Anda di halaman 1dari 24

Asuhan

Kebidanan pada
HIV/AIDS dan
penyalahgunaan
NAPZA
KELOMPOK 3
1. Cucu Cunayah  17. Ria Ulpah
2. Nurnira Kholifah  18. Kasti Yuningsih

3. Rosalina  19. Sopiani Marlina

4. Husiyah
 20. Irma Sobiana
 21. Rohayati
5. Ita Navilah
 22. Misdahlia
6. Wahyuni
 23. Ika Merdekawati
7. Islamiyati
 24. Yelli Endriany
8. Yeni Wulandari
 25. Nani
9. Maryammiasih
 26. Faula Firdausi
10. Maryani  27. Erna Sriwahyuni
11. Fitri Tresna Eva  28. Sri Wahyuni
12. Odah Ratnasari  29. Lusiana
13. ida Royani  30. Cari Nurmalasari
14. Eva Nur Epriani  31. Nurhayati binti Padillah
15. Evi Haryati  32. Pratiwi Andriani
16. Sri Cahyati Alfatonah  33. Nurhayati binti Suhamin
Definisi HIV dan Aids
 Hiv (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat
melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan
penyakit.
 Aids (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah
kondisi dimana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika
seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi
memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang
ditimbulkan
 Berdasarkan data IBBS (Integrated Biological-Behavioral
Surveillance), pengguna Narkoba suntik (Penasun)
merupakan kelompok yang sangat berisiko
terhadap HIV/AIDS karena perilaku berbagi peralatan
suntik Narkoba secara bergantian menyebabkan
penularan HIV/AIDS lebih tinggi dibandingkan dengan cara
penularan lain.
 Hal
ini bisa terjadi karena:
 Tukar-menukar peralatan suntik (IDU=injection drug
use).
 Pembersihan jarum tak semestinya.
 Penularan virus HIV di Indonesia terjadi sekitar 49% melalui
penggunaan jarum secara bergantian antara para pengguna narkoba
suntik dan rata-rata sebanyak 50% pecandu narkoba suntik
ditemukan tertular HIV 
 Penggunaan sabu cukup berbahaya karena berhubungan dengan
kriminalitas dan penyebaran HIV/AIDS. Pasalnya pengguna sabu
cenderung punya rasa euforia dan libido berlebihan, sehingga
meningkatkan nafsu seksual.
 Sering kali, pengguna narkoba berganti-ganti pasangan seksual.
Perilaku ini meningkatkan risiko terinfeksi HIV atau infeksi menular
seksual (IMS) lain. IMS dapat meningkatkan risiko tertular atau
menularkan HIV.
 Penggunaan narkoba dapat menyebabkan kelupaan dosis ARV. Hal ini dapat
meningkatkan kemungkinan kegagalan terapi dan resistansi terhadap obat.
 Memakai narkoba atau alkohol bersama dengan obat antiretroviral dapat menjadi
berbahaya. Interaksi antara obat dengan narkoba dapat menyebabkan efek
samping berat dan overdosis yang gawat.
 Beberapa NAPZA yg dikaitkan dengan resiko HIV
Alkohol
Konsumsi alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko terkena HIV karena
terkait dengan perilaku seksual yang berisiko. Selain itu, alkohol juga dapat
menganggu hasil pengobatan antara orang yang hidup dengan HIV (ODHA).
 Opioid
Opioid dapat dikaitkan dengan perilaku yang berisiko tertular atau
menularkan HIV seperti berbagi jarum saat terinfeksi dan perilaku
seksual yang berisiko. Ketika seseorang kecanduan dengan opioid, ia
dapat melakukan berbagai cara untuk mendapatkan obat tersebut. Salah
satunya dengan menukar seks dengan obat atau uang yang tentu semakin
berisiko untuk terkena HIV.
 Metamfetamin
“Meth” dikaitkan dengan perilaku seksual berisiko yang dapat membuat
orang lebih mudah untuk terkena HIV dan penyakit menular seksual
lainnya. Contoh perilaku seksual berisiko yaitu memiliki banyak (sering
bergonta-ganti) pasangan saat berhubungan seks dan tidak menggunakan
kondom.
 Kokain
Kokain crack merupakan sebuah stimulan yang dapat membuat orang
rela untuk menghabiskan sumber dayanya secara terus-menerus
(bersiklus). Hal ini memungkinkan orang tersebut untuk melakukan
berbagai cara agar mendapatkan obat yang meningkatkan risiko
terkena HIV.
 Inhalansia
Penggunaan amyl nitrite (dikenal dengan “popper”) biasanya
digunakan ketika berhubungan seksual sehingga dapat dikaitkan
dengan perilaku seksual berisiko dan penyakit seksual menular
pada gay dan bisexual.
Definisi NAPZA
Napza adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila
dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis, serta
menimbulkan ketergantungan.

• Bagaimana dikatakan penyalahgunaan NAPZA?

Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang


bersifat patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan
lamanya sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan
fungsi sosial.
Golongan NAPZA
Golongan NAPZA

1. Narkotika 2. Psikotropika
• Golongan 1 (contoh: • Golongan 1: sabu,ekstasi,LSD
heroin/putauw, kokain,
ganja) • Golongan 2 : mfetamin,
metilfenidat atau Ritalin
• Golongan 2 (contoh:
morfin,petidin) • Golongan 3 : Pentobarbital,
Flunitrazepam)
• Golongan 3 (kodein)
• Golongan 4 : Diazepam,
Nitrazepam, Seperti Pil KB, Pil
Koplo, Rohip, Dum, MG)
3. Zat adikitif
Zat adiktif adalah suatu bahan atauzat
yang apabiladigunakan dapat
menimbulkan kecanduan atau
ketergantungan

4. Zat Psikoaktif
Golongan zat yang bekerjasecara
selektif, terutama pada otak sehingga
dapat menimbulkan perubahan pada:
perilaku, emosi, kognitif, persepsi
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Syaifullah Khiolik pada tahun 2014 dengan judul
“Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan
Narkoba pada Klien Rehabilitasi Narkobadi Poli Napza
RSJ. Sambang Lihun”. Hasil penelitian menunjukan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
penyalahgunaan narkoba yaitu faktor ketidaktahuan
sebanyak 80%. Presentase
yang tinggi ini menyatakan bahwa faktor
ketidaktahuan menyumbang pengaruh yang
tinggi terhadap penggunaan narkoba
Peran seorang bidan dalam penanggulangan
penyalahgunaan narkoba akan lebih cenderung pada
tindakan persuatif, terutama di kalangan ibu, anak dan
remaja. Dalam menjalankan peranannya, seorang
bidan dapat menggunakan komunikasi efektif dalam
upaya pemberian tindakan persuatif tersebut. Upaya
penanggulangan secara persuarif dapat dilakukan jika
seseorang telah dibekali dengan pengetahuan dasar
mengenai narkoba itu sendiri dan juga bahaya
penyalahgunaannya
Ikatan emosional seorang bidan dengan kesehatan
ibu dan anak sudah seharusnya membuka pola pikir
mereka untuk memperhatikan bagaimana merencanakan
program kesehatan yang optimal terhadap mereka,
termasuk dalam hal pencegahan penyalahgunaan
narkoba di kalangan ibu dan remaja.
Seorang bidan dapat merencanakan suatu komunikasi
massa untuk memberikan gambaran dampak bahaya
narkoba terhadap kesehatan seorang ibu, terutama bagi
ibu hamil.
Intervensi l
• Bina hubungan saling percaya
• Bantu klien mengungkapkan
perasaannya
• Diskusikan dengan klien perilakunyai
Saat ini
• Motivasi
Intervensi II
• Bina hubungan saling percaya
menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik
• Beri pujian atas usaha yang di
lakukan klien
Intervensi III

• Bantu klien untuk


mengidentifikasi stressor
• Beri dukungan jika klien
mengungkapkan
perasaannya
UU NO.4 TAHUN 2019
Tugas dan Wewenang
Pasal 47

Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat berperan sebagai:


1. pemberi Pelayanan Kebidanan;
2. pengelola Pelayanan Kebidanan;
3. penyuluh dan konselor;
4. pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;
5. penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan; dan/atau
6. peneliti
Pasal 48
Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47, harus sesuai dengan kompetensi
dan kewenangannya.

1. Pengkajian pada klien dengan kasus patologi dan komplikasi


kehamilan

a. Pengkajian pada klien dengan kasus patologi dan komplikasi


kehamilan kunjungan awal.
Selain tindakan-tindakan persuatif, seorang
bidan juga dapat terlibat dalam hal rehabilitasi
pengguna narkoba. Dalam tindakan rehabilitasi
tersebut, seorang bidan dapat menyisipkan ide profesi mereka
kepada objek rehabilitasi sehingga ketika mereka kembali ke
masyarakat, mereka telah memiliki pengetahuan dasar
mengenai dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan,
terutama yang menyangkut kesehatan keluarga
Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan
antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit,
dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan
penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat
dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk
pelayanan tersebut.
THANK YOU !

Date : 2021.4

Anda mungkin juga menyukai