Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEGAWATDARURATAN DASAR

“ASUHAN KEPERAWATAN JANTUNG KORONER”

Dosen Pembimbing : Syaiful Bachri, SKM., M.Kes.

Disusun oleh:
Kelompok 4

1. Cindy Amarta Dewi P. P17331191004


2. Meiranda Tria Kurniyanti P17331191013
3. Shintania Bella Amanda P17331191015
4. Laili Bilqis Salsabila P17331191024
5. Laras Yulinar Paulinawati K. P17331193030

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN JEMBER
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah Kegawatdaruratan Dasar ini dalam bentuk maupun isinya
yang sederhana. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sebuah ide, materi
maupun pikirannya demi terciptanya makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah Kegawatdaruratan Dasar ini kami akui masih banyak kekurangan


karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jember, 7 Maret 2022

ii
Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.....................................................................................................i

Kata Pengantar......................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Jantung Koroner...................................................................3


2.2 Asuhan Keperawatan dengan Kasus Jantung Koroner................................7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................17
3.2 Saran...........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Jantung Koroner atau yang biasa disebut PJK merupakan
penyakit yang mematikan (Iskandar, Hadi, & Alfridsyah, 2017). Penyakit
Jantung Koroner merupakan penyakit pertama yang menyebabkan kematian
ataupun kecacatan di negara maju maupun negara berkembang (Pradono &
Werdhasari, 2018). Atherosklesosis atau plak pada jantung dapat
menyebabkan menyempitnya arteri koroneria yang membuat suplai darah ke
otot jantung menjadi tidak adekuat, yang menyebabkan otot jantung
kekurangan oksigen. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya masalah pada
PJK yang menyebabkan intoleransi aktivitas (Lemone, 2015).
Penyakit Jantung Koroner terjadi karena atherosklerosis menyebabkan
menyempitnya arteri hingga tersumbatnya pembulu darah yang menimbulkan
nyeri dada. Pada keadaan ini kebutuhan oksigen pada jaringan miokardium
berkurang sehingga menimbulkan metabolisme anaerobik, dalam system ini
menyebabkan asam laktat didistribusikan ke saraf otot dan menimbulkan
kelemahan pada fisik pasien PJK. Kelemahan ini membuat penderita tidak
mampu beraktivitas seperti biasanya dan terjadinya masalah intoleransi
aktivitas (Lemone, 2015). Pada kondisi ini harus dilakukan tindakan yang
tepat, karena dapat memengaruhi system organ yang lain, dan penanganan
yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan system dan kematian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar penyakit jantung koroner ?
2. Bagaimana contoh asuhan keperawatan dengan kasus penyakit jantung
koroner ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit jantung koroner.

1
2. Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan dengan kasus penyakit
jantung koroner.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar PJK


1. Pengertian PJK
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana
ketidakseimbangan antara suplai darah ke otot jantung berkurang sebagai
akibat tersumbatnya pembuluh darah arteri koronaria dengan penyebab
tersering adalah aterosklerosis (Wijaya dkk, 2013). PJK merupakan
gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah dari
penyempitan pembuluh darah koroner. Secara klinis, ditandai dengan
nyeri dada terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat
ketika sedang mendaki juga pada kerja berat ataupun berjalan terburuburu
pada saat berjalan datar atau berjalan jauh (RISKESDAS, 2013).
Dapat disimpulkan, PJK merupakan suatu penyakit pada organ jantung
akibat penimbunan plak berupa lipid atau jaringan fibrosa yang
menghambat suplai oksigen dan nutrisi ke bagian otot jantung sehingga
menimbulkan kelelahan otot bahkan kerusakan yang biasanya
diproyeksikan sebagai rasa tidak enak oleh klien secara subyektif seperti
rasa ditekan benda berat, ditindih, dan ditusuk.

2. Tanda, Gejala dan Klasifikasi


Manifestasi klinis pada PJK ini khas yang menimbulkan gejala dan
komplikasi sebagai akibat penyempitan lumen arteri penyumbatan aliran
darah ke jantung. Sumbatan aliran darah berlangsung progresif, dan
suplai darah tidak adekuat (iskemia) yang ditimbulkannya akan membuat
sel-sel otot iskemia terjadi dalam berbagai tingkat, manifestasi utama dari
iskemia miokardium adalah sesak nafas, rasa lelah berkepanjangan, irama
jantung yang tidak teratur dan nyeri dada atau biasa disebut Angina
Pektoris. Angina pektoris adalah nyeri dada yang hilang timbul, tidak

3
diserati kerusakan irreversibel sel-sel jantung terdiagnosis PJK. (Wijaya
dkk: 4, 2013).
Pada PJK klasifikasi dapat dibedakan menjadi empat yaitu
asimtomatik (silent myocardial ischemia) yang tidak pernah mengeluh
nyeri dada baik saat istirahat atau beraktifitas, angina pektoris stabil
(STEMI) terdapat yaitu nyeri yang berlangsung 1-5 menit dan hilang
timbul dan biasanya terdapat depresi segmen ST pada pengukuran EKG,
angina pektoris tidak stabil (NSTEMI) yaitu nyeri dada yang berlangsung
bisa lebih dari lima menit dan terjadi bisa pada saat istirahat biasanya
akan terdapat deviasi segmen ST pada rekaman hasil EKG, Infark
miokard yaitu nyeri dada yang terasa ditekan, diremas berlangsung
selama 30 menit atau bahkan lebih biasanya hasil rekaman EKG terdapat
elevasi segmen ST (Potter & Perry, 2010).

3. Patofisiologi PJK
Patofisiologi dari PJK dimulai dari adanya aterosklerosis atau
pengerasan arteri dari penimbunan endapan lipid, trombosit, neutrofil,
monosit dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel
endotel) sampai akhirnya ke tunika medika (lapisan otot polos).Arteri
yang paling sering terkena adalah arteri koronaria (Potter & Perry, 2010).
Kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel atau dari
stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas
terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan
triglesirida. Kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika
intima karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap
indikasi dini kerusakan teradapat lapisan lemak diarteri. Patofisiologi
nyeri dada yang bersifat akut berawal dari ketidakseimbangan suplai
oksigen dan nutrisi ke bagian miokard jantung berkurang yang
menyebabkan terjadinya metabolisme secara anaerob yang menghasilkan
asam laktat sehingga terjadi nyeri serta fatique pada penderita penyakit
jantung koroner (Padila, 2013).

4
Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan
terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan pH miokardium dan
menyebabkan nyeri dada yang berkaitan dengan angina pektoris. Ketika
kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan
dan iskemia miokard yang tidak tertasi maka terjadilah kematian otot
jantung yang dikenal sebagai miokard infark (Potter & Perry, 2010).

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan EKG lead yang
dikerjakan waktu istirahat pemeriksaan radiologis, pemeriksaan
laboratorium terutama untuk menemukan faktor risiko, pemeriksaan
ekocardiografi dan radio nuclide miokardial imaging (RNMI) waktu
isitirahat dan stress fisis ataupun obat-obatan, sampai ateriografi koroner
dan angiografi ventrikel kiri (Wijaya dkk: 4, 2013). Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan selama terjadinya episode nyeri adalah, pantau
takikardi atau disritmia dengan saturasi, rekam EKG lengkap T inverted,
ST elevasi atau depresi dan Q patologis, pemeriksaan laboratorium kadar
enzim jantung Creatinin kinase(CK), Creatinin kinase M-B(CKMB),
Laktat dehidrogenase (LDH), fungsi hati serum glutamic oxaloacetic
transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvate transaminase
(SGPT), profil lipid Low desinty lipoprotein (LDL) dan High desinty
lipoprotrein (HDL), foto thorax, echocardiografi, kateterisasi jantung.
(Padila, 2013). Fokus perawat adalah pain management atau mengontrol
nyeri, melakukan pengkajian terus-menerus, melaporkan gejala, serta
memberikan pasien dan keluarga penyuluhan (Hudak, 2012).

5. Penatalaksanaan Medis
Prinsip penatalaksanaan pasien sebaiknya dilihat secara keseluruhan
(holistic) dan diperlakukan individual mengingat PJK adalah penyakit
multifaktor dengan manifestasi yang bermacam-macam, secara umum
pasien perlu diberikan penjelasan mengenai penyakitnya, penjelasan

5
terkait hal-hal yang mempengaruhi keseimbangan oksigen miokardium,
pengendalian faktor risiko, pemberian pencegah aterosklerosis pada
pembuluh darah lainnya biasanya diberikan Aspirin 375 mg, pemberian
oksigen. Terapi medikamentosa difokuskan pada penanganan angina
pektoris yaitu, nitrat diberikan secara parenteral, sublingual, buccal, oral
preparatnya ada gliserin trinitrat, isosorbid dinitrat, dan isosorbid
mononitrat (Wijaya dkk: 4, 2013)
Untuk mengurangi kebutuhan oksigen ada pindolol dan propanolol yang
bekerja cepat, sotalol dan nadalol yang bekerja lambat. Obat-obatan
golongan antagonis kalsium digunakan untuk mengurangi kebutuhan
oksigen dan dilatasi koroner contohnya, verapamil, dilitiazem, nifedipin,
dan amlodipin.Prosedur yang dapat dijadikan opsi nonoperatif atau
invasive dan opsi operasi.Pada non operatif ada Percutaneus Transluminal
Coronary Angiosplasty (PTCA) dengan menggunakan balon untuk
pelebaran arteri koronaria. Opsi operasi atau sering disebut Coronary
Artery Surgery (CAS) juga bisa dibagi menjadi operasi pintas koroner,
Transmyocordial recanalization, dan transpaltasi jantung (Wijaya dkk: 4,
2013)

6
2.1 Asuhan Keperawatan dengan Kasus Penyakit Jantung Koroner
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.D
Dengan kasus penyakit Jantung Koroner
Di ICU RS .Bhayangkara Kediri

A. Pengkajian
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien = Tn.D
No RM = 201309
Usia = 38 tahun
Jenis kelamin = laki-laki
Tgl MRS =25-05-2015
Tgl pengkajian = 25-05-2015 ,jam 14.00 WIB
Status pernikahan =belum menikah
Agama =Islam
Suku/bangsa = Jawa , Indonesia
Pendidikan terahir =SMA
Pekerjaan =TNI
Lama bekerja =+
Sumber informasi =Ibu
Nama keluarga dekat yang di hubungi =Ibu (orang tua)
Alamat = Semen Kediri
Pendidikan terahir = SMA
Pekerjaan = IRT

2. Keluhan utama
Ds : Klien mengatakan sesak sejak hari sabtu

3. Riwayat penyakit sekarang


Klien mengatakan badan pasien sejak hari jumat . Klien juga
mengeluh batuk + 2 hari yang lalu dan sesak ,dahak warna putih (+) tapi

7
tidak keluar darah (-),pilek (-),mual (+) ,muntah 2x (+) BAB biasa ,BAK
lama (+) ,kaki terasa linu ,hingga pada akhirnya tgl 25-05-2015 pukul
10.00 wib di bawa ke UGD RS.
Bhayangkara Kediri setelah mendapatkan pertolongan pertama
pasien di pindahkan ke ruang ICU.

4. Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit dan tidak pernah
memiliki penyakit menahun. Hanya pernah sakit panas dan di bawa
berobat ke dotkter praktik dan di berikan obat minum sembuh .

5. Riwayat penyakit keluarga


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
menular ,menurun,menahun serta tidak ada dalam keluarga yang
mengalami penyakit serupa.

6. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum cukup
Kesadaran compos mentis
GCS 4 5 6
TTV : TD = 86/53 mmHg
N = 87 x/m
S = 368 oC
RR = 21 x/m
- Kepala
Inspeksi : - Penyebaran rambut merata tidak beruban
-Lesi (-)
- Benjolan (-)
- Pendarahan (-)
- Ukuran dan batuk proposional
Palpasi : - Nyeri tekan (-)

8
-Benjolan abnormal
Pusing / sakit kepala (-)

- Mata
Inspeksi : - sclera ≠ ikterus
- perdarahan (-)
Palpasi: - konjugtiva ≠ anemis
-pandsngan jelas
-pembengkakan (-)
Hidung
Inspeksi : bentuk proporsional
-sekresi (-)
-epistaksis (-)
-ganguan penciuman (-)
Palapsi : - Nyeri tekan (-)
-Massa (-)

-Mulut
Inspeksi : - Kebersihan mulut Baik
-Mukosa bibir lembab
- Perdarahan (-)
- Bicara jelas
- Gangguan menelan sering tersedak
- Lesi (-)
- Grimace (+)
- Batuk (+)
-Telinga
Inspeksi : - Batuk simetris , proposional
-Perdarahan (-)
- Serumen (+)
Palpasi : - Nyeri tekan (-)

9
-Massa (-)
- Gangguan pendengaran (-)
- Telinga
Inspeksi : - Bentuk simetris, proposional
- Perdarahan (-)
- Serumen (+)
- Palpasi: - Nyeri tekan (-)
- Massa (-)
- Gangguan pendengaran (-)

- Leher
Inspeksi : - JVD ≠ terlihat
- Lesi (-)
- Devisiasi trakea (-)
- Massa abnoramal (-)

- Dada/thorax :
Inspeski: - Pergerakan dinding dada simetri
-Normal chest
- Lesi (-)
- Retraksi instercosta (-)
Palpasi:
-Nyeri tekan (-)
- Nyeri dada (-)
Perkusi: Paru sonor
Aukulturasi: Paru-paru

Rhonky wheezing
-Abdomen :
Inspeksi: - Bentuk normal flat
- Lesi (-)

10
- Asites (-)
- Penegangan dinding perut (-)
Palpasi: - Nyeri tekan (-)
- Massa abnormal (-)
Akulturasi: BU: 5 ×/m
Perkusi : Timpani
Genetalia:
- Tidak dilakukan di pengkajian

- Ekstremitas dan intergumen


Kekuatan otot 3 3
3 3
Akral
CRT < 2dtk
Edema +
Diaforesis / keringat (+)
Lemah (+)

7. Pemeriksaan penunjang
HB 14,0

LEUKOSIT 2500

PCV 41,3

TROMBOSIT 94.000

 Urin Lenkap
SG 1,015

PH 5

11
LELI 25/ul +

NIT PO5

PRO 75 mg/dl +

GLUI 50 Mg/ dl +

KET Neg

ubg 8 mg/dl +++

bil 3 mg/dl ++

ery 25/ul ++

 Sedimen
eritrosit 0-2/ipb

leukosit 0-1/ipd

kristal Uric acid 1-3/ ipk

ephitel Ginjal 0-1/ipk

silinder Granular cast 0-1 /ipk

 Lain-lain
kateri Coccus

candida Neg

tricomonas Neg

spermatozoa Neg

12
8. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : Aliran O2 arteri Curah jantung


koronaria menurun menurun
 Pasien mengatakan
sesak nafas Jantung kekurangan
 Sulit melakukan O2
aktifitas yg berlebihan
Iskimia otot jantung
 Sering terbangun pada
malam hari karna sesak
Korelasi jantung
menurun
Do :

Curah jantung
K/u : Lemah
menurun
TTV : TD : 86/53 mmHg

N : 87/x mnt

S : 38 ,8 oC

RR : 21 x/mnt

2 Ds :- Klien mengatakan Beban kerja jantung Gangguan pola


sesak nafas meningkat nafas

-Sulit bergerak bebas Kebutuhan O2


Jantung meningkat
- Gelisah
Peningkatan respirasi
Do : - Berbaring di tempat
tidur Takipnea

13
TTV : TD : 86/53mmHg Gangguan pola nafas

N : 87/x mnt

S : 36.8 oC

RR : 21 x/m

Sesak : (+)

O2 : (+)

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung.
2. Gangguan pola nafas.

10. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NO Diagnosa KEP Tujuan KH Intervensi Rasional

1 Curah jantung menurun  Setelah Observasi  Untuk


dilakukan TTV mengetahui
tindakan Berikan keadaan
kep posisi pasien
selama 1 nyaman  posisi
x 24 jam yaitu posisi semifowler
curah semifowler untuk
jantung  Monoton mempermudah
kembali output pernafasan
normal . cairan  untuk bisa
mengetahui

14
KH : Curah Kolaborasi kemasukan
jantung dengan tim cairan dan
normal medik pengeluaran
untuk  Dengan
pemberian pemberian
terapi terapi untuk
mempercepat
penyembuhan

2 Gangguan pola nafas  Setelah di  Observasi  Untuk


lakukan TTV mengetahui
tindakan  Memberikan keadaan umum
keperawat posisi yang pasien
an selama nyaman  Posisi
1 kali 24  Ajarkan semifowler
jam, pola teknik  Untuk bisa
nafas relakasi dan mengontrol pola
kembali distrasi nafas.
efektif  Berikan O2  Untuk
yg cukup membantu
KH: Pola
pasien dalam
nafas (+)
pernafasan

IMPLEMENTASI
NO Diagnosa KEP IMPLEMENTASI EVALUASI

1 Curah jantung >Observasi TTV S. :Klien mengata-


menurun kan lemah
> Berikan posisi yang
nyaman yaitu posisi
O. : K/u lemas
semifowler

15
> Monoton output cairan TTV :
TD : 86/53mmHg
> Kolaborasi dengan tim
N : 87/x mnt
mrdis untuk memberikan
S : 36.8 oC
terapi
RR : 21 x/m
Lemah : (+)
-Akral dingin: (+)
- CRT : 2 Detik
-Sering keluar
keringat (+)
A. Masalah belum
teratasi
P. Lanjutkan
intervensi

2 Gangguan pola nafas Observasi TTV S. : Klien mengatak-


an sesak
- Memberikan posisi yang
O.: Berbaring di
nyaman
tempat tidur cemas
(+)
- Ajarkan teknik relaksasi
TTV :
dan distraksi
TD : 86/53mmHg
- Berian O2 yg cukup N : 87/x mnt
S : 36.8 oC
RR : 21 x/m
Sesak : (+)
O2 : (+)
Akral dingin : (+)
-CRT : > 2 Detik
A. : Masalah belum

16
teratasi
P. : Lanjutkan
interval

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana
ketidakseimbangan antara suplai darah ke otot jantung berkurang sebagai
akibat tersumbatnya pembuluh darah arteri koronaria dengan penyebab
tersering adalah aterosklerosis. Pada PJK klasifikasi dapat dibedakan menjadi
empat yaitu asimtomatik (silent myocardial ischemia), angina pektoris stabil
(STEMI), angina pektoris tidak stabil (NSTEMI) Infark miokard.
Patofisiologi dari PJK dimulai dari adanya aterosklerosis atau pengerasan
arteri dari penimbunan endapan lipid, trombosit, neutrofil, monosit dan
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel) sampai
akhirnya ke tunika medika (lapisan otot polos).

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu harus selalu menggali
potensi yang ada pada diri kita dengan selalu mengupdate pengetahuan
tentang kegawatdaruratan dasar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembacanya.

18
19
DAFTAR PUSTAKA

- https://repository.unair.ac.id/97584/4/4.%20BAB%201.pdf
- https://www.academia.edu/22513132/
ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_Tn_D_Dengan_kasus_penyakit_Ja
ntung_Koroner
- http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/487/2/BAB%20II.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai