Anda di halaman 1dari 4

TELAAH KASUS KEBIDANAN YANG MELANGGAR NILAI

KEMANUSIAAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Humaniora
Program Studi DIV Kebidanan Malang Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Dr. Taufik Dermawan, S. Hum

Oleh :

Ririn sorianingsih NIM. P17311175004


Cahya Putri Pramestika NIM. P17311175012
Selviana Erlinda Naru NIM. P17311175032
Fitria Nita Dewi NIM. P17311175041
Sella Nawang Wulandari NIM. P17311175046

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN ALIH JENJANG
TAHUN 2017

KELOMPOK IX

1. Identifikasi kasus
Judul berita: Istri Meninggal Usai Melahirkan, Suami Polisikan Bidan
Dikabarkan bahwa ada seorang suami yang tidak merelakan
kematian istrinya usai melahirkan anak keempatnya, kematian istri nya
sebenarnya dapat dicegah bilamana pertolongan persalinan dilakukan
sendiri oleh bidan yang bertanggungjawab. Tetapi dalam kasus ini,
pertolongan persalinan dilakukan oleh anak bidan tersebut yang belum
memiliki wewenang dan seorang perawat.
Awalnya bidan memprediksi bahwa ibu akan melahirkan pukul
16.00, sekitar pukul 14.00 ibu mengeluh sakit pada kemaluannya namun
bidan malah keluar untuk menghadiri pesta pernikahan. Sehingga
pertolongan persalinan dilakukan oleh sang anak bidan dan perawat
tersebut.
Pimpinan persalinan dilakukan pada saat pembukaan ibu 7 cm,
proses meneran sangat singkat dan berat badan bayi yang lahir 4 kg
dengan panjang 45 cm.
Setelah bayi lahir, ibu dan suami mengatakan bahwa darah tetap
keluar dari kemaluannya, kemudian anak bidan tersebut memerintahkan
sang perawat untuk melahirkan plasenta. plasenta lahir setelah lebih dari
30 menit dan tidak ada keterangan bahwa ibu mendapatkan suntikan
oksitosin atau tidak, juga melahirkan plasenta dilakukan dengan baik atau
tidak.
Setelah plasenta lahir, anak bidan memerintahkan perawat untuk
menjahit, perawat tampak meraba-raba dan jelas tampak ragu-ragu
selama proses menjahit. Satu jam setelah proses persalinan dianggap
selesai ibu merasa perut dan kemaluannya sakit dan perih, keluarga
berinisiatif untuk membawa ibu ke rumah sakit dan anak bidan menolak
dan tidak segera menghubungi bidan yang bertanggung jawab.
Atas inisiatif keluarga akhirnya ibu dibawa ke rumah sakit
menggunakan angkot tanpa diantar oleh bidan, dan bidan masih
mengatakan hal itu normal untuk ibu melahirkan. Sesampainya dirumah
sakit, ibu dinyatakan sudah meninggal.
Setelah ditelusur, anak bidan tersebut bukan berlatarbelakang
kesehatan ataupun kebidanan, sedangkan perawat tersebut masih status
bersekolah.

Sumber: JPNN.com. 21 Desember 2011. Istri Meninggal Usai Melahirkan,


Suami Polisikan Bidan. Diakses tanggal 05 September 2017 dari
http://m.jpnn.com/news/istri-meninggal-usai-melahirkan-suami-
polisikan-bidan

2. Telaah masalah melanggar HAM


1) Tanggung jawab bidan
2) Sikap kurangg simpati bidan

3. Analisa Masalah
a. Sikap dan perilaku bidan yang buruk dan tidak manusiawi dalam
menangani kasus ibu melahirkan diatas, lebih mementingkan
kebutuhan pribadi daripada kepentingan pasien. Dalam hal ini bidan
sudah melanggar sumpah profesi yang sudah diikrarkan.
b. Pertolongan persalinan yang tidak dilakukan oleh tenaga ahli atau
terlatih, ataupun bila pertolongan persalinan tersebut dilakukan oleh
mahasiswa tetap harus ada tenaga kompeten yang mendampingi proses
tersebut
c. Waktu pimpinan persalinan tidak dilakukan dengan baik yang
seharusnya dilakukan bila pembukaan sudah namun dalam kasus diatas
waktu dipimpinnya persalinan dilakukan saat pembukaan masih 7 cm.
d. Manajemen aktif kala 3 memiliki batasan waktu normal 30 menit,
setelah lewat 30 menit seharusnya penolong segera mengambil
tindakan.
e. Penjaitan perineum harus dilakukan oleh tenaga kompeten di
bidangnya.
f. Penatalaksanaan kala 4 tidak dilakukan dengan baik, tidak dilakukan
cek perdarahan dan tanda bahaya pada ibu.
g. Menganggap remeh keluhan pasien dan tidak memperdulikan
kenyamaan ibu, sedangakan penatalaksanaan persalinan menyeluruh
harusnya dilakukan hingga keadaan ibu stabil dan menyingkirkan
tanda bahaya yang ada, akibatnya kondisi pasien yang gawat tidak
terdeteksi sehingga penanganan rujukan terlambat.

4. Alternatif Pemecahan masalah


Seharusnya bidan lebih mendahulukan tanggung jawabnya untuk
membantu proses persalinan terlebih dahulu sehingga proses persalinan
tersebut dilakukan oleh tenaga terlatih. Persalinan yang dilakukan oleh
tenaga terlatih membuat proses tersebut lebih aman karena jika ada tanda-
tanda kegawatdaruratan dapat segera ditangani dan dapat dilakukan
rujukan segera.
Selain dari segi teknis, dalam berita tersebut juga menggambarkan
kurangnya simpati bidan terhadap pasiennya. Hal ini dibuktikan dengan
bidan tidak merespon keluhan pasien dan bidan menganggap keluhan
pasien tersebut wajar sehingga tidak melihat kondisi pasien.
Peraturan perundang-undangan terkait masalah tersebut diatur
dalam UU tenaga kesehatan Padal 11 ayat (1) huruf B yaitu:
1) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan di dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana dan Peraturan-peraturan perundang-
undangan lain, maka terhadap tenaga kesehatan dapat dilakukan
tindakan-tindakan administratip dalam hal sebagai berikut:
a. Melalaikan kewajiban;
b. Melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh
seorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya
maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan;
c. Mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga
kesehatan;
d. Melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-
undang ini.

Anda mungkin juga menyukai