Anda di halaman 1dari 9

PENUGASAN

PENGANTAR PELAYANAN KOMPLEMENTER

DASAR HUKUM TERAPI KOMPLEMENTER

Disusun Oleh:

1. Bella Octaviana Putri NPM 212207071

2. Diah Pitaloca NPM 212207072

3. Dissy Rasmita NPM 212207073

4. Ega Melisa NPM 212207074

5. Eny Maryani NPM 212207075

6. Erista Feby Hantari NPM 212207076

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S-1) TRANSFER

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Dasar Hukum Terapi Komplementer. Kami ucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Pengantar Pelayanan Komplementer yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Dasar Hukum Terapi Komplementer.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Semoga makalah ini dapat dengan mudah dipahami bagi siapa pun yang
membacanya. Kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna.

Yogyakarta, 23 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

KASUS

Kasus 2
BY G umur 5 hari dibawa orang tuanya pijat di dukun Y,dengan tujuan agar bayi
cepat lepas pusarnya (puput) oleh dukun Y by G dipijat perutnya hingga 1 jam
bayi menangis tetapi dukun dan orang tua bayi diam saja, malam harinya bayi
terus menangis dan keluar darah dari anusnya hingga bayi berhenti nafas dan
meninggal dunia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Temuan Kasus

Pada kasus di atas terdapat kesalahan prosedur pijat bayi yang di lakukan oleh non
nakes karena sesuai peraturan kewenangan terapi komplementer (permenkes no
15 Th 2018) bahwa pijat bayi sebaiknya dilakukan dengan oleh tenaga ahli
dengan SOP. dan sebagai orangtua harus cepat tanggap jika bayi menangis terus
menerus apalagi sampai mengeluarkan darah dari anus seharusnya cepat di bawa
fasilitas Kesehatan untuk di tangani, bukan malah diam saja. Sebagai seorang
bidan saat melakukan pemantauan KN 0-6 jam juga memberikan KIE mengenai
pijat bayi yg aman serta Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir dan juga mengenai
perawatan tali pusat yang baik dan benar.

B. Dampak yang Terjadi dikasus

Dukun bayi dalam melaksanakan tugasnya untuk memijat bayi tidak didasari oleh
pendidikan dan pelatihan yang jelas. Mereka hanya mendapatkan informasi atau
ilmu pijat turun temurun dari orang tua mereka. Realita yang ada dukun bayi di
desa–desa pada khususnya menunjukkan bahwa cara dukun memijat seringkali
tidak sesuai dan bahkan beresiko menimbulkan cidera trauma pada bayi, yang
paling berbahaya ketika dukun bayi melakukan pemijatan dengan menggerak –
gerakan kepala dan menekan perut.
Bila tidak dilakukan dengan cara yang sensitif, pijat bayi mungkin lebih memberi
dampak buruk ketimbang membawa manfaat. Dampak buruknya sebagai berikut.
1. Jika tangan pemijat tidak bersih, bayi bisa terkena infeksi akibat bakteri.
2. Tubuh dan tulang bayi yang masih ringkih mungkin tidak kuat bila
mendapat tekanan besar dan bisa mengakibatkan luka dan trauma pada
bayi
3. Jangan sekali-kali memijat bayi ketika sedang kesal atau suasana hati tidak
enak.
4. Jangan memijat bagian perut bayi karena dapat menyebabkan
penyumbatan usus, dan dilakukan pemijatan di area perut tersebut maka
perut bayi akan semakin kembung dan usus semakin tidak bergerak, maka
terjadilah mampet yang bisa berakibat fatal dan harus dilakukan operasi.
5. Jangan memijat bayi ketika bayi sedang rewel. Memaksakan pijat bayi saat
sedang rewel tidak akan membuatnya merasa lebih baik. Tetapi dapat
mengakibatkan trauma dan menolak pijat bayi selanjutnya

C. Aspek Legal Asuhan Komplementer

Undang-Undang kesehatan No. 36 tahun 2009 menegaskan tentang penggunaan terapi


komplementer dan aternatif

1. pasal 1 ayat (16) pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau


perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan
dan diterapkan sesuai dengan normal yang berlaku di masyarakat, selanjutnya,
2. pada pasal 28 ayat (1) huruf e disebutkan bahwa penyelenggaraan upaya
kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 dilaksanakan melalui kegiatan
pelayanan kesehatan tradisional.

Pada undang-undang ini juga menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan tradisional


dibagi menjadi dua yakni menggunakan keterampilan dan menggunakan ramuan.
dan juga masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan
tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamananya.

D. Dasar Hukum Asuhan Terapy Komplementer

Dasar Hukum Pelayanan Pengobatan Komplementer-Alternatif antara lain


Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 1 butir 16 Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau
perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
1. Pasal 48 Pelayanan kesehatan tradisional
2. Bab VI bag III Pasal 59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisonal
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. :
1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan tradisional.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. :
1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan
pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan
kesehatan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No.
120/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan
hiperbarik.
6. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan
Medik, No. HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria
penetepan metode pengobatan komplementer – alternatif
yang dapat diintegrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan

Jenis-jenis terapi Komplementer sesuai PERMENKES No:


1109/Menkes/Per/IX/2007, antara lain:

1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions)


meliputi : Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa
dan yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif meliputi:
akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi,
Ayurveda
3. Cara penyembuhan manual meliputi: chiropractice, healing
touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat urut
4. Pengobatan farmakologi dan biologi meliputi: jamu, herbal,
gurah

5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan meliputi:


diet makro nutrient, mikro nutrient
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan meliputi: terapi
ozon, hiperbarik, EEC
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mayoritas lama pelepasan tali pusat yang dirawat dengan perawatan tertutup
menggunakan kassa steril adalah 5 – 7 hari sebanyak 13 bayi (65%). Mayoritas
lama pelepasan tali pusat yang dirawat terbuka, tanpa menggunakan kassa steril
adalah 5 – 7 hari sebanyak 15 bayi (75%). Terdapat perbedaan antara lama
pelepasan tali pusat yang dirawat terbuka dengan yang dirawat tertutup
menggunakan kassa steril pada bayi baru lahir. Diharapkan adanya penelitian
lanjutan tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi pelepasan tali pusat
sehingga keilmuan kebidanan khususnya tentang perawatan tali pusat dapat terus
diperbaiki. Tenaga kesehatan, terutama bidan diharapkan dapat mempraktikkan
perawatan tali pusat secara terbuka karena terbukti aman, lebih praktis dan
ekonomis

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai