F
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN: RESIKO PERILAKU KEKERASAN
MAKALAH
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
NAMA :
I. MASALAH UTAMA
Resiko perilaku kekerasan
III. Etiologi
Menurut Sujuono Riyadi (2009), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan yaitu:
A. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
(1) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan
kebutuhan dasar yang kuat.
(2) Psycomatic theory (teori psikomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maaupun lingkungan. Dalaam hal ini sistem limbik berperan
sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.
2) Faktor psikologis
(1) Frustasion aggression theory (teori agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustasi
terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat.
Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan
frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
(2) Behaviororal theory (teori perilaku).
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas
atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang diterima pada saat melakukan
kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau luar rumah. Semua
aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
(3) Existentinal theory (teori eksistensi)
Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila kebutuhan
tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif maka individu akan
memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
3) Faktor social kultural
(1) Social environment theory (teori lingkungan)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam menekspresikan
marah. Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptaakan seolah-
olah perilaku kekerasan diterima.
(2) Social learning theory (teori belajar sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses
sosialisasi.
B. Faktor prespitasi
Menurut Yosep (2010), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan
seringkali berkaitan dengan:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal
dan sebagainya.
2) Ekspesi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat dan
alcoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
VI. Penatalaksanaan
A. Farmakologi:
a) Obat anti psikosis:Penotizin
b) Obat anti depresi:Amitripilin
c) Obat anti ansietas:Diasepam,Bromozepam,Clobozam
d) Obat anti insomnia:Phneobarbital
B. Non-Farmakologi:
a) Terapi Keluarga:Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian
b) Terapi Kelompok:Berfokus pada dukungan dan perkembangan,
keterampilan sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain
untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah sebagian orang
merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
c) Terapi Musik:Dengan music klien terhibur,rileks dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran diri.
BAB II
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. F
Umur : 33 th
Alamat : Turen, Malang
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : belum menikah
Pekerjaan : pengangguran
Jenis kelamin : L
No RM : 147224
Bb : 45 kg
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Px merasa nyaman, dan bersyukur dengan keadaan fisik yang dimiliki
b. Identitas :
Px mengatakan merasa bersyukur diberi nama yang bagus oleh orangtua
c. Peran :
Px mengatakan dirinya kurang puas sebagai anak, karena sejak menganggur tidak
memiliki penghasilan, dan seringkonflik dengan ibu
d. Ideal diri :
Px mengharapkan, setelah keluar dari RSJ bisa menjalin hubungan yang baik dengan
ibu, dan bisa melaksanakan keinginannya untuk merantau
e. Harga diri :
Px mengatakan tidak terlalu memikirkanpendapat orang lain tentang dirinya, px tidak
merasa malu jika keluar dari rumah sakit, tapi px takut emosi jika ada yang
menghinanya.
2. Hubungan social
a. Orang yang berarti/terdekat
Px mengatakan paling dekat dengan orangtuanya karena tinggal serumah
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat dan hubungan social
Px mengatakan mengikuti tahlil rutin setiap malam jum’at
c. Hambatan berhubungan dengan orang lain
Px mengatakan suka berinteraksi dengan teman
3. Spiritual
a. Agama
Px mengatakan rajin beribadah dan hafal 10 juz Al-Qur’an
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Px mengatakan merasa dirinya tidak mengalami gangguan jiwa
Dx medis : Bipolar