Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS KOMPLEKS DAN PEREMPUAN

PADA KONDISI RENTAN

“Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Pada Kasus

Kompleks Dan Perempuan Pada Kondisi Rentan”

Dosen Pembimbing : Ibu Lili Farlikhatun, M.Keb

Di susun oleh Kelompok : 5

1. Rika Yulia Arsianti Marines


2. Dwi Rahayu
3. Sinta
4. Indah Susilowati
5. Rahmayanti Agustini
6. Ulvah Ratih Candramidi
7. Antarik Ajidya
8. Sri Pujiawati
9. Sitti Mardiana
10. Maria Stella Maris
11. Putri Korlianda Indri Manna
12. Ayu Ferlinda
13. Jumriana
14. Anita Iriani
15. Ribka Dewi Kartika

STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

TA 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT,

karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok tepat

pada waktunya. Tugas ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Asuhan Kebidanan Pada Kasus Kompleks Dan Perempuan Pada Kondisi Rentan.

Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapatkan tantangan dan hambatan.

Akan tetapi tantangan dan hambatan tersebut dapat kami lewati berkat kerjasama

yang baik dengan anggota kelompok. Ucapan terima kasih khusus kami ucapkan

kepada dosen pembimbing mata kuliah yaitu ibu Lili Farlikhatun, M.Keb, yang telah

memberikan tugas kepada kami sehingga kami bisa lebih mendalami dalam

mempelajari topic pembahasan makalah yang kami buat.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak

kekurangan baik dari segi bahasa, penyusunan, maupun isi. Oleh karena itu, kami

meminta maaf yang sebesar-besarnya dan kami sangat mengharapkan kritik serta

saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnyadan bagi para pembaca.

Jakarta, 16 Juni 2022

Penyusun
ASUHAN KEHAMILAN KASUS KOMPLEKS

HEG T.1 DAN ABORTUS IMMINENS

Ny. S.R Usia 20 tahun G1P0A0 diantar oleh keluarganya ke BPM dengan keluhan

mual muntah berlebihan sejak 1 minggu yang lalu, setiap makanan yang masuk

selalu keluar sehingga tidak nafsu makan dan Berat badan menurun. Pasien juga

mengeluh keluar flek-flek darah sedikit dari jalan lahir sejak 1 hari yang lalu dan

sedikit nyeri pada supra symphisis. Hasil pemeriksaan : ibu tampak lemah, mata

cekung, TD : 100/60 mmHG, ND 100 x/m, RR : 24 x/xm, SB : 37 0C, usia kehamilan

14 minggu, TFU : teraba ballottement, DJJ : 132 x/m. Hasil pemeriksaan inspekulo :

ada pengeluaran darah dari OUE tetapi tidak ada pembukaan serviks. Berdasarkan

kasus diatas tentukan kewenangan bidan sesuai dengan peraturan per UU !

1. Tindakan yang dilakukan bidan di BPM adalah :

a. Sambut ibu dan keluarga

b. Anjurkan ibu untuk berbaring ditempat tidur

c. Jelaskan bahwa Ibu Mengalami Hipermeresis Gravidarum tingkat I dan

abbortus imminens.

d. Pasang infuse D5%

e. Lakukan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan yang ada dr obgyn

f. Berikan Anjuran Untuk Makan Dengan Porsi Kecil Namun Berulang Serta

Menghindari Makanan Pemicu Mual-Muntah,

g. Anjurkan tirah baring selama melakukan rujukan

h. Siapkan inform consent untuk rujukan


2. Regulasi UU yang mendukung dengan kewenangan bidan

Berdasarkan kasus diatas wewenang bidan dalam melakukan tindakan adalah :

Hal diatas sudah diatur di dalam UU :

1) Sesuai dengan dengan Pasal 23 ayat (1 dan 2) Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa tenaga kesehatan berwenang untuk

menyelenggarakan pelayanan kesehatan, adapun pelayanan kesehatan yang

dimaksud harus sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. Selain itu

dalam ayat (3) juga disebutkan bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan

kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah. Tenaga

kesehatan yang dimaksud meliputi tenaga medis, tenaga keperawatan dan

bidan; dan tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi,

tenaga keterapian fisik serta tenaga keteknisian medis

2) Menurut Pasal 23 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan disebutkan bahwa tenaga kesehatan berwenang untuk

menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Namun dalam ayat ini

dijelaskan bahwa kewenangan yang dimaksud dalam ayat ini adalah

kewenangan yang diberikan berdasarkan pendidikannya setelah melalui

proses registrasi dan pemberian izin dari pemerintah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

3) Kewenangan bidan dalam penyelenggaraan praktik kebidanan yang

disebutkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, yakni

pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak,dan pelayanan kesehatan

reproduksi perempuan dan keluarga berencana.


4) Permenkes No 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelanggaraan Praktik

bidan pasal 19 ayat 13 bahwa Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan, yaitu :

antenatal pada kehamilan normal dan penanganan kegawat-daruratan,

dilanjutkan dengan perujukan.

5) Kasus HEG tingkat 1 dan abortus imminens penatalaksanaanya dapat

dilakukan oleh bidan dibawah supervise atau dokter dan Bidan tidak

diperbolehkan melakukan tindakan penatalaksanaan secara mandiri. Hal ini

sudah diatur didalam PERMENKES HK.01.07/MENKES/320/2020

tentang Standar Profesi Bidan Tingkat keterampilan bidan D3 dan profesi

adalah : 3 (Mampu memahami, menjelaskan, dan melaksanakan di bawah

supervise)

6) Menurut Pasal 23 ayat (1) Keputusan Menteri Kesehatan No

1464/MenKes/per/X/2010, menentukan bahwa dalam rangka pelaksanaan

pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Menteri, Pemerintah

daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/ kota dapat memberian

tindakan administratif kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadap

ketentuan penyelenggaraan praktik dalam peraturan ini. Ayat (2) dari pasal

tersebut menentukan bahwa tindakan administratif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan melalui teguran lisan, teguran tertulis, pencabutan

SIKB/SIPB untuk sementara paling lama 1 tahun; atau pencabutan

SIKB/SIPB selamanya. Dari sudut hukum, profesi tenaga kesehatan dapat

diminta pertanggungjawaban berdasarkan hukum perdata, hukum pidana

maupun hukum administrasi (Tedi Sudrajat dan Agus Mardiyanto, 2012).


7) Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal :

Kewenangan bidan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil di

BPM dihubungkan dengan kompetensi bidan yaitu bahwa dasar kewenangan

bidan sangat tegas dan kuat karena telah diatur oleh Pasal 23 Undang-

undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan untuk pelaksanaan

teknisnya dalam Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan. Berdasarkan peraturan tersebut bidan tidak

boleh melakukan asuhan secara mandiri kepada pasien ibu hamil dengan

kasus

komplek HEG T.I dan Abortus iminens di BPM. Bidan yang melakukan

asuhan secara mandiri kepada pasien ibu hamil dengan kasus komplek HEG

T.I dan Abortus iminens di BPM merupakan hal yang melanggar etika dalam

pelayanan kebidanan yaitu melakukan pelayanan kesehatan tidak sesuai

dengan kewenangan di tempat praktik mandiri. bidan memiliki kewenangan

dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu hamil namun hanya

sebatas Pelayanan antenatal kehamilan normal dan penanganan

kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan sedangkan asuhan

pada kasus diatas boleh dilakukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang

memadai seperti RS, klinik yang ada dr obgyn.


ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN KASUS KOMPLEKS

DISTOSIA BAHU DAN LASERASI JALAN LAHIR GRADE IV

Ny. E, usia 27 tahun G2P1AO hamil 39 minggu datang ke BPM pukul 14.00 WIB

diantar oleh keluarganya dengan keluhan perut kencang sejak pukul 02.30 WIB dan

keluar air-air sejak pukul 10.00 WIB serta lendir bercampur darah. Hasil pemeriksaan

k/u baik, TD 120/75 mmHg, nadi 92x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 36,8°C,

TFU 37 cm, bagian terendah kepala, penurunan 2/4 bagian, punctum maksimum 2

jari bawah pusat, his 4x10 menit 45 detik, pemeriksaan dalam pembukaan lengkap,

ketuban negative warna putih keruh, kepala hodge 3, ibu ingin mengedan spontan.

