Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

PENYAKIT DEGENERATIF

DIABETES MELLITUS TIPE 1

Dosen Pengajar : Dra,Asnaily. M,Kes


Disusun Oleh :
Kelompok 2
1 . Tien Kusdini
2 . Juliana
3 . Julianto
4 . Suratno
5 . Erdawati
6 . Mariatun
7 . Refina Destira
8 . Risda Nuriani
9 . Raja Muhammad Qusairi

POLTEKKES KEMENKES JAMBI AJENG PRODI D4


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Dan dengan rahmat
beserta hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang BERJUDUL
DIABETES MELLITUS TIPE 1 yang mana disususun guna memenuhi tugas
pada Mata MATA KULIAH PENYAKIT DEGENERTIF di POLTEKES
KEMENKES JAMBI Alih Jenjang PRODI D IV Teknologi Laboratorium Medik.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca .
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu  Dra.
Asnaily, M.Kes selaku Dosen Pengajar. Tugas yang telah di berikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa-mahasiswi selaku penulis dan
pembaca makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu terutama anggota kelompok 2 dalam proses penyusunan
makalah ini.

Penulis juga menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dapat penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Jambi, Agustus 2022

  Penulis

I
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan dan Penelitian.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diabetes Mellitus tipe 1............................................................... 3
2.2 Penyebab Diabetes Mellitus.......................................................................... 3
2.3 Gejala-Gejala Diabetes.................................................................................. 5
2.4 Pemeriksaan laboratorium DM tipe 1........................................................... 7
2.4.1 Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 7
4.5 Pengobatan Diabetes Tipe 1........................................................................... 8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 11
3.2 Saran.............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan


penyakit orang tua atau penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul
karena faktor keturunan. Padahal, setiap orang dapat mengidap diabetes, baik
tua maupun muda, termasuk Anda. Namun, yang perlu Anda pahami adalah
Anda tidak sendiri.

Berawal hanya merasa lemas, sering buang air kecil, rasa lapar yang
terus-menerus, dan luka yang sulit sembuh(kering). Ternyata, setelah diakukan
pengecekan darah, didapati kadar gula dalam darah sudah tinggi, banyak orang
yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau
penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan.
Padahal, setiap orang dapat mengidap diabetes, baik tua maupun muda.

Sangat di sayangkan bahwa banyak penderita diabetes yang tidak


menyadari dirinya mengidap penyakit yang lebih sering disebut penyakit gula
atau kencing manis ini. Hal ini mungkin di sebabkan minimnya informasi di
masyarakat tentang diabetes, terutama gejala- gejalanya. Ketika ditemukan
keluhan, penderita sudah di vonis diabetes.

Maka dari penulis berharap pembaca dapat menambah wawasan tentang


“Diabetes tipe satu “ ini untuk lebih banyak memberi informasi tentang
penyakit diabetes tipe 1 , dan agar menjadi ilmu pengetahuan bagi pembaca dan
yang lainnya.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Diabetes tipe 1 ?


2. Penyebab Diabetes ?
3. Gejala-gejala Diabetes ?
4. Pemeriksaan laboratorium DM tipe 1 ?
5. Pengobatan Diabetes?

1.3 Tujuan

1. Memberikan informasi tentang penyakit diabetes tipe 1


2. Mengetahui apa itu pengertian Diabetes tipe 1
3. Mengetahui Gejala-gejala diabetes
4. Pemeriksaan laboratorium DM tipe 1
5. Menegetahui pengobatan diabetes

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diabetes Mellitus Tipe 1

Kata Diabetes berasal dari bahasa Yunani, yakni diabainein yang berarti
“tembus” atau “pancuran air”. sedangkan kata mellitus berasal dari bahasa Latin,
mellitus yang artinya “rasa manis”. Kemudian, diabetes mellitus secara umum
dikenal dengan penyakit “kencing manis” yang ditandai dengan hiperglisemia
(peningkatan kadar gula darah) yang terus menerus dan bervariasi, terutama
setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa yang dimaksud diabetes
mellitus adalah keadaan hiperglikemik kronik yang disertai dengan berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal. Dalam periksaan mikroskop
electron, diketahui bahwa kelainan ini bisa menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal dan pembuluh darah, yang disertai lesi dan membran
basalisi.
Diabetes yaitu peningkatan jumlah glukosa ( gula ) dalam darah. Diabetes
tipe 1 ini biasanya muncul pada usia muda dibawah 40 tahun, tetapi dapat juga
terjadi pada berbagai usia. Penanganannya adalah dengan pemberian suntikan
insulin dan pengaturan pola makan. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit
ketika kadar glukosa (gula) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat
melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup.

2.2 Penyebab Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus terjadi akibat adanya gangguan metabolisme yang dapat


disebabkan berbagai macam etiologi, disertai dengan adanya hiperglikemia kronis
akibat gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja dari insulin, atau keduanya.
Sedangkan Diabetes Mellitus tipe 1 lebih diakibatkan oleh karena berkurangnya
sekresi insulin akibat kerusakan sel β-pankreas yang didasari proses autoimun.
Istilah diabetes mellitus berasal dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti

3
“sypon” menunjukan pembentukan urine yang berlebihan, dan mellitus berasal
dari kata “meli” yang berarti madu. Etiologi DM tipe 1 diakibatkan oleh
kerusakan sel beta pankreas karena paparan agen infeksi atau lingkungan, yaitu
racun, virus (rubella kongenital, mumps, coxsackievirus dan cytomegalovirus)
dan makanan (gula, kopi, kedelai, gandum dan susu sapi).
Beberapa teori ilmiah yang menjelaskan penyebab diabetes mellitus tipe 1
sebagai berikut:
1. Hipotesis sinar matahari Teori yang paling terakhir adalah "hipotesis
sinar matahari," yang menyatakan bahwa waktu yang lama dihabiskan dalam
ruangan, dimana akan mengurangi paparan si nar matahari kepada anak-anak,
yang akan mengakibatkan berkurangnya kadar vitamin D. Bukti menyebutkan
bahwa vitamin D memainkan peran integral dalam sensitivitas dan sekresi insulin
(Penckofer, Kouba, Wallis, & Emanuele, 2008). Berkurangnya kadar vitamin D,
dan jarang terpapar dengan sinar matahari, dimana masing-masing telah dikaitkan
dengan peningkatan risiko diabetes mellitus tipe 1.
2. Hipotesis higiene "Hipotesis kebersihan" Teori ini menyatakan bahwa
kurangnya paparan dengan prevalensi patogen, dimana kita menjaga anak-anak
kita terlalu bersih, dapat menyebabkan hipersensitivitas autoimun, yaitu
kehancuran sel beta yang memproduksi insulin di dalam tubuh oleh leukosit.
3. Hipotesis Susu Sapi Teori ini menjelaskan bahwa eksposur terhadap
susu sapi dalam susu formula pada 6 bulan pertama pada bayi dapat menyebabkan
kekacauan pada sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko untuk
mengembangkan diabetes mellitus tipe 1 di kemudian hari. Dimana protein susu
sapi hampir identik dengan protein pada permukaan sel beta pankreas yang
memproduksi insulin, sehingga mereka yang rentan dan peka terhadap susu sapi
maka akan direspon oleh leukosit, dan selanjutnya akan menyerang sel sendiri
yang menyebabkan kerusakan sel beta pankreas sehingga terjadi dibetes mellitus
tipe 1. Peningkatan pemberian ASI di 1980 tidak menyebabkan penurunan
terjadinya diabetes tipe 1, tetapi terjadi peningkatan dua kali lipat diabetes
mellitus tipe 1. Namun, kejadian diabetes tipe 1 lebih rendah pada bayi yang
diberi ASI selama 3 bulan.

4
Diabetes juga diwariskan dengan berbagai cara yang berbeda. Pada
diabetes tipe 1, beberapa anggota keluarga dapat membawa peningkatan risiko
yang dapat diidentifikasi dengan uji genetik. Namun, hanya sebagian kecil dari
orang-orang yang mewarisi risiko ini akan berlanjut menjadi diabetes dan tidak
ada yang dapat menghilangkan faktor-faktor penyebab diabetes.

2.3 Gejala-gejala

1. Penderita Diabetes kerap merasa selalu haus dan sering buang air kecil.
Hal pertama yang salah adalah peningkatan jumlah urine. Biasanya kita
mengeluarkan sekitar 1,5 liter urine per hari, tetapi penderita diabetes yang
tidak terkontrol dapat memproduksi lima kali jumlah tersebut. Pengeluaran
urine terus-menerus akan membuat tubuh kekurangan cairan dan sensasi rasa
haus merupakan peringatan bahwa mereka akan menjadi sangat dehidrasi,
kecuali mereka cukup minum untuk mengganti jumlah urine yang keluar.

2. Gatal-gatal di sekitar kemaluan dapat terjadi pada wanita yang


tidak terkontrol diabetesnya.

Bahasa medis untuk gejala ini adalah pruritus vulva. Keluhan yang sama
dapat terjadi pada pria ketika ujung penis menjadi terasa sakit (balanitis). Kulit
luar kemaluan juga terpengaruh, dapat saja menebal (phimosis) sehingga
mencegah kulit tersebut tertarik kembali dan sulit untuk menjaga penisnya tetap
bersih. Masalah yang terjadi pada alat kelamin merupakan hasil dari proses
infeksi jamur tertentu, terutama Candida, yang berkembang karena konsentrasi
tinggi glukosa di wilayah tersebut. Jika Anda menjaga urine bebas dari glukosa
dengan kontrol diabetes yang baik, gatal dan nyeri biasanya akan hilang. Krim
antijamur dari dokter atau apoteker dapat mempercepat penyembuhan, tetapi
tetap hanya akan berlaku ketika glukosa hilang dari urine.

3. Penghilatan kabur

Fungsi lensa mata untuk memfokuskan gambar pada retina. Penglihatan yang
kabur biasanya merupakan perubahan sementara yang dapat dikoreksi dengan

5
memakai kacamata. Lensa mata menjadi bengkak bila diabetes tidak terkendali
sehingga Anda dapat menjadi rabun jauh. Ketika diabetes dapat dikontrol, lensa
mata akan kembali normal. Jika Anda baru didiagnosa menderita diabetes dan
penglihatan kabur, sebaiknya Anda menunggu selama beberapa minggu setelah
kadar gula darah turun sebelum mengunjungi optik untuk membeli kacamata
baru. Penglihatan yang kabur dapat membaik dengan sendirinya dan kacamata
baru mungkin saja tidak diperlukan. Sebagian besar masalah mata serius yang
disebabkan oleh diabetes adalah keruskan pada retina. (retinopati). Retina
adalah “plat fotografi” di bagia belakang mata. Perubhan kecil pada retina
berlangsung selama beberapa tahun sehingga orang tidak menyadarinya. Dalam
kasus ini, retina mungkin sudah rusak saat diabetes berhasil didiagnosa.13

Ada tiga gejala umum menandai penyakit diabetes. Tiga gejala ini
disebut dengan tiga gejala klasik. Gejala-gejala tersebut adalah poliuri ( urinasi
yang sering ); polidipsi ( banyak minum akibat meningkatnbya tingkat kehausan
); dan polifagi ( meningkatnya hasrat untuk makan ). Gejala awal diabetes
berhubungan dengan efek langsung dan kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar
gula dalam darah diatas 160-180 mg/dL, glukosa akan sampai ke ir kemih. Jika
kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Oleh karena ginjal
menghasiilkan air kemih dalam jumlah berlebihan, penderita akan sering
berkemih dalam jumlah banayak ( poliuri ).

