Anda di halaman 1dari 67

MAKALAH

MATA KULIAH KEPERAWATAN KELUARGA


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN
DIABETES MELLITUS

Disusun Oleh :
Kelompok 11 / kelas 6-A
Aisya Maulidiyah 1130021007
Binta Nabilah 1130021015
Fendi KHoirul Amilin 1130021026

DOSEN FASILITATOR
Nety Mawarda Hatmanti, S.Kep.Ns., M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan topik
“Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Dengan Diabetes Mellitus” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Keperawatan Keluarga. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen fasilitator pada mata kuliah
ini yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 31 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
DAFTAR TABEL

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
BAB I ...................................................................................................................... 1
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN
DIABETES MELITUS ........................................................................................... 1
1.1 Konsep Diabetes Melitus.......................................................................... 1
1.1.1 Definisi Diabetes Melitus.................................................................. 1
1.1.2 Etiologi Diabetes Melitus .................................................................. 1
1.1.3 Klasifikasi Diabetes Melitus ............................................................. 2
1.1.4 Patofisiologi Diabetes Melitus .......................................................... 4
1.1.5 WOC Diabetes Melitus ..................................................................... 5
1.1.6 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus .................................................. 5
1.1.7 Komplikasi Diabetes Melitus ............................................................ 7
1.1.8 Penatalaksanaan Diabetes Melitus .................................................... 8
1.2 Konsep Keluarga ...................................................................................... 8
1.2.1 Definisi Keluarga .............................................................................. 8
1.2.2 Fungsi Keluarga ................................................................................ 9
1.2.3 Ciri – ciri Keluarga............................................................................ 9
1.2.4 Struktur Keluarga ............................................................................ 10
1.2.5 Tipe Keluarga .................................................................................. 10
1.2.6 Tugas Keluarga ............................................................................... 11
1.2.7 Tahap Perkembangan Keluarga ...................................................... 12
1.2.8 Tingkat Kemandirian Keluarga ....................................................... 13
1.2.9 Peran Perawat Keluarga .................................................................. 13
BAB 2.................................................................................................................... 15
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA ....................................... 15
2.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................ 15
2.1.1 Mengidentifikasi Data ..................................................................... 15
2.1.2 Tahap Perkembangan Dan Riwayat Keluarga ................................ 16
2.1.3 Data Lingkungan ............................................................................. 17

iii
2.1.4 Struktur Keluarga ............................................................................ 20
2.1.5 Fungsi Keluarga .............................................................................. 26
2.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 35
2.3 Intervensi Keperawatan .......................................................................... 38
2.3.1. Menentukan Prioritas Masalah (Skoring) ....................................... 38
2.3.2. Prioritas Masalah Kesehatan ........................................................... 45
2.3.3. Perencanaan........................................................................................ i
2.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................... i
2.5 Evauasi Keperawatan ............................................................................... ii
2.6 Ringkasan ................................................................................................ iii
2.7 Latihan Soal ............................................................................................. iii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ vi

iv
DAFTAR GAMBAR

v
BAB I
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN
DIABETES MELITUS

Deskripsi :
Dalam makalah ini akan membahas mengenai konsep Asuhan Keperawatan Pada
Keluarga Dengan Diabetes Melitus yang meliputi konsep Diabetes Melitus, konsep
keluarga, dan konsep asuhan keperawatan pada keluarga dengan Diabetes Melitus.
Tujuan :
Setelah melakukan bagian ini mahasiswa mampu :
1. Memahami konsep asuhan keperawatan pada keluarga dengan diabetes
melitus
2. Menjelaskan kembali teori diabetes melitus
3. Menjelaskan kembali konsep keluarga
4. Menjelaskan kembali konsep asuhan keperawatan diabetes melitus
1.1 Konsep Diabetes Melitus
1.1.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme heterogen kronik
dengan patogenesis yang kompleks. Hal ini ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah atau hiperglikemia, yang diakibatkan oleh kelainan pada sekresi
insulin atau kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia bermanifestasi dalam
berbagai bentuk dengan presentasi yang bervariasi dan mengakibatkan
disfungsi metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein (Banday, M. Z.,
Sameer, A. S., & Nissar, 2020).
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang melibatkan
peningkatan kadar glukosa darah yang tidak tepat. DM memiliki beberapa
kategori, antara lain tipe 1, tipe 2, diabetes usia muda, diabetes gestasional,
diabetes neonatal, dan penyebab sekunder akibat endokrinopati, penggunaan
steroid, dan lainnya (Sapra, A., & Bhandari, 2023).
1.1.2 Etiologi Diabetes Melitus
Etiologi dari penyakit Diabetes Melitus merupakan gabungan faktor
genetik dan faktor lingkungan, selain itu juga akibat sekresi atau kerja insulin,
abnormalitas metabolik yang mengganggu sekresi insulin, abnormalitas
mitokondria, dan sekelompok kondisi lain yang mengganggu toleransi glukosa
(Lestari et al., 2021).

1
Sedangkan etiologi diabetes melitus menurut (Decroli, 2019),
dijelaskan sebagai berikut :
a. Resistensi Insulin
Resistensi Insulin adalah adanya konsentrasi insulin yang lebih
tinggi dari normal yang dibutuhkan untuk mempertahankan normoglikemia
insulin tidak dapat bekerja secara optimal di sel otot, lemak, dan hati
akibatnya memaksa pankreas mengkompensasi untuk memproduksi insulin
lebih banyak. Ketika produksi insulin oleh sel beta prankreas tidak adekuat
untuk digunakan dalam mengkompensasi peningkatan resistensi insulin,
maka kadar glukosa darah akan meningkat.
b. Disfungsi Sel Beta Pankreas
Disfungsi sel beta pankreas terjadi akibat dari kombinasi faktor
genetik dan faktor lingkungan. Beberapa teori yang menjelaskan bagaimana
kerusakan sel beta mengalami kerusakan di antaranya teori glukotoksisitas
(peningkatan glukosa yang menahun), lipotoksisitas (toksisitas sel akibat
akumulasi abnormal lemak), dan penumpukan amiloid (fibril protein
didalam tubuh).
c. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang juga memegang peranan penting
dalam terjadinya penyakit DMT2 yaitu obesitasmakan terlalu banyak, dan
kurangnya aktivitas fisik. Penelitian baru menunjukkan adanya hubungan
antara DMT2 dengan obesitas yang melibatkan sitokin proinflamasi yaitu
tumor necrosis factor alfa (TNFa) dan interleukin-6 (IL-6), resistensi
insulin, gangguan metabolisme asam lemakproses seluler seperti disfungsi
mitokondria, dan stress retikulum endoplasma.
1.1.3 Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi diabetes melitus dibagi menjadi 4, diantaranya :
1. Diabetes Melitus Tipe I
Diabetes tipe ini terjadi karena kerusakan sel pankreas sehingga
menyebabkan defisiensi insulin yang terjadi secara absolut. Diabetes tipe I
biasanya disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang seharusnya
melawan patogen (bibit penyakit) malah keliru sehingga menyerang sel-sel
penghasil insulin di pankreas, atau dengan kata lain penyebab dari
kerusakan sel beta adalah autoimun. Kekeliruan sistem imun tersebut bisa
dipengaruhi oleh faktor genetik dan paparan virus di lingkungan. Umumnya
diabetes tipe I terjadi dan ditemukan pada anak-anak, remaja, atau dewasa
muda, tetapi bisa juga terjadi pada usia berapa pun. Oleh karena itu, orang
yang memiliki riwayat keluarga dengan jenis diabetes ini berisiko tinggi
terkena DM tipe I. Seringkali penderita DM tipe I memerlukan terapi insulin

2
seumur hidup untuk mengendalikan gula darahnya. Orang dengan Diabetes
Melitus tipe ini dapat hidup dengan baik hanya dengan pasokan insulin yang
tidak terputus.
2. Diabetes Melitus Tipe II
Diabetes tipe ini terjadi karena gangguan sekresi insulin yang
progresif yang melatarbelakangi terjadinya resistensi insulin. Dalam hal ini
insulin tersedia dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara
optimal sehingga menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat.
Diabetes tipe II biasanya terjadi pada orang dewasa dan lansia karena faktor
gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang gerak dan kelebihan berat
badan. Gaya hidup tak sehat menyebabkan sel-sel tubuh kebal atau kurang
sensitif merespons hormon insulin. Kondisi ini disebut juga dengan
resistensi insulin, akibatnya sel-sel tubuh tidak dapat memproses glukosa
dalam darah menjadi energi dan glukosa pun akhirnya menumpuk di dalam
darah. Pada jenis kelamin, wanita lebih berisiko karena dilihat secara fisik
wanita memiliki peluang yang lebih leb tinggi dalam peningkatan IMT
(Indeks Massa Tubuh). Untuk mengatasi gejala diabetes tipe II pasien perlu
menjalani polah hidup yang lebih sehat seperti mengatur pola makan dan
memperbanyak aktivitas fisik. Tidak seperti DM tipe I yang memerlukan
tambahan insulin, pengobatan melalui terapi insulin tidak umum dilakukan
untuk mengendalikan gula darah pada DM tipe II (American Association of
Diabetes Educators, 2020).
3. Diabetes Gestasional
Diabetes melitus gestasional (DMG) merupakan suatu keadaan
intoleransi glukosa pada ibu hamil yang sebelumnya belum pernah
didiagnosis menderita diabetes melitus sehingga terjadi peningkatan kadar
gula darah selama kehamilan. Diabetes tipe ini terjadi dengan melibatkan
suatu kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin
yang tidak cukup. Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang terjadi dan
dialami saat seseorang dalam keadaan hamil, biasanya terjadi pada trimester
kedua atau ketiga kehamilan (Adli, 2021). Pencegahan dan penanganan
yang utama untuk Diabetes Melitus tipe ini adalah perubahan gaya hidup
seperti asupan pola makan dan aktifitas fisik dan apabila dengan perubahan
gaya hidup masih belum tertangani, maka dapat segera dimulai dengan
pengobatan medikamentosa. Diabetes Gestasional yang tidak tertangani
sejak dini dapat menimbulkan komplikasi yang berakibat pada kesehatan
ibu dan bayi (Adli, 2021).
4. ⁠Diabetes Tipe Spesifik Lain
Diabetes tipe ini merupakan diabetes terjadi karena sebab lain atau
penyakit lain, misalnya gangguan genetik fungsi sel, gangguan genetik pada
kerja insulin, sindrom diabetes monogeneik (seperti diabetes neonatal dan

3
diabetes usia muda), penyakit pankreas eksokrin (seperti fibrosis kistik dan
pankreatitis), dan dipicu oleh efek dari pengobatan atau bahan kimia seperti
penggunaan obat glukokortiroid dalam pengobatan HIV/ AIDS atau setelah
melakukan transplantasi organ.
1.1.4 Patofisiologi Diabetes Melitus
Patofisiologi diabetes melitus tipe 1 yaitu karena proses autoimun
yang yang menyerang sel ẞ pankreas dan mengakibatkan berkurangnya
jumlah produksi hormon insulin. Faktor yang menyebabkan DM tipe 1 yaitu
faktor tetap seperti usia jenis kelamin genetik, penyakit autoimun. Selain dari
faktor tetap, juga terdapat faktor perilaku seperti kebiasaan mengonsumsi
obat. Kemudian, terdapat faktor ekonomi, seperti status perkerjaan, dan status
pendidikan. Selain itu terdapat faktor interemediet terdiri dari IMT serta
kondisi psikologis. Yang terakhir terdapat faktor lingkungan seperti virus dan
cuaca dingin.
Patofisiologi pada diabetes melitus tipe 2 yaitu adanya kegagalan sel
ẞ pankreas sehingga glukosa tidak dapat dimetabolisme dan mengakibatkan
resistensi insulin yang mengakibatkan produksi glukosa didalam hati
meningkat dalam keadaan basal. Pada DM 2 dapat dipengaruhi oleh faktor
yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor yang tidak
dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan, sedangkan faktor
yang dapat diubah, yaitu obesitas. Umur sangat mempengaruhi penyakit DM.
Seseorang yang mengalami proses penuaan, terjadi perubahan anatomi,
fisiologi dan biokimia didalam tubuh, sehingga dapat terjadi gangguan.
sekresi pada hormon insulin dan mengakibatkan kadar glukosa dalam darah
meningkat. Selain umur jenis kelamin juga dapat mempengaruhi DM.
Perempuan lebih beresiko terkena DM dikarenakan timbunan yang lebih
besar pada wanita dibandingkan pria. Selain itu faktor genetik juga dapat
terlibat didalam fungsi organ yang dimana resiko seseorang terkena diabetes
melitus lebih tinggi ketika memiliki riwayat keluarga DM (Arivazhahan,
2021).

4
1.1.5 WOC Diabetes Melitus
Gambar 1. WOC

1.1.6 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus


Tanda dan gejala diabetes melitus menurut (Kemenkes RI, 2019),
sebagai berikut :
1. ⁠Meningkatnya frekuensi buang air kecil
Karena sel-sel di tubuh tidak dapat menyerap glukosa, ginjal
mencoba mengeluarkan glukosa sebanyak mungkin. Akibatnya,
penderita jadi lebih sering kencing daripada orang normal dan
mengeluarkan lebih dari 5 liter air kencing sehari. Ini berlanjut bahkan
di malam hari. Penderita terbangun beberapa kali untuk buang air kecil.

5
Itu pertanda ginjal berusaha singkirkan semua glukosa ekstra dalam
darah.
2. ⁠Rasa haus berlebihan
Dengan hilangnya air dari tubuh karena sering buang air kecil,
penderita diabetes melitus merasa haus dan membutuhkan banyak air.
3. Penurunan berat badan
Kadar gula darah terlalu tinggi juga bisa menyebabkan
penurunan berat badan yang cepat. Karena hormon insulin tidak
mendapatkan glukosa untuk sel, yang digunakan sebagai energi, tubuh
memecah protein dari otot sebagai sumber alternatif bahan bakar.
4. Kelaparan
Rasa lapar yang berlebihan, merupakan tanda diabetes lainnya.
Ketika kadar gula darah merosot, tubuh mengira belum diberi makan
dan lebih menginginkan glukosa yang dibutuhkan sel.
5. Kulit menjadi bermasalah
Kulit gatal, mungkin akibat kulit kering seringkali bisa menjadi
tanda peringatan diabetes, seperti juga kondisi kulit lainnya, misalnya
kulit jadi gelap di sekitar daerah leher atau ketiak.
6. Penyembuhan lambat
Infeksi, luka, dan memar yang tidak sembuh dengan cepat
merupakan tanda diabetes lainnya. Hal ini biasanya terjadi karena
pembuluh darah mengalami kerusakan akibat glukosa dalam jumlah
berlebihan yang mengelilingi pembuluh darah dan arteri.
7. Infeksi jamur
Diabetes dianggap sebagai keadaan imunosupresi. Hal itu berarti
meningkatkan kerentanan terhadap berbagai infeksi. Jamur dan bakteri
tumbuh subur di lingkungan yang kaya akan gula.
8. Iritasi genital
Kandungan glukosa yang tinggi dalam urin membuat daerah
genital jadi seperti sariawan dan akibatnya menyebabkan
pembengkakan dan gatal.
9. Pandangan yang kabur
Penglihatan kabur atau atau sesekali melihat kilatan cahaya
merupakan akibat langsung kadar gula darah tinggi. Membiarkan gula
darah tidak terkendali dalam waktu lama bisa menyebabkan kerusakan
permanen, bahkan mungkin kebutaan. Pembuluh darah di retina menjadi

6
lemah setelah bertahun-tahun mengalami hiperglikemia dan mikro-
aneurisma, yang melepaskan protein berlemak yang disebut eksudat.
10. Kesemutan atau mati rasa
Kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki, bersamaan dengan
rasa sakit yang membakar atau bengkak adalah tanda bahwa saraf
sedang dirusak oleh diabetes. Masih seperti penglihatan, jika kadar gula
darah dibiarkan merajalela terlalu lama, kerusakan saraf bisa menjadi
permanen.
1.1.7 Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi dibagi menjadi 2 menurut (Tandra, 2019), sebagai berikut :
a. Komplikasi akut
Komplikasi akut yang paling sering adalah reaksi hipoglikemia dan
koma diabetik. Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh
kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda: rasa lapar, gemetar, keringat
dingin, pusing dan sebagainya. Koma diabetik timbul karena kadar glukosa
dalam tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl.
b. Komplikasi kronik
Komplikasi kronik secara luas dapat diklasifikasikan sebagai
komplikasi vaskular dan non vaskular. Komplikasi vaskular terbagi atas
makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikasi makrovaskular terjadi
karena aterosklerosis pada pembuluh darah besar yang meliputi penyakit
jantung, serebral dan arteri perifer. Manifestasi klinis komplikasi jantung
meliputi rasa tidak nyaman atau nyeri pada dada dan nafas yang diserta mual
(diaforesis). Manifestasi komplikasi serebral dapat meliputi kebutaan pada
salah satu mata, kelemahan pada satu sisi tubuh, baal, kesulitan bicara,
kebingungan, atau penglihatan ganda. Gejala penyakit pada arteri perifer
meliputi kram pada tungkai setelah berjalan dan kehilangan sensasi dengan
denyut nadi tidak teraba pada ekstremitas yang terkena. Komplikasi
mikrovaskular meliputi retinopati, nefropati dan neuropati diabetik.
Retinopati diabetik ditandai dengan penglihatan kabur yang disebabkan
oleh perubahan permeabilitas pembuluh darah retina yang mengakibatkan
edema, fase lanjutnya kehilangan penglihatan secara mendadak seperti
glukoma dan ablasio retina. Nefropati diabetika dapat berlangsung secara
diam-diam selama bertahun-tahun karena tanda dan gejala baru muncul
setelah ada kerusakan jaringan renal dengan persentase yang signifikan.
Manifestasi klinis kerusakan renal berat meliputi edema perifer, mual dan
muntah, letih, gatal dan kenaikan berat badan (karena penumpukan cairan).
Manifestasi neuropati diabetik dapat terjadi segera setelah diagnosis DM
ditegakkan. Neuropati otonom dapat mengakibatkan impotensi, gangguan
saluran cerna, disfungsi kandung kemih dan hipotensi ortostik, nyeri
merupakan masalah serius yang berkaitan dengan neuropati otonom yang

7
bersifat intermiten (kontinu) dan biasanya makin parah pada malam hari.
Komplikasi non vaskular mengenai pada rongga mulut.
1.1.8 Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terdapat 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes melitus yakni
sebagai beriut :
1. Diet
Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan,
terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah
atau insulin.
2. Latihan fisik (Exercise)
Latihan dapat dilakukan dengan melawan tahanan untuk
menambah laju metabolisme istirahat, menurunkan berat badan, stres
dan menyegarkan tubuh. Sebagai contoh adalah olah raga ringan jalan
kaki biasa selama 30 menit. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang
gerak atau bermalas – malasan.
3. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan.
Pendidikan kesehatan pencegahan primer harus diberikan kepada
kelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatan sekunder
diberikan kepada kelompok pasien DM.
4. Pemantauan
Pemantauan yang dimaksud adalah pemantauan glukosa darah
secara teratur.
5. Terapi Obat
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan latihan fisik
tetapi tidak berhasil mengendalikan kadar gula darah maka
dipertimbangkan pemakaian obat hipoglikemik oral.
1.2 Konsep Keluarga
1.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah sebagai sebuah sistem sosial kecil yang terdiri atas suatu
rangkaian bagian yang sangat saling bergantung dan dipengaruhi oleh
struktur internal maupun eksteralnya (Friedman, 2010).

8
1.2.2 Fungsi Keluarga

Menurut (Friedman, 2010), fungsi keluarga berfokus pada proses


yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai segala tujuan. Berikut adalah
secara umum fungsi keluarga menurut Friedman :
1. Fungsi afektif
Merupakan fungsi keluarga yang berhubungan dengan fungsi –
fungsi internal keluarga berupa kasih sayang, perlindungan, dan
dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keberhasilan fungsi afektif
dapat dilihat melalui keluarga yang gembira dan bahagia. Anggota
keluarga mampu mengembangkan gambaran diri yang positif, perasaan
yang dimiliki, perasaan yang berarti, dan merupakan sumber kasih
sayang.
2. Fungsi sosialisasi
Merupakan fungsi yang berperan untuk proses perkembangan
individu agar menghasilkan interaksi sosial dan membantu individu
melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial.
3. Fungsi reproduksi
Merupakan fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Merupakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan sebagai tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu dalam meningkatkan penghasilan.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan
Merupakan fungsi yang berguna untuk mempertahankan keadaan
kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
Kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau
pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan anggota
keluarga.
1.2.3 Ciri – ciri Keluarga

Ciri – ciri keluarga menurut (Friedman, 2010) sebagai berikut :


a. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan dan saling ketergantungan
anatara anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya masing – masing.

9
c. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing – masing.
1.2.4 Struktur Keluarga

Struktur keluarga oleh Friedmen digambarkan sebagai berikut :


a. Struktur komunikasi Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki
kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengiriman yakni mengemukakan
pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminat dan menerima umpan
balik.
b. Struktur peran
Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi yang
diberikan bisa bersifat atau informal.
c. Struktur kekuatan
Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi atau
mengubah perilaku orang lain, hak (legitimate power), ditiru (referen
power), keahlian (expert power), hadiah (reward power), paksa
(coercive power) dan afektif (affective power).
d. Struktur nilai dan norma Nilai
Nilai merupakan sistem ide – ide, sikap keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma merupakan
pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
1.2.5 Tipe Keluarga

Tipe keluarga menurut (Friedman, 2010) terdiri dari 3, sebagai berikut :


a. Keluarga inti (suami – istri) merupakan keluarga dengan ikatan
pernikahan terdiri dari suami – istri, dan anak – anak, baik dari anak
hasil perkawinan, adopsi atau keduanya.
b. Keluarga orientasi (keluarga asal) merupakan unit keluarga dimana
seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar merupakan keluarga inti dan orang yang memiliki ikatan
darah, dimana yang paling sering adalah anggota dari keluarga orientasi
salah satu dari kelurga inti. Seperti kakek – nenek, bibi, paman,
keponakan, dan sepupu.

10
Sedangkan menurut (Firdaus, 2019) menyatakan bahwa tipe
keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu secara tradisional dan secara
modern, sebagai berikut :
a. Tipe keluarga tradisional
1) Nuclear family, atau keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri
atas suami, istri dan anak.
2) Dyad family, merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri
namun tidak memiliki anak.
3) Single parent, yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua dengan
anak yang terjadi akibat peceraian atau kematian.
4) Single adult, adalah kondisi dimana dalam rumah tangga hanya
terdiri dari satu orang dewasa yang tidak menikah.
5) Extended family, merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga inti
ditambah dengan anggota keluarga lainnya.
6) Middle – aged or erdely couple, dimana orang tua tinggal sendiri di
rumah karena anak – anaknya telah memiliki rumah tangga sendiri.
7) Kit-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersamaan dan
menggunakan pelayanan bersama.
b. Tipe keluarga non – tradisional
1) Unmaried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri dari
orang tua dan anak tanpa adanya ikatan pernikahan.
2) Cohabitating couple, merupakan orang dewasa yang tinggal
bersama tanpa adanya ikatan perkawinan.
3) Gay and lesbian family, merupakan seorang yang memiliki
persamaan jenis kelamin tinggal satu rumah layaknya suami – istri.
4) Nonmarital hetesexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama tanpa adanyanya pernikahan dan sering berganti pasangan.
5) Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki
hubungan darah dalam waktu sementara.
1.2.6 Tugas Keluarga

Sesuai dengan fungsi kesehatan dalam keluarga, keluarga


mampunyai tugas dibidang kesehatan. Friedman & Bowden, (2010)
membagi tugas kelurga dalam 5 bidang kesehatan yaitu :

11
1. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Keluarga mampu mengenali perubahan yang dialami oleh anggota
keluarga sehingga secara tidak langsung akan menjadi perhatian dan
tanggung jawab keluarga, maka keluarga akan segera menyadari dan
mencatat kapan dan seberapa besar perubahan tersebut.
2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
yang tepat
Tugas utama keluarga mampu memutuskan dalam menentukan
tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat teratasi. Apabila
keluarga memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah maka
keluarga meminta bantuan orang lain disekitarnya.
3. Keluarga mampu memberikan keperawatan pada anggota keluarganya
yang sakit
Keluarga mampu memberikan pertolongan pertama apabila
keluarga memiliki kemampuan dalam merawat anggota keluarga yang
sedang sakit atau langsung mambawa ke pelayanan kesehatan terdekat
untuk mendapatkan tindakan selanjutnya sehingga masalah terlalu
parah.
4. Kelurga mampu mempertahankan suasana dirumah
Keluarga mampu mempertahankan suasana di rumah agar dapat
memberikan manfaat bagi anggota dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan apabila ada
anggota keluarga yang sakit (Niswa Salamung, 2021).
1.2.7 Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga menurut (Friedman, 2010), sebagai berikut


:
a. Married couples (without children), pasangan menikah dan belum
memiliki anak
b. Childbearing family (oldest child birth 30 mounth), keluarga dengan
anak pertama yang baru lahir
c. Families with preschool children (oldest child 2,5-6 years), keluarga
dengan anak pertama yang berusia prasekolah
d. Families with tschool children (oldest child 6-12 years), keluarga
dengan anak yang telah masuk sekolah dasar

12
e. Families with teenagers (oldest child 13-20 years), keluarga dengan
anak yang telah remaja
f. Families launching young adults (first child gone to last childs leaving
home), keluarga dengan anak dewasa dan telah menikah
g. Middle aged parents (empaty nest to retirement), keluarga dengan orang
tua yang telah pensiun
h. Aging family members (retirement to death of both spouse), keluarga
dengan orang tua yang telah lanjut usia
1.2.8 Tingkat Kemandirian Keluarga

Dalam tingkat kemandirian keluarga dibagi menjadi 4 tingkatan


perilaku keluarga, sebagai berikut :
1. Keluarga Mandiri I (KM I), yaitu keluarga telah mampu menerima
petugas dan menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana.
2. Keluarga Mandiri II (KM II), yaitu keluarga mampu melakukan KM I
ditambah dengan keluarga mampu menyatakan masalah secara benar,
keluarga mampu memanfaatkan sarana kesehatan sesuai anjuran,
keluarga mampu melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran.
3. Keluarga Mandiri III (KM III), yaitu keluarga mampu melakukan KM
II ditambah dengan perilaku keluarga yang dapat melaksanakan
tindakan pencegahan secara aktif.
4. Keluarga Mandiri IV (KM IV), yaitu keluarga mampu melakukan KM
III ditambah dengan perilaku keluarga yang mampu melaksanakan
tindakan promotif secara aktif.
1.2.9 Peran Perawat Keluarga

Peran perawat keluarga menurut (Niswa Salamung, 2021), sebagai berikut:


a. Pendidik, pendidikan kesehatan perlu diberikan kepada keluarga agar
keluarga secara mandiri mampu dan bertanggung jawab terhadap
masalah kesehatan yang dihadapi.
b. Koordinator, perawatan berkelanjutan memerlukan koordinator agar
tercapainya pelayanan yang komprehensif.
c. Pelaksana, perawat yang bekerja dengan pasien dan keluarganya, baik
di rumah atau di klinik memiliki tanggung jawab dalam memberikan
perawatan secara langsung
d. Pengawas kesehatan, perawat melakukan kunjungan rumah untuk
mengidentifikasi terkait kesehatan keluarga.

13
e. Konsultan, perawat berperan sebagai narasumber bagi keluarga saat
menghadapi permasalahan kesehatan.
f. Kolaborasi, perawat bekerja sama dengan tim pelayanan kesehatan
lainnya untuk mencapai kesehatan setinggi-tingginya.
g. Fasilitator, membantu keluarga dalam menghadapi kendala peningkatan
derajat kesehatannya
h. Penemu kasus, mengidentikasi masalah secara dini.
i. Modifikasi lingkungan, perawat harus memodifikasi lingkungan baik di
rumah atau masyarakat untuk mencapai kesehatan lingkungan

14
BAB 2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

2.1 Pengkajian Keperawatan

2.1.1 Mengidentifikasi Data

Data-data dasar yang menggambarkan keluarga dalam hal-hal dasar


dicantumkan dalam bagian ini (Friedman, R., M., Marilyn., Bowden, R.
Vicky., 2010).
1. Keluarga
2. Alamat dan telepon
3. Komposisi keluarga: penggunaan genogram keluarga dianjurkan
4. Tipe bentuk keluarga
5. Latar belakang kebudayaan (etnik) (termasuk luasnya akulturasi) :
Dalam menjelaskan data ini, gunakan kriteria berikut ini sebagai
panduan untuk menentukan kebudayaan dan orientasi religius
keluarga serta luasnya akulturasi.
a. Pernyataan keluarga atau anggota keluarga mengenai latar belakang
etnik (identifikasi diri)?
b. Bahasa yang digunakan di rumah? Apakah semua anggota keluarga
berbicara bahasa Inggris? Negara asal dan lama tinggal di Amerika
Serikat (generasi ke berapa anggota keluarga tersebut, dalam
kaitannya dengan status imigrasi mereka) dan alasan keluarga
berimigrasi?
c. Jaringan sosial keluarga (dari kelompok etnik yang sama)?
d. Tempat tinggal keluarga (bagian dari lingkungan yang secara etnik
bersifat homogen)?
e. Aktivitas keagamaan, sosial, kebudayaan, rekreasi, dan/atau
pendidikan (apakah aktivitas ini berada dalam kelompok
kebudayaan keluarga)?
f. Kebiasaan diet dan berpakaian (tradisional atau barat)?
g. Dekorasi rumah (tanda pengaruh kebudayaan)?

15
h. Keberadaan peran dan struktur kekuasaan keluarga tradisional atau
"modern"?
i. Porsi komunitas yang umum bagi keluarga kompleks teritorial
keluarga (apakah porsi tersebut selalu di dalam komunitas etnik)?
j. Penggunaan praktisi dan jasa perawatan kesehatan keluarga. Apakah
keluarga mengunjungi praktisi umum, terlibat dalam praktik
perawatan kesehatan tradisional. atau memiliki kepercayaan
tradisional dalam isu kesehatan?
6. Identifikasi religius
a. Apa agama keluarga?
b. Apakah anggota keluarga berbeda dalam keyakinan dan praktik
religius mereka?
c. Sejauh mana keluarga aktif terlibat dalam mesjid, gereja, kuil.
atau organisasi keagamaan lainnya?
d. Apa praktik keagamaan yang diikuti keluarga?
e. Apa keyakinan dalam nilai keagamaan yang berpusat dalam
kehidupan keluarga?
7. Status Kelas Sosial3 (berdasarkan pekerjaan,pendidikan, dan
pendapatan): .
a. Identifikasi kelas sosial keluarga, berdasarkan pada tiga indikator
di atas.
b. Status Ekonomi.
c. Siapakah pencari natkah di dalam keluarga?
d. Apakah keluarga menerima bantuan atau dana pengganti? Jika
demikian, apa saja (dari mana)?
e. Apakah keluarga menganggap pendapatan mereka memadai?
Bagaimana cara keluarga melihat diri mereka sendiri dalam
mengelola keuangan?
8. Mobilitas Kelas Sosial

2.1.2 Tahap Perkembangan Dan Riwayat Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

16
2. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangan yang sesuai
dengan tahap perkembangan saat ini.
3. Riwayat keluarga dari lahir hingga saat ini, termasuk riwayat
perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau
yang berkaitan dengan kesehatan (perceraian, kematian, kehilangan.
dlI) yang terjadi dalam kehidupan keluarga (gunakan genogram untuk
mengumpulkan data ini).
4. Keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan asalnya;
hubungan masa silam dan saat dengan orang tua (nenek-kakek) dari
orang tua mereka.

2.1.3 Data Lingkungan

Data lingkungan keluarga meliputi seluruh alam kehidupan


keluarga mulai dari pertimbangan area yang terkecil seperti aspek dalam
rumah hingga komunitas yang lebih besar tempat keluarga tinggal.
1. Karakteristik Rumah
a. Uraikan tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar,
dll). Apakah keluarga memiliki rumah sendiri atau menyewa
rumah?
b. Uraikan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior
rumah). Interior rumah meliputi jumlah ruang dan jenis ruang
(ruang tamu, ruang tidur, dll). penggunaan ruang-ruang
tersebut dan bagaimana ruang tersebut diatur. Bagaimana
kondisi dan kecukupan perabot? Apakah penerangan,
ventilasi, dan pemanas memadai (artifisial atau panas
matahari). Apakah lantai, tangga, pemagaran. dan struktur
lainnya dalam kondisi yang memadai?
c. Di dapur, amati suplai air minum, sanitasi, dan adekuasi
lemari es.
d. Di kamar mandi, amati sanitasi, air, fasilitas toilet, ada
tidaknya sabun dan handuk? Apakah anggota keluarga
mgnggunakan handuk yang sama?

17
e. Kaji pengaturan tidur di dalam rumah. Apakah pengaturan
tersebut memadai bagi para anggota keluarga dengan
pertimbangan usia mereka, hubungan, dan kebutuhan khusus
lainnya?
f. Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah. Apakah
ada serbuan serangga-serangga kecil (khususnya di dalam)
dan/atau masalah sanitasi yang disebabkan adanya hewan
peliharaan?
g. Adakah tanda cat yang sudah tua mengelupas (sumber yang
mungkin menyebakan racun) yang mungkin terpajan oleh
anak yang masih kecil?
h. Identifikasi unit teritorial keluarga. Apakah mereka nyaman
menggunakan sumber/pelayanan di lingkungan mereka?
i. Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana perasaan
keluarga mengenai adekuasi privasi.
j. Evaluasi ada atau tidak adanya bahaya keamanan.
k. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.
l. Kaji perasaan puasltidak puas dari anggota keluarga secara
keseluruhan dengan pengaturanlpenataan rumah. Apakah
keluarga menyadari keadekuatan rumah terhadap kebutuhan
ini?
2. Karakteristik Lingkungan Sekitar dan Komunitas yang Lebih
Besar
a. Apa karakter fisik dari lingkungan sekitar dan komunitas
yang lebih besar? Tipe lingkungan/komunitas (desa, kota,
subkota, antarkota). Tipe tempat tinggal (hunian, industrial,
campuran hunian dan industri kecil, agraris) di lingkungan.
Kondisi hunian dan jalan (terpelihara, rusak, tidak
terpelihara, sedang dalam perbaikan). Sanitasi jalan raya,
rumah (kebersihan, pengumpuIan sampah, dll). Masalah
yang berkaitan dengan kemacetan lalu lintas? Adanya dan

18
jenis industri di lingkungan. Apakah ada masalah polusi
udara, suara, atau air?
b. Bagaimana karakteristik demografi dari lingkungan dan
komunitas? Karakteristik etnik dan kelas sosial penghuni.
Pekerjaan dan hobi keluarga, kepadatan populasi, Perubahan
demografi baru-baru ini di dalam komunitas/lingkungan.
c. Pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar apa yang ada
dalam komunitas? fasilitas pemasaran (makanan, pakaian,
apotek, dll). Institusi kesehatan (klinik, rumah sakit, dan
fasilitas gawat darurat). Lembaga pelayanan sosial
(kesejahteraan, konseling, pekerjaan). Pelayanan tempat cuci
otomatis untuk kebutuhan keluarga. Tempat beribadah
keluarga
d. Bagaimana kemudahan akses sekolah di Iingkungan dan
komunitas dan bagaimana kondisi sekolah tersebut? Apakah
ada masalah integrasi yang memengaruhi keluarga?
e. Fasilitas rekreasi.
f. Tersedianya transportasi umum. Bagaimana keluarga dapat
mengakses pelayanan dan fasilitas tersebut (dalam hal jarak,
kesesilaian, waktu tempuh)?
g. Bagaimana insidens kejahatan di Iingkungan dan
komunitas? Apakah hal ini merupakan masalah keamanan
yang serius
3. Mobilitas Geografis Keluarga
a. Berapa lama keluarga tinggal di wilayah tersebut?
b. Bagaimana riwayat mobilitas geografis dari keluarga ini?
c. Dari mana keluarga tersebut berpindah atau bermigrasi?
4. Asosiasi Transaksi Keluarga dengan Komunitas
a. Siapa anggota keluarga yang menggunakan pelayanan
komunitas atau lembaga pelayanan apa yang dikenal di
komunitas?

19
b. Seberapa sering atau sejauh mana mereka menggunakan
pelayanan atau fasilitas ini?
c. Apa pola teritorial dari keluarga komunitas atau wilayah
yang sering dikunjungi?
d. Apakah keluarga menyadari pelayanan komunitas yang
relevan dengan kebutuhannya, seperti transportasi?
e. Bagaimana perasaan keluarga tentang kelompok atau
organisasi yang memberi bantuan kepada keluarga atau yang
berkaitan dengan keluarga?
f. Bagaimana cara keluarga memandang komunitasnya?

2.1.4 Struktur Keluarga

1. Pola Komunikasi
a. Dalam mengobservasi keluarga secara keseluruhan dan/atau
rangkaian hubungan dari keluarga, seberapa sering komunikasi
fungsional dan disfungsional digunakan? Buat dalam bentuk
diagram atau berikan contoh pola yang berulang. Seberapa tegas
dan jelas anggota keluarga mengutarakan kebutuhan dan
perasaan mereka? Sejauh mana anggota keluarga menggunakan
klarifikasi dan kualifikasi dalam berinteraksi? Apakah anggota
keluarga memperoleh dan memberikan respons dengan baik
terhadap umpan balik atau biasanya mereka menghalangi
umpan balik dan eksplorasi terhadap isu? Seberapa baik anggota
menjadi pendengar dan mengikuti ketika berkomunikasi?
Apakah anggota keluarga mencari validasi orang lain? Sejauh
mana anggota menggunakan asumsi dan pernyataan' yang
bersifat menghakimi saat berinteraksi? Apakah anggota
berinteraksi dengan pesan dalam suatu sikap yang bersifat
menyerang? Seberapa sering diskualifikasi digunakan?
b. Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif) disampaikan di
dalam keluarga dan subsistem keluarga? Seberapa sering pesan
emosional disampaikan? Jenis-jenis emosi apa yang

20
disampaikan dalam subsistem keluarga? Apakah emosi yang
disampaikan bersifat negatif. positif, atau keduanya?
c. Bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi yang
berlangsung dalam, jaringan komunikasi dan dalam beberapa
rangkaian hubungan? siapa yang berbicara kepada siapa dan
dengan sikap seperti apa? Pola-pola umum apa yang digunakan
menyampaikan pesan pesan penting? Apakah ada perantara?
Apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan usia
perkembangan anggota?
d. Apakah kebanyakan pesan yang disampaikan anggota keluarga
sesuai dengan konteks dan instruksi? (termasuk observasi pesan
nonverbal). Jika tidak, siapa yang menunjukkan ketidaksesuaian
dan pesan apa yang tidak sesuai?
e. Proses disfungsional apa yang terlihat dalam pola komunikasi?
f. Apa saja isu-isu yang tertutup bagi diskusi, yang merupakan isu
penting bagi kesehjahteraan dan fungsi keluarga yang adekuat
g. Bagaimana faktor-faktor berikut memengaruhi pola komunikasi
keluarga? (konteks/situasi, tahap siklus kehidupan keluarga,
latar belakang kebudayaan keluarga, perbedaan gender di dalam
keluarga, bentuk keluarga, status sosial ekonomi keluarga, mini
budaya keluarga yang unik)
2. Struktur Kekuasaan
Hasil akhir kekuasaan
a. Siapakah yang membuat keputusan? siapa yang memegang
“kata terakhir” atau “siapa yang menang”
b. Seberapa penting keputusan atau isu ini bagi keluarga?
Pertanyaan yang lebih spesifik mungkin meliputi : Siapa
yang menganggarkan, membayar rekening, dan memutuskan
bagaimana uang digunakan? siapa yang memutuskan
bagaimana cara menghabiskan waktu luang atau siapa teman
atau kerabat yang hendak dikunjungi? siapa yang

21
memutuskan perpindahan dalam perkerjaan atau tempat
tinggal? siapa yang mendisiplinkan dan memutuskan?

Proses pengambilan keputusan


c. Teknik-teknik khusus apa yang digunakan untuk membuat
keputusan didalam keluarga dan sejauh mana teknik-teknik
ini digunakan (mis: konsensus, akomodasi/tawar-menawar,
kompromi/paksaan, de facto)? dengan kata lain, bagaimana
cara keluarga membuat keputusan? Dasardasar kekuasaan,
berbagai dasar dan sumber kekuasaan adalah
kekuasaan/otoritas yang sah dan variasi dari kekuasaan itu,
kekuasaan “tak 17 berdaya”, kekuasaan referen, kekuasaan
ahli atau sumber, kekuasaan penghargaan, kekuasaan
memaksa, kekuasaan informasional (langsung atau tidak
langsung), kekuasaan afektif, dan kekuasaan manajemen
ketegangan
d. Atas dasar kekuasaan apa keluarga membuat keputusan

Variabel yang memengaruhi kekuasaan keluarga

e. Mengenali keberadaan salah satu variabel berikut ini akan


membuat pengkaji menginterpretasi perilaku keluarga yang
memungkinkan kekuasaan keluarga dapat dikaji (hierarki
kekuatan keluarga, tipe bentuk keluarga, pembentukan
koalisi, jaringan komunikasi keluarga, perbedaan gender,
faktor usia dan siklus kehidupan keluarga, faktor budaya dan
interpersonal, kelas sosial)

Keseluruhan kekuasaan sistem dan subsistem keluarga

f. Dari pengkajian anda terhadap seluruh isu –isu yang luas


diatas, buat kesimpulan mengenai apakah kekuasaan
keluarga tersebut dapat termasuk keluarga dominasi istri
atau suami, anak, nenek, dll; egalitarian-sinkratik atau

22
otonomi; tanpa pemimpin atau kaotik (kacau); kontinum
kekuasaan keluarga dapat digunakan sebagai suatu
presentasi visual analisis anda.

Kontinum kekuasaan keluarga: jika dominasi ditemukan, siapa


yang dominan?

g. Untuk menentukan seluruh pola kekuasaan, menanyakan


pertanyaan yang terbuka dan luas seringkali mengaburkan
(tanyakan kedua pasangan dan anak-anak jika mungkin),
dibawah ini berikan beberapa contoh seperti: siapa yang
biasanya “berkata terakhir” atau membuat keputusan tentang
isu yang penting, siapa yang benar-benar ditugaskan dan
mengapa (mencari dasar-dasara kekuasaan), siapa yang
mengatur keluarga?, siapa yang memenangkan argumen atau
isu-isu penting?, siapa yang biasa menang jika ada
ketidaksepakatan?, pendapat siapa yang digunakan jika
orang tua/suami tidak sepakat?, apakah anggota keluarga
puas dengan bagaimana keputusan dibuat dan siapa yang
membuat keputusan tersebut (struktur kekuasaan saat ini)?
3. Struktur peran
Struktur peran formal
a. Posisi dan peran formal apa yang dipenuhi setiap anggota
keluarga? uraikan bagaimana setiap anggota keluarga
melakukan peran-peran formal mereka
b. Apakah peran ini dapat diterima dan konsisten dengan
harapan anggota keluarga? dengan kata lain, apakah ada
ketegangan atau konflik peran?
c. Severapa kompeten anggota merasa mereka melakukan
peran terhormat mereka?
d. Apakah terdapat fleksibilitas dalam peram jika dibutuhkan?

Struktur peran informal

23
a. Peran informal atau peran samar apa yang terdapat di
keluarga? siapa yang menjalankan dan seberapa sering atau
konsisten peran tersebut dijalankan? apakah anggota
keluarga secara samar menjalankan peran yang berbeda dari
posisi mereka yang dituntut keluarga untuk mereka mainkan
b. Apa tujuan kehadiran peran-peran yang diidentifikasi
sebagai peran samar atau informal?
c. Apakah ada peran informal yang disfungsional pada
keluarga atau anggota keluarga dalam jangka waktu yang
lama
d. Apa pengaruh pada orang yang menjalankan peran tersebut?

Analisis model peran (kapan masalah peran muncul)


a. Siapa yang menjadi model yang memengaruhi seorang
anggota keluarga dalam kehidupan awalnya, siapa yang
memberikan perasaan dan nilai-nilai tentang pertumbuhan,
pengalaman baru, peran, dan teknik komunikasi?
b. Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model peran
bagi pasangan dalam peran mereka sebagai orang tua, dan
sebagai pasangan pernikahan, seperti apakah mereka itu?
c. Jika peran informal disfungsional didalam keluarga, siapa
yang menjalankan peran ini dalam generasi yang
sebelumnya?

Variabel yang mempengaruhi struktur peran

a. Pengaruh kelas sosial : Bagaimana latar belakang kelas


sosial memengaruhi struktur peran informal dan formal
didalam keluarga?
b. Pengaruh kebudayaan : Bagaimana struktur peran keluarga
dipengaruhi oleh latar belakang keluarga agama dan etnik?
c. Pengaruh perkembangan atau tahap siklus kehidupan :
Apakah perilaku peran anggota saat ini sesuai dengan tahap
perkembangan?

24
d. Peristiwa situasional : Perubahan dalam status kesehatan
anggota keluarga, bagaimana masalah kesehatan
mempengaruhi peran keluarga? Realokasi peran/tugas apa
yang telah dilakukan? bagaimana anggota keluarga yang
telah menerima peran-peran baru menyesuaikan diri?
Apakah ada bukti tentang stress atau konflik akibat peran?
bagaimana anggota keluarga dengan masalah kesehatan
bereaksi terhadap perubahan atau hilangnya peran?
4. Nilai keluarga
a. Penggunaan metode “perbandingan”dan “membedakan”
memberikan kesan (dengan nilai dari kebudayaan yang
dominan dan kelompok rujukan keluarga-kelompok etnik
yang diidentifikasi mereka atau keduanya),
produktivitas/pencapaian individu, individualisme,
materialisme/etika konsumsi, etika kerja, pendidikan,
persamaan, kemajuan dan penguasaan lingkungan, orientasi
masa depan, efisiensi keteraturan dan kepraktisan,
rasionalitas, kualitas hidup dan pemeliharaan kesehatan

Perbedaan dalam sistem nilai


a. Sejauh mana kesesuaian antara nilai keluarga dan kelompok
rujukan keluarga dan/atau sistem yang berinteraksi seperti
sistem pendidikan dan perawatan pelayanan kesehatan serta
komunitas yang lebih luas
b. sejauh mana kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai
masing-masing anggota keluarga

Nilai keluarga

a. Seberapa penting nilai-nilai yang diidentifikasi didalam


keluarga? (urutkan nilai keluarga yang paling penting)
b. Nilai apa yang dianut secara disadarai atau tidak disadari?
c. Apakah terdapat bukti konflik nilai didalam keluarga?

25
d. Bagaimana kelas sosial, latar belakang kebudayaan dan
derajat akulturasi, perbedaan generasi, letak geografis (rural,
urtan, suburban) keluarga memengaruhi nilai-nilai keluarga?
e. Bagaimana nilai-nilai keluarga memengaruhi status
kesehatan keluarga

2.1.5 Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif
Saling asuh, Keakraban, dan Identifikasi
a. Sejauh mana anggota keluarga saling asuh dan mendukung?
b. Apakah terdapat perasaan keakraban dan keintiman di antara
Iingkungan hubungan keluarga? Sebaik apa anggota
keluarga bergaul satu sarna lain? Apakah mereka
menunjukkan kasih sayang satu sama lain?
c. Apakah identifikasi satu sarna lain, ikatan, atau kedekatan
nampak ada? (pernyataan empati, perhatian terhadap
perasaan, pengalaman, dan kesulitan anggota keluarga
lainnya, semuanya ditunjukkan).
d. Bagaimana keluarga menghadapi isu-isu tentang
keterpisahan dan keterkaitan? Bagaimana keluarga
membantu anggotanya agar bersatu dan memelihara
keterkaitan? Apakah tersedia kesempaian untuk
mengembangkan keterpisahan dan apakah kesempatan
tersebut sesuai dengan usia dan kebutuhan setiap anggota
keluarga?
Pola Kebutuhan-Respons Keluarga
a. Sejauh mana anggota keluarga merasakan kebutuhan
individu lain di dalam keluarga? Apakah orang tua
(pasangan) mampu menguraikan kebutuhan dan persoalan
anak-anak serta pasangan mereka? Seberapa peka anggota
keluarga dalam menanggapi isyarat yang berkaitan dengan
kebutuhan dan perasaan anggota yang lain?

26
b. Apakah kebutuhan, minat, dan perbedaan masing-masing
anggota dihormati oleh anggota keluarga yang lain? Apakah
terdapat keseimbangan dalam hal hormat-menghormati
(apakah mereka menunujukkan saling menghormati)?
Sejauh mana kepekaan keluarga terhadap tindakan dan
persoalan dan setiap individu?
c. Sejauh mana keluarga mengenali bahwa kebutuhan keluarga
telah dipenuhi oleh keluarga? Bagaimana proses pelepasan
emosional (mencurahkan masalah) keluarga? menunjukkan
bahwa daftar anggota keluarga juga mencakup kebutuhan
mereka (seperti yang dipersepsikan oleh anggota keluarga)
dan sejauh mana kebutuhan ini dipenuhi oleh anggota
keluarga?

2. Fungsi Sosialisasi
a. Kaji praktik keluarga dalam membesarkan anak dalam isu
berikut. (Pengendalian perilaku. Meliputi disiplin, penghargaan
dan hukuman; otonomi dan ketergantungan; memberi dan
menerima cinta; Otonomi dan ketergantungan; Memberi dan
menerima cinta; Latihan perilaku yang sesuai dengan usia
(perkembangan fisik, sosial, emosional, bahasa, dan intelektual)
b. Seberapa adaptif praktik keluarga dalam membesarkan anak
untuk sebuah bentuk keluarga dan situasi tertentu?
c. Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran
membesarkan anak atau fungsi sosialisasi, Apakah fungsi ini
dipikul bersama? Jika demikian, bagaimana hal ini diatur?
d. Bagaimana anak-anak dihargao dalam keluarga ini?
e. Keyakinan budaya apa yang memengaruhi pola keluarga dalam
membesarkan anak?
f. Bagaimana faktor sosial memengaruhi pola pengasuhan anak?

27
g. Apakah keluarga ini berisiko tinggi mengalami masalah
membesarkan anak? Jika demikian, faktor apa yang
menyebabkan keluarga berisiko?
h. Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak untuk
bermain anak-anak (sesuai dengan tahap perkembangan anak)?
Apakah peralatan permainan yang ada sesuai dengan usia anak?

3. Fungsi Perawatan Kesehatan


a. Keyakinan, nilai, dan perilaku kesehatan
Nilai apa yang dianut keluarga dalam kesehatan?
Promosi/peningkatan kesehatan? Pencegahan? Apakah terdapat
konsistensi antara nilai kesehatan keluarga seperti yang
dinyatakan dan tindakan kesehatan mereka? Kegiatan promosi
kesehatan apa yang dilakukan keluarga secara teratur? Apakah
perilaku ini merupa- kan karakteristik dan semua anggota
keluarga, atau apakah pola perilaku promosi kesehatan sangat
beragam di antara anggota keluarga? Apa tujuan kesehatan
keluarga?
b. Definisi dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat-sakit
Bagaimana keluarga mendefinisikan sehat dan sakit untuk
masing-masing anggota keluarga? Tanda- tanda apa yang
memberikan kesan, dan siapa yang memutuskan? Apakah
keluarga dapat mengamati secara akurat dan melaporkan gejala
dan perubahan yang signifikan? Apakah sumber informasi dan
saran kesehatan bagi keluarga? Bagaimana informasi dan saran
tentang kesehatan diteruskan kepada anggota keluarga?
c. Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap sakit yang
dirasa
Bagaimana keluarga mengkaji status kesehatannya saat ini?
Masalah kesehatan apa yang saat ini diidentifikasi oleh
keluarga? Masalah kesehatan apa yang membuat keluarga
merasa mereka rentan? Apa persepsi keluarga tentang berapa

28
banyak kontrol kesehatan yang mereka lakukan dengan
melakukan tindakan kesehatan yang tepat?
d. Praktik diet keluarga
Apakah keluarga mengetahui tentang sumber makanan dan
piramida pedoman makanan? Apakah diet keluarga adekuat?
(catatan riwayat pola makan keluarga selama tiga hari
dianjurkan.) Siapakah yang bertanggung jawab untuk terbadap
perencanaan, belanja. dan persiapan makanan? Bagaimana
makanan disiapkan? Berapa banyak makanan yang dikonsumsi
per hari? Apakah ada pembatasan anggaran makanan?
Penggunaan kupon makanan? Bagaimana kelayakan
penyimpanan dan lemari pendingin makanan? Apakah saat
makan memiliki suatu fungsi tertentu bagi keluarga? Bagaimana
sikap keluarga terhadap makanan dan jam makan? Bagaimana
kebiasaan keluarga dalam mengonsumsi makanan kudapan?
e. Kebiasaan tidur dan beristirahat
Apakah yang merupakan kebiasaan tidur anggota keluarga?
Apakah kebutuhan tidur anggota keluarga sesuai dengan status
kesehatan dan usia mereka? Apakah jam tidur ditetapkan seeara
teratur? Apakah anggota keluarga melakukan istirahat siang
seeara teratur dan memiliki cara-cara lain untuk istirahat selama
sehari? Siapa yang memutuskan kapan anak-anak tidur? Di
mana anggota keluarga tidur?
f. Praktik aktivitas fisik dan rekreasi
Apakah anggota keluarga menyadari bahwa rekreasi aktif dan
olahraga seeara teratur penting untuk kesehatan? Apakah
pekeljaan harian yang biasa memberikan kesempatan untuk
latihan? Jenis rekreasi dan aktivitas fisik apa (mis., lari, ber
sepeda, berenang, menari, tenis) yang dilakukan keluarga?
Berapa kali? Siapa yang mengikuti? Apakah aktivitas sehari-
hari yang dilakukan oleh anggota kehiarga membutuhkan energi
yang keeil untuk dikeluarkan? Apakah .anggota keluarga

29
menghabiskan sedikitnya 30 menit hampir setiap hari daIam
melakukan aktivitas fisik yang sedang atau berat? Apa jenis
aktivitas rekreasi/waktu luang subsistem keluarga (subsistem
pasangan, subsistem orang tua anak, dan subsistem saudara).
Seberapa sering aktivitas ini terjadi? Siapa yang berpartisipasi?
Apa keyakinan keluarga tentang hubungan aktivitas fisik
dengan kesehatan? Apa yang dirasakan anggota keluarga
tentang aktivitas rekreasi/waktu luang (kepuasan terhadap
waktu yang dihabiskan dan jenis aktivitas).
g. Praktik penggunaan obat terapeutik dan penenang, alkohol serta
tembakau di keluarga
Apakah keluarga menggunakan aIkohol, tembakau, kopi, cola,
atau teh? (Kafein dan teobromin adaIah stimulan). Apakah
anggota keluarga mengonsumsi obat sebagai penenang? Sudah
berapa lama anggota keluarga menggunakan alkohol atau obat
penenang? Apakah penggunaan tembakau, aIkohol, atau obat
yang diresepkan. oleh anggota keluarga dirasakan sebagai
masaIah? Apakah penggunaan alkohol atau obat lainnya
mengganggu kapasitas unluk melakukan aktivitas yang biasa?
Apakah anggota keluarga secara teratur menggunakan obat
yang dijual bebas atau obat yang diresepkan? Apakah keluarga
menyimpan obat dalam periode yang lama dan
menggunakannya kembali? Apakah obat diberi label dan
disimpan dengan tepat di tempat yang aman dan jauh dari
jangkauan anak keeil?
h. Peran keluaarga dalam praktik perawatan diri
Apa yang dilakukan keluarga untuk memperbaiki status
kesehatannya? Apa yang dilakukan keluarga untuk menecegah
penyakit? Siapakah pemimpin kesehatan di dalam keluarga?
Siapa yang membuat keputusan kesehatan di dalam keluarga?
Apa yang dilakukan anggota keluarga ketika merawat anggota
yang sakit di rumah? Bagaimana kemampuan keluarga dalam

30
hal perawatan diri yang berkaitan dengan pengakuan terhadap
tanda dan gejala, diagnosis dan perawatan di rumah terhadap
masalah kesehatan yang umum dan sederhana? Apa nilai, sikap,
dan keyakinan keluarga. mengenai perawatan di rumah?
i. Tindakan pencegahan secara medis
Bagaimana riwayat dan perasaan keluarga tentang keadaan fisik
ketika berada dalam keadaan sehat? Kapan pemeriksaan
terakhir terhadap mata dan pendengaran dilakukan? Bagaimana
status imunisasi anggota keluarga? Apakah anggota keluarga
menggunakan air yang diberi florida, dan apakah anak-anak
dianjurkan untuk menggunakan florida setiap hari? Apa
kebiasaan higiene oral keluarga yang berkaitan dengan sikat gigi
setelah makan? Bagaimana pola keluarga dalam mengasup gula
dan tepung? Apakah anggota keluarga menerima perawatan gigi
profesional yang bersifat preventif/peneegahan, termasuk
pendidikan kesehatan, penyinaran dengan sinar X seeara
periodik, kebersihan, perbaikan, dan untuk anakanak, florida
oral atau topikaI?
j. Terapi komplementer dan alternative
Apa praktik pelayanan/perawatan kesehatana alternatif yang
digunakan oleh anggota keluarga? Bagaimana mereka turut
mengikuti praktik ini, dan atas alasan apa mereka mengikuti
praktik ini? Bagaimana perasaan anggota keluarga tentang
manfaat praktik ini terhadap kesehatannya? Sudahkah praktik
ini dilaksanakan berdasarkan koordinasi dengan pelayanan
berbasis medis lainnya?
k. Riwayat Kesehatan Keluarga
Bagaimana keseluruhan kesehatan dari anggota keluarga dari
hubungan pernikahan (kakek/nenek, orang tua, bibi, paman,
sepupu, saudara, dan generasi) selama tiga generasi? Apakah
ada riwayat penyakit genetik atau keturunan di masa lalu dan
sekarang penyakit diabetes, jantung, tekanan darah tinggi,

31
stroke, kanker, gout, penyakit ginjal dan tiroid, asma, keadaan
alergi lainnya, penyakit darah, atau penyakit keturunan lainnya.
Apakah ada riwayat keluarga tentang.masalah emosi atau bunuh
diri? Apakah terdapat penyakit keluarga yang berkaitan dengan
Iingkungan?
l. Layanan perawatan kesehatan yang diterima
Dari mana anggota keluarga menerima perawatan (sebutkan
praktisi perawatan kesehatan dan/atau lembaga perawatan
kesehatan)? Apakah penyedia atau lembaga kesehatan merawat
dan memerhatikan semua kebutuhan kesehatan mereka?
m. Perasaan dan persepsi mengenai pelayanan kesehatan
Bagaimana perasaan keluarga tentang jenis pelayanan kesehatan
yang tersedia di dalam masyarakat? Bagaimana perasaan
keluarga mengenai pelayanan kesehatan yang diterima? Apakah
keluarga merasa nyaman, puas, dan percaya dengan perawatan
yang diterima dari penyedia pelayanan kesehatan? Apakah
keluarga memiliki pengalaman masa lalu dengan pelayanan
kesehatan keluarga? Apa sikap dan harapan keluarga terhadap
peran perawat?
n. Pelayanan kesehatan darurat
Apa lembaga atau dokter yang memberikan layanan perawat
memiliki pelayanan darurat? Apakah pelayanan medis dari
pemberi pelayanan kesehatan saat ini tersedia, jika terjadi
keadaan darurat? jika tidak ada pelayanan darurat, apakah
keluarga mengetahui di mana pelayanan darurat terdekat baik
untuk anak-anak maupun anggota keluarga yang dewasa?
Apakah keluarga mengetahui bagaimana cara menghubungi
ambulans dan pelayanan paramedis? Apakah keluarga memiliki
rencana kesehatan gawat darurat?

o. Sumber pembayaran

32
Bagaimana keluarga membayar pelayanan yang diterima?
Apakah keluarga memiliki rencana asuransi kesehatan swasta,
Medicare, atau Medicaid; atau haruskah keluarga membayar
penuh atau sebagian? Apakah keluarga mendapatkan pelayanan
gratis (atau mengetahui siapa yang layak mendapatkannya)?
Apa efek dari biaya perawatan kesehatan terhadap pemakaian
pelayanan kesehatan oleh keluarga? Jika keluarga memiliki
asuransi kesehatan (swasta, Medicare, Medicaid), apakah
keluarga diinformsaikan tentang layanan apa yang dijamin oleh
asuransi seperti pelayanan preventif, peralatan medis tertentu,
kunjungan rumah, dll?
p. Logistik untuk mendapatkan perawatan
Berapa jarak fasilitas· perawatan dari rumah keluarga? Alat
transportasi apa yang digunakan keluarga untuk mencapai
fssilitas perawatan? Jika keluarga harus menggunakan angkutan
umum. masalah apa yang timbul dalam hal jam pelayanan dan
lamanya perjalanan ke fasilitas pelayanan kesehatan?

4. Stres, Koping, dan Adaptasi Keluarga Stresor, kekuatan, dan


persepsi keluarga
a. Apa saja stresor (baik jangka panjang maupun pendek) yang
pernah dialami oleh keluarga? Merujuk. pada Family Inventory
of Live Events and Changes Scale (Tabel 17-2) sebagai contoh
stresor yang penting. Pertimbangkan stresor ekonorni sosial dan
lingkungan. Bagaimana kekuatan dan jangka waktu dari stresor
ini?
b. Kekuatan apa yang mengimbangi stresor itu? Apakah keluarga
mampu menangani stres dan ketegangan kehidupan keluarga
sehari-hari? Sumber apa yang dimiliki keluarga untuk
mengatasi stresor itu?
c. Bagaimana keluarga mendefinisikan situasi tersebut? Apakah
realistik, penuh harapan, diIihat sebagai tantangan? Apakah

33
keluarga mampu bertindak berdasarkan pada penilaian realistis
dan objektif terhadap situasi atau peristiwa yang penuh stres?
atau apakah stresor utama dilihat sebagai hal yang sangat besar,
sulit di atasi, atau sesuatu yang merusak?
Strategi Koping Keluarga
a. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap stresor yang sedang
dialami? Strategi apa yang digunakan? Strategi koping apa
yang dilakukan keluarga dan untuk menangani jenis masalah
apa? Apakah era koping anggola keluarga berbeda unluk
mengatasi masalah saat ini? Jika demikian, bagaimana?
b. Sejauh mana keluarga menggunakan strategi koping internal?
Mengandalkan kelompok keluarga Berbagi perasaan,
pemikiran, dan aktivitas (memperkuat kohesivitas)
Fleksibilitas peran, normalisasi, mengendalikan makna
masalah dengan pembingkaian ulang dan penilaian pasif,
pemecahan masalah bersama, mendapatkan informasi dan
pengetahuan, terbuka dan jujur dalam komunikasi keluarga,
menggunakan humor dan tawa
c. Sejauh mana keluarga menggunakan strategi koping eksternal
berikut? memelihara jalinan aktif dengan komunitas,
menggunakan dukungan spiritual, menggunakan sistem
dukungan sosial untuk memperoleh informasi jaringan
dukungan sosial lebih lanjut, baik genogram dan ecomap
dianjurkan
d. Strategi koping disfungsional apa yang pernah digunakan
keluarga atau apakah keluarga saat ini menggunakannya?
Apakah ada tanda-tanda disfungsional seperti yang tercantum
di bawah ini? Jika demikian, catat dan sejauh mana tanda
tersebut digunakan? mengambinghitamkan, penggunaan
aneaman keluarga, orang ketiga, pseudomutualitas,
otoriterianisme, 25 perpeeahan keluarga, penyalahgunaan
alkohol dan/atau obat-obatan, kekerasan dalam keluarga

34
(pasangan, anak, sibling, lansia, alau homoseksual,
pengabaian anak )
Adaptasi Keluarga
a. Bagaimana pengelolaan atau fungsi keluarga? Apakah
stresor/masalah keluarga dikelola seeara adekuat oleh
keluarga? Apa dampak dari stresor pada fungsi keluarga?
b. Apakah keluarga berada dalam krisis? (Salah satu tugas
primer perawat keluarga adalah mendeteksi kapan keluarga
berada dalam krisis.) Apakah masalah yang ada merupakan
bagian dari ketidakmampuan kronik menyelesaikan masalah
(mis., apakah keluarga terpajan krisis)?
Melacak Stresor, Koping, Adaptasi Waktu
a. Ketika perawat keluarga bekerja dengan keluarga sepanjang
waklu, akan sangat bermanfaat untuk melaeak alau memantau
bagaimana keluarga bereaksi terhadap stresor, persepsi,
koping, dan adaptasi. Apakah keluarga mulai pulih,
menghasilkan proses koping yang berguna, atau apakah lelap
pada lingkungan adaptasi yang sama, atau menunjukkan
tanda-tanda penurunan adaptasi?

2.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut (Hatmanti, 2024) di dalam materi dijelaskan bahwa


diagnoisis keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai individu,
keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan
data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan – tindakan dimana perawat bertanggung jawab
melaksanakannya. Diagnosis keperawatan keluarga perlu dianalisis melalui
pengkajian yang mencakup beberapa masalah meliputi tahap perkembangan
keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga dan
koping keluarga.
Diagnosis keperawatan keluarga diangkat setelah stressor mengenai
garis pertahanan dalam keluarga baik garis pertahanan fleksibel, garis

35
pertahanan normal, dan garis pertahanan resisten. Stressor-stressor tersebut
akan mempengaruhi tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga,
struktur keluarga, fungsi fungsi keluarga dan koping keluarga setiap garis
pertahanan yang ada dalam keluarga. Diagnosis keperawatan dapat bersifat
aktual, risiko maupun sejahtera tergantung dari garis pertahanan dalam
keluarga yang terdapat stresor baik sehat maupun sakit. (Tantut Susanto,
2021),. di dalam buku ajar Keperawatan Keluarga.
Menurut SDKI (Tim Pojka SLKI DPP PPNI, 2018) dijelaskan Diagnosa
Keperawatan dapat dibedakan menjadi 3 Jenis yakni,
1. Diagnosis Aktual
Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan
atau proses kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami masalah
kesehatan. Tanda/gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi
pada klien.
2. Diagnosis Risiko
Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan
atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien berisiko
mengalami masalah kesehatan. Tidak ditemukan tanda/gejala mayor dan
minor pada klien, namun klien memiliki faktor risiko mengalami masalah
kesehatan.

3. Diagnosis Promosi Kesehatan


Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih
baik alau optimal.
2.1 Analisa Data
Analisis data merupakan pengelompokan data berdasarkan masalah
keperawatan yang terjadi. Analisis data membutuhkan kemampuan kognitif
dalam pengembangan daya berpikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh
latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian
keperawatan.

36
Berikut adalah Contoh Analisa Data menurut (Ns. Wahyu Widagdo, M.Kep,
2017) dalam Modul Keperawatan Keluarga dan Komunitas
No Data Diagnosa

1. Data Subjektif Domain 1


• Ibu P menderita kencing manis sejak pertengahan
Manajemen Kesehatan
tahun 2006
• Keluarga tidak mengetahui tentang pengertian,
penyebab, tanda-tanda dan perawatan penderita Diagnosis :
kencing manis
Manajemen Kesehetan
• Keluarga tidak pernah mendapat informasi tentang
Keluarga Tidak Efektif
kencing manis
pada keluarga bapak O
• Ibu P tidak menjalankan diet DM
khususnya ibu P
• Keluarga mengatakan belum tahu tentang diet DM
• Menurut informasi yang didapat keluarga dari dokter
yang memeriksa, Ibu P harus mengurangi konsumsi
gula dan makanan yang manis-manis

Data Obyektif
• BB: 54 kg
• BBR : 101% (normal)
• Kebutuhan kalori seharusnya :1620 kal
• Nadi: 80 X/menit.
• Pernafasan : 16 x/menit.
• Gula darah : 226 mg/dl

Berikut adalah beberapa Diagnosa Keperawatan Keluarga yang mungkin


Muncul menurut SDKI (Tim Pojka SLKI DPP PPNI, 2018) yakni :

37
1. D.0115 Manajemen Keperawatan Keluarga Tidak Efektif pada Keluarga
dengan penderita Diabetes Mellitus
2. D.0114 KetidakPatuhan dalam menjalankan pengobatan pada pasien
Diabetes Mellitus
3. D.0093 Ketidakmampuan Koping Keluarga pada Pasien Diabetes Mellitus
4. D.0090 Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga

2.3 Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan


yang direncanakan oleh perawat untuk membantu keluarga dalam
mengatasi masalah keperawatan dengan melibatkan anggota keluarga
(Kholifah & Widagdo, 2016). Tahapan penyusunan perencanaan
Keperawatan keluarga adalah sebagai berikut ;

2.3.1. Menentukan Prioritas Masalah (Skoring)

Menurut Maglaya (2009) dalam (Hatmati et al., 2020)


menetapkan prioritas masalah atau diagnosis Keperawatan keluarga
adalah dengan skala menyusun prioritas sebagai berikut :
Tabel 5. Skala untuk Menentukan Prioritas

No. Kriteria Skor Bobot

1. Sifat masalah

Skala :

Wellness 3

Aktual 3 1
Resiko 2

Potensial 1

2. Kemungkinan masalah
dapat diubah

38
Skala : 2

Mudah
2
Sebagian 1

Tidak dapat 0

3. Potensi masalah untuk


dicegah

Skala :
3
Tinggi
1
2
Cukup
1
Rendah

4. Menonjolnya masalah

Skala :

Segera 2
1
Tidak perlu 1

Tidak dirasakan 0

Sumber : Maglaya (2009) dalam (Hatmati et al., 2020)

Cara skoring :
1. tentukan skor untuk setiap kinerja
2. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikan dengan bobot 9 angka
dalam pecahan bukan desimal)
Skor
x Bobot
Angka tertinggi

3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria (dalam pecahan bukan desimal)

39
Penentuan prioritas masalah didasarkan dari empat kriteria yaitu sifat
masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah untuk
dicegah dan menonjolkan masalah.
1. Kriteria pertama yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan
pada masalah aktual karena yang pertama memerlukan tindakan segera
dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga
2. Kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah perawat
perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :
a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah
b. Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga
c. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan,keterampilan dan
waktu
d. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat dan sokongan masyarakat
3. Kriteria ketiga, yaitu potensi masalah dapat dicegah. Faktor-faktor yang
perlu diperhatikan adalah :
a. Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah
b. Lamanya masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
c. Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang
tepat dalam memperbaiki masalah
d. Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah
4. Kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tsb. Nilai
skor yang tertinggi yang terlebih dahulu diberikan intervensi keluarga.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan tujuan
keperawatan keluarga yaitu :
a. Tujuan harus berorientasi pd keluarga, dimana keluarga diarahkan
untuk mencapai suatu hasil

40
b. Kriteria hasil atau standart hasil pencapaian tujuan harus benar-
benar bisa diukur dan dapat dicapai oleh keluarga
c. Tujuan menggambarkan berbagai alternatif pemecahan masalah
yang dapat dipilih oleh keluarga
d. Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks diagnosis
keperawatan keluarga dan faktor-faktor yang berhubungan
e. Tujuan harus menggambarkan kemampuan dan tanggung jawab
keluarga dalam pemecahan masalah. Penyusunan tujuan harus
bersama – sama dengan keluarga
Contoh Penulisan Prioritas Masalah (Skoring)
1. Manajemen Keperawatan Keluarga Tidak Efektif pada Keluarga dengan
penderita Diabetes Mellitus
Tabel 6. Diagnosa ke-1

No. Kriteria Skor Bobot Skoring

1. Sifat masalah

Skala :
1 2 2
𝑥1 =
Wellness 3 3 3

Aktual 3
Resiko 2

Potensial 1

2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah 2 2
𝑥2 = 2
2
Skala :

Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0

41
3. Potensi
masalahuntuk
dicegah 1 3
𝑥1 = 1
3
Skala :

Tinggi 3

Cukup 2
1
Rendah

4. Menonjolnya
masalah
1 2
Skala : 𝑥2 = 2
2
Segera 2
Tidak perlu 1
Tidak dirasakan 0

Total Skor 2
5
3

2. KetidakPatuhan dalam menjalankan pengobatan pada pasien Diabetes


Mellitus
Tabel 7. Diagnosa ke- 2

No. Kriteria Skor Bobot Skoring

1. Sifat masalah

Skala :
1 1 1
𝑥1=
Wellness 3 3 3

Aktual 3
Resiko 2

Potensial 1

42
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah 2 1
𝑥2=1
2
Skala :

Mudah
2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensi
masalah untuk
dicegah 1 2 2
𝑥1=
3 3
Skala :

Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1

4. Menonjolnya
masalah
1 2
Skala: 𝑥 1
2
Segera =1
2
Tidak perlu 1
Tidak 0
dirasakan

Total Skor 3

43
3. Ketidakmampuan Koping Keluarga pada Pasien Diabetes Mellitus
Tabel 8. Diagnosa ke-3

No. Kriteria Skor Bobot Skoring

1. Sifat masalah
1 1
Skala : 𝑥1=
1 3 3
Wellness 3
Aktual 3
Resiko 2

Potensial 1

2. Kemungkinan
masalah dapat 2
𝑥2=2
diubah 2 2

Skala :

Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0

3. Potensi masalah
untuk dicegah
1 3
Skala : 𝑥1=1
3
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1

4. Menonjolnya
masalah 2
𝑥1=1
1 2
Skala :

Segera 2

44
Tidak perlu 1
Tidak dirasakan 0

Total Skor 1
4
3

2.3.2. Prioritas Masalah Kesehatan

Tabel 9. Prioritas Masalah Kesehatan

No. Prioritas Jumlah Skor

1. Manajemen Keperawatan Keluarga 2


5
Tidak Efektif pada Keluarga dengan 3

penderita Diabetes Mellitus

2. KetidakPatuhan dalam menjalankan 1


4
pengobatan pada pasien Diabetes 3

Mellitus

3. Ketidakmampuan Koping Keluarga 3


pada Pasien Diabetes Mellitus

45
2.3.3. Perencanaan

Perencanaan berdasarkan (Tim Pokja SIKI DPP, 2019) dan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019).
Diagnosa : (D.0115) Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif
Tabel 10. Intervensi ke-1

Tujuan
Dx Kriteria Hasil Intervensi
Umum Khusus
1. Setelah TUK 1 L.12105 1.09260
dilakukan
Keluarga mampu Manejemen Kesehatan Keluarga Dukungan Koping Keluarga
intervensi
mengatasi masalah
keperawatan Definisi : Observasi
kesehatan denga tepat
selama 6 x 60 Kemampuan mengangani Masalah 1. Identifikasi respons
menit maka kesehtan keluarga secara optimal emosional terhadap
Tujuan jangka pendek : untuk memulihkan kondisi kesehatan kondisi saat ini
anggota keluarga membaik kriteria 2. Identifikasi beban
Setelah dilakukan tindakan
hasil : prognosis secara
keperawatan selama 1x45
psikologis
menit keluarga mampu 1. Kemampuan menjelaskan
menjelaskan terkait masalah kesehatan yang

i
masalah kesehatan yang dialami dari skala 2 (cukup 3. Identifikasi pemahaman
dihadapi menurun) menjadi skala 5 tentang keputusan
(meningkat) perawatan setelah pulang
2. Aktivitas keluarga mengatasi 4. Identifikasi kesesuaian
masalah kesehatan tepat dari antara harapan pasien,
skala 2 (cukup menurun) keluarga, dan tenaga
menjadi skala 5 (meningkat) kesehatan Terapeutik
3. Tindakan untuk mengurangi Terapeutik
factor resiko dari skala 2 5. Dengarkan masalah,
(cukup menurun) menjadi perasaan, dan pertanyaan
skala 5 (meningkat) keluarga
6. Terima nilai-nilai keluarga
dengan cara yang tidak
menghakimi
7. Diskusikan rencana medis
dan perawatan
8. Fasilitasi pengungkapan
perasaan antara pasien dan

ii
keluarga atau antar
anggota keluarga
9. Fasilitasi pengambilan
keputusan dalam
merencanakan perawatan
jangka panjang, jika pertu
10. Fasilitasi anggota keluarga
dalam mengidentifikasi
dan menyelesaikan konflik
nilai
11. Fasilitasi pemenuhan
kebutuhan dasar keluarga
(mis, tempat tinggal,
makanan, pakaian)
12. Fasilitasi anggota keluarga
melalui proses kematian
dan berduka, jika perlu
13. Fasilitasi memperoleh
pengetahuan,

iii
keterampilan, dan
peralatan yang diperlukan
14. Bersikap sebagai
pengganti keluarga untuk
menenangkan pasien
dan/atau jika
15. keluarga tidak dapat
memberikan perawatan
16. Hargai dan dukung
mekanisme koping adaptif
yang digunakan
17. Berikan kesempatan
berkunjung bagi anggota
keluarga
Edukasi
18. Informasikan kemajuan
pasien secara berkala

iv
19. Informasikan fasilitas
perawatan kesehatan yang
tersedia
Kolaborasi
20. Rujuk untuk terapi
keluarga, jika perlu

TUK 2 : L. 09079 1.12360

Keluarga mampu Tingkat Kepauhan Dukungan Kepatuhan Progam


mematuhi manajemen Pengobatan
kesehatan yang sudah
Observasi
disampaikan Definisi :
1. Identifikasi kepatuhan
Perilaku individu dan atau memberi
menjalani program
asuhan dalam mengikuti rencana
Tujuan jangka pendek : pengobatan Terapeutik
perawatan atau pengobatan yang
Terapeutik
Setelah dilakukan tindakan disepakati dengan tenaga kesehatan
2. Buat komitmen menjalani
keperawatan selama 1x45 sehingga hasil perawatan atau
program pengobatan
menit keluarga mampu
dengan baik

v
mematuhi manajemen pengobatan efektif ekspektasi 3. Buat jadwal
kesehatan Meningkat dengan kriteria hasil : pendampingan keluarga
untuk bergantian
1. Verbalisasi kemamuan
menemani pasien selama
mematuhi program perawatan
menjalani program
atau pengobatan dari skala 2
pengobatan, jika perlu
(cukup menurun) menjadi
4. Dokumentasikan aktivitas
skala 5 (meningkat)
selama menjalani proses
2. Verbalisasi mengikuti pengobatan
anjuran dari skala 2 (cukup 5. Diskusikan hal-hal yang
menurun) menjadi skala 5 dapat mendukung atau
(meningkat) menghambat berjalannya

3. Perilaku mengikuti program program pengobatan

perawatan atau pengobatan 6. Libatkan keluarga untuk

dari skala 2 (cukup mendukung program

memburuk) menjadi skala 5 pengobatan yang dijalani

(membaik)

vi
Edukasi
7. Informasikan program
pengobatan yang harus
dijalani
8. Informasikan manfaat
yang akan diperoleh jika
teratur menjalani program
pengobatan Anjurkan
keluarga untuk
mendampingi dan
merawat pasien selama
menjalani
9. program pengobatan
Anjurkan pasien dan
keluarga melakukan
konsultasi ke pelayanan

vii
kesehatan terdekat, jika
perlu
Kolaborasi
-

viii
2.4 Implementasi Keperawatan

Dalam Buku Ajar Keperawatan Keluarga (Tantut Susanto, 2021)


menjelaskan bahwa Tindakan keperawatan keluarga adalah suatu
pelaksariaan dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun perawat
ber-sama dengan keluarga. Perhatian merupakan inti dari pelaksanaan
pemberian asuhan keperawatan keluarga Pada tahap ini, perawat keluarga
akan menghadapi kenyataan dimana keluarga berusaha dan mencoba segala
upaya dalam membuat suatu perubahan sehingga tidak dapat berbuat apa-
apa. Perawat harus dapat membangkitkan keinginan untuk bekerja sama
melaksanakan tindakan keperawatan. Berikut merupakan hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan implementasi keluarga yakni (Friedman,
2004):
1. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat, dengan
cara:
a. Diakui tentang konsekuensi tidak melakukan tindakan.
b. Identifikasi sumber-sumber tindakan dan langkah-langkah serta
sumber yang dibutuhkan.
c. Diakui tentang konsekuensi tiap alternatif tindakan.
2. Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan
kebutuhan kesehatan, dengan cara:
a. Memperluas informasi keluarga.
b. Membantu untuk melihat dampak akibat situasi yang ada.
c. Hubungan kebutuhan kesehatan dengan sasaran keluarga.
d. Dorong sikap emosi yang sehat menghadapi masalah.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit,
dengan cara:
a. Mendemonstrasikan cara perawatan.
b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
c. Mengawasi keluarga dalam melakukan perawatan.

i
4. Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis:
a. Meningkatkan hubungan yang terbuka dan dekat dalam me
ningkatkan pola komunikasi atau interaksi, meningkatkan peran
dan tanggung jawab.
b. Memilih intervensi keperawatan yang tepat.
c. Memilih metode kontak yang tepat: kunjungan rumah, kon ferensi
di klinik atau puskesmas, pendekatan kelompok.
5. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat, dengan cara:
a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan kelu arga.
b. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
6. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara:
a. Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.
b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

2.5 Evauasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan


keluarga. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam
mencapai tujuan
Evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien
dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan
hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan. Mengukur pencapaian tujuan klien
Dalam evaluasi terdapat 2 jenis pelaksanaan asuhan keperawatan
keluarga sebagai berikut:
c. Evaluasi Formatif Evaluasi yang dilakukan sesaat setelah pelaksanaan
tindakan keperawatan. penulisannya lebih dikenal dengan menggunakan
format SOAP.

ii
S= dikemukakan oleh keluarga atauanggota keluarga
O= sesuatu yang diperoleh dari hasil ukur/pemeriksan perawat
A=penilaian yang telah dicapai di Kriteria Evaluasi
P=perencanaan yang dilakukan selanjutanya
d. Evaluasi Sumatif Evaluasi akhir apabila waktu perawatan sudah sesuai
dengan perencanaan. Bila terdapat ketidaksesuaian dalam hasil yang
dicapai, keseluruhan proses mulai dari pengkajian sampai dengan
tindakan perlu ditinjau kembali. Ada beberapa metode yang perlu
dilaksanakan dalam melakukan evaluasi di antaranya adalah observasi
langsung, wawancara, memeriksa laporan dan latihan stimulasi

2.6 Ringkasan

Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang sangat berbahaya jika


dianggap sepele. Pada sebagaian keluarga yang memiliki anggota keluarga
dengan penyakit diabetes melitus seringkali tidak patuh dalam menemani
pasien menjalankan pengobatannya. Manajemen kesehatan juga seringkali
kerap diabaikan oleh penderita diabetes.
Maka daripada itu peran keluarga sangatlah penting untuk
menunjang kelangsungan hidup pasien diabetes mellitus di lingkup
keluarga. Dengan menerapkan manajemen kesehatan keluarga yang baik
dan patuh akan pengobatan yang diberikan maka akan berakibat baik bagi
kelangsungan hidup pasien.

2.7 Latihan Soal

1. menurut (Firdaus, 2019) menyatakan bahwa tipe keluarga


dikelompokkan menjadi?

A. 3

B. 4

C. 5

iii
D. 2

E. 1

2. Dibawah ini pengertian dari Tipe keluarga tradisional "Nuclear family"


adalah?

A. keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah dengan anggota


keluarga lainnya

B.keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri atas suami, istri dan anak.

C. keluarga yang memiliki satu orang tua dengan anak yang terjadi akibat
peceraian atau kematian.

D.keluarga yang terdiri dari suami istri namun tidak memiliki anak.

E. Keluarga cemara

3. peningkatan kadar gula darah dalam tubuh akibat resistensi insulin atau
produksi insulin yang tidak adekuat. Kondisi ini memengaruhi cara tubuh
menggunakan gula (glukosa) sebagai sumber energi. Merupakan
pengertian dari diabetes?

A. tipe 1

B. Tipe 2

C. diabetes adekuat

D. Diabetes melitus

E. Diabetes Gestasional

4. suatu keadaan intoleransi glukosa pada ibu hamil yang sebelumnya


belum pernah didiagnosis menderita diabetes melitus sehingga terjadi
peningkatan kadar gula darah selama kehamilan. Merupakan pengertian
dari?

iv
A. Diabetes fungsional

B. Diabetes disfungsional

C. Diabetes Gestasional

D. Diabetes tipe 2

E. Diabetes turunan

5. Menurut (Friedman, 2010), fungsi keluarga berfokus pada proses yang


digunakan oleh keluarga untuk mencapai segala tujuan. Berikut adalah
secara umum fungsi keluarga menurut Friedman adalah

A. Fungsi afektif

B. Fungsi internal

C. Fungsi independen

D. Fungsi sosial

E. Fungsi adekuat

v
DAFTAR PUSTAKA
Adli, F. K. (2021). DIABETES MELITUS GESTASIONAL: DIAGNOSIS DAN
FAKTOR RISIKO. Jurnal Medika Hutama.
American Association of Diabetes Educators. (2020). An Effective Model of
Diabetes Care and Education: Revising the AADE7 Self-Care Behaviors.
Arivazhahan, A. (2021). Pharmacotherapy of Diabetes Mellitus. Introduction to
Basics of Pharmacology and Toxicology: Volume 2: Essentials of Systemic
Pharmacology: From Principles to Practice, 2(2), 653–673.
https://doi.org/10.1007/978-981-33-6009-9_43
Banday, M. Z., Sameer, A. S., & Nissar, S. (2020). Pathophysiology of diabetes:
An overview. Avicenna Journal of Medicine.
Decroli, E. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2 (Y. P. E. Alexander Kam (ed.)). Pusat
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.
Firdaus, N. (2019). Buku Ajar Keperawatan Keluarga.
https//askepbukumaternitas.com
Friedman, M. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluaarga Riset, Teori, dan
Praktik (5th ed.).
Hatmanti, N. M. (2024). DIAGNOSIS DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN
KELUARGA. 4–6.
Hatmati, N. M., Zahrih, C., & Nadatien, I. (2020). BAHAN AJAR
KEPERAWATAN KELUARGA (1st ed.). UNUSA PRESS.
Kemenkes RI. (2019). Tanda dan Gejala Diabetes.
Kholifah, S. N., & Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas
(1st ed.). Pusdik SDM Kesehatan.
Lestari, Zulkarnain, & Sijid, S. A. (2021). Diabetes Melitus: Review Etiologi,
Patofisiologi, Gejala, Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan
Cara Pencegahan. UIN Alauddin Makassar, November, 237–241.
Niswa Salamung, et al. (2021). Buku Keperawatan Keluarga (Family Nursing).
Ns. Wahyu Widagdo, M.Kep, S. K. P. (2017). Modul Keperawatan Keluarga Dan
Komunitas. 32.
Sapra, A., & Bhandari, P. (2023). Diabetes. In StatPearls.
Tandra, H. (2019). Diabetes Masih Bisa Dikalahkan : 5 Rahasia Mengalahkan
Diabetes (F. M (ed.)). Yogyakarta : Rapha Publishing.
Tantut Susanto. (2021). Buku Ajar Keperawatan Keluarga (A. N. Ananda Patuh
Padaallah, Larasati Ayuning, Rosyida, Lutfian, Olifia, Imaniar, Dimas
Setiawan (ed.); 1st ed.). CV. Trans Info Media.
Tim Pojka SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

vi
(SDKI) (Edisi 1).
Tim Pokja SIKI DPP. (2019). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. In
Journal of Chemical Information and Modeling (2nd ed., Vol. 1, Issue 9).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia
(2nd ed., Vol. 1). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.

vii
8

Anda mungkin juga menyukai