Oleh
SAKTI PERDANA SIREGAR
237046008
DOSEN PENGAMPU
PROF Dr. HASIM PURBA, SH MH
Ny. Farida adalah seorang ibu yang sedang hamil bayi pertama hasil
perkawinan dengan suaminya Tn. Rudi berprofesi sebagai TNI, sedangkan Ny. F
seorang dokter umum. Selama kehamilan berlangsung dari bulan 1 sampai bulan
terakhir Ny. F senantiasa melakukan control terhadap perkembangan janinnya.
Pada saat ingin melahirkan Ny. F dirawat di RS tipe C. dalam proses persalinan
terdapat hambatan. Selama 8 jam persalinan belum terlaksana dan Ny.F terlihat
kelelahan. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa air ketuban (-). Atas
pertimbangan dokter (DPJP) serta tenaga medis lainnya, seharusnya Ny. F dirujuk
ke RS yang lebih tinggi /bagus agar bisa membantu proses persalinan secara
normal. Akan tetapi RS yang akan dituju sangat jauh dan hanya bisa ditempuh
jalur darat sekitar 10 jam perjalanan. Melihat kondisi Ny. F yang semakin lemah
dan tidak akan mungkin bisa di rujuk ke RS tersebut, maka DPJP dan tim medis
lainnya melakukan perundingan dan telah mendapatkan persetujuan dari suami
untuk melakukan proses pesalinan dengan metode SC di RS tipe C tersebut.
Tenaga medis yang tersedia saat itu adalah dr. obgyn 1 orang, dr anastesi 1 orang.
dr bedah 1 orang dan sejumlah perawat yang dibutuhkan. Operasi SC berjalan
lancar walaupun dilakukan pada malam hari. BBL ditempatkan diruang perawatan
bayi. Setelah lebih kurang 6 jam By. Ny. F ditemukan meninggal oleh perawat
yang sedang bertugas saait itu. Akibatnya pihak keluarga menuntut pihak RS,
Dokter dan seluruh perawat. Hasil pemeriksaan menyeluruh ditemukan cairan
pada rongga pernafasan dan organ lain. Akibatnya keluarga korban melakukan
tuntutan pidana dan melaporkan kejadian ini ke pihak polisi untuk menggugat RS.
Pada kasus diatas menunjukkan bahwa kelalaian perawat dalam hal ini yaitu
kurangnya komunikasi dengan dokter DPJP dimana selama 8 jam persalinan
belum terlaksana yang mengakibatkan air ketuban (-) , seharusnya setelah melihat
kondisi pasien yang semakin melemah tanpa harus menunggu 8 jam perawat
harus berkomunikasi tindakan yg harus dilaksanakan secepat mungkin untuk
menolong ibu dan bayi.
Kelalaian yang juga ditimbulkan oleh perawat adalah damage atau kerugian, yaitu
segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari layanan
kesehatan yang diberikan dimana perawat dan tenaga kesehatan lainnya tidak
berkolaborasi tentang keadaan bayi yang baru lahir padahal sebelumnya sudah
mengetahui bawha air ketuban (-). Seharunya perawat memastikan keadaan bayi
setelah lahir.
Dalam hal ini Ibu F berhak mendapatkan pengobatan untuk mendapatkan kembali
kesehatanya serta berhak menikmati pelayanan kesehatan yang aman, bermutu
dan terjangkau.
Dalam kasus diata, Ny. F tidak mendapatkan pelayanan yang aman dan bermutu
Akan tetapi dokter dan perawat serta nakes lainnya kurang memperhatikan
keadaan si bayi setelah tindakan selesai, seharusnya tenaga kesehatan yang
menangani pasien tersebut berkolaborasi dalam memastikan apakah air ketuban
(-) tidak tertelan oleh si bayi dan tidak akan menimbulkan masalah kedepan
apalagi hingga mengakibatkan kematian.