Anda di halaman 1dari 8

FOLOSOFI KEBIDANAN DAN PELAYANAN

KOMPLEMENTER

MAKALAH

Oleh:
RIRIN INDRAWATI

PRODI D-IV KEBIDANAN KONVERSI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022
FOLOSOFI KEBIDANAN DAN PELAYANAN KOMPLEMENTER

A. Filosofi Kebidanan
Filosofi merujuk pada pengertian keyakinan dan nilai yang dianut oleh
sesorang yang mempengaruhi perilaku seseorang, sehingga Filosofi Kebidanan
dapat diartikan sebagai keyakinan/cara pandang dan nilai yang dianut oleh
seorang bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan. Falsafah disebut juga
filosofi atau filsafat.
Filosofi kebidanan adalah keyakinan setiap bidan yang digunakan sebagai
kerangka berfikir dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien. Bidan
diharapkan dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan sesuai dengan
standard pelayanan kebidanan, serta berkeyakinan bahwa setiap indivu berhak
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan
kebutuhan dan perbedaan budaya. Keberhasilan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan ditentukan dan diukur dengan angka kematian ibu dan angka kematian
perinatal, sedangkan kesejahteraannya ditentukan oleh penerimaan gerakan
keluarga berencana. Dalam hal ini, bidan merupakan mata rantai yang sangat
penting karena kedudukannya sebagai ujung tombak dalam upaya meningkatkan
sumber daya melalui kemampuannya untuk melakukan pengawasan, pertolongan
dan pengawasan neonatus dan pada persalinan ibu post partum. Di samping itu,
upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia dapat dibebankan kepada bidan
melalui keluarga berencana (Manuaba, 2017:203)
Asuhan kebidanan adalah prosedur tindakan yang dilakukan bidan sesuai
dengan wewenang dalam lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanandengan memperhatikan pengaruh social budaya, psikologis, emosional,
spiritual serta hubungan interpersonal dan mengutamakan keamanan ibu, janin
dan penolong serta kebutuhan klien. Asuhan kebidanan merupakan penerapan
fungsidan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan
kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu
masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana.
Adapun 8 prinsip dasar asuhan kebidanan diantaranya, 1) Menjaga
hubungan baik antara ibu dan bidan, 2) Ibu adalah focus dalam memberikan
asuhan, 3) Memberikan pilihan pada ibu untuk melahirkan, 4) Asuhan yang
berkesinambungan, 5) Bertanggung jawab dalam memberikan asuhan, 6) Asuhan
dasar komunitas, 7) Menggunakan seluruh keterampilan, 8) Memberikan asuhan
yang ramah.
Filosofi asuhan kebidanan diantaranya memperhatikan keamanan klien,
memperhatikan kepuasan klien, menghormati martabat manusia, menghormati
perbedaan kultur dan etik, berpusat pada konteks keluarga, dan berorientasi pada
promosi kesehatan. Asuhan kebidanan diberikan dengan prinsip bela rasa,
kompetensi, suara hati, sailing percaya dan komitmen memelihara serta
meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin/bayinya.
Prosedur tindakan dilakukan bidan sesuai dengan wewenang dalam lingkup
prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, memperhatikan pengaruh social,
budaya, psikologis, emosional, spiritual, fisik, etika, kode etik, serta hubungan
interpersonal dan hak dalam mengambil keputusan dengan prinsip kemitraan
dengan perempuan, mengutamakan keamanan ibu, janin/bayi, dan penolong serta
kepuasan perempuan dan keluarganya

B. Pelayanan Komplementer
Seperti pelayanan bidan di belahan dunia ini, pada awalnya bidan hanya
mempersiapkan ibu hamil agar dapat melahirkan secara alamiah, membantu ibu
dalam masa persalinan dan merawat bayi, namun demikian karena letak geografis
Indonesia yang merupakan negara kepulauan sehingga banyak daerah yang sulit
dijangkau oleh tenaga medis dan banyaknya kasus risiko tinggi yang tidak dapat
ditangani terutama di daerah yang jauh dari pelayanan kesehatan mendorong
pemberian wewenang kepada bidan untuk melaksanakan tindakan
kegawatdaruratan pada kasus-kasus dengan penyulit terbatas misalnya manual
placenta, forsep kepala letak rendah, infus dan pengobatan sederhana.
Kewenangan bidan untuk saat ini diatur dalam Permenkes
No.1464/Menkes/PER/2010, namun sebelumnya kita lanjutkan dulu mengikuti
perkembangan pelayanan bidan.
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau rujukan. Sasaran pelayanan kebidanan adalah
individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan,
penyembuhan dan pemulihan. Pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :
1. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung
jawab bidan.
2. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai
anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah
satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
3. Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan
yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang
menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat /
fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau
meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat terutama bagi wanita hamil dan melahirkam. Di berbagai tempat
pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi komplementer atau
alternatif pada petugas kesehatan seperti bidan. Hal ini terjadi karena klien ingin
mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila
keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi
peluang bagi bidan untuk berperan memberikan terapi komplementer (Altika dan
Kasanah, 2021)
Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer,
yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi
komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan
keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan
sebelumnya. Saat ini, di seluruh dunia, lebih banyak bidan menggunakan terapi
komplementer dalam profesi mereka dibandingkan praktisi medis lainnya. Bidan
biasanya menggunakan satu atau lebih terapi komplementer seperti terapi pijat,
obat-obatan herbal, teknik relaksasi, yoga, senam, suplemen nutrisi, aromaterapi,
homeopati dan akupunktur. Mengingat meluasnya penggunaan pengobatan
komplementer dan alternatif di bidang kebidanan, organisasi medis juga perlu
mempersiapkan pedoman relevan untuk menggunakan pengobatan tersebut dalam
praktik kebidanan, terutama untuk perawatan bersalin.
Pengobatan komplementer dan alternatif /Complementary And Alternatif
Medicine (CAM) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bentuk
perawatan kesehatan yang terpisah dan berbeda dari konvensional pengobatan
barat. Kolaborasi Cochrane Bidang Kedokteran Komplementer mencatat bahwa
praktik-praktik ini didefinisikan oleh pengguna mereka sebagai mencegah atau
mengobati penyakit, mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan dan pelengkap
obat-obatan umum dengan berkontribusi terhadap hal yang umum secara
keseluruhan, memenuhi permintaan yang tidak dipenuhi oleh praktik
konvensional dan diversifikasi kerangka kerja konseptual kedokteran.
Pemanfaatan Pelayanan kesehatan tradisional alternatif dan komplementer
di dunia sudah membudaya dan mulai masuk dalam sistim pelayanan kesehatan
perseorangan. Berdasarkan data dari WHO sebanyak 80% praktisi kesehatan di
negara berkembang lebih memilih pengobatan alternatif dibandingkan pengobatan
kimia. Indonesia merupakan negara yang kaya akan keaneragaman pengobatan
tradisional. Pengembangan pemanfaatan pengobatan tradisional memiliki
potensial besar bagi peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan bangsa.
Pengobatan komplementer dan alternatif di beberapa komunitas kebidanan
sudah menjadi bagian penting dari praktik kebidanan. Wanita khususnya ibu
hamil adalah konsumen tertinggi pengobatan komplementer alternatif pada
populasi umum. Para peneliti telah mengungkap alasan mengapa wanita hamil
beralih ke obat komplementer dan alternatif. Salah satunya adalah ketidakpuasan
dengan pengobatan konvensional dan mengabaikan pendekatan holistik, serta
kekhawatiran tentang efek samping obat.
Terapi komplementer dalam asuhan kebidanan dapat digunakan sebagai
sarana untuk mendukung proses normal kehamilan dan kelahiran dan untuk
menghormati otonomi perempuan. Pengobatan komplementer dan alternatif
termasuk kedalam paradigma asuhan kebidanan. Pengetahuan tentang penggunaan
terapi komplementer untuk kehamilan dan kelahiran terus dikembangkan dan
disebarkan dari wanita ke wanita; ibu ke bidan, bidan ke bidan, bidan ke ibu,
mempertahankan lingkaran yang telah ada sepanjang sejarah melahirkan anak.
Bagi banyak bidan dan wanita, pelayanan kebidanan komplementer
merupakan salah satu alternative pilihan untuk mengurangi intervensi medis saat
hamil dan melahirkan. Diketahui bahwa telah terjadi peningkatan tajam dalam
jumlah dan berbagai informasi mengenai terapi komplementer dalam kebidanan
selama satu dekade terakhir. Jenis yang paling umum dari pengobatan
komplementer alternatif digunakan oleh wanita hamil di negara barat termasuk
pijat, jamu dan aromaterapi. Penelitian yang dilakukan di Hong Kong
menunjukkan bahwa perempuan Cina lebih cenderung menggunakan obat-obatan
herbal
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat terutama bagi wanita hamil dan melahirkam. Di berbagai tempat
pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi komplementer atau
alternatif pada petugas kesehatan seperti bidan. Hal ini terjadi karena klien ingin
mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila
keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi
peluang bagi bidan untuk berperan memberikan terapi komplementer.
Di Indonesia belum ada Undang-Undang yang mengatur secara khusus
tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer, namun penyelenggaraan
pengobatan komplementer secara umum telah diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan No.1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang pengobatan komplementer-
alternatif. Bagi banyak bidan dan wanita, pelayanan kebidanan komplementer
adalah pilihan untuk mengurangi intervensi medis saat hamil dan melahirkan, dan
berdasarkan pengalaman hal tersebut cukup membantu.
Peran yang dapat diberikan bidan dalam terapi komplementer atau alternatif
dapat disesuaikan dengan peran perawat yang ada, sesuai dengan batas
kemampuannya. Pada dasarnya, perkembangan bidan yang memerhatikan hal ini
sudah ada. Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian
terhadap terapi komplementer menjadi peluang bidan untuk berpartisipasi sesuai
kebutuhan masyarakat. Bidan dapat berperan sebagai konsultan untuk klien dalam
memilih alternatif yang sesuai ataupun membantu memberikan terapi langsung.
Namun, hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-
based practice) agar dapat dimanfaatkan sebagai terapi kebidanan yang lebih baik.
Adapun jenis-jenis terapi komplementer antara lain:
a. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) meliputi :
Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga.
b. Sistem pelayanan pengobatan alternatif meliputi: akupuntur, akupresur,
naturopati, homeopati, aromaterapi, Ayurveda
c. Cara penyembuhan manual meliputi: chiropractice, healing touch, tuina,
shiatsu, osteopati, pijat urut
d. Pengobatan farmakologi dan biologi meliputi: jamu, herbal, gurah
e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan meliputi: diet makro
nutrient, mikro nutrient
f. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan meliputi: terapi ozon, hiperbarik.

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI tentang jenis-jenis terapi


komplementer yang telah diakui di Indonesia yang tersebut di atas, sebenarnya
setiap tenaga kesehatan mempunyai perlindungan hukum untuk dapat
memberikan pelayanan kesehatan menggunakan terapi komplementer sesuai
dengan lingkup pelayanan berdasarkan profesinya. Dalam pelayanan kebidanan,
hampir semua yang tersebut di atas dapat diaplikasikan oleh bidan pada ibu dan
anak.

Terapi komplementerdalam pelayanan kesehatan merupakan


pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Terapi tersebut meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif yang telah teruji kualitas kemanan, dan
efektifitasnya berdasarkan penelitian dan keilmuan (Evidence Based
Medicine). Terapi komplementer adalah pengobatan tradisional yang sudah
diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi konvensional medis. Dalam
pelaksanaannya terapi komplementer dapat dilakukan bersamaan dengan terapi
medis(Hayati, 2021).Ibu hamil pada umumnya mengalami beberapa keluhan
dan ketidaknyamanan selama kehamilan, yang dapat diatasi dengan terapi
komplementer (Wirdayanti, 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Altika dan Kasanah, (2021), Survei Implementasi Pelayanan Kebidanan


Komplementer Dalam Mengurangi Intervensi Medis, Community of
Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
Astuti, (2016), Konsep Kebidanan dan Etikolegal dalam Praktirk Kebidanan,
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Purba dan Sembiring, (2021), Implementasi Pelayanan Komplementer Dalam
Asuhan Kehamilan, Jurnal Abdimas Mutiara Vol. 2 No. 2 (2021)
Widaryanti, Rahayu. 2019.Terapi Komplementer Pelayanan Kebidanan
Berdasarkan Bukti Scientific dan Empiris. Yogyakarta: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai