DAN HEMATOLOGI
NAMA KELOMPOK:
1.KHOIROTUN NISA (1130021012)
2.SITI AISYAH NURROHMAH (11300219)
3.SITINOR FAUZIYAH RAMADHANI (1130021032)
4.SHEILA MELYNDA (1130021036)
DOSEN PENGAMPU:
RAHMADANIAR ADITYA PUTRI,S.Kep.Ns,M.Tr.Kep
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala kelimpahan
rahmat – nya sehingga saya bisa menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah
Keperawatan Maternitas dengan judul “ Asuhan Keperawatan Gangguan dan
Penatalaksanaan Sistem Kardiovaskuler“. Pada kesempatan ini, saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan saya
semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada dosen
pembimbing saya, Ibu Rahmadhaniar Aditya Putri,S.Kep.Ns.M.Kep.M.Tr.Kep yang
membantu saya dalam berbagai hal. Harapan saya, informasi dan materi yang
terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di
dunia, melainkan Allah SWT. Karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah saya selanjutnya.
Demikian makalah ini saya buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
ataupun adanya ketidaksesuaian materi yang saya angkat pada makalah ini, saya
mohon maaf. Wassalamualaikum Wr.Wb
WassalamualaikumWr.Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner PJK adalah Angina Pektoris dan Infark
Miokard. Angina Pektoris disebabkan oleh kurangnya pasokan darah karena
penyempitan arteri koroner yang mengakibatkan nyeri dada yang muncul pada saat
istirahat ataupun pada saat beraktifitas, bila darah tidak mengalir sama sekali karena
arteri koroner tersumbat, penderita dapat mengalami serangan jantung yang disebut
Infark Miokard rentang waktu yang lebih lama daripada Angina dan tidak akan
membaik dengan istirahat ataupun obat pereda nyeri sampai terjadi pingsan, syok,
bahkan meninggal seketika.(Abdul Majid, 2016)
4.Pusing
Gejala lain dari penyakit jantung adalah timbulnya rasa pusing. Rasa pusing
muncul sebagai akibat menurunnya kemampuan jantung untuk memompa darah
sehingga aliran darah dalam tubuh menjadi terganngu.(Abarca, 2021)
Gejala awal dari adanya Penyakit Jantung Koroner ialah nyeri di bagian dada
sebelah kiri yang dapat menjalar ke lengan kiri atau ke leher atau ke punggung. Nyeri
dada ini bersifat subjektif, ada yang merasa seperti ditekan benda berat, panas seperti
terbakar, sakit seperti tertusuk jarum, rasa tidak enak di dada dan ada yang
mengatakan seperti masuk angin. Lokasinya bisa juga terjadi di pertengahan dada, di
leher saja, punggung, dada kanan, dan bisa juga di ulu ati seperti sakit maag
Berbagai penelitian menunjukan bahwa kalau darah dapat dialirkan dengan cepat
ke otot jantung yang bersangkutan bisa terjadi pemulihan fungsi otot jantung tersebut.
Data statistik menyebutkan bahwa sepertiga orang yang mengalami penyakit jantung
dapat meninggal. Sebagian besar meninggal dalam dua jam pertama serangan
jantung. Karena itu, penting sekali untuk mengetahui gejala serangan jantung dan
mencari pertolongan segera.(Satoto, 2014)
2.1.6 Komplikasi Penyakit Jantung Koroner
a) Serangan Jantung Komplikasi ini terjadi apabila arteri tersumbat sepenuhnya,
akibat penumpukan lemak atau gumpalan darah. Kondisi ini akan merusak
otot jantung.
b) Gagal Jantung Hal ini terjadi apabila jantung tidak cukup memompa darah.
Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan
jantung.
c) Gangguan Irama Jantung (Aritmia) Hal ini dikarenakan kurangnya suplai
darah ke jantung atau kerusakan pada jantung akan mempengaruhi impuls
listrik pada jantung sehingga memicu Aritmia.
d) Dapat menimbulkan hipertensi akibat aterosklerosis yang lama
e) Thrombus yang terlepas dari plak ateriosklerosis, hal ini dapat menimbulkan
obstruksi aliran darah di sebelah hilir, menimbulkan stroke apabila pembuluh
darah otak yang tersumbat atau infark miokardium apabila pembuluh darah
jantung yang tekena.
f) Pembentukan suatu Aneurisma, pelemahan arteri Aneurisma tersebut dapat
pecah dan menimbulkan stroke apabila terkena di pembuluh serebelum.
2.1.7 Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner
a) Modifikasi diet atau obat untuk menurunkan kadar kolestrol dan trigliserida
b) Asprin atau obat – obat anti trombosit untuk mengurangi pembentukan
troumbus (Dokter et al., 2019)
c) Program olahraga terancang baik dapat meningkatkan pembentukan pembuluh
kolateral disekitar bagian yang tersumbat dan dapat menurunkan jumlah
lemak dalam darah serta meningkatkan HDL
d) Pada pengidap diabetes, kontol gula darah, kurangi merokok
e) Tindakan invasif : PTCA (percutaneous Transluminal Coronaria
Angioplasty), dikenal sebagai pemasangan ciincin pada pembuluh darah yang
tersumbat
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Jantung Koroner
1) Pemeriksaan Fisik
Terdiri atas pengukuran tanda vital, inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Tujuannya adalah untuk mengeksklusi penyebab nyeri dada non-
cardiac dan non-ischemic seperti penyakit paru dan lambung. Pemeriksaan
fisik mungkin dapat tidak menunjukkan kelainan apapun pada saat angina.
Pada pemeriksaan auskultasi dapat terdengar suara atrial atau ventrikel dan
murmur sistolik daerah apeks jantung. Frekuensi jantung dapat menurun,
menetap, ataupun meningkat saat melakukan perkusi batas jantung bisa
dirasakan melebur. Selain itu, pemeriksaan tekanan darah dengan tujuan untuk
melakukan deteksi dini terhadap penyakit hipertensi yang menjadi risiko
penyakit Jantung(Tajudin et al., 2020)
2) Pemeriksaan Lab
a. profil lipid puasa terdiri atas TC, LDL, HDL, dan trigliserida Peningkatan
kadar kolestrol dan trigelserida dapat mengindikasi adanya faktor risiko
untuk jantung koroner. Kadar Kolestrol diatas 180mg/dL pada orang yang
berusia 30 tahun atau kurang atau diatas 200mg/dL untuk 14 mereka yang
berusia lebih dari 30 tahun dianggap meningkat dan berisiko khusus
mengalami penyakit jantung koroner
b. glukosa puasa Deteksi dini Diabetes Melitus melalui pengecekan
Glukosa Darah Sewaktu dan Indeks Masa Tubuh. Tujan dari
pemeriksaan ini untuk mengetahui kadar GDS dan IMT agar dapat
melakukan tindakan kuratif dan segera melakukan pemeriksaan
berkelanjutan agat dapat mencegah komplikasi lain
3) Elektrokardiografi (EKG)
Elektrokardiografi adalah pemeriksaan untuk menampilan gambaran
jantung pasien di monitor. Selama pemeriksaan, dokter akan memeriksa
semua bagian dinding jantung dapat berfungsi baik dalam memompa darah.
Dinding jantung yang bergerak lama bisa disebabkan kekurangan oksigen,
yaitu adanya kerusakan akibat serangan jantung. Hal tersebut bisa menjadi
tanda PJK.
Data yang harus dikaji pada penyakit jantung koroner dengan nyeri akut
menurut Udjianti (2010) :
a. identitas klien
yang perlu dikaji yaitu nama, nomor rekam medis, jenis kelamin,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, status,
agama,alamat, pekerjaan, serta umur pasien.
b. Keluhan Utama
g. Pengkajian, terkait hal-hal yang perlu dikaji lebih jauh pada nyeri dada
coroner menurut Padila (2013) :
2. Blood(B2)
Inspeksi : Adanya hipertensi, hemoraghi subkutan, hematoma
dan Sianosis akral. Adanya ptekie atau ekimosis pada kulit,
purpura.
Palpasi : Penghitungan frekuensi denyut nadi meliputi irama dan
kualitas denyut nadi, denyut nadi perifer melemah, hampir tidak
teraba. Takikardi, adanya petekie pada permukaan kulit. Palpitasi
(sebagai bentuk takikardia kompensasi).
Perkusi : Kemungkinan adanya pergeseran batas jantung.
Auskultasi : Bunyi jantung abnormal, tekanan darah terjadi
peningkatan sistolik, namun normal pada diastolik.
3. Brain (B3)
Inspeksi : Kesadaran biasanya compos mentis, sakit kepala,
perubahan tingkat kesadaran, gelisah dan ketidakstabilan
vasomotor.
4. Bladder (B4)
Inspeksi: Adanya hematuria (kondisi di mana urin mengandung
darah atau sel-sel darah merah. Keberadaan darah dalam urin
biasanya akibat perdarahan di suatu tempat di sepanjang saluran
kemih.
Palpasi : Kemungkinan ada nyeri tekan pada kandung kemih
karena distensi sebagai bentuk komplikasi
5. Bowel (B5)
Inspeksi : Klien biasanya mengalami mual muntah penurunan
nafsu makan,dan peningkatan lingkar abdomen akibat
pembesaran limpa. Adanya hematemesis dan melena.
Palpasi: Adakah nyeri tekan abdomen, splenomegali, pendarahan
pada saluran cerna.
Perkusi: Bunyi pekak deteksi adanya pendarahan pada daerah
dalam abdomen.
Auskultasi: Terdengar bising usus menurun (normal
5-12x/menit).
6. Bone (B6)
Inspeksi: Kemungkinan adanya nyeri otot sendi dan punggung,
aktivitas mandiri terhambat, atau mobilitas dibantu sebagian
akibat kelemahan.Toleransi terhadap aktivitas sangat rendah.
2.2.2 Diagnosis
Diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien dengan Jantung
Koroner dalam penelitian ini menggunakan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI) tahun 2016, yaitu :
a. Subjektif :
1) Mayor : mengeluh lelah
2) Minor : dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak
nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah.
b. Objektif
1) Mayor : frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi
istirahat
2) Minor : tekanan darah berubah >20% dari kondisi
istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas, gambaran EKG menunjukkan
iskemia, sianosis
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencendera fisiologis
(iskemia). Data pasien nyeri termasuk dalam kategori fisiologis
dan subkategori nyeri dan kenyamanan. Perawat harus
mengkaji data gejala tanda mayor dan minor (Tim Pokja
SDKI, 2016), meliputi :
a) Subjektif :
1) Mayor : mengeluh nyeri
2) Minor: _
b) Objektif
1) Mayor : tampak meringis, bersikap protektif (mis.
Waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah,
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur
2.2.3 Intervensi
b. Anjurkan berhenti
merokok
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
antiaritma, jika perlu
b. Rujuk ke program
D.0056 rehabilitasi.
L.05047
Toleransi Aktivitas Setelah
Intoleransi
dilakukan I. 05178
Aktivitas Kategori
intervensi selama 3 x 24 Manajemen Energi
: Fisiologis 1. Observasi
jam,maka toleransi
Sub Kategori : a. Identifikasi gangguan
aktivitas meningkat,
Aktivitas/ Istirahat fungsi tubuh yang
dengan kriteria hasil:
Intoleransi aktivitas mengakibatkan kelelahan
1. Fekuensi nadi dari
Berhubungan dengan
skala 5 (meningkat) b. Monitor kelelahan fisik
ketidakseimbangan
menjadi 2 (cukup dan mental
antara suplai dan
menurun) 2. Terapeutik
kebutuhan oksigen
2. keluhan lelah dari skala
dibuktikan dengan a. Lakukan latihan rentang
2 (menungkat) menjadi
Gejala dan Tanda gerak pasif dan/aktif
skala 5 (menurun)
Mayor 3. Edukasi
3. Dispnea saat aktivitas
a. Anjurkan tirah baring
Subjektif : lelah dari skala 2
1. Pasien mengeluh (meningkat) menjadi 4. Kolaborasi
lelah skala 5 (menurun) a. Kolaborasi dengan ahli
Objektif 4. Dispnea setelah gizi tentang cara
aktivitas lela dari skala meningkatkan asupan
2. Frekuensi jantung
2 (meningkat) menjadi makanan
meningkat >20% dari
skala 5 (menurun) I. 02081
kondisi istirahat
5. Perasaan lemah lelah Rehabilitasi Jantung
Gejala dan Tanda 1. Observasi
dari skala 2 (meningkat
Minor a. Monitor tingkat toleransi
) menjadi skala 5
Subjektif : aktivitas
(menurun)
1. Dispnea saat/setelah
6. Aritmia saat aktivitas b. Periksa kontraindikasi
aktivitas
2. Merasa tidak lelah dari skala 2 latihan (takikardi >120
nyaman setelah
(menigkat) menjadi 5 x/menit, TDS >180
aktivitas
3. Merasa lemah (menurun) mmHg,TDD >110 mmHg,
Objektif 7. Aritma setelah aktivitas hipotensi ortostatik >20
lelah dari skala 2
1. Tampak tekanan mmHg, angina, dispnea,
(meningkat) menjadi
darah berubah >20% gambaran EKG iskemia,
skala (5) menurun
dari kondisi istirahat blok atrioventrikuler
8. Sianosis lelah dari skala
2. Gambaran EKG derajat 2 dan 3, takikardia
2 (meningkat) menjadi
menunjukkan ventrikel)
skala 5 (menurun)
aritmia saat/setelah 2. Terapeutik
9. Tekanan darah dari 2
aktivitas a. Fasilitas pasien menjalani
(cukup memburuk)
3. Gambaran EKG latihan fase 1 (inpatient)
menjadi skala 5
menunjukkan
3. Edukasi
(membaik)
iskemia
10.EKG iskemia dari a. Anjurkan menjalani latihan
4. Sianosis.
skala 2 (cukup sesuai aktivitas
memburuk) menjadi
skala 5 (membaik)
L. 08066
D.0077
Tingkat Nyeri
Nyeri Akut
I. 06238
Kategori : Psikologis Setelah dilakukan
1. 08238
Sub Kategori : Nyeri intervensi selama 3 x 24
Manajemen Nyeri
dan Keamanan jam, maka tingkat nyeri
1. Observasi
Nyeri berhubungan meningkat, dengan
a. Identifikasi lokasi,
dengan Agen kriteria hasil:
karakteristik, durasi,
Pencedera Fisiologis 1. Keluhan nyeri dari
frekuensi,kualitas,
(iskemia) dibuktikan skala 2 (cukup
intensitas nyeri
dengan meningkat) menjadi
b. Identifikasi skala nyeri
Gejala dan Tanda 5 (menurun)
c. Identifikasi faktor yang
Mayor 2. Meringis dari skala
memperberat dan
Subjektif : 2 (cukup meningkat)
meringankan nyeri
1. Mengeluh nyeri menjadi 5
Monitor keberhasilan
Objektif : (menurun)
1. Tampak meringis terapi komplementer
3. Sikap protektif dari
2. Bersikap protektif yang sudah diberikan
skala 2 (cukup
(mis. Waspada, e. Monitor efek samping
meningkat) menjadi
posisi penggunaan analgesik
5 (menurun)
menghindari 2. Terapeutik
4. Gelisah dari skala 2
nyeri) a.Berikan teknik non
(cukup meningkat)
3. Gelisah farmakologi untuk
menjadi 5
mengurangi nyeri (mis.
4. Frekuensi nadi (menurun)
Hipnosis, Terapi musik,
meningkat 5. Kesulitran tidur dari
teknik Imajinasi
skala 2 (cukup
5. Sulit tidur
terbimbing)
meningkat) menjadi
b. Fasilitas istirahat dan
5 (menurun)
Gejala dan Tanda tidur
6. Diaforesis dari skala
Minor Subjektif : c. Pertimbangkan jenis dan
2 (cukup meningkat)
1. (tidak tersedia) sumber nyeri dalam
menjadi 5
Objektif : pemilihan strategi
(menurun)
1. Tekanan darah
7. Tekana darah dari meredakan nyeri
meningkat
skala 2 (cukup d. Monitor keberhasilan
2. Pola napas berubah
memburuk) menjadi terapi komplementer
3. Nafsu makan
skala 5 (membaik) yang sudah diberikan
berubah
8. Nafsu makan dari e. Monitor efek samping
4. Proses berpikir
skala 2 (cukup penggunaan analgesik
terganggu
memburuk) menjadi 2. Terapeutik
5. Diaforesis
5 (membaik)
a. Berikan teknik non
9. Proses berpikir dari
farmakologi untuk
skala 2 (cukup
mengurangi nyeri
memburuk) menjadi
(mis. Hipnosis,
skala 5 (membaik)
terapi musik,
teknik imajinasi
terbimbing)
b. Fasilitas istirahat
dan tidur
c. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan
menggunakan
analgesik secara tepat
d. Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
a.Kolaborasi pemberian
analgesik jika perlu
2.2.4 Implementasi
Posisikan kepala temat tidur harus dinaikan 20-30cm (8-10 inci) atau
pasien juga bisa didudukan di kursi, karena pengaturan posisi tempat tidur
juga penting. Posisi ini dapat menyebabkan aliran balik vena ke jantung dan
paru-paru akan berkurang, kongesti paru nantinya juga akan berkurang,
penekanan hepar di diagfragma menjadi minimal. Kemudian pada lengan
bawah dapat disanga dengan bantal karena hal tersebut dapat mengurangi
kelelahan otot bahu akibat berat lengan yang menarik secara terus-menerus.
Istirahat dengan cara tirah baring juga dapat menimbulkan bahay seperti
penyakit dikubitus. Latihan harian ringan juga dapat memperbaiki aliran darah
ke jaringan perifer, hal tersebut dapat mengatasi terjadinya dikubitus (Brunner
30%Suddarth, 2013).
2.2.5 Evaluasi
BAB III
APLIKASI TEORI
DAFTAR PUSTAKA
Dokter, P., Kardiovaskular, S., & Ketiga, E. (2019). Pedoman Tatalaksana Sindrom
Koroner Akut Edisi Ketiga.
Dwiputra, B. D. (2016). Penyakit Jantung Koroner. From Smart Patient, 2(01), 280–
290.
Ghani, L., Susilawati, M. D., & Novriani, H. (2016). Faktor Risiko Dominan
Penyakit Jantung Koroner di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 44(3),
153–164. https://doi.org/10.22435/bpk.v44i3.5436.153-164
Saifuddin. (2018). Tinjauan Teoritis Tanggung Jawab Bidan Praktik Mandiri Dan
Pencatatan Kemajuan Persalinan (Partograf). 1–48.