertumbuhan secara stabil.
Untuk tumor kelenjar pituitari, tindakan operasi transsphenoidal bisa dilakukan
sebagai upaya pengobatan pertama.
Terapi sinar gamma atau gamma knife radiosurgery adalah metode
pengobatan lain yang dilakukan untuk mengobati tumor di otak. Terapi ini akan
memaparkan ratusan sinar radiasi kecil pada tumor. Walau lebih efektif serta
dapat mengembalikan level hormon pertumbuhan menjadi normal, terapi ini dapat
berisiko munculnya gangguan emosional pada anak-anak, obesitas, dan
ketidakmampuan belajar. Terapi ini umumnya diambil sebagai alternatif akhir jika
metode operasi standar mengalami kegagalan.
Pengobatan gigantisme juga menggunakan obat seperti octreotide untuk
mencegah laju produksi hormon pertumbuhan. Obat dapat berbentuk cairan dan
disuntikkan satu kali dalam sebulan. Obat-obatan agonis reseptor dopamin dapat
diberikan dalam bentuk pil untuk mengecilkan ukuran tumor sebelum dilakukan
prosedur operasi. Kedua jenis obat ini dapat digunakan bersamaan untuk
mengurangi level hormon pertumbuhan pada penderita. Obat-obatan dapat
digunakan untuk mengurangi gejala gigantisme pada anak jika prosedur operasi
tidak berhasil atau menghadapi kasus tumor yang tumbuh kembali.
1. Penyakit Cushing (Sindrom Cushing)
Sindrom yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti obesitas, impaired
glucose tolerance, hipertensi, diabetes mellitus dan disfungsi gonadal yang
berakibat pada berlebihnya rasio serum hormon kortisol.
Kelebihan produksi hormon korteks adrenal (khususnya kortisol) dan hormon
androgen serta aldosteron. Kondisi serupa disebut sindrom cushing bisa terjadi
pada orang, terutama anak-anak, yang mengambil dosis tinggi obat kortikosteroid.
Penyakit Chusing yang ditandai dg kelebihan kortikotropin yg diproduksi oleh
kelejar hipofisis (80% kasus).

a. Pengobatan
Pengobatan sindrom Cushing dilakukan dengan cara menangani faktor
yang mendasarinya. Apabila lonjakan jumlah hormon kortisol secara tidak wajar
di dalam tubuh disebabkan oleh efek samping penggunaan kortikosteroid, maka
dokter dapat menurunkan dosis atau bahkan menghentikan penggunaan dan
menggantinya dengan obat lain.
Namun jika hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa sindrom Cushing
disebabkan oleh tumor yang bersarang di dalam kelenjar adrenal atau hipofisis,
maka salah satu penanganan yang mungkin dilakukan adalah prosedur operasi
untuk mengangkat tumor tersebut atau pengobatan lainnya untuk
menyusutkannya, misalnya radiasi atau pemberian obat-obatan.
2. Goiter (gondok)
Kelenjar tiroid yang membesar disertai hipofungsi maupun hiperfungsi
tiroid. Penyakit gondok adalah kondisi dimana terjadi pembengkakan kelenjar
tiroid. Kelenjar tiroid adalah organ berbentuk kupu-kupu yang terletak tepat di
bawah jakun. Kelenjar ini memiliki fungsi penting, yaitu untuk memroduksi
hormon tiroid yang berperan dalam berbagai proses-proses kimiawi yang terjadi
dalam tubuh.
Pada kondisi normal, kinerja kelenjar tiroid cenderung tidak kita sadari
sama seperti organ-organ dalam yang lain. Tetapi jika terjadi pembengkakan,
kelenjar tiroid akan membentuk benjolan pada leher. Benjolan ini akan bergerak
naik dan turun saat anda menelan.

a. Jenis-jenis
Terdapat dua jenis gondok, yaitu gondok difus dan nodul. Pengelompokan
ini berdasarkan tekstur benjolannya. Benjolan pada gondok difus terasa mulus
saat disentuh. Sementara pada gondok nodul, benjolan terasa tidak rata dan
bergumpal. Permukaan yang tidak rata tersebut disebabkan oleh adanya satu atau
lebih benjolan berukuran kecil atau apabila terdapat cairan dalam benjolan.

b. Gejala
Tidak semua penderita gondok mengalami gejala. Namun apabila terjadi
gejala , maka munculnya benjolan abnormal atau pembengkakan pada leher
adalah tanda utama yang akan dikeluhkan oleh pasien.
Ukuran benjolan gondok berbeda-beda pada tiap penderita. Benjolan yang
berukuran kecil biasanya tidak akan menimbulkan keluhan apapun. Meski
demikian, benjolan tersebut dapat memengaruhi pernapasan serta menyebabkan
penderita sulit menelan jika ukurannya bertambah besar.
Gejala-gejala lain yang mungkin menyertai pembengkakan meliputi
tenggorokan yang terasa membengkak, perubahan suara (misalnya menjadi serak),
batuk-batuk, serta kesulitan bernapas dan menelan.

c. Komplikasi
Apabila terlambat ditangani atau tidak ditangani dengan baik, gondok
mungkin dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti:
Penekanan pita suara (trakea). Hal ini dapat terjadi apabila gondok
berukuran cukup besar sehingga menekan jaringan sekitarnya, terutama trakea.
Selain suara menjadi serak, pasien juga dapat mengalami kesulitan bernapas.
Sepsis. Sepsis atau infeksi darah dapat terjadi pada saat terjadi tiroid abses,
yakni kondisi di mana terdapat kumpulan nanah pada kelenjar tiroid.
Nyeri, Perdarahan, dan Kematian Jaringan. Ketiganya dapat terjadi pada
gondok jenis nodul.
Limfoma. Gondok yang multinodul (berjumlah lebih dari satu) dan
gondok yang disebabkan oleh kondisi autoimun berisiko untuk mengalami
transformasi keganasan pada kelenjar tiroid, yakni limfoma.
d. Pengobatan
1) Obat penurun hormon tiroid
Thionamide akan menurunkan kadar hormon tiroid dengan menghambat
proses produksinya. Obat ini digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme. Efek
sampingnya meliputi mual, nyeri pada sendi, ruam ringan, serta penurunan jumlah
sel darah putih secara mendadak.
2) Terapi penggantian hormon
Langkah ini dilakukan untuk menangani hipotirodisme dengan
menggantikan hormon tiroid dan umumnya harus dijalani seumur hidup. Contoh
obatnya adalah levothyroxine.
3) Terapi yodium radioaktif
Terapi ini juga termasuk penanganan untuk hipertiroidisme. Yodium
radioaktif yang dikonsumsi akan menghancurkan sel-sel tiroid. Metode
pengobatan ini terbukti dapat mengecilkan ukuran benjolan, tapi juga bisa memicu
hipotiroidisme.
4) Langkah operasi
Benjolan yang terus membesar hingga mengganggu pernapasan dan
menyebabkan penderita sulit menelan umumnya ditangani dengan operasi.
Langkah ini akan dilakukan dengan tiroidektomi, yaitu prosedur pengangkatan
sebagian atau seluruh kelenjar tiroid. Prosedur ini juga disarankan bagi penderita
yang diduga memiliki benjolan tiroid yang mengandung sel-sel kanker.
3. Hiperparatiroidisme
Terjadi karena produksi (sekresi) berlebih hormon paratiroid (PTH),
hormon asam amino polipeptida. Perubahan patologis yang terjadi akibat
hiperparatiroidisme adalah: tulang mudah patah.
a. Pengobatan
Di langkah awal penanganan, dokter biasanya menyarankan untuk
menunggu dan melihat kondisi pasien selama beberapa waktu. Hal ini terutama
dilakukan jika kadar kalsium hanya meningkat sedikit, tidak ada kerusakan pada
ginjal, dan tidak ada gejala lain yang perlu diterapi.
Pengobatan hiperparatiroidisme tergantung dari jenisnya. Pada kasus
hiperparatiroidisme primer yang sebagian besar kasusnya disebabkan oleh tumor
jinak adenoma, pengobatan yang paling efektif adalah melalui operasi
pengangkatan tumor tersebut dari kelenjar paratiroid. Selain itu, dokter juga
kadang-kadang akan memberikan obat penurun kadar kalsium yang disebut
bisphosphonate melalui infus.
Jika Anda penderita hiperparatiroidisme primer, bukan berarti Anda harus
menghindari makanan yang mengandung kalsium sepenuhnya. Yang harus Anda
hindari adalah makanan-makanan berkadar kalsium tinggi. Tidak mengonsumsi
kalsium justru bisa menyebabkan tulang mengalami defisiensi kalsium dan
akhirnya memicu osteoporosis. Selain itu, Anda juga dianjurkan untuk minum air
putih dalam jumlah yang cukup agar tubuh tidak dehidrasi.
Sedangkan pada kasus hiperparatiroidisme sekunder, pengobatan akan
difokuskan kepada kondisi yang mendasari. Sebagai contoh, jika
hiperparatiroidisme terjadi akibat penyakit ginjal yang sebelumnya telah diderita
pasien, maka dokter akan fokus untuk mengobati penyakit ginjal tersebut.
4. Hypothyroidisme
Suatu efek hormon tiroid berkurang dimana kelenjar tiroid tidak
memproduksi hormon tiroid yang cukup, menyebabkan kelelahan, sembelit, kulit
kering, dan depresi. Kelenjar kurang aktif dapat menyebabkan perkembangan
melambat pada anak-anak. Beberapa jenis hipotiroidisme yang hadir pada saat
lahir. Kelainan akibat hipotiroidisme adalah Kretinisme.
a. Pengobatan
Pengobatan penyakit melibatkan kurangnya kompensasi untuk hormon
tiroid.Dokter mengatur sebuah formulasi tablet tertentu.Hormon - T4 (L -tiroksin,
eutiroks) - hormon tiroid sintetis asal digunakan dalam produk praktek terbuat
dari kelenjar tiroid hewan yang telah dikeringkan sebelumnya.Tapi dia tidak
dianggap ideal, karena tidak mungkin untuk benar-benar diukur.Dalam setiap
tablet mungkin nomor yang berbeda dari T3 hormon.
Lansia untuk memulai dosis lemah diresepkan hormon tiroid, sebagai
dosis tinggi hormon dapat menyebabkan efek samping ireversibel. Meningkat
dosis dokter secara bertahap, memastikan bahwa thyroid-stimulating hormone
dalam darah kembali normal. Obat pasien tersebut menerima hidup.Jika koma,
hormon ini diberikan secara intravena.
5. Hipertiroidisme (tirotoksikosis)
Adalah suatu kelebihan sekresi hormonal yang tidak seimbang pada
metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid terlalu banyak,
menyebabkan penurunan berat badan, denyut jantung yang cepat, berkeringat, dan
gugup. Penyebab paling umum untuk tiroid yang terlalu aktif adalah suatu
gangguan autoimun yang disebut penyakit Grave.
a. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan terhadap penderita hipertiroidisme bergantung
pada faktor usia, gejala yang dialami, dan kadar hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar tiroid dalam darah. Di bawah ini adalah jenis pengobatan yang biasanya
digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme, yaitu:

1) Thionamide

Thionamide adalah kelompok obat-obatan yang digunakan untuk menekan


produksi hormon tiroksin dan triiodotironin. Contoh obat-obatan thionamide
adalah carbimazole dan propylthiouracil. Obat ini perlu dikonsumsi sekitar 1-2
bulan agar bisa dilihat perubahan pada kondisi hipertiroidisme.

Dosis obat ini akan diturunkan secara perlahan setelah produksi hormon oleh
kelenjar tiroid bisa dikendalikan. Efek samping yang jarang terjadi akibat obat ini
adalah sakit persendian dan ruam kulit yang gatal. Risiko mengalami
hipotiroidisme (kelenjar tiroid yang kurang aktif) akibat pengobatan ini lebih kecil
dibandingkan radioterapi.

2) Radioterapi

Radioiodine adalah sejenis prosedur radioterapi untuk mengobati


hipertiroidisme. Hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid akan berkurang ketika
iodine radioaktif (dalam tingkat rendah dan tidak berbahaya) menyusutkan
kelenjar tiroid. Pengobatan radioiodine dapat konsumsi dalam bentuk obat cair
atau kapsul.

3) Beta-blocker
diberikan setelah produksi hormon kelenjar tiroid bisa dikendalikan oleh
thionamide. Efek samping yang paling umum akibat obat ini adalah mual, kaki
dan tangan menggigil, insomnia, dan selalu merasa lelah.

