Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malpraktek (malapraktek) atau malpraktik terdiri dari suku kata mal dan
praktik atau praktek. Mal berasal dari kata Yunani, yang berarti buruk. Praktik
(Kamus Umum Bahasa Indonesia, Purwadarminta, 1976) atau praktik (Kamus
Dewan Bahasa dan Pustaka kementrian Pendidikan Malaysia, 1971) berarti
menjalankan perbuatan yang tersebut dalam teori atau menjalankan pekerjaan
(profesi). Jadi, malpraktik berarti menjalankan pekerjaan yang buruk
kualitasnya.

Dengan demikian, malpraktik medik dapat diartikan sebagai kelalaian


atau kegagalan seorang dokter atau tenaga medis untuk mempergunakan tingkat
keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati
pasien atau orang cedera menurut ukuran di lingkungan yang sama.1 Kelalaian
tersebut tidak hanya berfokus kepada profesi dokter saja, akan tetapi berlaku
juga untuk tenaga medis lainnya, dalam skripsi ini yang dibahas adalah bidan
yang sebagai salah satu tenaga medis yang berprofesi.

Bidan merupakan suatu profesi dinamis yang harus mengikuti


perkembangan era ini. Oleh karena itu bidan harus berpartisipasi
mengembangkan diri mengikuti permainan global. Partisipasi ini dalam bentuk
peran aktif bidan dalam meningkatkan kualitas pelayanan, pendidikan dan
organisasi profesi.

Permasalahan yang dihadapi saat ini ialah semakin banyaknya bidan


memiliki izin untuk melakukan kegiatan medis dengan begitu mudahnya,
sehingga memungkinkannya muncul bidan-bidan yang tidak berkompeten dan
dalam skripsi ini dibahas mengenai malpraktik yang terjadi akibat dari bidan-
bidan yang tidak berkompeten tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja contoh kasus malpraktek yang dalam pelayanan kebidanan?
b. Bagaimana pemecahan masalah dalam kasus malpraktek dalam pelayanan
kebidanan?
c. Bagaimana peran bidan dalam penyelesaian kasus malpraktek dalam
pelayanan kebidanan?
d. Apa saja sanksi yang diterima oleh pelaku kasus malpraktek kebidanan?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui apa itu malpraktek dalam pelayanan kebidanan
b. Mengetahui pemecahan masalah kasus malpraktek dalam pelayanan
kebidanan
c. Mengetahui peran bidan dalam kasus malpraktek pelayanan kebidanan
d. Mengetahui sanksi yang diterima pelaku malpraktek dalam pelayanan
kebidanan
1.4 Manfaat
a. Untuk mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
mahasiswa, sehingga dapat menghindsri kasus malpraktek saat bekerja
nanti.
b. Bagi tenaga kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi tenaga kesehatan
khususnya bidan dalam memahami kasus malpraktek dalam pelayanan
kebidanan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Malpraktek


Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu
berkonotasi yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan
“praktek” mempunyai arti “pelaksanaan” atau “tindakan”, sehingga malpraktek
berarti “pelaksanaan atau tindakan yang salah”. Meskipun arti harfiahnya
demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan
adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.
Sedangkan difinisi malpraktek profesi kesehatan adalah “kelalaian dari
seseorang dokter atau bidan untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan
ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim
dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama” (Valentin v. La Societyde Bienfaisance Mutuelle de
Los Angelos, California, 1956).

2.2 Contoh Kasus Dalam Pelayanan Kebidanan

Petaka Persalinan yang Antar Bidan ke Bui

Tak ada seorang pun ibu yang ingin melahirkan anaknya berakhir dengan
kematian si bayi. Yang lebih menyedihkan, kematian itu karena kelalaian bidan
yang menangani persalinan. Kasus itu terjadi di Kecamatan Kuranji, Padang,
Sumatera Barat (Sumbar). Kala itu, Chori Hariyani, yang sedang hamil tua,
mendatangi Klinik Fitria pada 3 Januari 2009.

Di klinik itu, Chori ditangani oleh bidan Desi Sarli, apoteker Siska Malasari,
dan bidan Cici Kamiarsih. Dalam pemeriksaan itu, bidan Desi memberikan dua
obat gastrul untuk merangsang Chori melahirkan. Obat itu didapati dari Cici.

3
Keesokan harinya, Chori datang lagi ke klinik itu karena merasa akan
melahirkan. Bidan Desi dan Siska lalu menyiapkan persalinan. Tidak berapa
lama, kepala jabang bayi keluar dari mulut rahim, tapi seluruh badan bayi tidak
kunjung keluar. Mendapati hal itu, bidan Desi melapor ke dokter jaga. Proses
melahirkan itu kemudian dirujuk ke RS Marnaini Asri. Di rumah sakit itu, si
bayi bisa dilahirkan, tapi meninggal tidak berapa lama kemudian.

2.3 Penyelesaian Kasus


Penyelesaian kasus malpraktek yang dilakukan oleh bidan dan apoteker adalah
dibaa ke jalur hukum. Kasus bergulir hingga ke pengadilan.
"Mengabulkan permohonan kasasi jaksa penuntut umum terhadap terdakwa
Desi dan Siska. Menyatakan keduanya melakukan kelalaian hingga
menyebabkan kematian dan menjatuhkan hukuman penjara masing-masing
selama 1 tahun bagi Desi dan 8 bulan bagi Siska," ujar majelis hakim
sebagaimana dilansir website MA, Kamis (29/12/2016).
Duduk sebagai ketua majelis Dr Artidjo Alkostar dengan anggota Prof Surya
Jaya dan Sri Murwahyuni. Dalam kasus itu, Cici dibebaskan.

Menurut majelis, kesalahan Desi adalah memberikan obat gastrul sebanyak 2


butir. Padahal, sebagai bidan, ia tidak berhak membuat resep obat keras.
Kesalahan kedua adalah Desi dan Siska mengulur-ulur waktu proses
melahirkan. Sang jabang bayi dibiarkan macet di mulut rahim hingga 6 jam
lamanya.

"Desi mengatakan kepada keluarga Chori, 'Tunggu saja, sebentar lagi akan lahir
karena kepala bayi sudah keluar dan rambutnya terlihat tebal'. Padahal
kenyatannya tidak demikian. Justru stamina dan kesehatan Chori dan calon
bayinya berada dalam keadaan genting dan sekarat," ucap majelis dengan suara
bulat. Kesalahan lainnya adalah obat gastrul mengakibatkan ketuban pecah,

4
sehingga air ketuban habis, dan bayi mengalami masalah serius.

"Sangat jelas kelalaian dan ketidakprofesionalan para terdakwa dalam


melakukan proses persalinan sehingga menyebabkan Chori berada dalam
keadaan berbahaya dan menyebabkan meninggalnya bayi.

2.4 Sanksi yang Diterima


Pada 30 Maret 2011, Pengadilan Negeri (PN) Padang menjatuhkan hukuman
kepada bidan Desi selama 1 tahun penjara dan Siska selama 8 bulan penjara.
Adapun Cici dibebaskan. Vonis itu kemudian dibatalkan oleh Pengadilan
Tinggi Padang pada 10 Agustus 2011. Atas bebasnya terdakwa, jaksa lalu
mengajukan kasasi dan dikabulkan.
Hukuman tersebut sudah sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

Adapun peraturan perundang-undangan Indonesia yang sekarang berlaku tidak


ditemukan pengertian mengenai malpraktik. Akan tetapi makna atau pengertian
malpraktik justru didapati dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b UU No. 6 Tahun
1963 tentang Tenaga Kesehatan (“UU Tenaga Kesehatan”) yang telah
dinyatakan dihapus oleh UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Oleh
karena itu secara perundang-undangan, menurut Dr. H. Syahrul Machmud,
S.H., M.H., ketentuan Pasal 11 ayat (1) huruf b UU Tenaga Kesehatan dapat
dijadikan acuan makna malpraktik yang mengidentifikasikan malpraktik
dengan melalaikan kewajiban, berarti tidak melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan.
Pasal 11 ayat (1) huruf b UU Tenaga Kesehatan:
(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan di dalam Kitab Undang-
undang Hukum Pidana dan Peraturan-peraturan perundang-undangan
lain, maka terhadap tenaga kesehatan dapat dilakukan tindakan-tindakan
administratip dalam hal sebagai berikut:
a. melalaikan kewajiban;

5
b.melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh
seorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun
mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan;
c. mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga
kesehatan;
d. melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-
undang ini.
Atas dasar peraturan tersebut baik bidan Desi dan bidan Siska telah mendapat
konsekuaensi yang sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya.

2.5 Peran Bidan Dalam untuk Mencegah Terjadinya Kasus pelanggarn dalam
Kebidanan

1. Memiliki keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran


dalam menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan
tugas yang bersangkutan dengan bidangnya
2. Memiliki ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu
masalah dan peka dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam
mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan
3. Memiliki sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan
mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya
4. Memiliki sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi
serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat
dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa malptaktek adalah kelalaian
seseorang dalam menangani atau menobati seseorang.
Dalam menangani kasus malpraktek, di Indonesia menggunakan dasar
hukum pidana.
Dalam kasus diatas, terdapat seorang ibu yang akan melahirkan, namun
karena kesalahan yang dilakukan oleh bidan, bayi lahir dengan kondisi
meninggal. Kasus tersebut dibawa ke jalur hukum, dan bidan yang
menangani mendapat sanksi pidana berupa kurungan penjara.
3.2 Saran
a. Bagi Mahasiswa
Sebagai mahasiswa kebidanan, diharapkan mampu mengetahui kasus
kasus pelanggaran dalam pelayanan kebidanan. Sehingga mahasiswa lebih
paham akan tindakan tindakan apa saja yang merupakan pelanggaran, dan
mampu menggunakan ilmunya untuk menjadi bidan yang profesional di
masa mendatang.
b. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu mengetahui pelaggaran
dalam pelayanan kebidanan, sehingga menjadi lebih berhati hati dan lebih
profesional lagi dalam menjalankan profesinya sebagai tenaga kesehatan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Malpraktek Dibidang Kesehatan. (http://repository.usu.ac.id)


Indrawan ,Aditya Fajar.2016. Petaka Persalinan yang Antar Bidan Ke Bui
(https://news.detik.com/berita/d-3383095/petaka-persalinan-yang-antar-bidan-ke-
bui)

Anda mungkin juga menyukai