Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH TUTORIAL

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASKEP DIABETES MELLITUS

Dosen Pengampu:

Yesi Hasneli, S.Kp, MNS

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

Aldi Arsenta (1811110191) Dessika Larassati (1811110762)


Adinda Nia Oktaviani (1811113751) Dina Amanda Ramadhani (1811113599)
Alifia Salsabila (1811113547) Dinda Bucira Alma (1811112458)
Ani Ayu Lita (1811111494) Doni Imam Sari (1811125252)
Anisatul Muntamah (1811112198) Elmi Wahyuni (1811110605)
Annisa Devia Islamy (1811110493) Fadhilah Putri Fertycia (1811110426)
Annisa Ramadhani (1811112392) Fajri Disfa Madhani (1811110273)
Arni Febrianti (1811125318) Hajar Adhara (1811112450)
Datin Suhailah (1811112710) Hanifa Arifany (1811113045)
Delvi Sa’idah (1811112543)
FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya, kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul Askep Diabetes Mellitus untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Selain
itu juga, makalah ini diharapkan mampu menjadi sumber pembelajaran bagi kita
semua untuk mengerti lebih jauh tentang Askep Diabetes Mellitus sebagai salah satu
materi dalam pleno tutorial Keperawatan Medikal Bedah II.
Makalah dibuat dengan meninjau beberapa sumber dan menghimpunnya
menjadi kesatuan yang sistematis. Terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak
yang menjadi sumber referensi bagi kami. Terima kasih juga kepada dosen pengampu
dan semua pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. kami sebagai
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Pekanbaru, 16 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4
A. Skenario................................................................................................4
B. Terminologi..........................................................................................4
C. Identifikasi Masalah dalam Bentuk Pertanyaan...................................5
D. Hipotesis (Analisis Masalah)................................................................6
E. Analisis Mendalam dan Membuat Sistematika....................................7
F. Identifikasi Learning Objective............................................................8
G. Pembahasan Learning Objective..........................................................8
1. Defenisi Systemic Lupus Erythematosus (SLE).............................8
2. Klasifikasi Systemic Lupus Erythematosus (SLE)..........................9
3. Etiologi Systemic Lupus Erythematosus (SLE)..............................11
4. Manifestasi Klinis Systemic Lupus Erythematosus (SLE)..............13
5. Faktor Resiko Systemic Lupus Erythematosus (SLE)....................20
6. Epideminologi Systemic Lupus Erythematosus (SLE)...................22
7. Pathway dan WOC Systemic Lupus Erythematosus (SLE)............24
8. Patofisiologi Systemic Lupus Erythematosus (SLE).......................26
9. Pemeriksaan Penunjang Systemic Lupus Erythematosus (SLE).....27
10. Penatalaksanaan Systemic Lupus Erythematosus (SLE).................30
11. Pencegahan Systemic Lupus Erythematosus (SLE)........................34
12. Komplikasi Systemic Lupus Erythematosus (SLE)........................35
13. Asuhan Keperawatan Systemic Lupus Erythematosus (SLE).........35
BAB III PENUTUP.........................................................................................47

ii
A. Kesimpulan...........................................................................................47
B. Saran.....................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................48

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

1
2
BAB II

PEMBAHASAN

Skenario II

Owh…Gulaku naik???

Seorang wanita, berusia 37 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan:
letih, lesu, gatal, pandangan kabur, pruritus vulvae, kelelahan, pandangan kabur,
sering pusing, mual, polyuria, polydipsia, dan poliphagia. 1 hari yang lalu, hasil
pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) 470 mg/dL. Keadaan saat ini konjuctiva
anemis, pasien kelihatan lemah dan berat badan turun 3 kg dalam 2 bulan terakhir,
tekanan darah 170/90 mmHg, fkekuensi nadi 98 kali/menit, pemeriksaan HbA1c
(hemoglobin A1c/glycated hemoglobin) 8,7%. Terapi yang diberikan injeksi insulin,
obat oral glimepiride 2 mg; 1x1,5 tablet/harii, sebelum makan pagi dan metformin
500 mg, 1x1/hr sebelum tidur. Sebelum dirawat, pasien minum Glybenclamide, resep
dari dokter di puskesmas. Dokter menyarankan untuk dilakukan Screening diabetes
mellitus. Pasien sangat cemas karena merasakan tubuhnya semakin lemah dan sakit
kepala.

A. Terminologi
1. Pruritus vulvae
Pruritus vulvae adalah gangguan sensasi gatal daerah vulva, merupakan
tanda awal dari vaginitis biasanya terjadi pada malam hari dengan gatal
yang berlebihan serta bengkak
2. Polyuria
Polyuria adalah kelainan jumlah frekuensi BAK atau urin yang
dikeluarkan berlebihan

3
3. Polydipsia
Polydipsia adalah keadaan dimana penderita mengkonsumsi banyak air,
merasa haus berlebihan. Intrasel mengalami dehidrasi
4. Polyphagia
Polyphagia adalah perasaan lapar yang berlebihan karena nutrisi yang
didapatkan tidak sampai ke sel hanya beredar di pembuluh darah saja.
Terjadi pada pasien DM, hiperglikemia dan hipertiroid
5. Screening diabetes mellitus
Screening diabetic mellitus adalah pemeriksaan awal gula darah.
Mengidentifikasi penyakit diabetes mellitus biasanya dilakukan pada usia
kurang dari 45 tahun.
6. Glybenclamide
Glybenclamide adalah obat diabetes mellitus tipe 2 yang berfungsi untuk
mengendalikan gula darah yang tinggi
7. Pemeriksaan Hb1Ac
Pemeriksaan Hb1Ac adalah diagnosis gula darah dalam jangka sebulan
atau pengukuran gula darah dalam jangka yang panjang
8. Metformin
Metformin adalah antidiabetes kelas biquadiamit untuk pasien berlebih
berat badan serta untuk diabetes mellitus tipe 2
9. Glimepiride
Glimepiride adalah perangsang pengeluaran insulin di pankreas
10. Injeksi insulin
Injeksi insulin adalah penyuntikan hormone insulin untuk mengontrol gula
darah dan diubah menjadi energy.

B. Identifiikasi Masalah dalam Bentuk Pertanyaaan


1. Kenapa pada penderita DM mengalami pandangan kabur?
2. Apa hubungan gula darah dengan pruritus vulvae?

4
3. Kenapa penderita DM mengalami penurunan berat badan sedangkan DM
memiliki gejala polyphagia?
4. Apakah ada hubungan tekanan darah yang tinggi dengan DM?
5. Kenapa seseorang yang gula darahnya naik merasakan lelah dan tidak
dapat berjalan?
6. Kenapa obat glymepiride harus diminum sebelum makan?
7. Apakah obat yang diminum setelah pemberian obat dipuskemas
memberkan efek samping?
8. Apa saja screening DM?
9. Kenapa perlu screening DM?
10. Apakah obat yang dikonsumsi membuat ketergantungan seumur hidup?

C. Hipotesis
1. Nutrisi tidak sampai ke jaringan mata
2. Terdapat bakteri di organ genital karena mungkin tidak dibersihkan
dengan benar. Bakteri menyukai tempat yang lembab dan kadar gula yang
meningkat. Namun, tidak semua mengalami gejala tersebut
3. Nutrisi tidak sampai ke sel sehingga mengalami pengkerutan. Glukosa
hanya seddikit yang sampai ke sel karena kurangnya hormone insulin
4. Ada. Gumpalan gula sehingga jantung bekerja lebih cepat
5. Sel tidak dapat melaksanakan fungsi metabolism dengan baik sehingga
tidakn menghasilkan energy berupa ATP
6. Menurunkan kadar gula karena glimipiride untuk merangsang pengeluaran
insulin
7. Glimipiride dan glybenclamide tidak diminum bersamaan
8. Pemeriksaan glukosa darah, urine, TD, EKG, HbA1c
9. Untuk mengontrol kenaikan jumlah gula darah pasien. Dengan pemberian
glimepiride sebelum screening DM, dokter dapat melihat apakah gula
darah pasien dapat terkontrol apa tidak
10. Ketergantungan injeksi untuk mengontrol gula darah.

5
D. Analisis Mendalam dan Membuat Sistematika
Wanita 37 tahun, diberi glybenclamide oleh dokter puskesmas

Dirawat di RS

Keluhan Pasien: Keluhan saat


ini
1. Lesu 1. Kongjutiva
2. Priuritas vulvae anemis
3. Pandangan kabur 2. Terlihat
4. Gatal lemah
5. Sering pusing 3. BB turun 3
6. Mual kg 2 bulan
7. Polyuria terakhir
8. Polidipsia 4. TD 170/90
9. Polipagia mmHg
5. Nadi
98x/menit
6. Pemeriksaa
n HbAIc
8,7

Diberikan terapi:
1. Injeksi insulin
2. Obat
glimepiride
3. Obat metformin

Screening DM

ASKEP DM

6
E. Identifikasi Learning Objective
1. Definisi Diabetes Mellitus (DM)
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus (DM)
3. Etiologi Diabetes Mellitus (DM)
4. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus (DM)
5. Epidemiologi Diabetes Mellitus (DM)
6. Pathway dan WOC Diabetes Mellitus (DM)
7. Patofisiologi Diabetes Mellitus (DM)
8. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus (DM)
9. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus (DM)
10. Komplikasi Diabetes Mellitus (DM)
11. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus (DM)