Pada proses persalinan setelah kepala bayi lahir, terjadi distosia bahu. Bidan berusaha

memberikan pertolongan dengan perasat Mc Robert dan bayi lahir dengan BB

3900gr, PB 51 cm, Apgar score 7/8, laserasi jalan lahir grade IV dan bidan

melakukan rujukan untuk penjahitan laserasi grade IV. Berdasarkan kasus diatas

tentukan kewewenangan bidan sesuai peraturan perundang-undangan.

1. Tindakan yang dilakukan di PMB :

a. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga mengenai kondisi ibu saat ini, yaitu

ibu mengalami laserasi jalan lahir grade IV yaitu robekan jalan lahir

sampai mengenai otot sfingter ani dan mukosa anus.


b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga kalau ibu harus dirujuk karena

tindakan penjahitan ini bukan wewenang bidan dalam melakukannya,

melainkan wewenang dokter obgyn.

c. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga kalau laserasi ini tidak dilakukan

penanganan yang sesuai akan menyebabkan perdarahan akibat luka jalan

lahir dan bisa menimbulkan gangguan otot-otot dasar panggul dikemudian

hari.

d. Setelah mendapatkan penjelasan dari bidan, pasien dan keluarga setuju

untuk dilakukan rujukan

2. Undang-undang Yang Mendukung Kewewenangan BIdan

Berdasarkan kasus diatas, kewewenangan bidan dalam melakukan praktik

kebidanan tersebut telah diatur dalam undang-undang sebagai berikut:

1. Undang-undang nomer 4 tahun 2019 tentang kebidanan, bab VI tentang

praktek kebidanan, yaitu pasal 59 ayat 1-5

(1) Dalam keadaan gawat darurat untuk pemberian pertolongan pertama.

Bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar kewewenangan sesuai

dengan kompetensinya.

(2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk

menyelamatkan nyawa klien.

(3) Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

keadaan yang mengancam nyawa klien.

(4) Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pasal (1) ditetapkan oleh

bidan sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.


(5) Penanganan keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud ayat (1)

sampai dengan ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2. Kewenangan bidan dalam penyelenggaraan praktik kebidanan yang

disebutkan dalam Permenkes No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan

Penyelenggaraan Praktik Kebidanan, yakni pelayanan kesehatan ibu,

pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana.

3. PMK No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik

Kebidanan Pasal 19 ayat (3) d, yaitu dalam memberikan pelayanan kesehatan

ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), bidan berwenang melakukan

penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan.


ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN

LABIOPALATOSKIZIZ DAN ASFIKSIA

By.Ny.E, lahir secara Normal di PMB pukul 15.30 WIB dari ibu G2P1A0 hamil

39 minggu dengan Ketuban Pecah dini, bayi tidak langsung menangis, warna kulit

kebiruan Sianosis, A/S = 6/7 di lakukan hisap lendir dan rangsang taktil sembari

di hangatkan tidak lama, bayi menagis merintih, retraksi dinding dada(+), Cuping

hidung (+), mulut : terdapat kelainan labiopalatoskiziz, anus (+) ekstremitas : cacat

(-), berat badan bayi 3900 gram, panjang badan 51 cm, lingkar kepala 34 cm,

lingkar dada , 33 cm, lingkar perut 31 cm, lingkar lengan 12 cm, bidan berusaha

memberikan pertolongan dengan memberikan oksigen nassal kanul 1 LPm dan

meletakan bayi di inkubator sederhana, di berikan tetes mata dan di injeksi VIT K

pada paha kiri bayi secara IM, Serta mempersiapkan rujukan. ,Berdasarkan Kasus

di atas tentukan kewenangan bidan sesuai peraturan perundang undangan.

Tindakan yang dilakukan di PMB :

a) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga kondisi bayi membutuhkan penanganan

di ruangan khusus di observasi serta di lakukan pengobatan lebih lanjut oleh

dokter spesialis anak


b) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga untuk segera menandatangani lembar

persetujuan rujukan segera mungkin sembari bidan mencari rujukan rumah

sakit dengan fasilitas perinatologi

1. Undang Undang yang mengatur kewengan bidan pada bayi baru lahir

Berdasarkan permenkes nomer 1464/menkes/per/X 2010 tentang izin dan

penyelenggaraan praktik bidan kewengangan yang di miliki bidan meliputi :

pelayanan kesehatan anak , meliputi, pelayanan bayi baru lahir, pelayanan bayi,

pelayanan anak balita pra sekolah, kewenangannya diantaranya melakukan

asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi ,

inisiasi menyusu dini IMD, injeksi VIT K, perawatan bayi baru lahir pada masa

neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat, pengangan hipotermi pada bayi

baru lahir dan segera di rujuk , penanganan kegawatdaruratan di lakukan

dengan perujukan
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN MASTITIS DAN

POSTPARTUM BLUES

Ny.E, usia 27 tahun P2A1 postpartum 10 hari datang ke bidan dengan keluhan

payudara sebelah kanan bengkak, terasa nyeri dan terasa panas, terasa berat, suhu

badan ibu panas dingin, ibu mengatakan takut untuk memberikan asi ke bayi nya, ibu

terlihat murung dan cemas dengan keadaannya saat ini, merasa lelah, nafsu makan

mulai menurun. Hasil pemeriksaan ku ibu; baik, keadaan ibu: composmentis, TD;

120/70 mmHg N:90x/menit R:23x/M suhu:38⁰C, hasil pemeriksaan fisik: Payudara :

Kanan : Tidak simetris, payudara kanan terlihat membesar, memerah dan terdapat

luka atau lecet pada putting susu, Payudara: Kiri: Terada kencang, teraba padat dan

adanya pengeluaran asi. Berdasarkan Kasus di atas tentukan kewenangan bidan

sesuai peraturan perundang undangan.

Tindakan yang dilakukan di PMB :

Berdasarkan Buku Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir

Untuk Postpartum Blues :

• Tata laksana dokter umum


• Meyakinkan ibu bahwa hal ini sangat umum

• Mendengarkan keprihatinannya. Memberikan dorongan dan dukungan

emosional.

• Memberikan konseling kepada pasangan dan keluarganya untuk memberikan

bantuan dan mengamati perkembangan ibu.

• Mengamati dalam 2 minggu, dan jika tidak ada perbaikan rujuk.

Untuk Mastitis:

• Tata laksana dokter umum

• Berikan antibiotik selama 7 hari

• Berikan pereda nyeri paracetamol

• Memperagakan posisi menyusui dan perlekatan yang benar

• Nilai kembali setelah 2 hari, bila tidak membaik maka rujuk.

1. Undang Undang yang mengatur kewengan Bidan Pada Pada Masa Nifas

Undang-undang nomer 4 tahun 2019 tentang kebidanan, bab VI tentang

praktek kebidanan, yaitu pasal 59 ayat 1-5

(1) Dalam keadaan gawat darurat untuk pemberian pertolongan pertama. Bidan

dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar kewewenangan sesuai dengan

kompetensinya.

(2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk

menyelamatkan nyawa klien.

(3) Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

keadaan yang mengancam nyawa klien.


(4) Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pasal (1) ditetapkan oleh

bidan sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.

(5) Penanganan keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud ayat (1) sampai

dengan ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2. Undang-undang nomer 4 tahun 2019 tentang kebidanan, Paragraf 1

Pelayanan Kesehatan Ibu Pasal 49

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan berwenang:

a) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;

b) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;

c) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan menolong

persalinan normal;

d) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;

e) melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil,

bersalin, nifas, dan rujukan; dan

f) melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa

kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta

asuhan pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.

Anda mungkin juga menyukai