Anda di halaman 1dari 4

4.

Standar berbasis bukti

Standar berbasis bukti (EBP) adalah: Gagasan bahwa praktek kerja harus berdasarkan pada bukti
ilmiah.Praktik berbasis bukti berkembang sejak pengenalan formal kedokteran berbasis bukti pada
tahun 1992,dan telah menyebar ke profesi kesehatan,pendidikan,manajemen,hukum,kebijakan
fublik,arsitektur dan bidang lain nya

Standar berbasis praktik /evidence based practice ialah kerangka kerja untuk menguji,meng evaluasi
dan menerapkan temuan penelitian dengan tujuan meningkatkan pelayanan keperawatan yang akan
diberikan kepada pasien (Melnyk,Fineout-overholt et al.,2012).Pelayanan kesehatan yang bersifat
EBP secara internasional telah di akui sebagai pendekatan yang bersifat dapat menyelesaikan
masalah serta menekan kan pada penerapan penelitian yang terbukti untuk membantu perawat
profesional dan calon perawat profesional mendapatkan ilmu yang terbaru (Stokke et al.,2014 dan
chang & crowe,2011).

Tujuan epidence based practice (EBP)/Praktik berbasis bukti

Menurut Habsari (2011) Tujuan EBP ialah memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti
ilmiah agar dapat memberikan perawatan secara efektip dengan menggunakan hasil penelitian yang
terbaik,menyelesaikan masalah yang ada pada pemberian pelayanan kepada pasien,mencapai
kesempurnaan dalam pemberian asuhan keperawatan,jaminan standar kualitas dan memicu inovasi

Komponen kunci Epidence Based Practice (EBP)/Praktik berbasis bukti

Menurut Drisko (2017) Bahwa EBP memiliki 4(empat) komponen;

1. Keadaan klinis klien saat ini


2. Bukti penelitian terbaik yang relevan
3. Nilai dan preferensi klien
4. Keahlian klinis dari praktisi

Menurut Melnyk dan Overholt(2011) Ada 3(tiga) komponen dalam Epidence Based Practice(EBP)
yaitu:

1. Bukti eksternal berupa hasil penelitian ,teori yang lahir dari penelitian,pendapat dari ahli dan
hasil diskusi para ahli
2. Bukti internal berupa penilaian klinis,hasil dari proyek peningkatan kualitas dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan klinik,penggunaan sumberdaya tenaga kesehatan yang
diperlukan untuk melakukan perawatan
3. Memberikan manfaat terbaik untuk kondisi pasien saat itu dan meminimalkan pembiayaan

Langkah langkah penerapan Epidence Based Practice( EBP)/praktik berbasis bukti menurut Melnyk
dan Overholt (2011) ada 7(tujuh) langkah dalam proses EBP yaitu;

1. Menumbuhkan semangat penyelidikan


2. Menanyakan pertanyaan klinik dengan menggunakan format PICO/PICOT
3. Mencari dan mengumpulkan bukti-bukti (Artikel Penelitian) yang paling relevan dengan
PICO/PICOT
4. Melakukan penilaian kritis terhadap bukti-bukti (Artikel Penelitian)
5. Mengintegrasikan bukti-bukti (Artikel Penelitian) terbaik dengan salah 1(satu) ahli di klinik
serta memperhatikan keinginan dan manfaatnya bagi pasien dalam membuat keputusan
atau perubahan
6. Mengevaluasi out come dari perubahan yang telah di putuskan berdasarkan bukti-bukti
7. Menyebarluaskan hasil dari Epidence Based Practice( EBP)/praktik berbasis bukti

Ada beberapa model Epidence Based Practice( EBP)/praktik berbasis bukti yang telah dikembangkan
sebagai panduan perawatan kesehatan profesional untuk menginplementasi berbasis bukti dalam
praktik

Menurut Leen,bell&McQuillan (2014),Ada beberapa model yang diterapkan yaitu;

1. John Hopkins,yaitu mengidentipikasi Epidence Based Practice( EBP)/praktik berbasis bukti


kemudian membentuk tim,memperoleh,menilai dan meringkas adanya bukti-bukti yang
akan direkomendasikan dalam praktik muali dari pelaksanaan sampai dengan evaluasi
2. Model Stetler,berfokus pada 5(lima) tahap yaitu;
a. Persisapan penelitian bukti
b. Validasi dari temuan
c. Sintesis dari temuan dan kumulatif keputusan mengenai dilakukan atau tidak untuk
perubahan pelaksanaan dalam praktik
d. Terjemahan dan praktis penerangan temuan
e. Evaluasi
3. Model IOWA ;
a. Evaluasi pengetahuan dan pencetus terjadinya suatu masalah
b. Mengumpulkan dan praktik bukti
c. Keputusan mengenai dilakukan atau tidak nya perubahan dalam praktik dan apakah
memang pantas dimiliki
d. Evaluasi dari struktur proses dan hasil

5.Layanan kebidanan berkualitas dan semua pengalaman di perlukan oleh siswa kebidanan

Pelayanan kebidanan adalah intergral dari sistem pelayanankesehatan yang diberikan 0leh bidan
yang telah terdaftar ( terintegrasi ) yang dapat dilakukan secara mandiri,kolaborasi atau
rujukan.pelsysnsn kebidanan merupakan bagian yang integral dari pelayanan kesehatan,yang
diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga,sesuai dengan kewenangan dalam rangka
tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.(Rahmawati,2012)

Pelayanan kebidanan yang berkualitas adalah pelayanan yang diberikan sesuai dengantugas dan
tanggungjawab praktik profesi bidan dalam memberikan pelayanan secara komperhensif untuk
meningkatkan kesehatan ibu,anak,keluarga dan masyarakat yang memberikan kepuasan pelanggan
baik secara mandiri,kolaborasi dan rujukan.

Tujuan pelayanan kebidanan berkualitas antaralain:

1. Ibu dan bayi sehat,selamat,keluarga bahagia,terjaminnya kehormatan martabat


manusia.
2. Saling menghormati penerima asuhan dan pemberi asuhan.
3. Kepuasan ibu,keluarga dan bidan
4. Adanya kekuatan diri dari wanita dalam menentukan dirinya sendiri
5. Adanya rasa saling percaya dari wanita sebagai penerima asuhan
6. Terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas.

6.Aturan kepegawaian

Dengan peraturan mentri negara No: 01 tahun 2008 ;Telah ditetapkan jabatan fungsional Bidan dan
angka kreditnya

Untuk tertib administrasi dalam pelaksanaan nya perlu menetapkan peraturan bersama mentri
kesehatan dan kepala badan kepegawaian negara dengan petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional
bidan dan angka kreditnya

Dasar hukum dari peraturan ini adalah:

- UU No 8 tahun 1974
- UU No 43 tahun 1999
- UU No 32 tahun 1992
- PP No 4 tahun 1966
- PP No 7 tahun 1977
- PP No 10 tahun 2008
- PP No 30 tahun 1980
- PP No 16 tahun 1994
- PP No 32 tahun 1996
- PP No 97 tahun 2000
- PP No 54 tahun 2003
- PP No 98 tahun 2000
- PP No 99 tahun 2000
- PP No 11 tahun 2002
- PP No 12 tahun 2022
- PP No 101 tahun 2000
- PP No 9 tahun 2003
- KEPPRES No 87 tahun 1999
- KEPPRES No 103 tahun 2001
- PERPRES No 9 tahun 2005
- PERMENTAN No 01 tahun 2007

Dalam peraturan bersama ini di tetapkan;

1. Dalam ketentuan umum dimaksud dengan: Bidan,Bidan tingkat terampil,Bidan tingkat


ahli,Pelayanan kebidanan,Sarana pelayanan kebidanan,Angka kredit; Tim penilaian angka
kredit,Pejabat pembina kepegawaian pusat,Pejabat pembina kepegawaian daerah
provinsi,Pejabat pembina kepegawaian daerah kabupaten/Kota,Pemberhentian
2. Bahan penilaian angka kredit jabatan bidan disampaikan pimpinan unit kerja,paling rendah
pejabat struktural eselon IV yang bertanggungjawab di bidang kepegawaian setelah
diketahui atasan langsung pejabat fungsional yang bersangkutan kepada pejabat yang
berwenang mengusulkan penetapan angka kredit
3. Syarat untuk menjadi Tim penili antaralain :
a. Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan jabatan/pangkat bidan yang
dinilai.
b. Memiliki keahluan serta mampu menilai prestasi kerja bidan
c. Dapat aktif melakukan penilaian.
4. Penetapan angka kredit sebagaima dimaksud, digunakan sebagai dasar untuk
mempertimbangkan kenaikan jabatan/pangkat bidan, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
5. Pegawai Negeri Sipil yang diangkat pertama kali dalam jabatan bidan harus memenuhi syarat
sebagai berikut;
a. Berijazah paling rendah Sekolah Bidan/Diploma 1 kebidanan
b. Pangkat paling rendah Pengatur Muda,Golongan Ruang II/a
c. Setiap unsur penilaianprestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan (DP3) paling rendah bernilai baik dalam 1(satu) tahun terakhir.
6. Pegawai Negeri Sipil yang pada saat ditetapkan Peraturan Mentri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomer 01 Tahun 2008 telah dan masih melakukan tugas pelayanan
kebidanan berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang, dapat diangkat dalam jabatan
bidan melalui penyesuaian/inpassing.
7. Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam Jabatan Bidan tidak dapat munduduki jabatan
rangkap, baik dengan jabatan fungsional lainnya maupun dengan jabatan structural.

Anda mungkin juga menyukai