F. Pembahasan Diabetes Mellitus (DM)


1. Definisi Diabetes Mellitus (DM)
Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes mellitus adalah
kelompok penyakit metabolic yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa
dalam darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat gangguan sekresi insulin,
penurunan kerja insulin, atau akibat dari keduanya.
Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang terjadi secara
kronis atau menahun karena tubuh tidak mempunyai hormon insulin yang
cukup akibat gangguan pada sekresi insulin, hormon insulin yang tidak
bekerja sebagaimana mestinya atau keduanya (Kemenkes RI, 2014).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu keadaan ketika tubuh tidak
mampu menghasilkan atau menggunakan insulin (hormone yang membawa
glukosa darah ke sel-sel dan menyimpannya sebagai glikogen). Dengan
demikian, terjadi hiperglikemia yang disertai berbagai kelainan metabolic
akibat gangguan hormonal, melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak serta menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada organ
tubuh (Aini, 2016)

7
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus (DM)
Berdasarkan klasifikasi American Diabetes Association/World Health
Organization (ADA/WHO), Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi empat
tipe berdasarkan penyebab dan proses penyakitnya.
a. Diabetes Melitus tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Pada tipe I, sel pankreas yang menghasilkan insulin mengalami
kerusakan. Akibatnya, sel-sel β pada pankreas tidak dapat mensekresi
insulin atau jika dapat mensekresi insulin, hanya dalam jumlah kecil.
Akibat sel-sel β tidak dapat membentuk insulin maka penderita tipe I ini
selalu tergantung pada insulin. Tipe ini paling banyak menyerang orang
muda di bawah umur 30 tahun. Namun, kadang-kadang tipe ini juga dapat
menyerang segala umur. Dari hasil penelitian, persentase penderita
Diabetes Melitus tipe I sebesar 10-20%, sedangkan penderita Diabetes
Melitus tipe II sebesar 80-90%.
b. Diabetes Melitus tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Pada tipe II, sel-sel β pankreas tidak rusak, walaupun mungkin hanya
terdapat sedikit yang normal sehingga masih bisa mensekresi insulin,
tetapi dalam jumlah kecil sehingga tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Biasanya, penderita tipe ini adalah orang dewasa gemuk
diatas 40 tahun, tetapi kadang-kadang juga menyerang segala umur. Tipe
II merupakan kondisi yang diwariskan (diturunkan). Biasanya,
penderitanya mempunyai anggota keluarga yang juga terkena. Sifat dari
gen yang menyebabkan Diabetes tipe ini belum diketahui. Sekitar 25%
penderita Diabetes Melitus tipe II mempunyai riwayat penyakit keluarga
dan hampir semua kembar identik yang menderita penyakit tipe II,
pasangan kembarnya juga menderita penyakit yang sama. Gejala Diabetes
tipe II lebih bertingkat dan tidak muncul selama bertahun-tahun setelah
serangan penyakit. Pengobatan kebanyakan dilakukan dengan pola makan
khusus dan olahraga.
c. Diabetes Melitus saat kehamilan

8
Diabetes Melitus saat kehamilan merupakan istilah yang digunakan
untuk wanita yang menderita Diabetes selama kehamilan dan kembali
normal setelah melahirkan. Banyak wanita yang mengalami Diabetes
kehamilan kembali normal saat postpartum (setelah kelahiran), tetapi pada
beberapa wanita tidak demikian.
d. Diabetes tipe spesifik lain
Tipe ini disebabkan oleh berbagai kelainan genetik spesifik (kerusakan
genetik sel β pankreas dan kerja insulin), penyakit pada pankreas, obat-
obatan, bahan kimia, infeksi, dan lain-lain.
3. Etiologi Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes Mellitus menurut Kowalak, (2011); Wilkins, (2011); dam Andra,
(2013) mempunyai beberapa penyebab, yaitu:
a. Hereditas
Peningkatan kerentanan sel-sel β pankreas dan perkembangan
autoimun terhadap penghancuran sel-sel β.
b. Lingkungan (makanan, infeksi, toksin, stress)
Kekurangan protein kronik dapat mengakibatkan hipofungsi pankreas.
Infeksi virus coxsakie pada seseorang yang peka secara genetic. Stress
fisiologis dan emosional meningkatkan kadar stress (kortisol, epinefrin,
glukagon, dan hormone pertumbuhan), sehingga meningkatkan kadar
glukosa darah.
c. Perubahan gaya hidup
Pada orang secara genetic rentan terkena DM karena perubahan gaya
hidup, menjadikan seseorang kurang aktif sehingga menimbulkan
kegemukan dan beresiko tinggi terkena diabetes mellitus.
d. Kehamilan
Kenaikan kadar estrogen dan hormone plasental yang berkaitan
dengan kehamilan, yang mengantagoniskan insulin.
e. Usia
Usia diatas 65 tahun cenderung mengalami diabetes mellitus

9
f. Obesitas
Obesitas dapat menurunkan kadar reseptor insulin di dalam tubuh.
Insulin yang tersedia tidak efektif dalam meningkatkan metabolik.
g. Antagonisasi efek insulin yang disebabkan oleh medikasi, antara lain
diuretic thiazide, kortikosteroid adrenal, dan kontraseptif hormonal.

4. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus (DM)


Menurut PERKENI (2015) digolongkan menjadi gejala akut dan kronik:
a. Gejala Akut Diabetes Mellitus
Gejala penyakit dari satu penderita ke penderita yang lain sangat
bervariasi, bahkan tidak memunculkan gejala sekalipun sampai saat
tertentu, gejala pemula yang muncul, yaitu banyak makan (polyphagia),
banyak minum (polidipsi) dan banyak kencing (polyuria) (PERKENI,
2015). Rasa lelah, pusing, keringat dingin, sulit berkonsentrasi disebabkan
oleh menurunnya kadar gula darah (Mahendra, Krisnatuti, Tobing, &
Alting, 2015)
b. Gejala Kronik Diabetes Mellitus
Pasien DM akan mengalami kesemutan, kulit terasa panas atau seperti
ditusuk-tusuk jarum, rasa tebal dikulit, kram, mudah mengantuk, mata
kabur (Soegondo, 2011). Gejala lain yang timbul seperti kelelahan, gigi
mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksuall pria menurun
bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi
keguguran atau kematian janin dalam kandungan (Juliansyah, 2015)
Tanda dan gejala diabetes mellitus menurut Smeltzer et al, (2013) dan
Kowalak (2011), yaitu:
a. Poliuria (air kencing keluar banyak) dan polydipsia (rasa haus
yang berlebihan) yang disebabkan karena osmolalitas serum yang
tinggi akibat kadar glukosa serum yang meningkat
b. Anoreksia dan polifagia (rasa lapar yang berlebihan) yang terjadi
karena glokosuria yang menyebabkan keseimbangan kalori negatif.

10
c. Keletihan (rasa ceoat lelah) dan kelemahan yang disebabkan
penggunaan glukosa oleh sel menurun
d. Kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambah sembuhnya, dan
rasa gatal pada kulit
e. Sakit kepala, mengantuk, gangguan pada aktifitas disebabkan oleh
kadar glukosa intrasel yang rendah
f. Kram pada otot, iritabilitas, serta emosi yang labil akibat
ketidakseimbangan elektrolit
g. Gangguan penglihatan seperti pemandangan kabur yang
disebabkan karena pembengkakan akibat glukosa
h. Sensasi kesemutan atau kebas di tangan dan kaki yang disebabkan
kerusakan jaringan saraf
i. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen yang disebabkan
karena neuropati otonom yang menimbulkan konstipasi
j. Mual, diare, dan konstipasi yang disebabkan karena dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit serta neuropati otonom.

5. Epidemiologi Diabetes Mellitus (DM)


Data dari berbagai studi global menyebutkan bahwa penyakit DM adalah
masalah kesehatan yang besar. Hal ini ini dikarenakan adanya peningkatan
jumlah penderita diabetes dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 menyebutkan
sekitar 415 juta orang dewasa memiliki diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108
juta di tahun 1980an. Apabila tidak ada tindakan pencegahan maka jumlah ini
akan terus meningkat tanpa penurunan. Diperkiran pada tahun 204 meningkat
menjadi 642 juta penderita (IDF, 2015).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013
angka kejadian diabetes di Indonesia mengalami peningkatan dari 1,1%
pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013.

6. WOC Diabetes Mellitus (DM)

11
7. Patofisiologi Diabetes Mellitus (DM)
Insulin disekresikan oleh sel-sel beta, yang merupakan salah satu dari
empat jenis sel dalam pulau Langerhans di pankreas. Ketika seseorang makan
makanan, sekresi insulin meningkat dan memindahkan glukosa dari darah ke
sel-sel otot, hati, dan lemak. Fungsi insulin antara lain yaitu mengangkut dan
memetabolisme glukosa untuk energi, merangsang penyimpanan glukosa

12
dalam hati dan otot (dalam bentuk glikogen) dan menghambat konversi
glikogen menjadi glukosa, meningkatkan penyimpanan lemak makanan dalam
jaringan adiposa dan mencegah konversi lemak menjadi badan keton,
mempercepat transportasi asam amino (berasal dari makanan berprotein) ke
dalam sel, Insulin juga menghambat pemecahan glukosa, protein, dan lemak
yang disimpan.
Insulin adalah hormon anabolik (hormon pembangun), tanpa insulin, tiga
masalah metabolik mayor terjadi, yaitu: a. Penurunan pemanfaatan glukosa, b.
Peningkatan metabolisme lemak, dan c. Peningkatan pemanfaatan protein,
sehingga akan mengakibatkan kadar glukosa darah meningkat.
Kelainan dasar yang terjadi pada DMT2 yaitu a. Resistensi insulin pada
jaringan lemak, otot dan hati menyebabkan respon reseptor terhadap insulin
berkurang sehingga ambilan, penyimpanan dan penggunaan glukosa pada
jaringan menurun, b. Kenaikan produksi glukosa oleh hati mengakibatkan
kondisi hiperglikemia, c. Kekurangan sekresi insulin oleh pankreas
menyebabkan turunnya kecepatan transport glukosa ke jaringan lemak, otot
dan hepar.
Dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin pada diabetes
mellitus tipe 2 adalah resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Resistensi insulin mengacu pada penurunan sensitivitas jaringan terhadap
insulin. Biasanya, insulin mengikat reseptor khusus pada permukaan sel dan
memulai serangkaian reaksi yang terlibat dalam metabolisme glukosa. Pada
DMT2, reaksi-reaksi intraseluler berkurang, yang membuat insulin kurang
efektif merangsang penyerapan glukosa oleh jaringan dan mengatur
pembebasan glukosa oleh hati, sehingga kadar glukosa naik dan DMT2
berkembang (Smeltzer & Bare, 2010).

8. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus (DM)


Menurut Smelzer dan Bare (2010), adapun pemeriksaan penunjang untuk
penderita diabetes melitus antara lain :

13
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi: melihat pada daerah kaki bagaimana produksi
keringatnya (menurun atau tidak), kemudian bulu pada jempol
kaki berkurang (-).
2) Palpasi: akral teraba dingin, kulit pecah-pecah , pucat, kering yang
tidak normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa
jugaterapa lembek.
3) Pemeriksaan pada neuropatik sangat penting untuk mencegah
terjadinya ulkus
b. Pemeriksaan Vaskuler
1) Pemeriksaan Radiologi yang meliputi: gas subkutan, adanya benda
asing, osteomelietus.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah yang meliputi: GDS (Gula Darah Sewaktu),
GDP (Gula Darah Puasa)
2) Pemeriksaan urine, dimana urine diperiksa ada atau tidaknya
kandungan glukosa pada urine tersebut. Biasanya pemeriksaan
dilakukan menggunakan cara Benedict (reduksi). Setelah
pemeriksaan selesai hasil dapat dilihat dari perubahan warna yang
ada : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).
3) Pemeriksaan kultur pus, bertujuan untuk mengetahui jenis kuman
yang terdapat pada luka dan untuk observasi dilakukan rencana
tindakan selanjutnya.
4) Pemeriksaan Jantung meliputi EKG sebelum dilakukan tindakan
pembedahan.

9. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus (DM)


Penatalaksanaan pada pasien diabetes melitus menurut Perkeni (2015) dan
Kowalak (2011) dibedakan menjadi dua yaitu terapi farmakologis dan
nonfarmakologi :

14
a. Terapi Farmakologi
1) Obat antihiperglikemia oral
Berdasarkan cara kerjanya obat ini dibedakan menjadi beberapa
golongann, antara lain:
a) Pemacu sekresi insulin : Sulfonilurea dan Glinid
b) Penurunan senstivitas terhadap insulin : Metformin dan
Tiazolindindion (TZD)
c) Penghambat absorpsi glukosa : penghanbat glukosidase alfa
d) Penghambat DPP-IV (Dipeptydil Peptidase -IV)
2) Kombinasi obat oral dan suntikan insulin
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin yang banyak
dipergunakan adalah kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin
basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang), yang
diberikan pada malam hari menjelang tidur.

b. Terapi Non Farmakologi


1) Edukasi, promosi kesehatan supaya hidup menjadi sehat
2) Terapi Nutrisi Medis (TNM) seperti tentang jadwal makan yang
teratur, jenis makanan yang baik beserta jumlah kalorinya, dsb
3) Latihan jasmani dan olahraga 3-5 hari dalam seminggu, selama 30-
45 menit, dengan total 150 menit per minggu dengan jeda antar
latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.

10. Komplikasi Diabetes Mellitus (DM)


a. Komplikasi akut
1) Ketoasidosis Diabetik
Apabila kadar insulin menurun, pasien mengalami hiperglikemi
dan glukosuria berat penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis
dan peningkatan oksidasi asam lemak bebeas disertai penumpukkan
benda keton, peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis,

15
peningkatan ion hydrogen dan asidosis metabolic. Glukosuria dan
ketonuria juga mengakibatkan dieresis osmotic dengan hasil akhir
dehidrasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami
syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal.
2) Hipoglikemia
Diabetes Mellitus dikatakan mengalami hipoglikemia jika kadar
glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat
lupa atau terlambat makan sedangkan penderita mendapatkan terapi
insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari biasanya tanpa
suplemen kalori tambahan, ataupun akibat penurunan dosis insulin.
Hipoglikemia umumnya ditandai dengan pucat, takikardi, gelisah,
lemah, lapar, palpitasi, keringat dingin, mata berkunang-kunang,
tremor, pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin,
juga akibat kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-
gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul dan pada
akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma
3) Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah lebih
dari normal, dengan kadar glukosa sesaat ≥ 200 mg//dl dan kadar
glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl merupakan kriteria DM (ADA,
2011).
b. Komplikasi kronik
1) Makroangiopati
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin
dapat menjadi penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan
ini berupa:
a) Penimbunan sorbitol dalam intima vaskular
b) Hiperlipoproteinemia
c) Kelainan pembekuan darah

16
Pada akhirnya makroangiopati diabetic akan mengakibatkan
penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-arteria perifer maka
dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai
Klaudikasio intermitten dan gangrene pada ekstremitas. Jika terkena
adalah arteria koronaria dan aorta maka dapat mengakibatkan angina
pectoris dan infark miokardium (Edwina, 2015)
2) Mikroangiopati
Ditandai dengan komplikasi pada pembuluh darah kecil. Terdapat
3 bentuk komplikasi mikroangiopati, yaitu:
a) Retinopati
Gangguan penglihatan bahkan sampai kebutaan pada retina
mata. Selain itu, gangguan lainnya seperti kebutaan, makulopati
(meningkatnya cairan di bagian tengah retina), katarak dan
kesalahan bias (adanya perubahan ketajaman lensa mata yang
dipengaruhi oleh konsentrasi glukosa dalam darah) (Perkeni, 2011)
b) Nefrotik diabetic
Komplikasi yang ditandai dengan kerusakan ginjal sehingga
racun didalam tubuh tidak bisa dikeluarkan dan proteinuria
(terdapat protein di urin) (Ndraha, 2014)
d) Neuropati diabetic
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien DM tipe 2 yang
ditandai dengan hilangnya sensasi distal dan berisiko tinggi
mengalami amputasi. Selain itu, sering dirasakan nyeri pada
malam hari, bergetar dan kaki terasa terbakar (Perkeni, 2011).
Penyempitan pembuluh darah perifer yang diikuti dengan
neuropati.
11. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus (DM)
a. Pengkajian
Menurut NANDA (2015), fase pengkajian merupakan sebuah
komponen utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data,

17
mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data
antara lain meliputi:
1) Biodata
a) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, agama, suku, alamat,status, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, diagnose medis)
b) Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat,
hubungan dengan pasien)
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama, biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien
saat dilakukan pengkajian. Pada pasien post debridement ulkus
kaki diabetik yaitu nyeri 5–6 (skala 0-10)
b) Riwayat kesehatan sekarang
Data diambil saat pengkajian berisi tentang perjalanan penyakit
pasien dari sebelum dibawa ke IGD sampai dengan
mendapatkan perawatan di bangsal.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh
pasien tersebut, seperti pernah menjalani operasi berapa kali,
dan dirawat di RS berapa kali.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga, adakah anggota keluarga dari
pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus karena DM
ini termasuk penyakit yang menurun.
3) Pola Fungsional Gordon
a) Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi
sebelumnya,persepsi pasien dan keluarga mengenai pentingnya
kesehatan bagi anggota keluarganya.
b) Pola nutrisi dan cairan: pola makan dan minum sehari–hari,
jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi, jeni makanan

18
dan minuman, waktu berapa kali sehari, nafsu makan
menurun/tidak, jenis makanan yang disukai, penurunan berat
badan.
c) Pola eliminasi: mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan
selama sakit, mencatat konsistensi,warna, bau, dan berapa kali
sehari, konstipasi, beser.
d) Pola aktivitas dan latihan: reaksi setelah beraktivitas (muncul
keringat dingin, kelelahat/keletihan), perubahan pola nafas
setelah aktifitas, kemampuan pasien dalam aktivitas secara
mandiri.
e) Pola tidur dan istirahat: berapa jam sehari, terbiasa tidur siang,
gangguan selama tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman.
f) Pola persepsi kognitif: konsentrasi, daya ingat, dan
kemampuan mengetahui tentang penyakitnya
g) Pola persepsi dan konsep diri: adakah perasaan terisolasi diri
atau perasaan tidak percaya diri karena sakitnya.
h) Pola reproduksi dan seksual: apakah respon seksualnya
menurun.
i) Pola mekanisme dan koping: emosi, ketakutan terhadap
penyakitnya, kecemasan yang muncul tanpa alasan yang jelas.
j) Pola hubungan: hubungan antar keluarga harmonis, interaksi ,
komunikasi, cara berkomunikasi.
k) Pola keyakinan dan spiritual: agama pasien, gangguan
beribadah selama sakit, ketaatan dalam berdo’a dan beribadah.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Penderita post debridement ulkus dm biasanya timbul nyeri
akibat pembedahanskala nyeri (0-10), luka kemungkinan
rembes pada balutan. Tanda-tanda vital pasien (peningkatan
suhu, takikardi), kelemahan akibat sisa reaksi obat anestesi.

19
b) Sistem pernapasan
Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada pasien
post pembedahan pola pernafasannya sedikit terganggu akibat
pengaruh obat anesthesia yang diberikan di ruang bedah dan
pasien diposisikan semi fowler untuk mengurangi atau
menghilangkan sesak napas.
c) Sistem kardiovaskuler
Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi pada permukaan jantung, tekanan darah
dan nadi meningkat.
d) Sistem pencernaan
Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual akibat
sisa bius, setelahnya normal dan dilakukan pengkajian tentang
nafsu makan, bising usus, berat badan.
e) Sistem musculoskeletal
Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada masalah pada
sistem ini karena pada bagian kaki biasannya jika sudah
mencapai stadium 3–4 dapat menyerang sampai otot. Dan
adanya penurunan aktivitas pada bagian kaki yang terkena
ulkus karena nyeri post pembedahan.
f) Sistem intregumen
Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input dan
output yang tidak seimbang. Pada luka post debridement kulit
dikelupas untuk membuka jaringan mati yang tersembunyi di
bawah kulit tersebut.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan perfusis jaringan b/d Hiperglikemia
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk
mencerna nutrisi, karena hiperglikemia

20
3) Resiko infeksi b/d Proses penyakit
4) Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
5) Kelebihan volume cairan b/d polydipsia
6) Kerusakan integritas kulit b/d hiperglikemia
7) Ansietas b/d perubahan fungsi sebagian tubuh

c. Intervensi
1) Gangguan perfusi jaringan b/d Hiperglikemia
Tujuan (NOC): Status sirkulasi dan perfusi jaringan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 Jam diharapkan
ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer teratasi dengan kriteria
hasil:
a) TTV dalam batas normal
b) Warna kulit normal
c) Suhu kulit hangat
d) Kekuatan fungsi otot
e) Nilai laboratorium dalam batas normal
Intervensi Keperawatan (NIC):
a) Kaji secara konprehensif sirkulasi perifer R/Sirkulasi perifer
dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit.
b) Evaluasi nadi perifer dan edema R/ Pulsasi yang lemah
menimbulkan kardiak output
c) Ubah posisi pasien setiap 2 jam R/Mencegah komplikasi
decubitus
d) Dorong latihan ROM sebelum bedrest R/Menggerakkan otot
dan sendi agar tidak kaku.

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk


mencerna nutrisi, karena hiperglikemia

21
Tujuan (NOC): status nutrisi (nutrisi yang adekuat), status nutrisi
(makanan dan minuman yang masuk), berat badan terkontrol.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah
kekurangan nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a) Berat badan stabil
b) Tidak terjadi mal nutrisi
Intervensi Keperawatan (NIC):
a) Kaji adanya alergi makanan R/ bertujuan untuk memeriksa ada
tidak alaergi terhadap makanan yang disarankan
b) Monitor berat badan dan tinggi badan R/ bertujuan untuk
mengetahui status nutrisi pasien.
c) Monitor mual dan muntah R/ memantau untuk melihat ada
tidak mual dan muntah.
d) Monitor intake nutrisi R/mengontrol pemenuhan kebutuhan
nutrisi
e) Kolaborasi kepada ahli gizi untuk nutrisi yang akan diberikan
ke pasien R/agar nutrsisi sesuai anajuran dokter.

3) Resiko infeksi b/d Proses penyakit


Tujuan (NOC): Status imun, kontrol infeksi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam dengan
kriteria hasil:
a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah terjadinya infeksi
c) Jumlah leukosit dalam batas normal
d) Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi Keperawatan (NIC):
a) Pertahankan teknik aseptif R/upaya untuk mencegah masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh

22
b) Batasi pengunjung bila perlu R/agar infeksi tidak menyebar
atau memperparah keadaan klien
c) Monitor tanda dan gejala infeksi R/memantau proses infeksi
yang terjadi
d) Tingkatkan intake nutrisi R/membantu kekebalan tubuh
mengatasi mikroorganisme
e) Berikan terapi antibiotik R/meringankan atau menghilangkan
proses infeksi oleh mikrooorganisme
f) Monitor adanya luka R/mengatasi luka dengan segera
g) Kaji suhu badan pada pasien setiap 4 jam R/melihat
perkembangan proses infeksi
h) Kolaborasi untuk pengecekan laboratorium R/peningkatan
jumlah leukosit menandakan proses infeksi yang meningkat

4) Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan


oksigen.
Tujuan (NOC): toleransi aktivitas, aktivitas sesuai kebutuhan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam. Klien
dapat menunjukkan toleransi aktivitas dengan kriteria hasil:
a) Klien mampu aktivitas minimal
b) Kemampuan aktivitas meningkat secara bertahap
c) Tidak ada keluhan sesak nafas dan lelah selama dan sesudah
aktivitas minimal
Intervensi Keperawatan (NIC):
a) Kaji kemampuan pasien melakukan aktivitas R/melihat
kemapuan pasien dalam beraktivitas
b) Jelaskan pada pasien manfaat aktivitas bertahap R/dapat
meningkatkan kesembuhan pasien
c) Pantau pasien sebelum, selama dan sesudah aktivitas
R/evaluasi keadaan klien sebelum, selam dan sesudah aktivitas

23
d) Bantu klien untuk istirahat setelah aktivitas R/agar pasien dapat
rileks dan nyaman
e) Berikan reinforcement positif bila pasien mengalami kemajuan
R/ membantu meningkatkan semangat pada pasien

5) Kelebihan volume cairan b/d polydipsia


Tujuan (NOC): Balance cairan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
kelebihan volume cairan dapat berkurang/hilang dengan kriteria hasil:
a) Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam stabil
b) Berat badan pasien stabil
c) Turgor kulit stabil
d) Elektrolit serum pasien stabil
Intervensi Keperawatan (NIC):
a) Memonitor berat badan pasien R/bertujuan untuk mengetahui
status volume cairan klien melalui berat badan
b) Menjaga asupan yang akurat dan catatan keluaran R/untuk
memantau asupan yang masuk dan keluar
c) Memonitor status hidrasi R/untuk mengevaluasi status cairan
klien
d) Memantau hasil lab yang relevan dengan retensi cairan
R/untuk mengevaluasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
klien
e) Memantau indikasi kelebihan cairan R/mengetahui tanda dan
gejala kelebihan cairan.
f) Menilai lokasi yang edema jika ada R/melihat adanya
penumpukan cairan

6) Kerusakan integritas kulit b/d kurangnya asupan nutrisi melalui


pembuluh darah ke sel dan jaringan

24
Tujuan (NOC): Integritas kulit dan mukosa membrane
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan resiko kerusakan integritas kulit tidak terjadi dengan
kriteria hasil:
a) Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan
b) Melaporkan adanya gangguan pada kulit yang mengalami
gangguan
c) Menunjukkan adanya proses perbaikan kulit
d) Kulit dalam keadaan normal dan lembab
Intervensi Keperawatan (NIC):
a) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
R/dengan pakaian yang longgar memperkecil kemungkinan
luka pada kulit
b) Hindari kerutan pada tempat tidur R/kerusakan pada tempat
tidur dapat menimbulkan kerusakan pada kulit
c) Atur posisi klien R/agar aliran darah dapat sampai pada
jaringan yang membutuhkan
d) Monitor kulit akan ada kemerahan R/mencegah kerusakan
integritas kulit
e) Melakukan perawatan luka bila sudah terjadi keruskan
R/meminimalkan kerusakan yang terjadi dan mencegah adanya
infeksi

7) Ansietas b/d perubahan fungsi sebagian tubuh


Tujuan (NOC): Mengurangi kecemasan yang dialami pasien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
kecemasan pasien berkurang atau bahkan hilang dengan kriteria hasil:
a) Klien mengenal perasaannya
b) Dapat mengidentifikasi penyebab dan faktor kecemasan
c) Klien mengatakan kecemasan nya berkurang

25
Intervensi Keperawatan (NIC):
a) Mulai lakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan
R/kontrol sensasi klien dengan cara memberikan informasi
tentang keadaan klien.
b) Beri lingkungan yang tenang dan sasaran penuh istirahat
R/lingkungan yang tenang akan mengurangi rangsangan
ekternal
c) Kaji tanda verbal dan non verbal ansietas R/reaksi verbal dan
non verbal dapat meningktakan rasa marah dan gelisah

d. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien
dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan
(Nursallam, 2011).
e. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis
yaitu:
1) Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan
dimana evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
2) Evaluasi somatif, merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.

26
DAFTAR PUSTAKA
ADA. 2011. Standards of Medical Care for Patients with Diabetes Mellitus, Diabetes
Care 25.
Aini, N. 2016. Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin dengan Pendekatan
NANDA NIC NOC. Jakarta.
Andra, S. N. (2013). KMB 2: Keperawatan medical bedah, keperawatan dewasa
teori dan contoh askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Doenges, M.E.Moorhouse. M.F & Geissler, A.C. 2014. Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta: EGC.
Juliansyah, N. 2015. Metodologi Penelitian. Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI). 2014. Situasi dan
Analisis Diabetes. http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin /infodatin-diabetes.pdf [diakses 15 maret
2020]
Kowalak, J. P. (2011). Buku ajar patofisiologi/editor, Jennifer P. Kowalak, William
Welsh, Brenna Maye; alih bahasa, Andry Hartono; editor edisi bahasa
Indonesia, Renata Komalasari, Anastasi Onny Tampubolon, Monica Ester.
Jakarta: EGC.
Mahendra, Krinatuti, Tobing, & Alting. (2015). Care Your Self Diabetes Mellitus.
Jakarta
NANDA. 2015. Buku Diagnosa Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC.
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: EGC.
PERKENI. 2015. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
PERKENI. Jakarta

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2015). Konsensus Pengendalian dan


Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PB PERKENI

27
Departemen Kementrian Kesehatan. Penyajuan Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan
Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehtan
Kementrian Kesehatan, 2013.
Smeltzer & Bare. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Smelzer Suzanne C., Bare Brenda G., Hinkle Janice L., Cheever Kerry H. (2013).
Keperawatan medical bedah Brunner & Suddarth ED 12; alih bahasa Devi
Yulianti, Amelia Kimin; editor edisi Bahasa Indonesia: Eka Anisa Marddella.
Jakarta: EGC.
Soegondo. 2011. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu sebagai Panduan
Pelaksanaan Diabetes Mellitus bagi Dokter maupun Edukator. Jakarta: FKUI
Wilkins, L. W. (2011). Nursing: memahami berbagai macam penyakit, penerjemah:
Paramita. Jakarta: PT Indeks.

28

Anda mungkin juga menyukai