4) Operasi tiroid Operasi pengangkatan kelenjar tiroid atau tiroidektomi


disebut parsial jika hanya sebagian yang diangkat dan total jika seluruhnya
jaringan kelenjar diangkat. Berikut ini adalah beberapa alasan perlu
dilakukannya prosedur operasi pengangkatan kelenjar tiroid, yaitu:
5) Jika hipertiroidisme muncul kembali setelah sebelumnya menjalani
penanganan dengan thionamide.
6) Terjadi pembengkakan yang cukup parah pada kelenjar tiroid.
7) Tidak bisa dilakukan pengobatan radioiodine karena sedang hamil atau
menyusui, serta tidak bisa dan/atau tidak mau melewati prosedur
pengobatan dengan thionamide.
8) Pasien menderita gejala mata yang parah akibat penyakit Graves.
9) Untuk menghilangkan kemungkinan kambuh atau muncul kembali,
disarankan untuk mengangkat seluruh kelenjar tiroid yang ada. Mereka
yang menjalani operasi tiroidektomi total diharuskan mengonsumsi obat-
obatan seumur hidup untuk mengatasi hilangnya fungsi kelenjar tiroid di
dalam tubuh.
10) Komplikasi Akibat Hipertiroidisme
11) Jika Anda menderita hipertiroidisme dan tidak ditangani, Anda berisiko
mengalami komplikasi. Berikut ini beberapa komplikasi yang mungkin
terjadi:
12) Oftalmopati Graves. Gangguan mata ini disebabkan oleh penyakit Graves.
Gejala yang bisa muncul adalah mata kering atau mengeluarkan air mata
berlebihan, penglihatan kabur dan sensitivitas berlebihan terhadap cahaya.
13) Keguguran dan eklampsia. Wanita hamil dengan riwayat penyakit Graves
atau yang menderita hipertiroidisme lebih berisiko mengalami komplikasi
seperti keguguran, eklampsia (kejang-kejang pada masa kehamilan),
kelahiran prematur, dan bayi dengan berat badan rendah.
14) Hipotiroidisme. Dampak dari pengobatan terhadap hipertiroidisme adalah
kelenjar tiroid menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroksin dan
triiodotironin. Sebagai akibatnya, terjadilah hipotiroidisme. Beberapa
gejala hipotiroidisme adalah kelelahan berlebihan, konstipasi dan
peningkatan berat badan.
15) Badai tiroid. Ini adalah kondisi munculnya gejala yang parah dan tiba-tiba
akibat sistem metabolisme yang berjalan terlalu cepat. Ini bisa terjadi
ketika hipertiroidisme tidak ditangani atau tidak terdiagnosis. Selain itu,
badai tiroid bisa terjadi karena beberapa hal, misalnya infeksi, kehamilan,
tidak mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter, dan kerusakan kelenjar
tiroid akibat cedera pada leher. Ini adalah kondisi darurat, maka jika Anda
mencurigai ada orang di sekitar Anda yang mengalaminya, segera bawa ke
rumah sakit terdekat. Beberapa gejalanya adalah nyeri dada, diare, demam,
menggigil, berhalusinasi dan sakit kuning.
16) Gangguan jantung. Komplikasi yang serius dari hipertiroidisme berkaitan
dengan gangguan jantung, seperti detak jantung cepat, kelainan ritme
jantung, dan gagal jantung kongestif.
17) Osteoporosis atau tulang rapuh. Kekuatan tulang bergantung kepada
jumlah kalsium dan mineral lain di dalamnya. Tubuh akan kesulitan
memasukkan kalsium ke dalam tulang ketika terganggu dengan banyaknya
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid.
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan


memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Sistem
endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu
mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan,
pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual
dan reproduksi. 3.2.Saran Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam
gangguan dan kelainan, baik karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti
virus atau kesalahan mengkonsumsi makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda
agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.

3.2.Saran

Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan,


baik karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan
mengkonsumsi makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat
beraktivitas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

J. H. Green. 2002. Fisiologi Kedokteran. Tangerang : Binarupa Aksara Price &


Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC Sherwood, Lauralee. 2001.
Fisiologi Kedokteran : dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC
ogysogay.blogspot.com/.../sistem-endokrin-laporan
http://4.bp.blogspot.com/_UrJKIId2Id8/Sdr5L37caPI/AAAAAAAAAGQ/BCeq
QfATAR8/s1 600-h/hipofisa+%28pituitary%292.JPG
http://www.bionet-skola.com/w/images/9/9c/Hipofiz.jpg
http://www.biol.pmf.hr/e-skola/odgovori/odg-slike/odg305
http://3.bp.blogspot.com/_UrJKIId2Id8/SdNLhk_DWaI/AAAAAAAAAFo/ZkC
5aiuBVL4/s4 00/3.jpgwww.scribd.com/doc/146434283/Anfisman-endokrin
http://www.tribunnews.com/foto/bank/images/Tiroid.jpg
http://www.biyolojiegitim.yyu.edu.tr/k/Parthrdm/images/paratiroid_jpg.jpg
tr.wikipedia.org/wiki/Endokrin_sistem
http://training.seer.cancer.gov/images/anatomy/endocrine/adrenal_gland.jpg
http://1.bp.blogspot.com/_UrJKIId2Id8/Se7JoxqVdTI/AAAAAAAAAHw/6WT
UXjehMms/s400/Sistem+hormon+BLOGimage_Image_8.jpg)
http://www.klikdokter.com/userfiles/fisio1.JPG

Anda mungkin juga menyukai