Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

F
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN: RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS BIPOLAR AFFECTIVE DISORDER

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok D-III Keperawatan

Departemen Keperawatan Jiwa Di RSJ Dr. Radjiman Wediodinigrat – Lawang

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

NAMA :

1. Amelia Erintya (P17210204125)


2. Dila Rosita (P17210204157)
3. Vicky Viorella (P17210204155)
4. Intania Cahya Andini (P17210204171)
5. Aprilia Puji H (P17210204181)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III
TA. 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN PADA PX BIPOLAR

I. MASALAH UTAMA
Resiko perilaku kekerasan

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian bipolar
Gangguan bipolar, dulu dikenal juga dengan nama manik depresif, adalah
gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang yang ditandai
dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrem berupa mania
(kebahagiaan) dan depresi (kesedihan), karena itu istilah medis sebelumnya
disebut dengan depresif maniak. Suasana hati pengidapnya dapat berganti
secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu mania dan
depresi yang berlebihan tanpa adanya pola atau waktu yang pasti, atau bisa
pula gabungan mania dan depresi sekaligus dalam satu waktu.
2. Pengertian Resiko perilaku kekerasan
Stuart (2016) mendefinisikan halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang
terjadi pada respons neurobiologis maladaptif. Klien sebenarnya mengalami
distorsi sensorik sebagai hal yang nyata dan meresponsnya. Pada halusinasi,
tidak ada stimulus eksternal atau internal yang diidentifikasi.

III. Etiologi
Menurut Sujuono Riyadi (2009), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan yaitu:
A. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
(1) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan
kebutuhan dasar yang kuat.
(2) Psycomatic theory (teori psikomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maaupun lingkungan. Dalaam hal ini sistem limbik berperan
sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.
2) Faktor psikologis
(1) Frustasion aggression theory (teori agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustasi
terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat.
Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan
frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
(2) Behaviororal theory (teori perilaku).
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas
atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang diterima pada saat melakukan
kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau luar rumah. Semua
aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
(3) Existentinal theory (teori eksistensi)
Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila kebutuhan
tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif maka individu akan
memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
3) Faktor social kultural
(1) Social environment theory (teori lingkungan)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam menekspresikan
marah. Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptaakan seolah-
olah perilaku kekerasan diterima.
(2) Social learning theory (teori belajar sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses
sosialisasi.
B. Faktor prespitasi
Menurut Yosep (2010), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan
seringkali berkaitan dengan:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal
dan sebagainya.
2) Ekspesi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat dan
alcoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.

IV. Mekanisme Koping


Menurut stuart dan laraia (2001), mekanisme koping yang dipakai pada klien
marah untuk melindungi diri antara lain:
1. Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada
obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya
adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan kerjanya, berbalik menuduh bahwa
temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3. Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orangtuanya yang
tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak
kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh
tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5. Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat
hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang perangan dengan temennya.
V. Tanda Gejala
Menurut yosep (2010) perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda
dan gejala perilaku kekerasan:
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot atau pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Wajah memerah dan tegang
6) Postur tubuh kaku
7) Pandangan tajam
8) Mengatupkan rahang dengan kuat
9) Mengepalkan tangan
10) Jalan mondar-mandir

VI. Penatalaksanaan
A. Farmakologi:
a) Obat anti psikosis:Penotizin
b) Obat anti depresi:Amitripilin
c) Obat anti ansietas:Diasepam,Bromozepam,Clobozam
d) Obat anti insomnia:Phneobarbital
B. Non-Farmakologi:
a) Terapi Keluarga:Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian
b) Terapi Kelompok:Berfokus pada dukungan dan perkembangan,
keterampilan sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain
untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah sebagian orang
merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
c) Terapi Musik:Dengan music klien terhibur,rileks dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran diri.
BAB II

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 RENCANA KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN


N Perencanaan
Diagnosa
Tg o. Tujuan Kriteria
Keperaw Intervensi Rasional
l D Evaluasi
atan
x
1 2 3 4 5 6 7
Perilaku 1.Klien 1.1 klien mau 1.1.1 beri salam/ panggil  Hubungan
kekerasa dapat membalas salam nama klien saling
n membina 1.2 klien mau 1.1.2 sebutkan nama percaya
hubungan menjabat tangan perawat sambil jabat merupakan
saling 1.3 klien mau tangan landasann
percaya menyebutkan nama 1.1.3 jelaskan maksud utama
1.4 klien mau hubungan interaksi untuk
tersenyum 1.1.4 jelaskan tentang hubungan
1.5 klien mau kontak kontrak yang akan dibuat selanjutnya.
mata 1.1.5 beri rasa aman dan
1.6 klien mengetahui sikap empati
nama perawat 1.1.6 lakukan kontak
1.7 menyediakan singkat tapi sering
waktu untuk kontrak
2.Klien 2.1 Klien dapat 2.1.1 Beri kesempatan  Beri
dapat mengungkapkan untuk mengungkapkan kesempatan
mengindeti perasaannya perasaannya untuk
fikasi 2.2 Klien dapat 2.1.2 Bantu klien untuk mengungka
penyebab mengungkapkan mengungkapkan pkan
perilaku penyebab perasaan penyebab jengkel/kesal perasaannya
kekerasan jengkel//kesal (dari dapat
diri sendiri,dari membantu
lingkungan/orang mengurangi
lain) stress dan
penyebab
perasaan
jengkel/kes
al dapat
diketahui
3.Klien 3.1 Klien dapat 3.1.1 Anjurkan klien  Untuk
dapat mengungkapkan mengungkapkan apa mengetahui
mengidenti perasaan saat yang dialami saat hal yang
fikasi marah/jengkel marah/jengkel dialami dan
tanda- 3.2 Klien dapat 3.1.2 Observasi tanda dirasa saat
tanda menyimpulkan tanda- perilaku kekerasan pada jengkel
perilaku tanda jengkel/kesal klien  Untuk
kekerasan yang dialami 3.1.3 Simpulkan bersama mengetahui
klien tanda-tanda tanda-tanda
jengkel/kesal yang klien
dialami klien jengkel/kes
al
 Menarik
kesimpulan
bersama
klien
supaya
klien
mengetahui
secara garis
besar tanda-
tanda
marah/kesal
4.Klien 4.1 Klien dapat 4.1.1 Anjurkan klien  Mengeksplo
dapat mengungkapkan untuk mengungkapkan rasi
mengidenti perilaku kekerasan perilaku kekerasan yang perasaan
fikasi yang biasa dilakukan biasa dilakukan klien klien
perilaku 4.2 Klien dapat 4.1.2 Bantu klien terhadap
kekerasan bermain peran dengan bermain peran sesuai perilaku
yang biasa perilaku kekerasan dengan perilaku kekerasan
dilakukan yang biasa dilakukan kekerasan yang biasa yang biasa
4.3 Klien dapat dilakukan dilakukan
mengetahui cara yang 4.1.3 Bicarakan dengan  Untuk
biasa dapat klien apakah cara yang mengetahui
menyesuaikan klien lakukan perilaku
masalah atau tidak masalahnya selesai? kekerasan
yang biasa
dilakukan
dan dengan
bantuan
perawat
bisa
membedaka
n perilaku
konstruktif
dan
destruktif
 Dapat
membantu
klien dapat
menemukan
cara yang
dapat
menyelesai
kan
masalah
5.Klien 5.1 Klien dapat 5.1.1 Bicarakan  Membantu
dapat menjelaskan akibat akibat/kerugian dari cara klien untuk
mengidenti dari cara yang yang dilakukan klien menilai
fikasi digunakan klien 5.1.2 Bersama klien perilaku
akibat menyimpulkan akibat kekerasan
perilaku vara yang digunakan yang
kekerasan oleh klien dilakukanny
a
 Dengan
mengetahui
akibat
perilaku
kekerasan
diharapkan
klien dapat
merubah
perilaku
destruktif
yang
dilakukanny
a menjadi
perilaku
yang
konstruktif
6.Klien 6.1 Klien dapat 6.1.1 Tanyakan pada  dapat
dapat melakukan cara klien “apakah ia ingin mempelajar
mengidenti berespon terhadap mempelajari cara baru i cara yang
fikasi cara kemarahan secara yang sehat?” lain yang
konstruktif konstruktif 6.1.2 Berikan pujian jika konstruktif
dalam klien mengetahui cara  Dengan
merespon lain yang sehat mengidentif
terhadap 6.1.3 Diskusikan dengan ikasi cara
kemarahan klien cara lain yang sehat yang
a. Secara konstruktif
fisik:tarik nafas dalam
dalam jika merespon
sedang terhadap
kesal/memukul kemarahan
bantal/kasur dapat
atau olah raga membantu
atau pekerjaan klien
yang menemukan
memerlukan cara yang
tenaga baik untuk
b. Secara mengurangi
verbal:katakana kejengkelan
bahwa anda nya sehinga
sedang klien tidak
kesal/tersinggun stress lagi
g/jengkel (saya  Reinforcem
kesal anda ent positif
berkata seperti dapat
itu;saya marah memotivasi
karena mama klien
tidak memenuhi meningkatk
keinginan saya an harga
c. Secara dirinya
sosial:lakukan  Berdiskusi
dalan kelompok dengan
cara-cara marah klien untuk
yang memilih
sehat;latihan cara yang
asentif.Latihan lain sesuai
manajemen dengan
perilaku kemampuan
kekerasan klien
d. Secara
spiritual:anjurka
n klien
sembahyang,ber
do’a/ibadah
lain;meminta
pada Tuhan
untuk diberi
kesabaran,meng
adu pada Tuhan
kekerasan/kejen
gkelan.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. F DENGAN MASALAH KEPERAWATAN:
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Tanggal MRS : 20-09-2022

