OLEH
I NENGAH SUARDIKA, SST
P07120320087
PROGRAM PROFESI NERS
KELAS C
Pengertian
Etiologi
1) Tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan
2) Trauma tidak langsungmerupakan traumayang dihantarkan ke daerah yang
lebih jauh dari daerah fraktur dimana pada keadaan ini biasanya jaringan
lunak tetap utuh.
Klasifikasi
Manifestasi Klinis
1) Deformitas
2) Krepitasi ; suara berderak karena gesekan tulang satu sama lain
3) Nyeri
4) Pembengkakkan atau edema
5) Kehilangan fungsi dan kelainan gerak
CEDERA TULANG BELAKANG/ SPINAL CORD INJURY
Pengertian
Cedera tulang belakang adalah injuri traumatik pada spinal cord disebabkan
oleh :
1) Kontusio ; trauma tumpul pd kulit yg akibatkan kerusakan jaringan
2) Transeksi ; kerusakan sebagian atauseluruh segmen tertentu dari
tulang belakang
3) Kompresi ; terjepit/tertekan akibat arah gaya dorong
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
1) Gejala pada aktivitas dan istirahat tanda yang mungkin muncul adalah
paralisis otot, kelemahan pada otot-otot secara general.
2) Pada sirkulasi tanda yang ditunjukan adalah palpitasi dan rasa pusing
saat merubah posisi, sedangkan tanda yang mungkin muncul adalah
ortotastik hipotensi, takikardia, bradikardia kronik terutama injuri pada
T6 dan diatasnya, ekstremitas dingin dan pucat.
3) Nyeri pada otot, hiperestesia merupakan tanda dari spinal cord injuri.
4) Sedangkan gejalanya adalah bengkak pada area tulang belakang dan
deformitas
5) Tanda yang muncul pada respirasi adalah napas yang pendek dan
cepat.
Klasifikasi
Spinal cord injury diklasifikasikan menjadi empat kelas oleh American Spinal
Injury Association
1) tetraplegia (Komplit) 20%,
2) tetraparesis (inkomplit) 30%,
3) Paraplegia (komplit) 30%,
4) Paraparesis (inkomplit) 20%.
Tujuan utama dari manajemen opreasi pada cedera tulang belakang terutama
area thoracolumbal adalah
1. Hyperacute Phase
Pada fase hiperakut pemberian therapy trombolitik r-TPA (recombinant
Tissue Plasminogen Activator )menjadi pilihan. Pilihan ini akan
memberikan keberhasilan apabila diberikan pada onset kurang dari 4,5
jam.
a. Tngkat kesadaran
b. Status mental dan kognitif
c. Saraf karanial
d. Fs motoric
e. Fs sensorik
f. Sistem serebelum
g. Refleks
NIHSS
a. Tingkat Kesadaran
b. Gerakan Mata
c. Lapang Pandang
d. Paresis wajah
e. Motorik lengan dan tungkai
f. Ataksia anggota gerak
g. Sensorik
h. Bahasa terbaik
i. Disartria
j. Neglect/inatensi
1. Kita harus cegah terjadinya kejang tetapi kalau sudah terjadi kejang
kita harus hentikan kejang secepatnya.
2. Hentikan kejang secepatnya dengan pemberian diazepam, sebagai
perawat kita harus bisa memberikan diazepam dengan benar
karena efek dari pada diazepam adalah defresif napas (pasien tiba-
tiba bisa apneu) jadi memberikan diazepam harus pelan-pelan 3-5
menit sambil monitor pola napas pasien
3. Bila diazepam tidak berhasil berikan Phenytoin sodium 100 mg
(3 tims a day
Intervensi Khusus / Inovasi Khusus Yang DiLakukan Perawat Untuk Pasien Stroke Special
activities
1. Stimulasi dini : perawat harus menyempatkan diri untuk bicara kepada pasien
2. Early mobilitation mobility, transfer Mulai dari kita naikkan posisi kepala
30o, 45o , 90o , sampai duduk di tempat tidur, latihan gerak dan sendi bahu
dimana untuk mencegah nyeri bahu, melatih pasien untuk duduk di tempat
tidur
Latihan mobilisasi menurut AHA
Latihan mobilitas secara intensif dan berulang ( IA )
treadmill, electromechanica gait trainer,
Pertimbangkan penggunaan
robotic device (IIb/A)
Tidak cukup evidens yang merekomendasikan acupuncture fasilitas
perbaikan motoric dan kemampuan berjalan (IIb/B)
Alat bantu jalan (cane, walker) harus digunakan pada pasien
dengan gangguan berjalan dan ganggun keseimbangan ( IB )
Kursi roda harus di gunakan untuk pasien yang nonambulatory
dan keterbatasan kemampuan untuk berjalan (IC)
3. Swallowing managegement
4. Bladder education
5. Family education
6. Discharge planning
Pencegahan jatuh
Pencegahan DVT.