Anda di halaman 1dari 14

RESUME MATERI WEBINAR PERAWATAN KRITIS

OLEH
I NENGAH SUARDIKA, SST
P07120320087
PROGRAM PROFESI NERS
KELAS C

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
DENPASAR
2020
INTENSIVE CARE UNIT
(NARA SUMBER Ns.I PUTU ARTAWAN, S.Kep)

A. Gambaran Umum Ruang Intensif

Ciri Khas Intensive Care

1. Mengutamakan keselamatan pasien (Patient Safety), menurunkan


angka kematian dan kecacatan di Pelayanan keperawatan ICU.
2. Peralatan khusus, Staf khusus yang terlatih berpengalaman dalam
“intensive Care (perawatan/terapi intensif dan bersertifikat”
3. Pelayanan keperawatan dilaksanakan terintegrasi oleh tim yang terlatih
dan berpengalaman di bidang critical care

Prinsip pelayanan ICU

1. LIFE SAVING resusitasi & terapi penyakit primer (medical dan


pembedahan)
2. SUPPORTING TERAPI
3. CLOSED MONITORING
4. SUPPORT PSIKOLOG

Kemampuan minimal perawat ICU

1. Resusitasi Jantung Paru ( RJP )


2. Pengelolaan jalan nafas, termasuk intubasi trakheal dan penggunaan
ventilator sederhana
3. Terapi Oksigen
4. Pemantauan EKG, Pulse Oksimetri terus-menerus
5. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral
6. Pemeriksaan laboratoriumkhusus dengan cepat
7. Pelaksanaan terapisecara titrasi
8. Kemampuan melakukan fisioterapi dada
9. Kemampuan melaksanakan tehnik khusussesuai dengan kondisi pasien
10. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portable selama
transportasi pasien gawat

B. Terapi Oksigen di ruang ICU

Terapi oksigen adalah Memberikan aliran gas lebih dari 20% pada tekanan 1
atmosfirsehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah.

Indikasi Pemberian Oksigen:

1. Klien dengan keadaan tidak sadar


2. Sianosis
3. Hipovolemia
4. Anemia Berat
5. Perdarahan
6. Asidosis
7. Selama dan sesudah pembedahan

Metode pemberian oksigen :

1. Sistem Aliran rendah


Metode pemberian oksigen aliran rendah dengan menggunakan nasal
kanul atau maker.

2. Sistem Aliran Tinggi


Metode aliran tinggi ini menggunakan venture, HFNC ( High Flow
Nasal Canulla) untuk pasien copid.

Monitoring dalam pemberian oksigen


1. Tanda-tanda Vital
2. Kenyamanan pasien
3. Posisi pasien
4. Saturasi okisgen
5. Analisa gas darah k/p
C. Ventilasi mekanik

Pengertian :

• Tindakan untuk memberikan bantun nafas dengan bantuan mekanik


dengan tujuan menggantikan kerja alat pernafasan dan memperbaiki
pertukaran gas.
• Merupakan tindakan support sementara sampai penyebab gangguan
nafasnya diperbaiki
• Apabila penggunaan tidak benar bisa menimbulkan penyulit bagi paru
ataupun organ lain.

Tujuan ventilasi mekanik

1. Memperbaiki pertukaran gas dengan mengatasi hipoksia, menurunkan


hiperkapnea, memperbaiki asidosis respiratorik akut.
2. Mengatasi distress nafas dengan menurunkan konsumsi oksigen,
menurunkan beban kerja otot nafas.
3. Memperbaiki ketidakseimbangan dengan membuka atelektase,
memperbaiki compliance, dan mencegah cedera paru lebih lanjut.

Indikasi Ventilasi Mekanik

1. Gagal napas (respiratory failure)


- RR > 35 atau < 5 x/m
- SaO2 < 90% atau PaO2 < 60 mmHg (Hipoxemia)
- pCO2 > 55 mmHg (Hipercapnia
- Penurunan kesadaran (GCS < 8)
- Tidal volume < 5 mL/kg
2. Pasca operasi mayor
3. Pasca henti jantung
Parameter dalam pemberian ventilasi mekanik

1. Tidal volume (V T ): jumlah udara yang diberikan pada pasien tiap


napas (satuan: mL )
2. Respiratory rate/frequency (f): jumlah napas (pasien/mesin/keduanya)
dalam 1 menit (satuan: napas/menit )
3. Minute ventilation (MV E ): jumlah udara yang diberikan pada pasien
dalam 1 menit (satuan: L/menit). Merupakan hasil perkalian tidal
volume dan respiratory rate

Pernapasan dalam ventilasi mekanik:

1. Trigger:sinyal untuk memulai proses inspirasi (katup inspirasi


membuka)
2. Limit: batas dari aliran udara yang mengalir ke dalam paru selama
proses inspirasi
3. Cycle: insipirasi sinyal untuk menghentikan (katup inspirasi menutup
dan proses membuka katup ekspirasi)

Metode ventilasi

1. Volume Control
- Ventilator mengalirkan udara bila mendapat trigger dari
mesin/pasien, dengan target flow (volume), inspirasi berakhir bila
volume tidal tercapai
- Klinisi mengatur: frekuensi napas (RR), volume tidal, Ti, FiO2,
PEEP
- Pasien: akan bernapas minimal sesuai dengan RR yang diatur,
setiap napas akan memiliki Vt yang sama
Keuntungan :

Tidak menyebabkan hipoventilasi/ hiperventilasi karena pemberian


secara konstan meskipun ada sumbatan atau kelainan paru.

Kerugiannya : dapat menyebabkan barotrauma

2. Pressure Control
- Ventilator mengalirkan udara bila mendapat trigger dari
mesin/pasien, dengan target tekanan (pressure), inspirasi berakhir
bila waktu inspirasi (Ti) tercukupi.
- Klinisi mengatur: frekuensi napas (RR), tekanan inspirasi (Pi), Ti,
FiO2, PEEP
- Pasien: akan bernapas minimal sesuai dengan RR yang diatur,
setiap napas akan memiliki Pi yang sama. Vt akan bervariasi
tergantung resistance dan compliance

Keuntungan:

Menurunkan risiko barotrauma

Kerugian :

Dapat terjadi hipoventilasi karena tidal volume yang masuk berubah-


ubah sesuai dengan compliance dan resistensi jalan nafas pasien.

3. Pressure Support
- Semua napas di-trigger oleh pasien
- Aliran udara diberikan dengan target tekanan
- Setiap inspirasi di-akhiri dengan nilai flow inspirasi (flow cycle-off)
- Vt, Ti, dan RR ditentukan oleh pasien
- Harus diyakinkan bahwa upaya napas cukup
- Risiko hipoventilasi atau apnea
4. Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation (SIMV)
- Ventilator mengalirkan udara bila mendapat trigger dari
mesin/pasien seperti pada VC atau PC.
- Perbedaan dengan VC atau PC: Selain RR, harus ditetapkan pula
breath cycle time. Pasien memiliki kesempatan untuk bernapasan
spontan (dengan atau tanpa PS) di antara mandatory ventilation .
- Pasien: akan bernapas minimal sesuai dengan RR yang diatur.

Pemantauan Ventilasi Mekanik

- Penilaian Ventilasi dan Oksigenasi


- Alarm
- Klinis : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi – Analisis gas darah:
pCO2, pO2, SaO2 – Foto toraks: posisi ujung ETT, paru, pleura
- Monitor: RR, SpO2
- Ventilator: tidal volume, respiratory rate (RR), Pinsp, grafik flow,
pressure, volume.
D. Suctioning

Pengertian :

Suctioning adalah tindakan pengisapan lendir ataupun benda asing yg terdapat


dlm saluran napas menggunakan alat penghisap sehingga memungkinkan
terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat pada klien yang tidak mampu
mengeluarkannya sendiri.

Tujuan :

1. Mempertahankan jalan nafas tetap bebas


2. Memperbaiki ventilasi pernafasan
3. Memperbaiki oksigenasi dan mencegah hipoksia
4. Mencegah infeksi yang disebabkan akumulasi sekret
5. Mengambil sekret untuk pemeriksaan diagnostic
6. Merangsang batuk
Indikasi :

1. Suara napas yang kasar


2. Batuk yang tidak adekuat / efektif
3. Work Of Breathing ( WOB) yang meningkat
4. Adanya atelektasis paru terkait dengan retensi sputum.
5. Merangsang refleks batuk pada pasien dgn penurunan kesadaran atau
pengaruh obat.
6. Perubahan radiologik yang mencurigakan retensi sekresi

Tipe suction:

1. Open suction : Sistem suction yang dilakukan secara teratur pada pasien
yang diintubasi
2. Clouse suction : digunakan pada kontinu mekanik dengan tetap
memberikan oksigenasi selama penyedotan.

Prosedur Pelaksanaan

1. Suatu tindakan yang aseptik yang dilakukan pada saat diperlukan bukan
suatu rutinitas.
2. Tdk dilakukan 15 – 20 mnt sebelum pengambilan sampel AGD.
3. Idealnya kateter suction adalah efektif menghisap sekret dan risiko trauma
jaringan yang minimal.
4. Diameter kateter tidak boleh melebihi 1/2 dari diameter bagian dalam
lumen tube.
5. Waktu untuk tindakan suction 10-15 detik
Vacuum Setting for Suctioning Patients Based on age Setting

No Pasient Setting
1 Adult 120 – 150mmHg
2 Children 80 – 120 mmHg
3 Infant 60 – 80 mmHg

E. VAP Definition
- Pneumonia after 48 hr using mechanical ventilation
- No pneumonia before

Risk Factor bactria pneumonia

Host Factors

- Elderly
- Severe Illness
- Underlying Lung Disease
- Depressed Mental Status Immunocompromising Conditions or Treatments
- Viral Respiratory Tract Infection

- Mechanical ventilation
- Tracheostomy
- Use of a Nasogastric Tube
- Supine Position

Colonisation

- Intensive Care Setting


- Use of Antimicrobial Agents
- Contaminated hands
- Contaminated Equipment
Factors that impede normal Pulmonary Toilet

- Abdominal or thoracic surgery


- Immobilisation

Prevention of VAP Guidelines

- General preventative measures


- Prevention of aspiration
- Prevention of contamination of equipment
- Prevention of colonisation of the aerodigestive tract
- Surveillance of VAP
- Implementation of VAP care bundle

CRITICAL CARE CONSIDERATIONS

F : Feeding/fluid

A : Analgesics

S : Sedation

T : Thrombolytic agents

H : Head elevation

U : Ulcer – bed sore

G : Glucose monitoring

F. THERAPI
TITRASI Tujuan
Memberikan obat atau cairan scara bertahap, menyesuaikan dengan
respon yang dikehendaki
Bisa berubah dalam hitungan jam, menit dan detik
Obat yang diberikan
- Inotropic : Dopamin, Dobutamin, Nor Adrenalin (Vascon, Levophed),
Adrenalin, Nitrat injeksi (Cedocard, Isoket)
- Elektrolit koreksi : KCl, MgSO4, Insulin
- Anti koagulan : Heparin, Streptase
- Obat lain : Aminophyllin, Midazolam (Dormicum), Morphine,
Diazepam
- Catalosporin gol IV : Maxipime, Meronem
PENATAKSANAAN KEPERAWATANPADA PASIEN

SINDROMA KORONER AKUT (SKA)

(Nara Sumber TITIN MULYATI,SKp.,M.Kep)

Pengertian :

Sindrom coroner akut (SAK) adalah suatu kondisi di mana aliran darah
menuju ke jantung berkurang secara tiba-tiba.

Penegakan diagnose SAK berdasarkan kriteria WHO yaitu berdasarkan terpenuhi


data 2 dari 3 kriteria berikut :

1. Keluhan : Nyeri dada iskemik yang khas


2. Evolusi EKG
3. Peningkatan dan penurunan enzym jantung ( Troponin T / I dan CK-MB )

Klasifikasi SAK :

1. ST Elevasi Myocard Infark (STEMI)


2. Non ST Elevasi Myocard Infark (Non-STEMI)
3. Unstable Angina Pektoris (UAP)

Lokasi infark berdasarkan gambaran EKG :

Lokasi Lead
Anteroseptal V1, V2, V3, V4
Inferior II, III, aVF
Lateral I, aVL, V5, V6
Posterior V7, V8, V9
Ventrikel Kanan V3R, V4R
Faktor Risiko SAK

Faktor Risiko Mayor Faktor Risiko Minor


Hiperkolesterolemia Obesitas
Hipertensi Stress
Merokok Kurang olah raga
Diabetes Militus Laki-laki
Genetik Perempuan menopuse

Tanda dan Gejala SAK:

1. Nyeri dada biasanya berlangsung lebih dari 20 menit, retrosternal, berlokasi di


tengah atau dada kiri, menjalar ke rahang, punggung atau lengan kiri.
2. Rasa nyeri ini digambarkan sbg perasaan seperti rasa tertekan benda berat,
diremas, seperti terbakar atau seperti ditusuk-tusuk.
3. Riwayat nyeri dada khas > 20 menit.
4. Tdk hilang dg istirahat / Nitrat
5. Pernafasan dangkal, pucat, diaphoresis
6. Disertai Mual, muntah dan keringat dingin

Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan keluhan nyeri dada:

Sistem Organ Penyebab


Jantung Penyakit arteri koroner, katup aorta, hipertensi,
prolaps katup mitral, perikarditis, stenosis, aorta
hipetropik idiopatik
Vaskular Diseksi aorta
Pulmonal Emboli paru, pneunia, pleuritis, pneumothorax
Muskuloskeletal Kostokondritis, artritis, spasme otot, tumor tulang
Neural Herpes zooster
GIT Penyakit tukak, kolon, hiatus, hernia,
pankreatitis, kolesistitis
Emosional Ansietas, depresi

Penatalaksanaan SKA

Tujuan penatalaksanaan pada SKA :

1. Adalah mencegah nekrosis sel-sel miokardium


2. Mengupayakan terjadinya reperfusi ke jaringan miokardium .

Langkah –langkah penatalaksanaan SAK

1. Pembebasan Jalan Nafas


2. Pemberian oksigen
3. Pemantauan hemodinamik dan gambaran EKG
4. Penanganan Nyeri dan Terapi lain (Dependent)

Nyeri pada SKA harus ditangani agar nyeri tidak menginduksi pelepasan
katekolamin yang memperberat beban jantung:

- Analgesik : Nitrat atau Nitrogliserin, Morfin


- Antiplatelet : Aspirin, Clopidogrel
- Penurun Kolesterol : simvastatin
5. Tindakan Reperfusi
- Fibrinolisis : agen farmakologis yang bertujuan melisiskan trombus,
dg memberikan Streptokinase
- Primary Percutaneous Coronary Intervention (pPCI) merupakan
pilihan utama dalam terapi reperfusi dibandingkan dengan fibrinolisis.
Dg pPCI maka risiko perdarahan dapat dihindarkan.
- Coronary Artery Bypass Grafting (CABG)

Anda mungkin juga menyukai