Kondisi diatas pada dasarnya merupakan gejala awal diabetes yang


berhubungan dengan efek langsung kadar gula darah yang tinggi. Awalnya,
penderita akan mengalami poliuri. Karena sering berkemih, akibatnya penderita
merasakan haus yang berlebihan ( polidipsi ).

Oleh karena menurunnya kemampuan insulin mengelola kadar gula


dalam darah, sering terjadi, walaupun kadar gula sedang dalam keadaan normal,
tubuh merespons lain sehingga tubuh dipakasa makan untuk mencukupi kadar
gula yang dapat direspon oleh insulin. Apabila penderita terlambat makan,

6
tubuh akan memecah cadangan energy lain dalam tubuh, seperti lemak,
sehingga badan menjadi kurus.

Sejumlah besar kalori akan hilang ke dalam air kemih sehingga penderita
akan mengalami penurunan berat badan. Untuk mengompensasikan hal ini,
penderita sering merasakan lapar yang luar biasa. Kondisi inilah yang disebut
“polifagi”. Gejala diabetes berbeda menurut tipenya. Pada diabetes tipe I ,
penderita hampir selalu mengalami penurunan berat badan.

2.4 Pemeriksaan laboratorium DM tipe 1


2.4.1 Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus tipe 1 diperlukan beberapa
pemeriksaan seperti pemerik saan gula darah, hemoglobin A1C, dan pemeriksaan
autoantibodi sel beta pankreas.

 Pemeriksaan Gula Darah

Pasien diabetes mellitus tipe 1 memiliki kadar glukosa darah puasa ≥ 126
mg/dL atau kadar glukosa darah sewaktu atau Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) ≥ 200 mg/dL.  Perlu dicatat bahwa pemeriksaan ini hanya menunjukkan
kondisi hiperglikemia, tetapi tidak bisa membedakan diabetes mellitus tipe 1 dari
diagnosis banding lainnya.

Pada pasien yang sudah terdiagnosis, pemeriksaan gula darah perlu


dilakukan 3-4 kali dalam sehari bila pasien memperoleh beberapa injeksi insulin
dalam satu hari atau dalam terapi pompa insulin. Walaupun demikian,
pemeriksaan gula darah ini tidak selamanya akurat karena bergantung pada
akurasi alat dan faktor sampel seperti kadar hematokrit, oksigen darah, pH, dan
adanya substansi lain yang mengganggu.
 Hemoglobin A1C (HbA1C)
Pemeriksaan hemoglobin A1C (HbA1C) dapat digunakan untuk
mendiagnosis diabetes dengan ambang batas ≥ 6,5%. Pasien tidak perlu puasa saat
akan melakukan tes HbA1C.

7
Pada pasien yang sudah terdiagnosis diabetes mellitus tipe 1, kadar
HbA1C diharapkan dapat dijaga kurang dari 7%. Pemeriksaan ini dilakukan
paling tidak 2 kali dalam 1 tahun untuk mengevaluasi keberhasilan terapi. Bila
target tidak tercapai, maka diperlukan perubahan pada penatalaksanaan yang
selama ini tengah dijalani.
 Pemeriksaan Autoantibodi
Diabetes mellitus tipe 1 dapat diidentifikasi dengan penanda genetik dan
kehadiran autoantibodi spesifik. Penanda antibodi dari autoimun terhadap sel beta
pankreas antara lain GAD (glutamic acid decarboxylase antibody), IA-2 (islet
antigen-2), IAA (insulin antibody), dan ICA (islet cell cytoplasmic antibody).
Sebanyak 85-90% pasien  yang memiliki autoantibodi ini pada akhirnya akan
menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1.
 Pemeriksaan C-Peptida
C-peptida dapat diperiksa untuk membantu membedakan antara diabetes
mellitus tipe 1 dan tipe 2. Pada diabetes mellitus tipe 1, pankreas memproduksi
sedikit atau tidak sama sekali insulin dan C-peptida. Sementara itu, pada diabetes
mellitus tipe 2, pankreas memproduksi insulin tetapi terjadi resistensi, sehingga
kadar C-peptida lebih tinggi.
 Pemeriksaan Laboratorium Lainnya
Pengukuran keton urine dapat dilakukan untuk penapisan adanya
ketonemia. Meski demikian, pemeriksaan ini tidak dapat diandalkan untuk
mendiagnosis atau memantau ketoasidosis diabetik. Sebagai gantinya, dapat
dilakukan pemeriksaan kadar aseton plasma, seperti kadar beta-hidroksibutirat,
bersama dengan pengukuran bikarbonat plasma atau pH arteri.

2.5 Pengobatan Diabetes Tipe 1

Pengobatan diabetes tipe 1 bertujuan untuk mengembalikan kadar gula


darah menjadi normal dan mencegah komplikasi. Kadar gula darah pasien akan
dijaga agar berada pada kisaran 80–130 mg/dL sebelum makan, dan di bawah 180
mg/dL 2 jam setelah makan.

8
Metode pengobatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Insulin
Dokter akan menyuntikkan insulin beberapa kali dalam sehari. Pemberian
dilakukan melalui suntikan, karena insulin akan dicerna oleh lambung dan tidak
bisa masuk ke aliran darah bila diberikan dalam bentuk pil.
Dokter akan mengajarkan cara menyuntikkan insulin, agar pasien dapat
melakukannya secara mandiri di rumah. Pasien juga akan diberi tahu cara
menyimpan insulin dan cara membuang jarum dengan benar. Insulin juga dapat
diberikan menggunakan pompa insulin.
Pompa insulin berukuran sebesar ponsel, dan dilengkapi dengan tabung
yang tersambung ke kateter. Kateter dapat dimasukkan ke perut, lengan, pinggul,
paha atau bokong pasien. Sedangkan pompanya dapat disematkan di ikat
pinggang atau dimasukkan ke saku celana. Pompa insulin diprogram untuk
memasukkan insulin ke dalam tubuh secara terus-menerus, sedikit demi sedikit.
Hal tersebut untuk menjaga kadar gula darah selalu normal. Pada jam makan,
pasien bisa menambah kadar insulin, tergantung kadar karbohidrat yang
dikonsumsi.
Pengobatan dengan insulin harus disertai dengan pemeriksaan kadar gula
darah secara rutin, guna memastikan gula darah selalu dalam batas normal. Hal
tersebut karena kadar gula darah bisa dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti
olahraga, obat-obatan, perubahan hormon dan kondisi kesehatan secara umum.
2. Sistem pankreas buatan
Sistem pankreas buatan adalah serangkaian alat yang dirancang untuk
meniru fungsi pankreas dalam mengatur kadar gula darah. Perangkat ini terdiri
dari pompa insulin, continous glucose monitoring (CGM), dan alat penghubung
pompa dan CGM, sebagai kontrol dan pengatur dosis.
Sistem pankreas buatan dapat mengukur kadar glukosa secara rutin dan
menyesuaikan kadar insulin yang disuntikkan, layaknya pankreas asli.
3. Obat-obatan
Selain pemberian insulin, dokter dapat meresepkan beberapa jenis obat
berikut ini:

9
Aspirin, untuk menjaga kesehatan jantung pasien
Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor) dan angiotensin
II receptor blockers (ARB), untuk menjaga kesehatan ginjal pasien
Obat penurun kolesterol, untuk menurunkan risiko terserang penyakit jantung
4. Pola makan sehat
Untuk membantu proses penyembuhan, pasien dapat
mengonsumsi makanan tinggi serat dan rendah lemak, seperti gandum, sayur dan
buah-buahan. Pasien juga akan disarankan mengurangi asupan karbohidrat dan
produk makanan hewani. Pola diet ini juga disarankan bagi orang yang tidak
menderita diabetes.
Penting bagi pasien untuk mengetahui jumlah asupan karbohidrat pada makanan
yang dikonsumsi, agar dosis insulin yang disuntikkan berada dalam jumlah yang
tepat. Bila perlu, konsultasikan dengan dokter gizi mengenai pola makan dan jenis
makanan yang sesuai dengan kebutuhan.
5. Olahraga
Pasien disarankan untuk melakukan olahraga, misalnya dengan berjalan
kaki atau berenang. Lakukan sedikitnya 30 menit setiap hari dengan intensitas
ringan–sedang. Pada anak-anak, olahraga dapat dilakukan 1 jam setiap hari.
Selain melakukan olahraga secara rutin, disarankan untuk memeriksa gula darah
lebih sering. Hal ini agar asupan nutrisi dan dosis insulin yang diberikan sesuai
dengan yang dibutuhkan tubuh, serta untuk menghindari terjadinya hipoglikemia
ketika sedang berolahraga.

10
 BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diabetes yaitu peningkatan jumlah glukosa ( gula ) dalam darah. Diabetes


tipe 1 ini biasanya muncul pada usia muda dibawah 40 tahun, tetapi dapat juga
terjadi pada berbagai usia. Penanganannya adalah dengan pemberian suntikan
insulin dan pengaturan pola makan. Diabetes diwariskan dengan berbagai cara
yang berbeda. Diabetes tipe 1 adalah salah satu kelompok kondisi yang dikenal
sebagai gangguan autoimun karena antibody tubuh menyerang berbagai organ dan
mengganggu fungsi normalnya. Protein yang disebut antibody dibentuk untuk
melawan bagian tubuh tertentu, termasuk kelenjar endokrin (kelenjar yang
memproduksi hormon). Antibodi mengganggu produksi hormon dan biasanya
mengakibatkan kegagalan dari kelenjar tertentu.

Pada Diabetes tipe 1, antibody dibentuk untuk melawan sel-sel pulau


langerhans pankreas yang bertanggung jawab memprodiksi insulin Pada diabetes
tipe 1, beberapa anggota keluarga dapat membawa peningkatan risiko yang dapat
diidentifikasi dengan uji genetik. Namun, hanya sebagian kecil dari orang-orang
yang mewarisi risiko ini akan berlanjut menjadi diabetes dan tidak ada yang dapat
menghilangkan faktor-faktor penyebab diabetes

3.2 Saran

 Penulis diharapkan lebih baik lagi dalam menulis


makalah ini.

 Penulis diharapkan mengkaji lebih dalam hal yang berkaitan


dengan judul makalah.

 Semoga bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fox, Charles, Dr. dan Kilvert, Anne, Dr. Destarina, Yoan (Ed.). 2010.
Bersahabat dengan Diabetes Tipe 1. Jakarta : Penebar Plus+.

Shanty, Meita. 2011. “ Silent Killer Diseases” ( Penyakit Yang Diam-Diam


Mematikan ).Jogjakarta : Javalitera.
Mansjoer, Arif. dan Triyanti, Kuspuji, et.al. (Ed.). 2000. Kapita Selekta. Jakarta
: Media Aescuiapius. Cetakan ke-3. Jilid 1.

Adib, M. 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan Yang Paling


Sering Menyerang Kita. Jogjakarta : BUKUBIRU.
Tapan, Erik. dr. MHA. 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta : PT Elex Media
Komputido Kelompok Gramedia.
U.S Food and Drugs Administration (2018). The Artificial Pancrease Device `
System.
Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Type 1 Diabetes.
WebMD (2021). Type 1 Diabetes.
WebMD (2020). Hemoglobin A1c (HbA1c) Test for Diabetes.

12

Anda mungkin juga menyukai