Anda di halaman 1dari 22

RESUME MATERI WEBINAR KEPERAWATAN MATERNITAS

OLEH
I NENGAH SUARDIKA, SST
P07120320087
PROGRAM PROFESI NERS
KELAS C

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
DENPASAR
2020
PRAKTIK KEPERAWATAN

( Nara Sumber : Ns. Desrinah Harahap, M.Kep , Sp. Kep. Mat)

Praktek Keperawatan :

Pelayanan yang dilakukan oleh perawat dalam bentuk asuhan keperawatan

Asuhan Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan


kesehatanyang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada
individu , keluarga , kelompok, atau masyarakat, baik sehat ataupun sakit.

UU No 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

Perawat merupakan salah satu dari jenis tenaga kesehatan yang memiliki
kewenangan untuk menyelenggarakan praktek profesi dalam bentuk asuhan
keperawatan sesuai dengan bidang keahluian yang dimiliki.

Pelaksanaan Asuhan Kepereawatan

a. Praktek Keperawatan mandiri


b. Praktek Keperawatan di Fasilitas Pelayanan kesehatan

Jenis Perawatan

a. Perawat Vokasi
b. Perawat Profesi (Ners dan Ners Spesialis)

Permenkes RI No 26 tahun 2019 pasal 16 (Dalam menyelenggarakan Praktik


Keperawatan , Perawat bertugas sebagai) :

a. Pemberi Asuhan keperawatan


b. Penyuluh dan konselor bagi klien
c. Pengelola pelayanan keperawatan
d. Peneliti keperawatan
e. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dan atau
f. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
Permenkes RI No 26 tahun 2019 Bab V Praktik Mandiri Perawat pasal 37
ayat (1)

― Perawat yang menyelenggarakan Praktik Keperawatan Mandiri memiliki


wewenang:

a. Menyelenggarakan Asuhan Keperawatan di bidang upaya kesehatan


perorangan
b. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling klien
c. Melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang

Praktik Mandiri Keperawatan

- Praktik perawat perorangan atau kelompok di tempat prakte mandiri


diluar fasilitas pelayanan kesehatan
- Diberikan dalam bentuk asuhan keperawatan yang bertujuan
memandirikan klien yang membutuhkan bantuan karena ketidaktahuan ,
ketidakmampuan dan ketidakmauan memenuhi kebutuhan dasar dan
merawat dirinya.
- Bertujuan memendirikan klien memenuhi selfcare

Tingkat Praktik keperawatan Mandiri

- Praktik dilaksanakan oleh perawat dengan kemampuan atau kompetensi


perawat generalis
- Praktik dilaksanakan oleh perawat dengan kemampuan atau kompetensi
perawat spesialis pada bidang Ilmu Keperawatan
Ketentuan Praktik Keperawatan Mandiri

Perawat Keperawatan Praktik Keperawatan


Lulus Pendidikan Kegiatan pemberian Pelayanan yang
tinggi keperawatan asuhan keperawatan diselenggarakan oleh
individu , keluarga atau
baik di dalam dan masyarakat baik dalam perawat dalam bentuk
luar negeri keadaan sakit maupun asuhan keperawatan
Diakui oleh sehat
pemerintah sesuai
ketentuan UU
Asuhan Registrasi dan Re- Izin Praktik Perawat
Keperawatan registrasi
Rangkaian interaksi Registrasi : Bukti tertulis dari
perawat- klien dan Pencatatan resmi pemerintah daerah
lingkungannya untuk terhadap perawat yang kabupaten/kota kepada
mencapai tujuan telah memiliki sertifikat perawat untuk berwenang
pemenuhan kompetensi /profesi , menjalankan praktik
kebutuhan dan mempunyai kualifikasi keperawatan, dalm bentuk
kemandirian klien diakui secara hukum SIPP
dalam merawat Re-registrasi :
dirinya Pencatatan ulang
setelah masa berlaku
STR habis

Asas Praktik Keperawatan Mandiri

1. Perikemanusiaan
2. Nilai Ilmiah
3. Etika dan Profesionalitas
4. Manfaat
5. Keadilan
6. Perlindungan kesehatan
7. Keselamatan Klien

SIPP ( Surat Izin Praktik Perawat)

- SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kota
/kabupaten kepada perawat sebagai pemberi kewenangan untuk
menjalankan Praktik keperawatan
- Perawat yang melakukan praktik keperawatan wajib memiliki SIPP
- Berlaku 1 untuk fasilitas pelayanan kesehatan
- Perawat hanya boleh memiliki 2 SIPP

Persyaratan Papan Nama Praktik Keperawatan Mandiri

1. Papan atau neon box berukuran minimal 60 cmx 90 cm


2. Warna dasar putih dengan tulisan berwarna hitam
3. Sedikitnya mencantumkan nama perawat, No STRP, No SIPP dan
keterangan ― memberikan asuhan keperawatan‖
4. Mencantumkan logo PPNI pada kiri atas papan nama.

PRAKTIK KEPERAWATAN MATERNITAS

Latar belakang

- Trend an isu kesehatan ibu di Indonesia


- Angka kematian Ibu dan Kematian Bayi menjadi prioritas di Indonesia
- Pelayanan keperawatan bagianpelayanan kesehatan
- Berfokus pada pelayanan promotive dan preventif
- Tugas dan fungsi normal reproduksi manusia
- Ruang linkup praktik luas : kehamilan, persalinan, pasca persalinan,
kesrepro usia subur dan remaja , pemberdayaan kesehatan perempuan.
Peran perawat dalam promotive dan preventif kesehatan ibu

- Upaya menurunkan angka kematian ibu terkait dengan pencegahan


komplikasi kehamilan , namun di negara-negara berkembang , serbagian
berhubungan dengan kurangnya perawatan selama kehamilan ( Bakhsian
& Jabbari, 2009)
- Perawatan kesehatan selama kehamilan menjadi salah satu faktor untuk
mencegah komplikasi selama hamil, persalinan dan post partum
- Mengatasi masalah kesehatan maternal membutuhkan upaya
meningkatkan sistemkesehatan , disertai mengedukasi perempuan tentang
kesehatan dirinya dan mengarahkan faktor sosial dan budaya yang dapat
mendorong wanita dalam melakukan perawatan dirinya (UNFPA, 2011)

Tujuan Praktik Perawat Mandiri Maternitas

Mendekatkan dan memberikan pelayanan keperawatan kepada ibu hamil, ibu


melahirkan , ibu nifas dan bayinya serta kesehatan reproduksi perempuan
secar holistic , sesuai dengan kaidah ilmu keperawatan kepada masyarakat

PRAKTIK KEPERAWATAN MATERNITAS ― Metta Mom’s Care “


Gambaran umum
- Berdiri tahun 2012
- Izin : SIPP
- Praktik Ners Maternitas
Alur pelayanan klien
Pelayanan Antenatal
- Pemeriksaan dan konseling ibu hamil
- Pemeriksaan dan konseling ibu hamil di rumah (homecare)
- Prenatal class : prenatal yoga, edukasi, sharing in group
- Hypnobirthing session
- Pregnancy massage
Pelayanan kespro perempuan
- Konseling keperawatan kesehatan reproduksi remaja , PUS, atau
menopause
- Konsultasi kesehatan reproduksi pra nikah
Pelayanan kespro perempuan
- Pelayanan yang individualistic, sesuai kebutuhan
- Permasalahan : menstruasi, keputihan pada remaja ( ditambah edukasi
menghindari hub seksual usia mudadan luar nikah), menopause, PUS
(edukasi infertiltas dan perawatan diri untuk mempersiapkan kehamilan):
konseling pranikah, pentingnya pemeriksaan PAP SMEAR.
Konseling ANC
- Keluhan ketidaknyamanan selama kehamilan
- Risiko atau komplikasi saat kehamilan
- Motivasi ibu dan keluarga mengikuti kela ibu hamil
- Keperawatan komplementer : prenatal massage, prenatal yoga,
hypnobirthing
Prenatal class
- Kegiatan utama : yoga, edukasi dan sharing group
- Prenatal kelas setiap hari sabtu ( 6 kali yoga , 4 pertemuan kelas)
- Edukasi sesuai dengan trimester kehamilan
- Persiapan persalinan normal
- Belajar menyusui, memandikan bayi, perawatan tali pusat dan
menggendong bayi
- Latihan komplementer/nonfarmakologis saat persalinan normal
Hipnobirthing session
- Sesuai kebutuhan
- Intervensi private
- Mengatai kecemasan dan ketakutan
- Dibantu aromatherapy yang aman : lavender
- Dimodifikasi dengan hypnobreastfeeding
Pregnancy Massage
- Sesuai kebutuhan
- Membantu mengatasi masalah capek, pegal, kurang tidur dan kebutuhan
relaksasi
- Massage pada seluruh tubuh , precaution pada ibu hamil untuk
menghindari cedera dan kontraksi
Obstetrical Triage and Initial Assessment in Labour

(Nara Sumber Windy Natasya Al Baihaqi)

I. ASSSESSMENT
Assessment awal dilakukan kurang dari 24 jam yng meliputi :
- Rujukan/ dating sendiri
- Penanggung jawab pasien
- Perawat menyelesaikan penilaian awal tentang kedatangan ibu untuk
menentukan urgensi perawatan dengan menilai informasi berikut:


Alasan dating ke rumah sakit


Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya 

HPHT,TP dan usia kehamilan

Hal –hal yang perlu dikaji pada ibu hamil meliputi:

1. Kaji adanya kontraksi, frekuensi, durasi, intensitas dan fase relaksasi


2. Kaji adanya perdarahan , catat jumlahnya jika ada perdarahan
3. Kaji gerakan janin dalam 24 jam
4. Kaji respon ibu terhadap persalinan : status emosional dan skala nyeri
5. Kaji ketuban
6. Kaji adanya masalah obstetric lainnya : kehamilan ganda atau
malpresentation
7. Kaji adanya pajanan terhadap penyakit menular

Obstetrical Priority Level

1. Non urgent
2. Urgent
3. Emergensi
Observations Indicating Transfer To Obstetric Care

Ibu :

1. HR > 120 x/mt pada 2 kali pengukuran dengan interval 30 menit


2. Peningkatan tekanan darah diastolic 110 mmhg atau lebih/ peningkatan
tekanan darah sistolik 160 mmhg atau lebih
3. Peningkatan tekanan darah diastolic 90 mmhg atau lebih/ peningkatan tekanan
darah sistolik 140 mmhg atau lebih pada 2 x pengukuran dengan interval 30
menit
4. Protein urin ++
5. Peningkatan tekanan darah diastolic 90 mmhg atau lebih/ peningkatan tekanan
darah sistolik 140 mmhg atau lebih
6. Suhu 38 derajat Celsius atau lebih pada 2kali pengukuran dengan interval 30
menit

Observations Indicating Transfer To Obstetric Care

1. Kehilangan darah melalui vagina


2. Ketuban pecah lebih dari 24 jam sebelum mulainya persalinan
3. Adanya meconium yang signifikan
4. Nyeri yang dilaporkan oleh ibu yang berbeda dari nyeri biasanya
berh8ubungan dengan kontraksi
5. Faktor apapun yang ada dalam riwayat kesehatan ibu mengindikasikan
perlunya perawatan obstetri

Janin

1. Presentasi abnormal, termasuk presentasi tali pusat


2. Posisi transverse or oblique
3. Palpasi 5/5 kepala diatas PAP dan mudah digerakkan
4. Dicurigai adanya hambatan pertum,buhan janin atau makrosomia
5. Dicurigai anhidramnion atau polihidramnion
6. Denyut jantung janin di bawah 110 atau di atas 160 denyut /menit
7. Deselerasi denyut jantung janin terdengar pada auskultasi intermiten
8. Gerakan janin berkurang dalam 24 jam terakhir yang dilaporkanoleh ibu
Asuhan Keperawatan Post Partum

BUBBLEHED Assessment

1. Breast
Palpasi : engorgement / filling
Evaluasi nipples : gunakan supportive bra 24 jam /hari

kompres
Engorgement-- Edukasi ibu:  ASI Perah ice bags dan
kubis 15-20
usually occurs pencegahan untuk bebat untuk
minutes
2-3 days post- breast mengosongkan ibu yang tidak
sebelum
partum. engorgement payudara menyusui
menyusui

2. Uterus

Fundus dipalpasi sebagai berikut:


1. Tinggi - ukur lebar jari di atas atau di bawah umbilicus misalnya Fundus
2/U (2 jari di atas umbilikus), Fundus U / 2 (2 jari di bawah umbilicus. Fundus
turun 1 jari setiap hari


2. Posisi - Fundus harus berada di garis tengah dekat umbilicus. 6-12 jam PP
setinggi umbilicus

3. Kandung kemih penuh dapat mendorong fundus ke kanan atau kiri dari

umbilicus dan menghambat kontraksi

4. Tonus - Fundus harus tetap kokoh keras, kontraksi (+++)
 
5. Jika rahim lunak massase uterus membantu otot berkontraksi
6. Sesuaikan laju aliran IV untuk mengontrol perdarahan jika Pitocin ada dalam
larutan IV

7. Jika tidak IV, terapi p.o. atau IM Methergine atau ergotrate sesuai tatalaksana
medis

3. Bladder
Lakukan penilaian
 
a. Kaji ibu kemampuan berkemih 2x BAK pertama minimal 150 cc setiap
kali BAK
b. Palpasi untuk distensi di atas simfisis pubis
c. Jika pasien belum BAK dalam 6-8 jam pasca melahirkan, pertimbangkan
untuk pengeluara urin via DC, catat setiap kesulitan berkemih untuk
tatalaksana lebih lanjut dengan medis
d. Waspadai tanda-tanda dan gejala ISK:
- urin berbau busuk
- retensi urin
- frekuensi
- sering berkemih
- Buang air kecil yang menyakitkan (disuria)
- burning—BAK terasa panas

Kesulitan berkemih pasca persalinan terkait:

- Pembengkakan perineum

- kelelahan

- Partus lama, kala 2 lama, penggunaan Forceps


4. Bowel
- Kaji adanya perubahan bising usus, palpasi abdomen untuk melihat adanya
distensi, kaji ada atau tidaknya flatus
- Berikan diet tinggi serat dan tingkatkan asupan cairan
- Pertimbangkan pemberian stool softener
- Hindari penggunaan enema atau supositoria untuk pasien dengan laserasi
perineum grade 3,4, jika perlu gunakan dengan hati-hati
- Bowel movement biasanya terjadi setelah hari kedua post partum
- Edukasi dan latih ambulasi dini

5. Lochia

- 2-3 hr PP rubra: merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, set-set desidua, verniks

- 3-7 hr PP sanguilenta: merah kuning berisi darah dan lendir

- 7-14 hr PP serosa: berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian
menjadi kuning

- 1-2 minggu berikutnya alba: cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas
leokosit dan sel-sel desidua

Hal-hal yang harus diperhatikan

- Kaji kondisi pembalut setiap hari (1 X setiap shift) untuk warna, jumlah, jenis

- Intruksikan pasien untuk memberi tahu perawat jika merasakan keluar



gumpalan. Catat jumlah perdarahan. Hubungi dokter perdarahan berlebih

6. Episiotomy

- Kaji REEDA setiap
shift R = kemerahan
E= edema
E = ecchymosis
D = discharge
A = aproksimasi
- Posisi dalam posisi Sims lateral dengan menekuk lutut atas. Angkat dengan
lembut buttucks untuk melihat perineum
- Kompres ice pad, selama 6 - 8 jam PP untuk meminimalkan pembengkakan
- Kaji adanya haemorrhoid
- Episiotomi

7. Homan’s Sign
- Hiperkoagulabilitas darah yang disebabkan oleh:
 
 pregnancy (perubahan hormon)
 
 anemia
 
 infeksi virus
 
 persalinan traumatis-kegemukan

- Kaji setiap hari adanya area kemerahan, nodular atau hangat, perubahan

warna, varicosities leg konsultasikan pada dokter
- Kaji peripheral pulses dan adanya edema

- Wanita lebih rentan tromboflebitis yang berhubungan dengan post-partum

8. Status Emosional
Postpartum Blues ‖- keadaan sementara normal yang terkait dengan perubahan
hormonal, redefinisi peran, kelelahan, atau nyeri à―menangis tanpa alasan

9. Diastasis Recti
- Pemisahan otot rectus abdominis, dapat terjadi pada kehamilan, terutama pada
wanita dengan tonus otot perut yang kurang baik.
- Setelah penilaian uterus, periksa abdomen untuk Diastasis Rekti dengan
meminta ibu mengangkat kepalanya dan meletakkan dagunya di atas dadanya.

palpasi umbilikus untuk mengukur sejauh mana pemisahan otot. Ukur
panjang dan lebar dan catat, mis: 2 cm X 8 cm
- Ajari ibu pentingnya olahraga untuk mendapatkan kembali tonus

otot kehamilan selanjutnya

10. Senam Nifas


Aplikasi MEWS di Ruang Rawat Inap

Maternal critical care

Dibagi ke dalam 4 level berdasarkan ketergantungan pada organ support dan level
monitoring yang dibutuhkan berdasarkan kondisi klinik dan diagnosis.


- Tingkat 0 Pasien yang kebutuhannya dapat dipenuhi melalui perawatan
biasa (ruang rawat inap).


- Level 1 Pasien yang beresiko kondisinya memburuk dan membutuhkan
tingkat observasi yang lebih tinggi atau mereka yang baru-baru ini ditranfer
dari tingkat perawatan yang lebih tinggi


- Level 2 Pasien yang membutuhkan pemantauan / intervensi invasif yang
mencakup dukungan untuk kegagalan satu fungsi organ (tidak termasuk
dukungan pernapasan lanjutan


- Level 3 Pasien yang membutuhkan dukungan pernapasan lanjutan
(ventilasi mekanis) atau dukungan pernafasan dasar bersama dengan
dukungan setidaknya satu organ tambahan

Pasien yang diidentifikasi berisiko mengalami perburukan secara klinis terdiri dari
tiga tingkatan berikut :

• Kelompok skor rendah: (MEWS = 3) Peningkatan frekuensi observasi dan


bidan/perawat yang bertugas disiagakan.


• Skor Menengah (MEWS = 4, 5Aktivasi tim reaksi cepat Personel dengan
kompetensi inti untuk kondisi akut.

• Skor tinggi: (MEWS ≥ 6) Panggilan darurat ke tim dengan kompetensi


perawatan kritis dan tim persalinan. Tim tersebut harus menyertakan seorang
praktisi medis yang terampil dalam penilaian pasien yang kritis, yang
memiliki kompetensi Advanced Life Support. Harus ada penanganan segera

OBSERVASI PRE DAN POSTNATAL PADA IBU DI RANAP untuk DPJP
dan Perawat

Anda mungkin juga menyukai