Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH

ANALISIS HASIL LABORATORIUM

OLEH

EVA YULIATI
NIM : PO 71341210056

DIPLOMA 4 ALIH JENJANG TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2021

1
SUMBER KESALAHAN PADA ANALITIK : REAGENSIA,
PEMIPETAN, PEMERIKSAAN dan PEMBACAAN HASIL.
DAN PASCA ANALITIK : PELAPORAN HASIL.

1. PENDAHULUAN

Kesalahan atau Kekeliruan adalah Sikap yang ditunjukan atau pernyataan

yang dibuat oleh seseorang saat sikap / pernyataan tersebut memiliki alasan yang

tidak benar dan menyesatkan. Kegiatan pemeriksaan sampel di laboratorium

dimulai dari tahap pra analitik, tahap analitik dan tahap pasca analitik. Untuk

mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dipercaya / bermutu, maka

setiap tahap kegiatan harus benar, sesuai dengan Standar Operasional Prosedur

(SOP). Mulai dari mempersiapkan pasien untuk mendapatkan sampel yang

representatif, pengambilan sampel, pengolahan sampel, pengiriman sampel,

pemeriksaan sampel sampai distribusi hasil pemeriksaan pasien kepada klinisi.

Pada setiap tahap, mulai dari tahap pra analitik, tahap analitik dan tahap

pasca analitik selalu ada peluang untuk terjadinya kesalahan. sebagai seorang

tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) yang telah bekerja di

laboratorium klinik rumah sakit atau laboratorium klinik puskesmas, bila pernah

mendapatkan hasil pemeriksaan yang meningkat atau turun secara terus menerus

dengan pola yang sama dalam beberapa waktu, apa yang terfikir oleh Anda? Apa

yang Anda lakukan untuk mengatasi keadaan seperti ini? Hasil pemeriksaan yang

mempunyai pola yang sama, seperti ada kecenderungan meningkat secara terus

2
menerus atau turun yang menjurus ke satu arah, atau hasilnya selalu lebih besar

atau selalu lebih kecil dari nilai seharusnya. Hal ini merupakan suatu tanda

bahwatelah terjadi kesalahan di laboratorium. Kesalahan tersebut dinamakan

kesalahan sistematik.

Kesalahan sistematik menunjukan tingkat ketepatan (akurasi) hasil pemeriksaan

berkurang.

Terdapat dua sumber kesalahan di Laboratorium, yaitu:

1. Sumber Kesalahan Teknik

2. Sumber Kesalahan Non teknik.

Mengidentifikasi kesalahan-kesalahan teknik, seperti kesalahan acak dan kesalahan

sistematik. Secara umum kesalahan-kesalahan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan

laboratorium dikelompokkan menjadi:

1. Pra analitik

➢ Ketatausahaan (clerical)

➢ Persiapan penderita (patient Praparation)

➢ Pengumpulan spesimen (specimen Collection)

➢ Penanganan sampel (sampling handling)

2. Analitik

✓ Reagen (reagents)

✓ Peralatan (instruments)

3
✓ Kontrol & bakuan (control & standard)

✓ Metode analitik (analytical method)

✓ Ahli Teknologi (Technologist)

3. Pasca analitik

⚫ Perhitungan (calculation)

⚫ Cara menilai (method evaluation)

⚫ Ketatausahaan (clerical)

⚫ Penanganan informasi (information handling) (Kahar, 2005).

2. KESALAHAN ANALITIK

Pemeriksaan sampel pasien di laboratorium klinik pada dasarnya adalah kegiatan

pengukuran analit yang terkandung di dalam sampel tersebut dengan suatu instrumen dan

metode tertentu untuk mengetahui kadar / jumlah analit yang dimaksud. Pengukuran

dilakukan untuk mengetahui kadar atau jumlah kandungan analit tertentu. Kegiatan

pengukuran ini merupakan pekerjaan rutin di laboratorium yang dilaksanakan oleh tenaga

Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM). Pengukuran / pemeriksaan merupakan

kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap analitik. Setiap hasil pengukuran / pemeriksaan

spesimen di laboratorium akan selalu mengandung kesalahan / error. Tidak ada pengukuran

yang bebas dari kesalahan. Kesalahan ini disebut kesalahan teknik, yaitu kesalahan yang

timbul pada saat melaksanakan pemeriksaan di labortaorium. Kesalahan teknik merupakan

4
kesalahan yang sudah melekat, bersifat alamiah, selalu ada pada setiap pemeriksaan dan

seakan - akan tidak mungkin dapat dihindari.

Kesalahan teknik atau kesalahan analitik yang terjadi di laboratorium, umumnya

dipengaruhi faktor sebagai berikut :

1. Reagensia (reagents)

2. Peralatan (instruments)

3. Kontrol & bakuan (control & standard)

4. Metode analitik (analytical method)

5. Ahli Teknologi (Technologist)

1. REAGENSIA

Reagen adalah Zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk mendeteksi,

mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.

A. Menurut tingkat kemurniannya reagen / zat kimia dibagi menjadi :

❖ Reagen tingkat analitis (Analytical Reagen/ AR) Reagen tingkat analitis adalah

Reagen yang terdiri atas zat-zat kimia yang mempunyai kemurnian sangat

tinggi. Kemurniannya dicantumkan pada botol / wadahnya. Penggunaan bahan

kimia ini tidak dapat digantikan dengan bahan kimia tingkat lain.

❖ Zat kimia tingkat lain Zat kimia ini tersedia dalam tingkatan dan penggunaan

yang berbeda, yaitu :

◆ Tingkat kemurnian kimiawi (Chemically Pure Grade)

◆ Tingkat praktis (Practical Grade)

5
◆ Tingkat komersil (Commercial Grade) Merupakan zat kimia yang

bebas diperjual belikan dipasaran, seperti alkohol 70%.

◆ Tingkat teknis ( Technical Grade)

B. Menurut cara pembuatannya, dibagi menjadi :

➢ Reagen jadi (reagen komersial)

Reagen Komersial yaitu Reagen yang dibuat oleh pabrik, reagen ini

direkomendasikan sebagi pilihan utama. Jika tidak ada reagen komersial, maka

diperbolehkan menggunakan reagen buatan sendiri.

➢ Reagen buatan sendiri

Keuntungan reagen buatan sendiri :

⚫ Dapat dibuat segar sehingga penundaan dan kerusakan akibat transportasi

dan penyimpanan dapat dihindari.

⚫ Penggunaan zat pengawet dapat dihindari.

⚫ Bila timbul masalah, pemecahannya lebih mudah sebab proses

pembuatannya diketahui.

⚫ Bila reagen rusak atau terkontaminasi, maka dapat segera membuat reagen

tersebut. Tidak perlu menunggu pemgiriman reagen tersebut.

⚫ Penghematan dari segi biaya. 70 Kendali Mutu

6
Kerugian reagen buatan sendiri :

◼ Sulit distandarisasi

◼ Biasanya tidak melalui uji Quality Control (QC)

◼ Tidak dapat ditentukan stabilitasnya. (Depkes, 2008).

2. PEMIPETAN

Pipet marupakan salah satu dari peralatan atau instrument yang digunakan ATLM di

laboratorium, Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (instruction

manual) yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat tersebut. Petunjuk

penggunaan tersebut pada umumnya memuat cara operasional dan hal-hal lain yang harus

diperhatikan (Depkes, 2008). Cara penggunaan / pengoperasian masing-masing jenis

peralatan laboratorium harus ditulis dalam instruksi kerja. Setiap peralatan harus dilakukan

pemeliharaan (maintenance) sesuai dengan petunjuk penggunaan, yaitu agar diperoleh

kondisi yang optimal, dapat beroperasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan. Kegiatan

pemeliharaan harus dilakukan secara rutin. Setiap alat harus mempunyai kartu

pemeliharaan yang diletakkan dekat alat tersebut, kartu ini berisi catatan setiap tindakan

pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan - kelainan yang ditemukan. Bila terjadi

kerusakan / kelainan pada alat, maka segera dilaporkan kepada penanggung jawab alat

tersebut untuk dilakukan perbaikan. (Depkes, 2008).

Keuntungan melakukan pemeliharaan alat (maintenance) akan diperoleh :

a. Peningkatan kualitas produksi

7
b. Peningkatan keamanan kerja

c. Pencegahan produksi yang tiba - tiba berhenti

d. Penekanan waktu luang / pengangguran bagi tenaga pelaksana

e. Penurunan biaya perbaikan. (Depkes, 2008).

3.PEMERIKSAAN

Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang laboratorium berkembang dengan pesat,

persaingan antar laboratorium semakin ketat, serta tuntutan pelanggan terus meningkat, hal

ini harus menjadi perhatian laboratorium dalam memilih metode pemeriksaan yang

dibutuhkan. Sehingga dapat dipastikan bahwa metode pemeriksaan yang digunakan tetap

memiliki makna klinis sebagaimana yang dibutuhkan. Mampu mendeteksi analit dengan

sensitifitas dan spesifisitas tinggi, untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di bidang

kesehatan. Berkembangnya teknologi automatisasi dan teknologi Informasi di dunia

laboratorium semakin memudahkan dan mempercepat proses pemeriksaan untuk

mendapatkan hasil laboratorium yang akurat.

Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode pemeriksaan :

✓ Tujuan Pemeriksaan Metode pemeriksaan yang digunakan dapat untuk uji saring,

diagnostik dan evaluasi hasil pengobatan serta surveilen. Pemilihan metode

pemeriksaan harus dengan kemampuan sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi, agar

hasil yang didapatkan mempunyai keandalan dan dapat dipercaya.

✓ Kecepatan Hasil Pemeriksaan Pasien di UGD (Unit Gawat Darurat) memerlukan

hasil pemeriksaan laboratorium yang cepat untuk mengatasi kegawat daruratannya,

8
sehingga dibutuhkan metode pemeriksaan yang cepat untuk diagnostik dan

pengobatan.

✓ Rekomendasi Resmi Metode pemeriksaan yang digunakan di laboratorium harus

yang direkomendasikan oleh :

⚫ WHO (World Health Organization) ◼ Kendali Mutu 73

⚫ IFCC ( International Federation of Clinical Chemistry ) Meliputi

pemeriksaan kimia klinik

⚫ NCCLS (National Comittee for Clinical Laboratory Standards) Meliputi

pemeriksaan mikrobiologi

⚫ ICSH (International Comittee for Standarisationin Hematology) Meliputi

pemeriksaan hematologi.

Metode pemeriksaan dan prosedur kerjanya harus sesuai dengan persyaratan standar,

diantaranya:

1. Penerimaan, identifikasi, labeling, penanganan, pengambilan dan penyimpanan

spesimen dan bahan kontrol.

2. Spesifikasi spesimen yang akan diperiksa

3. Metode analisa baik rekomendasi nasional maupun internasional termasuk metode

baku (referensi).

4. Metode-metode lain yang perlu dipertimbangkan oleh pihak klien dan

laboratorium. (Imankhasani, 2005)

9
4.PEMBACAAN HASIL

Seorang Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) mempunyai tugas dan

tanggung jawab dalam mengeluarkan hasil laboratorium, sehingga harus mempunyai

kompetensi yang sesuai. Hasil laboratorium digunakan oleh dokter untuk menangani

pasien dalam hal terapi dan diagnostik, sehingga seorang ATLM berperan penting dalam

proses penyembuhan penyakit pasien. Seorang ATLM yang bekerja di laboratorium harus

memperoleh cukup banyak informasi mengenai pasien dan penyakitnya untuk mengambil

keputusan hasil laboratorium. (WHO, 2011).

ATLM dan dokter yang meminta pemeriksaan laboratorium wajib merahasiakan

informasi mengenai hasil pemeriksaannya, hanya dokter yang berhak menerima laporan

hasil laboratorium. Ketika pasien meminta keterangan mengenai hasil pemeriksaan

tersebut, pasien diberi tahu agar menanyakannya kepada dokter. (WHO, 2011).

Di kebanyakan negara, terdapat standar perilaku moral dan profesional yang tinggi

bagi para dokter serta personel laboratorium yang kompeten. Setiap pekerja laboratorium

yang bekerja dengan bahan - bahan klinis harus menjaga standar tersebut. (WHO, 2011).

Kesalahan teknik yang merupakan kesalahan analitik dilaboratorium terdiri dari 2

jenis kesalahan, yaitu :

a. Kesalahan acak (random error)

b. Kesalahan sistematik (systematic error)

10
A. Kesalahan acak

Kesalahan acak dalam analitik seringkali disebabkan oleh hal berikut :

1. Instrumen yang tidak stabil

2. Variasi temperatur, variasi reagen dan kalibrasi

3. Variasi teknik pada prosedur pemeriksaan ( pipetasi, pencampuran, waktu inkubasi

4. Variasi operator / analis.

Selain beberapa hal tersebut, ada penyebab lain yang dapat menyebabkan kesalahan

acak seperti fluktuasi tegangan listrik dan kondisi lingkungan.

B.Kesalahan sistematis

Kesalahan sistematik umumnya disebabkan oleh hal - hal berikut ini :

1. Spesifitas reagen rendah (mutu rendah)

2. Kelemahan metode pemeriksaan

3. Blangko sampel dan blangko reagen kurang tepat ( kurva kalibrasi tidak liniear )

4. Mutu reagen kalibrasi kurang baik

5. Alat bantu ( pipet ) yang kurang akurat

6. Panjang gelombang yang dipakai

7. Salah cara melarutkan reagen.

11
Kesalahan sistematik dibagi dua, yaitu :

a. Kesalahan sistematik konstan (constant systematic error)

Yaitu Kesalahan pada tes sistem dimana besarnya kesalahan tetap konstan

pada seluruh rentang dari pengukuran tes. Kondisi ini disebut juga constant bias.

b. Kesalahan sistematik proporsional (proportional systematic error)

Yaitu kesalahan pada tes sistem dimana besarnya kesalahan meningkat

sesuai dengan kadar substansi yang terukur.

3. KESALAHAN PASCA ANALITIK ( BERHUBUNGAN DENGAN PELAPORAN

HASIL )

Tahap Pasca Analitik merupakan Tahap terakhir dari rangkaian proses pengujian di

laboratorium. Kesalahan tahap pasca analitis sangat sedikit, tetapi terkadang menjadi kritis,

ketika terjadi kesalahan seperti pelaporan hasil yang salah, keterlambatan dalam pelaporan,

atau pemberian informasi waktu tes dapat menghambat keputusan klinis yang penting.

Seperti pada tahap analitik, kesalahan pada tahap pasca analitik hanya berkisar 15% - 20%.

Walaupun tingkat kesalahan ini lebih kecil jika dibandingkan kesalahan pada tahap pra

analitik, tetapi tetap memegang peranan yang penting. (Usman, 2015).

Beberapa kesalahan yang dapat terjadi pada tahap pasca analitik, yaitu :

a. Perhitungan (calculation)

12
b. Cara menilai (method evaluation)

c. Ketatausahaan (clerical)

d. Penanganan informasi (information handling).

Beberapa hal di bawah ini dapat menjadi sumber kesalahan jika tidak dikerjakan

dengan benar, yaitu :

❖ Kesesuaian antara pencatatan dan pelaporan hasil dengan pasien / spesimen.

❖ Penulisan hasil uji laboratorium dengan angka dan satuan yang digunakan.

Pelaporan hasil uji laboratorium yang berupa angka maka perlu disesuaikan

mengenai desimal angka dan satuan yang digunakan terhadap keperluan pasien

maupun terhadap nilai normal. Bila diperlukan suatu angka bulat, cukup dilaporkan

dalam angka bulat tanpa angka desimal. Satuan yang digunakan adalah satuan

internasional.

❖ Pencantuman nilai normal pada pelaporan hasil laboratorium perlu dicantumkan

nilai normal, yaitu Rentang nilai yang dianggap merupakan hasil pemeriksaan

orang-orang normal. Pada pencantuman hasil uji, perlu disertakan metode

pemeriksaan yang digunakan serta kondisi-kondisi lain yang harus diinformasikan

seperti batas usia dan jenis kelamin. Satuan yang digunakan harus sama antara

hasil uji dengan satuan pada nilai normal.

❖ Pencantuman keterangan yang penting, misalnya bila pemeriksaan dilakukan dua

kali, spesimen darah yang lisis atau serum yang lipemik dan lain-lain.

❖ Penyampaian hasil Pemeriksaan laboratorium sebaiknya segera dilakukan, karena

penundaan pemeriksaan sangat merugikan pasien, yaitu tindakan diagnostik

13
terhadap pasien dapat terlambat serta dapat merusak spesimen pasien. Selain itu

keterlambatan penyampaian hasil uji juga dapat menghambat diagnostik dan

pengobatan terhadap pasien, maka sampaikan hasil uji sesegera mungkin jika

pemeriksaan laboratorium telah selesai dilaksanakan.

❖ Dokumentasi / Arsip, Setiap laboratorium harus mempunyai sistem dokumentasi

yang lengkap, yang berisi catatan dan laporan hasil uji laboratorium pasien.

Dokumen ini harus lengkap, jelas dan mudah digunakan ketika dibutuhkan untuk

melihat data-data pasien, baik berupa data hasil uji laboratorium maupun data

pasien itu sendiri. (Depkes, 1997).

Setiap laboratorium harus menyimpan dokumen - dokumen sebagai berikut :

a. Surat permintaan pemeriksaan laboratorium.

b. Hasil pemeriksaan laboratorium.

c. Surat permintaan dan hasil rujukan. (Depkes, 2008).

Prinsip penyimpanan dokumen :

✓ Semua dokumen yang disimpan harus asli dan harus ada bukti verifikasi pada

dokumen dengan tanda tangan oleh penanggung jawab laboratorium

(supervisor).

✓ Berkas laboratorium disimpan selama 5 tahun. Untuk kasus - kasus khusus

dipertimbangkan sendiri.

✓ Berkas anak - anak harus disimpan hingga batas usia tertentu sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

14
✓ Berkas laboratorium dengan kelainan jiwa disimpan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

✓ Untuk memudahkan penelusuran pada kasus - kasus tertentu, misalnya dipakai

sebagai barang bukti / medico legal. Salinan atau berkas hasil yang dilaporkan

harus disimpan sedemikian rupa, sehingga mudah ditemukan kembali.

Lamanya penyimpanan dapat beragam, tetapi hasil yang telah dilaporkan harus

dapat ditemukan kembali sesuai kepentingan medis atau seperti yang

dipersyaratkan oleh persyaratan nasional, regional atau internasional. (Depkes,

2008).

SUMBER : BUKU KENDALI MUTU PPSDMK TAHUN 2018

SEKIAN & TERIMA KASIH..

15

Anda mungkin juga menyukai