Tanggal dirawat di rauangan : 20-09-2022

Tanggal pengkajian : 27-09-2022

Ruang rawat : R. Garuda

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. F
Umur : 33 th
Alamat : Turen, Malang
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : belum menikah
Pekerjaan : pengangguran
Jenis kelamin : L
No RM : 147224
Bb : 45 kg

II. ALASAN MASUK


a. Data primer :
Px mengatakan datang ke rsj dibawa oleh masyarakat desa karena px mengaku
marah-marah dan tibak bisa mengontrol emosi hingga membanting banting barang
b. Data sekunder :
Menurut data yang diperoleh dari perawat, px marah-marah sudah 3 bulan terakhir.
Marah-marah dengan memukul, merusak, dan membanting baranmg.
c. Keluhan utama saat pengkajian
Px mengatakan takut jika sewaktu-waktu emosi kembali tidak bisa ditahan
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Px mengatakan marah yang meluap-luap dan tidak bisa dikontrol sejak 1 bulan yang lalu.
Px mengatakan jika ada masalah selalu dipendam sendiri, sehingga mulai hari minggu px
mengatakan membanting-banting barang, lalu hari selasa tgl 20 dibawa ke RSJ.

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Px mengatakan baru pertama kali dirawat di RSJ
2. Faktor penyebab
a. Riwayat trauma
Px tidak memiliki Riwayat trauma
b. Pernah melakukan upaya/percobaan bunuh diri
Px mengatakan tidak pernah melakukan atau berkeinginan bunuh diri karena takut
dosa
c. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan
Px mengatakan pernah melakukan penipuan di universitas yang membuat px
merasa takut, cemas, dan merasa bersalah
d. Pernah mengalami penyakit fisik
Px tidak mengalami penyakit fisik
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Px mengatakan tidak pernah menggunakan NAPZA
3. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Px merasa nyaman, dan bersyukur dengan keadaan fisik yang dimiliki
b. Identitas :
Px mengatakan merasa bersyukur diberi nama yang bagus oleh orangtua
c. Peran :
Px mengatakan dirinya kurang puas sebagai anak, karena sejak menganggur tidak
memiliki penghasilan, dan seringkonflik dengan ibu
d. Ideal diri :
Px mengharapkan, setelah keluar dari RSJ bisa menjalin hubungan yang baik dengan
ibu, dan bisa melaksanakan keinginannya untuk merantau
e. Harga diri :
Px mengatakan tidak terlalu memikirkanpendapat orang lain tentang dirinya, px tidak
merasa malu jika keluar dari rumah sakit, tapi px takut emosi jika ada yang
menghinanya.
2. Hubungan social
a. Orang yang berarti/terdekat
Px mengatakan paling dekat dengan orangtuanya karena tinggal serumah
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat dan hubungan social
Px mengatakan mengikuti tahlil rutin setiap malam jum’at
c. Hambatan berhubungan dengan orang lain
Px mengatakan suka berinteraksi dengan teman
3. Spiritual
a. Agama
Px mengatakan rajin beribadah dan hafal 10 juz Al-Qur’an
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Px mengatakan merasa dirinya tidak mengalami gangguan jiwa

VI. PEMERKSAAN FISIK


1. Keadaan umum
K/u baik
2. Kesadaran
Compos mentis
3. Tanda vital
TD : 97/57 mmhg
N : 91x/menit
S : 36,8℃
P : 17x/menit
Spo2 : 97%
4. Ukur
Bb : 45 kg
Tb : 145 cm
5. Keluhan fisik
Px mengatakan tidak mengalami keluhan fisik

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Px berpenampilan sesuai usia, pakaian rapih dipakai dengan sesuai tidak ada yang
terbalik
2. Pembicaraan (frekuensi, volume, jumlah, karakter)
Frekuensi berbicara normal, volume sedang, mampu membentuk kalimat utuh
3. Aktivitas motoric/psikomotor
Px tidak memiliki hambatan aktifitas motoric
4. Mood dan afek
a. Mood
Px merasa khawatir (cemas) dan takut jika sewaktu-waktu emosinya kembali tidak
stabil
b. Afek
Ekspresi px normal, sesui dengan afek yang diberikan
5. Interaksi selama wawancara
Px kooperatif, ternuka mengenai masalah yang dialami, tidak mudah tersinggung, px
melakukan kontak mata Ketika berbicara
6. Persepsi sensorik
a. Halusinasi
(pendengaran)
b. Ilusi
(tidak ada)
Px mengatakan pernah mendengar bisikan memanggil nama, tanpa adanya wujud
yang memanggil pada 3 bulan yang lalu. Isi bisikannya hanya memanggil nama.
7. Proses pikir
a. Arus piker
Koheren
b. Isi piker
Waham (agama)
c. Bentuk pikir
Realistic (px dapat berfikir reaistis)
8. Kesadaran
a. Orientasi (waktu, tempat, orang)
Px mampu mengingat waktu, hari, tempat, dan orang dengan baik
9. Memori
Px tidak mengalami gangguan memori
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
a. Konsentrasi
Px mampu berfokus pada hal yang diucapkan
b. Berhitung
Px dapat berhitung dengan baik
11. Kemampuan penilaian
Px tidak memiliki gangguan penilaian
12. Daya tilik diri
Px mengatakan tidak merasa mengalami gangguan jiwa

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Px mengatakan tempat tinggal dan kebutuhan lainya bersama orang tua
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Px mengatakan rajin mandi
b. Berpakaian, berhias dan berdandan
Px tampak bersih, rapi dan tidak berbau
c. Makan
Px mengatakan makan teratur 3 kali sehari
d. Toileting BAB dan BAK
Px mengatakan hanya BAB 2 kali dalm 1 minggu, tidak merasa ingin BAB, BAK
lancar.
e. Nutrisi
- Frekuensi makan px 3 kali sehari
- Nafsu makan normal
- BB 45 kg
TB 145 cm
f. Tidur
Tidur siang, lama 13.00 WIB s/d 14.00 WIB
Tidur malam, lama 21.00 WIB s/d 06.00 WIB
Px mengatakan aktivitas yang dilakukan hanya mengikuti jadwal dari RSJ dan
kadang berbincang-bincang dengan teman.
g. Kemampuan lain-lain
a.Membuat keputusan berdasarkan keinginan
Px mengatakan ingin merantau, dan dapat membuat keputusan.
b. Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatanya sendiri
Px mengatakan dapat minum obat sesuai anjuran.
h. System pendukung
- Keluarga
- Terapis
- Teman sejawat
- Kelompok social

IX. MEKANISME KOPING


Tidak ada

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Px tidak mengalami masalah social
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Px tidak mengalami masalah dengan lingkungan social, px mengatakan memiliki
masalah yang berhubungan dengan lingkungan keluarga.
c. Masalah dengan Pendidikan , spesifiknya
Px mengatakan pernah melakukan penipuan saat masih duduk di bangku kuliah, px
mengatakan merasa takut dan malu jika bertemu dengan dosen.
d. Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Px mengatakan di PHK dari pabrik karena pandemic dan terjadi pengurangan
karyawan.
e. Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Px tidak memiliki penghasilan sendiri, karena menganggur.

XI. ASPEK PENGETAHUAN


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal, bagaiamana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/
gangguan jiwa, perawatan dan penatalaksanaanya faktor yang memperberat masalah
presipitasi , obat-obatan atau lainya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang
berkaitan dengan spesifiknya masalh tsb.
- Penyakit gangguan jiwa
Px perlu diberikan edukasi tambahan mengenai gangguan jiwa yang dialami,
penyebab terjadi, dan cara mengatasinya.

XII. ASPEK MEDIS


1. Diagnose multi axis
Axis I
Axis II
Axis III
Axis IV
Axis V
2. Terapi Medis
XIII. ANALISA DATA

No DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. DS Risiko perilaku kekerasan b.d
Px mengatakan marah tidak dapat dikontrol disfungsi system keluarga
Karena merasa dikekang oleh ibu.
DO
-
2. DS Ansietas b.d Krisi situasional d.d
Px mengatakan cemas jika suatu saat bertemu merasa khawatir dengan apa yang
dengan dosen yang dulu mengajarnya. telah Diperbuat.
DO
Px mengatakan cemas jika sewaktu waktu
emosinya tidak stabil.
3. DS Gangguan persepsi sensori b.d
Px mengatakan pernah mendengar suara gangguan
yang pendengaran d.d
memanggil nama namun tidak tampak wujud mendengar suara tanpa rupa .
DO
-

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko perilaku kekerasan b.d disfungsi system keluarga
2. Ansietas b.d krisis situasional d.d merasa khawatir dengan yang diperbuat
3. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pendengaran d.d mendengar suara bisikan

XV. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko perilaku kekerasan b.d disfungsi system keluarga
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Nama : Tn. F Ruangan : Garuda

Dx medis : Bipolar

Diagnose Keperawatan Perencanaan


Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Resiko Perilaku Kekerasan b.d d Setelah dilakukan asuhan Pencegahan perilaku kekerasan (I.14544)
Disfungsi system keluarga keperawatan selama 4x24  Tindakan Observasi
jam diharapkan kontrol - Monitor adanya benda-benda yang
diri meningkat dengan berpotensi membahayakan
kriteria hasil: - Monitor keamanan barang yang
1. Perilaku merusak dibawa pengunjung
menurun  Terapeutik
2. Perilaku agresif - Pertahankan lingkungan bebas dari
menurun bahaya secara rutin
3. Suara keras - Libatkan keluarga dalam perawatan
menurun  Edukasi
4. Verbalisasi - Latih mengungkapkan perasaan
kehilangan secara aseptic
hubungan yang - Latih mengurangi kemarahan secara
penting menurun verbal dan non verbal
DOKUMENTASI HASIL ASUHAN KEPERAWATAN

TGL TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


27-09- - Melakukan pengkajian mengenai identitas,alasan S:
2022 masuk,keluhan pasien - Px mengatakan marah
- Melakukan edukasi teknik relaksasi napas dalam yang meluap-luap dan
untuk meredakan emosi tidak terkontrol
O:
- TD:97/57 MmHg
- N:91
- RR:17x/menit
A:Risiko perilaku kekerasan
P:Masalah teratasi sebagian
Intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda
emosi
- Beri edukasi cara
mengontrol emosi
28-09- - Memberikan edukasi cara mengontrol emosi S:
2022 secara fisik dengan memukul bantal dan Kasur - Px mengatakan takut
- Menjadi motivator (memberikan motivasi)untuk emosi meluap jika
kesembuhannya dipancing-pancing
O:
- Px tampak tegang
A:Risiko perilaku kekerasan
P:Masalah teratasi Sebagian
Intervensi dilanjutkan
- Berikan dukungan untuk
memperoleh kesembuhan
- Berikan edukasi cara
bicara yang baik
- Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
obat
 Risperidone 1 mg 1-
0-1
 Ativah 1 mg 0-0-1
 Bila gelisah,injeksi
lodomer 5 mg dan
injeksi diazepam 10
mg IM

29-09- - Melakukan pengkajian mood dan TTV S:


2022 - Memberikan edukasi tentang cara berbicara yang - Px mengatakan lebih
baik tenang setelah diajari car-
cara mengontrol emosi
O:
- Px tampak rileks
A:Risiko perilaku kekerasan
P:Masalah teratasi Sebagian
Intervensi dilanjutkan
- Mengulas kembali
pengetahuan px tentang
materi edukasi
- Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
obat
30-09- - Melakukan evaluasi pengetahuan pasien cara S:
2022 mengontrol - Px mengatakan lebih
- Memberikan dukungan dan motivasi pada pasien tenang karena sudah
untuk mencapai kesembuhan mengetahui cara
mengontrol emosi
O:
- Px tampak rileks
A:Risiko perilaku kekerasan
P:Masalah teratasi
Intervensi dihentikan
- -

Anda mungkin juga menyukai