Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN MASALAH HALUSINASI

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Pada Stase : Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

Berliana Pangestu
2211040049

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

I. MASALAH UTAMA

HALUSINASI

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

Direja (2011) berpendapat bahwa gangguan persepsi sensori


halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan.

Gangguan persepsi sensori halusinasi adalah suatu keadaan dimana


seseorang mengalami perubahan pada pola stimulus yang mendekat (yang
diprakarsai secara internal dan eksternal) disertai dengan suatu pengurangan
berlebih-lebihan atau kelainan berespons terhadap stimulus (Fitria, 2012).

Gangguan persepsi sensori halusinasi adalah hilangnya kemampuan


manusia dalam membedakan rangsangan internal ( pikiran ) dan rangsangan
eksternal ( dunia luar ). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Kusumawati &
Hartono, 2012).

2. Etiologi

1) Faktor Predisposisi (Fitria, 2012)


Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi
dapat meliputi : faktor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis
dan genetic.
a) Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan.
b) Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarkannya.
c) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stress yang berlebihan maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan
dimethytranferase (DMP).
d) Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda
bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stress
dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.
2. Faktor Presipitasi (Fitria, 2012)
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan
dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi.
Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik.

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada pasien dengan halusinasi sebagai berikut :
1. Bicara sendiri
2. Senyum sendiri
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Penggerakan mata yang cepat.
6. Respon verbal yang lambat.
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkata denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan.
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang (Damaiyanti, 2012)

III. DATA DAN MASALAH KEPERAWATAN


A. DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF
1. Data Subjektif :
a. Mendengar suara-suara atau kegaduhan
b. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
c. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
2. Data Objektif :

a. Bicara atau tertawa sendiri.


b. Marah-marah tanpa sebab.
c. Mendekatkan telinga ke arah tertentu.
d. Menutup telinga.

B. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT

Resiko perilaku kekerasan

a. Data Subyektif :.
1) Menyatakan mendengar suara-suara dan melihat sesuatu yang tidak
nyata
2) tidak percaya terhadap lingkungan
3) sulit tidur
4) tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi
5) rasa berdosa
6) menyesal dan bingung terhadap halusinasi
7) perasaan tidak aman, merasa cemas, takut dan kadang-kadang panik
kebingungan.
b. Data Obyektif.
1. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
2. pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal
3. sulit membuat keputusan
4. tidak perhatian terhadap perawatan dirinya
5. sering manyangkal dirinya sakit atau kurang menyadari adanya
masalah
6. ekspresi wajah sedih
7. ketakutan atau gembira
8. klien tampak gelisah
9. insight kurang
10. tidak ada minat untuk makan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain


2. Gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan
3. Kerusakan interaksi sosial: menarik diri
4. Harga diri rendah
D. Pohon Masalah
Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah


IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (Untuk diagnosa keperawatan
utama saja)

Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Rencana Intervensi Rasional


Keperawataan
Halusinasi TUM : Klien Setelah dilakukan Bina Hubungan - Hubungan
tidak mengalami tindakan saling percaya saling
halusinasi. keperawaan dengan percaya
TUK 1 : Klien selama....x....jam mengungkapkan merupakan
dapat membina Diharapkan : prinsip komunikasi: dari
hubungan saling 1. Ada kontak 1. Sapa ramah terjadinya
percaya mata pasien komunikasi
2. Mau 2. Perkenalkan terapeutik
berjabat diri dengan sehingga
tangan sopan akan
3. Mau 3. Tanyakan memfasilitasi
menyebut nama dalam
nama lengkap klien pengungkapa
4. Mau duduk dan nama n perasaan
berdamping panggilan emosi dan
an 4. Jelaskan harapan
5. Mau tujuan pasien
mengutaraka pertemuan
n masalah 5. Berikan klien
yang perhatian
dihadapi

(1) Klien dapat


TUK 2: Klien SP 1: - Dengan
menyebutkan
dapat mengenal -membantu klien mengenal
waktu, isi, frekuensi
halusinasinya. mengenal halusinasi halusinasi
timbulnya
-menjelaskan cara klien dapat
halusinasi.
mengontrol diri, membedakan
(2) Klien dapat
mengajarkan klien mana
mengungkapkan mengontrol halusinasi
perasaan terhadap halusinasi dengaan dan mana
halusinasinya cara pertama : yang bukan
menghardik

TUK 3 : Klien (1) Klien dapat Sp 2 : - Dengan


dapat menyebutkan Melatih klien mengontrol
mengontrol tindakan untuk mengontrol halusinasi
halusinasinya mengendalikan halusinasi dengan diharapkan
halusinasinya, cara kedua : halusinasi
memilih cara bercakap-cakap klien
mengatasi dengan orang lain berkurang
halusinasi ,
melaksanakan cara
yang telah dipilih
untuk
mengendalikan

TUK 4 : (1) Klien dan SP 3 ; Dengan


Klien dapat keluarga dapat Melatih klien memanfaatkan
memanfaatkan menyebutkan menggunakan obat obat, halusinasi
obat dengan manfaat, dosis, dan secara teratur klien dapat
baik. efek samping obat. terkontrol
(2) Klien dapat
mendemonstrasikan
penggunaan obat
dengan benar.

TUK 5: klien Menggunakan obat SP 4: -dengan


dapat secara teratur, Melatih klien melakukan
mengontrol bercakap-cakap mengontrol aktivivtas
halusinasi halusinasi dengan terjadwal,,
dengan dengan orang lain cara ketiga : halusinasi klien
melaksanakan melaksanakan dapat teralihkan.
aktivitas aktivitas terjaadwal
terjadwal

V. Implementasi

tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan keperaatan yang telah
disusun sebelumnya berdasarkan tindakan yang telah dibuat, dimana tindakan
yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi (Tarwoto dan
Wartonah, 2003)

VI. Evaluasi

dapat dibedakan atas evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dievaluasi
setiap selesai melakukan prasat dan evaluasi hasil berdasarkan rumusan tujuan
terutama kritreria hasil. Hasil evaluasi memberikan acuan tentang perencanaan
lanjutan terhadap masalah nyeri yang dialami oleh pasien

Daftar Pustaka
Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Edisi 1. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Damaiyanti, M. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa, Samarinda : Refika Aditama.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course).
Jakarta: EGC
Kusumawati & Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Maramis, W.F. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa (Edisi 9). Surabaya: Airlangga University Press.
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai