Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

RSUD Pariaman berawal dari balai Pengobatan yang berdiri tahun

1951 dan terletak di gelombang dengan tenaga kesehatan 1 orang Mantri.

Pada tahun 1953/1954 Balai Pengobatan dirubah menjadi Rumah Sakit yang

terletak di Kampung Nieh dan dipimpin oleh dokter A. Ricci dari Italia.

Pada tahun 1955 Rumah Sakit pindah ke Kampung Baru, dipimpin

oleh Inspektur Kesehatan yaitu Dokter Ricci. Tahun 1960 dokter Ricci

diganti oleh Dokter Basyarudin dibantu oleh dokter H. Arifin. Pada saat ini

ruangan perawatan ada 2 bangsal yaitu bangsal pria dan bangsal wanita

untuk semua jenis penyakit. Tahun 1965 dokter Basyaruddin diganti oleh

dokter Leu Ciong Tek.

Pada tahun 1967 dokter Liu digantikan oleh dokter Hirawan Supran

yang dibantu oleh dokter Khaidir Isya. Pada saat ini rumah sakit dan Dinas

Kesehatan masih bergabung. Tahun 1969 RSUD Pariaman dipimpin oleh

dokter Khaidir Isya yang dibantu oleh dokter Asrida yang kemudian

digantikan oleh dokter H. Asnir. Tahun 1973 Rumah Sakit dan Dinas

Kesehatan berpisah dengan lokasi yang berdampingan.

Pada tahun 1977-1983 dipimpin oleh dr.Yasnil Rumah Sakit sudah

terpisah dengan dinas kesehatan berdasarkan SK Menkes RI No.

134/Menkes/SK/LU/1978 RSUD Pariaman menjadi Rumah Sakit kelas D.


Pada tahun 1984-1989 dipimpin oleh dokter Mushar, Rumah Sakit ini

resmi menjadi rumah sakit Tipe C berdasarkan SK Menkes RI No.233/

Menkes/ SK/IV/1983 diresmikan menjadi RSU Pariaman tanggal 12

November 1984 oleh menteri kesehatan dr Suarjono Suryaningrat Sp.OG.

Pada saat ini ditambah gedung untuk rawat inap dan penambahan alat-alat

medis modern seperti Rontgen.

1989-1996 dipimpin oleh dr.Nurdin HS dengan kelas tipe C. Pada

1996-2004 dipimpin oleh dr. Zachlul Adly M.Kes. Tahun 2004-2008

dipimpin drg. Rahmat Syah Mansur, M.Kes.

Tahun 2008-2010 RSU Pariaman dipimpin dr. Asmaliza, M.Kes.

Tahun 2010 nama RSU pariaman berubah menjadi RSUD Pariaman sesuai

dengan perda nomor 6/2010. Pada 2010-2011 RSUD Pariaman dipimpin

oleh dr H.Syahrial Haroes, Sp.M. Tahun 2011-2015 RSUD Pariaman

dipimpin oleh dr. Lila Yanwar, MARS dengan kelas tipe C.

Tahun 2015 s/d 2021 RSUD Pariaman dipimpin oleh dr. Indria

velutina. RSUD Pariaman ditetapkan sebagai Rumah Sakit kelas B

berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor 445-304-

2015 tentang izin operasional penyelenggaraan Rumah Sakit kelas B Rumah

Sakit Pariaman di Kota Pariaman pada Maret 2016.

Tahun 2022 s/d sekarang RSUD Pariaman dipimpin oleh dr. Mutiara

Islam, Sp.OG (K) dengan Visi “Rumah Sakit Regional yang Berstandar

Internasional dengan Nilai Islami”. Yang mana Misi nya yaitu


“Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Meningkatkan

Kemandirian Rumah Sakit.

RSUD Pariaman mempunyai layanan Instalasi Gawat Darurat,

Instalasi Rawat Jalan sebanyak 17 Poli Klinik, dan Instalasi Rawat Inap

sebanyak 170 TT. Dan juga di dukung dengan sarana prasarana penunjang

lainnya.

Sumber daya manusia di RSUD Pariaman per tanggal 30 Juni 2022

ada sebanyak 498 orang. Yang terdiri dari struktural, dokter spesialis, dokter

umum, dokter gigi, apoteker, bidan, perawat, tenaga umum, dan tenaga

kesehatan lainnya.

Salah satu Bidan bernama Risda Zailinda, A.Md.Keb. kelahiran

Jakarta 14 November 1968 silam, yang saat ini bertugas di Ruangan NICU

RSUD Pariaman. Dengan pengalaman kerja tahun 1988 di Puskesmas

Pemancungan Padang, kemudian tahun 1989 di Klinik Sari Padang, dan

akhirnya mengabdi di RSUD Pariaman dari tahun 1989 sampai sekarang.

Sebelum bertugas di Ruangan NICU, bertugas di Ruangan Interne

(1989-1994), Ruangan Bedah (1994-2004), Ruangan Paviliun Nan Tongga

(2004-2005), Ruangan Mata (2005-2006), Ruangan Kebidanan (2009-

2014), dan diruangan NICU (2014-sekarang). Selain itu juga menjadi

Clinikal Instruktur (CI) untuk DIII Kebidanan & DIV Kebidanan.

Kualitas kecerdasan anak saat ini merupakan penentu kualitas sumber

daya manusia ( SDM ) di masa yang akan datang. Untuk mempersiapkan

sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas di masa yang akan datang
maka anak perlu di persiapkan agar anak bisa tumbuh dan berkembang

seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuanya (Tanuwijaya 2002).

Perkembangan anak akan optimal bila sejak bayi mendapatkan perhatian

dan stimulasi [perkembangan yang cukup. Bayi yang dapat rangsangan

secara tepat dan berkesinambungan akan mempengaruhi perkembangan

otaknya ( Kompas 2009 ).

Perkembangan yang terjadi pada masa bayi adalah perkembangan

kognisi dan sosio emosional. Menurut Jean Piaget perkembangan kognisi

merupakan tahapan yang di sebut sebagai sensori motor. Tahapan sensori

motor berlangsung sejak lahir hingga bayi berusia 2 tahun.

Perkembangan mental pada tahap ini di tandai oleh kemampuan bayi

mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensori – sensori dengan

gerakan – gerakan fisik dan tindakan yang di lakukanya (perry et all, 2006).

Terapi sentuhan pada bayi merupakan salah satu cara yang

menyenangkan yang akan membuat perasaan nyaman bagi bayi. Karena

pijatan lembut akan membantu meringankan ketegangan otot sehingga bayi

menjadi tenang dan tidur (pranoto et all,2009). Peneliti dari Warwick

medical school dan institute of education dari university of Warwick,

meneliti 9 gerakan pijat bayi yang di terapkan kepada 598 bayi usia di bawah

6 bulan. Hasil penelitian tersebut salah satunya di sebutkan bahwa pijat bayi

dapat mempengaruhi keluarnya hormone tidur melatonin, dengan hormone

tersebut bayi dapat memiliki pola tidur yang teratur. Angela Underdown

yang memimpin penelitian ini mengatakan, efek dari tindakan pijat bayi ini
adalah mengendalikan hormone stress, hingga tidak mengejutkan bila

terbukti bayi yang di teliti, seperti mudah tidur dan relaksasi (Sutini, 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari terapi sentuhan pada bayi?

2. Apa tujuan dari terapi sentuhan pada bayi ?

3. Apa manfaat terapi sentuhan pada bayi ?

4. Kapan waktu terapi sentuhan pada bayi ?

5. Bagaimana proses terapi sentuhan pada bayi ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan manfaat terapi sentuhan pada bayi bagi orang tua dan

bayi.

2. Mampu menyebutkan & melaksanakan tehnik terapi sentuhan pada

bayi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Baby massage adalah pemijatan yang dilakukan lebih mendekati

usapan- usapan halus atau rangsangan raba (taktil) yang dilakukan

dipermukaan kulit, manipulasi terhadap jaringan atau organ tubuh

bertujuan untuk menghasilkan efek terhadap syaraf otot, dan sistem

pernafasan serta memperlancar sirkulasi darah (Roesli, 2012).

Pijat bayi adalah terapi sentuhan tertua yang dikenal manusia dan

yang paling popular. Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan

yang di praktekkan sejak berabad - abad silam lamanya. Bahkan

diperkirakan ilmu ini telah dikenal sejak awal manusia diciptakan,

mungkin karena pijat berhubungan sangat erat dengan kehamilan dan

proses kelahiran manusia (Wati, 2012).

2. Tujuan

Tujuan dari pijat bayi adalah antara lain :

 Pernyataan kasih sayang

Yang terutama yaitu bayi akan merasakan kasih sayang dan

kelembutan dari orang tua saat dipijat. Kasih sayang merupakan

hal yang penting bagi pertumbuhan bayi. Sentuhan hangat dari tangan

dan jari orang tua bisa membuat bayi merasakan pernyataan kasih

sayang orang tua.


 Menguatkan otot

Pijatan terhadap bayi sangat bagus untuk menguatkan otot bayi.

 Membuat bayi lebih sehat

Memijat bayi bisa memerlancar sistem peredaran darah, membantu

proses pencernaan bayi, dan juga memerbaiki pernapasan bayi.

Bahkan memijat bayi bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh si

bayi.

 Membantu pertumbuhan

Menurut penelitian, pertumbuhan bayi seperti berat badan akan

lebih baik dengan memijat bayi. Bahkan untuk bayi prematur,

berat badan bisa bertambah hingga 47 persen dibanding jika tidak

dipijat.

 Meningkatkan kesanggupan belajar

Dengan merangsang indra peraba, indra penglihatan dan pendengaran

si bayi, akan meningkatkan daya ingat dan kesanggupan belajar sang

bayi.

 Membuat bayi tenang

Dengan memijat bayi, sama seperti orang dewasa, akan membuat bayi

merasa rileks. Hal ini dapat membuat ia bisa tidur lelap lebih lama

dan akan lebih tenang.

3. Manfaat

Efek fisik / klinis pijat bayi adalah sebagai berikut:


a) Meningkatkan jumlah dan sitotoksisitas dari sistem imunitas

(sel pembunuh alami).

b) Mengubah gelombang otak secara positif.

c) Memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan.

d) Merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan.

e) Meningkatkan kenaikan berat badan.

f) Mengurangi depresi dan ketegangan.

g) Meningkatkan kesiagaan.

h) Membuat tidur lelap.

i) Mengurangi rasa sakit.

j) Mengurangi kembung dan kolik (sakit perut).

k) Meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayinya

(bonding).

Berikut ini beberapa hasil laporan penelitian para pakar mengenai

manfaat pijat bayi:

a. Meningkatkan berat badan

Penelitian yang dilakukan oleh Irva (2013) yang menyatakan

bahwa berdasarkan uji Wilcoxon pada kelompok eksperimen

sebelum dan sesudah pemberian terapi pijat didapatkan nilai p-

value 0,000 < α(0,05) yang bermakna adanya peningkatan berat

badan yang terjadi yaitu sebesar 700 gram selama dua minggu

pemijatan hal ini juga didukung oleh penelitian Suryani (2017)

tentang Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat Badan di


BPS Masnoni diperoleh hasil pemberian pijatan pada bayi

berpengaruh terhadap kenaikan berat badan dengan nilai p-

value 0,000 < α(0,05)

b. Meningkatkan pertumbuhan

Pemberian pijat pada bayi dapat meningkatkan pertumbuhan.

Hatice Ball Yilmaz (2014) menyatakan bahwa bayi premature

yang diberikan pijatan memiliki kenaikan berat badan 8 gram

lebih tinggi per hari dibandingkan bayi dalam kelompok kontrol

diberi jumlah kalori yang sama.

c. Meningkatkan daya tahan tubuh

Penelitian terhadap penderita HIV yang dipijat sebanyak 5 kali

dalam seminggu selama 1 bulan, menunjukkan terjadinya

peningkatan jumlah dan toksisitas, sel pembunuh alami (natural

killer cells). Hal tersebut dapat mengurangi kemungkinan

terjadinya infeksi sekunder pada penderita AIDS. Meningkatkan

konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap Umumnya,

bayi yang dipijat akan tertidur lebih lelap, sedangkan pada waktu

bangun konsentrasinya akan lebih penuh. Di Touch Research

Institute, Amerika, dilakukan penelitian pada kelompok anak

dengan pemberian soal matematika. Selain itu dilakukan

pemijatan pada anak–anak tersebut selama 2 x 15 menit, setiap

minggunya selama jangka waktu 5 minggu. Selanjutnya, pada

anak–anak tersebut diberikan lagi soal matematika lain. Ternyata,


mereka hanya memerlukan waktu penyelesaian setengah dari

waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan soal terdahulu,

dan ternyata pula tingkat kesalahannya hanya sebanyak 50% dari

sebelum dipijat (Roesli, 2013).

d. Membina ikatan kasih sayang orang tua dan anak (bounding)

Sentuhan dan pandangan kasih orang tua pada bayinya akan

mengalirkan ke kuatan jalinan kasih sayang diantara keduanya.

Pada perkembangan anak, sentuhan orang tua adalah dasar

perkembangan komunikasi yang akan memupuk cinta kasih secara

timbal balik. Semua ini akan menjadi penentu bagi anak untuk

secara potensial menjadi anak berbudi pekerti baik yang percaya

diri.

4. Waktu

Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan. Dengan lebih

cepat mengawali pemijatan, bayi akan mendapat keuntungan yang lebih

besar. Apalagi pemijatan dapat dilakukan setiap hari dari sejak kelahiran

sampai bayi berusia 6 - 7 bulan (Ifalahma,2012)

Menurut Roesli (2013) bayi dapat dipijat pada waktu–waktu yang tepat

meliputi:

a) Pagi hari, pada saat orang tua dan anak siap untuk

memulai hari baru.

b) Malam hari, sebelum tidur. Ini sangat baik untuk

membantu bayi tidur lebih nyenyak.


5. Tempat

Tempat pemijatan bayi menurut Subakti dan Anggraini (2011)

adalah:

a) Ruangan yang hangat tapi tidak panas.

b) Ruangan kering dan tidak pengap.

c) Ruangan tidak berisik.

d) Ruangan yang penerangannya cukup.

e) Ruangan tanpa aroma menyengat dan mengganggu.

B. Konsep Kualitas Tidur Bayi

1. Pengertian

Kualitas tidur adalah Mutu atau keadaan fisiologis tertentu yang

didapatkan selama seseorang tidur, yang memulihkan proses - proses tubuh

yang terjadi pada waktu orang itu bangun. Jika kualitas tidurnya bagus

artinya fisiologi, dalam hal ini sel otak misalnya pulih kembali seperti

semula saat bangun tidur (Khasanah, 2017).

Kualitas tidur bayi tidak hanya berpengaruh pada perkembangan fisik,

tapi juga sikapnya keesokan hari. Bayi yang tidur cukup tanpa sering terbangun

akan lebih bugar dan tidak gampang rewel. Bayi dikatakan mengalami

gangguan tidur jika pada malam hari tidurnya kurang dari 9 jam, terbangun

lebih dari 3 kali dan lama terbangunnya lebih dari 1 jam. Selama tidur bayi

terlihat selalu rewel, menangis dan sulit tidur kembali (Goleman, Boyatzis, and

Mckee, 2018).
Para peneliti di Carneigie Mellon University of Pensylvania

menemukan bahwa kuantitas serta kualitas tidur sesungguhnya mempengaruhi

bagaimana orang bisa menjadi sakit. Ciri-ciri bayi cukup tidur yaitu, bayi akan

dapat jatuh tertidur dengan mudah di malam hari, bugar saat bangun tidur,

tidak rewel, dan tidak memerlukan tidur siang yang melebihi kebutuhan sesuai

dengan perkembangannya.

Kualitas dan kuantitas tidur bayi berpengaruh tidak hanya perkembangan

fisik, juga terhadap perkembangan emosionalnya. Bayi yang tidur cukup tanpa

terbangun lebih bugar dan tidak gampang rewel keesokan harinya

(Nurmalasari, Agung, and Nahariani, 2016)

2. Manfaat Tidur Bagi Bayi

Bayi yang otot-ototnya distimulus dengan urut atau pemijatan akan

nyaman dan mengantuk. Kebanyakan bayi akan tidur dengan waktu yang lama

begitu pemijatan usai dilakukan. Selain lama, bayi nampak tidur terlelap dan

tidak rewel seperti sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa bayi merasa

tenang setelah dipijat. Ketika bayi tidur, maka saat bangun akan menjadi bugar

sehingga menjadi faktor yang mendukung konsentrasi dan kerja otak bayi (Aco

Tang, 2018)

Tidur memegang peranan penting dalam meningkatkan daya tahan

tubuh bayi terhadap infeksi. Jika tidurnya sampai terganggu, kadar sel

darah putih dalam tubu h akan menurun dan efektivitas sistem daya tahan

tubuh bayi juga menurun. Sehingga bayi mudah sakit dan pertumbuhannya
akan terganggu. Bayi yang tidurnya kurang memiliki pertumbuhan fisik

yang terhambat, dibandingkan bayi yang tidurnya cukup.

Hal ini karena pada saat tidur pertumbuhan fisik bayi akan terpacu,

dan berkaitan erat dengan pertambahan berat badan, tinggi badan, dan

kesehatan fisiknya secara umum (Mutyah and Anggraeni, 2017).

3. Lama Tidur Bayi

Lama tidur setiap golongan usia secara umum berbeda-beda.

Golongan usia dibagi menjadi tujuh kategori berdasarkan rata-rata lama

tidur yang dibutuhkan.

Kelompok Usia Lama Tidur


0 – 2 Bulan 18 Jam
3- 12 Bulan 15 Jam
1 – 3 Tahun 14 Jam
3 – 5 Tahun 13 Jam
5 – 12 Tahun 11 Jam
12 -18 Tahun 10 Jam
> 18 Tahun 7,5 Jam
Sumber:(Camaru, 2011).

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur

Pemenuhan kebutuhan tidur bagi setiap orang berbeda – beda , ada

yang yang dapat terpenuhi dengan baik bahkan sebaliknya. Seseorang

bisa tidur ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu di

antaranya sebagai berikut (Suryati, 2019).

a) Status Kesehatan Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat

memungkinkan ia dapat tidur dengan nyenyak, sedangkan untuk


seseorang yang kondisinya kurang sehat (sakit) dan rasa nyeri, makan

kebutuhan tidurnya akan tidak nyenyak (Mardiana, 2018).

b) Lingkungan

Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur.

Pada lingkungan bersih, bersuhu dingin, suasana yang tidak gaduh

(tenang), dan penerangan yang tidak terlalu terang akan membuat

seseorang tersebut tertidur dengan nyenyak, begitupun sebaliknya jika

lingkungan kotor, bersuhu panas, susana yang ramai dan penerangan

yang sangat terang, dapat mempengaruhi kualitas tidurnya

(Mardiana, 2018).

c) Gaya hidup

Kelelahan yang dirasakan seseorang dapat pula memengaruhi kualitas

tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat tidur dengan

nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebih akan menyebabkan

periode tidur REM lebih pendek (Mardiana, 2018).

d) Obat–obatan

Obat–obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek

menyebabkan tidur, adapula yang sebaliknya mengganggu tidur

(Mardiana, 2018).

C. Konsep Bayi

1. Bayi

Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan

pertama kehidupan setelah periode baru lahir selama dua minggu. Masa
bayi sering dianggap sebagai keadaan tidak berdaya dimana bayi setiap

hari belajar untuk semakin mandiri, sehingga di akhir masa bayi dikenal

sebagai anak kecil yang baru belajar berjalan (Susila, 2017).

2. Perkembangan Bayi

a. Perkembangan Fisik

Selama dua tahun pertama kehidupannya, perkembangan fisik bayi

berlangsung sangat ekstensif. Pada saat lahir, bayi memiliki kepala yang

sangat besar dibandingkan dengan bagian tubuh lain. Tubuhnya

bergerak terus-menerus ke kiri dan ke kanan, sering kali tidak dapat

dikendalikan. Mereka juga memiliki refleks yang di dominas i oleh

gerakan-gerakan yang terus berkembang. Dalam rentang waktu 12 bulan

bayi dapat duduk, berdiri, membungkuk, memanjat, dan bahkan

berjalan. Kemudian selama dua tahun, pertumbuhan fisiknya melambat,

tetapi pada aktivitasnya seperti berlari dan memanjat pertumbuhannya

justru berlangsung cepat (Desy , 2019).

b. Perkembangan Refleks

Pada masa bayi terlihat gerakan-gerakan spontan, yang disebut

refleks. Refleks adalah gerakan-gerakan bayi yang bersifat otomatis dan

tidak terkoordinasi sebagai reaksi terhadap rangsangan tertentu serta

memberi bayi respons penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

Sepanjang bulan pertama kehidupannya, kebanyakan refleks disengaja

atau penuh arti. Pada saat anak menguasai kemampuan tersebut, maka ia

disebut sudah memiliki skill atau keterampilan.


c. Pola Tidur dan Bangun

Bayi yang baru lahir menghabiskan lebih banyak waktunya untuk

tidur. Rata-rata bayi baru lahir tidur selama 16-17 jam sehari, walaupun

ada beberapa bayi yang rata- rata tidurnya lebih sedikit, yaitu sekitar 10

hingga 11 jam per hari dan ada pula yang lebih lama, yaitu selama 21

jam per hari. Biasanya jumlah tidur bayi akan berkurang secara teratur

setiap bulan.

d. Pola Makan dan Minum

Perkembangn fisik bayi bergantung pada makanan yang baik selama

2 tahun pertama. Bayi membutuhkan makanan yang mengandung

sejumlah protein, kalori, vitamin dan mineral. Bagi bayi usia 6 bulan

pertama, ASI, merupakan sumber makanan dan energi yang utama, karena

ASI adalah susu yang bersih dan dapat dicerna serta mengandung zat

antibodi.

e. Pola Buang Air

Buang air yang terkendali atau terlatih merupakan suatu bentuk

keterampilan fisik dan motorik yang harus dicapai oleh bayi.

Kemampuan untuk mengendalikan buang air ini sangat bergantung pada

kematangan otot dan motivasi yang memiliki. Ketika baru lahir bayi

belum mampu mengendalikan buang airnya, sehingga buang air

dilakukan setiap saat. Pada usia 4 bulan, interval buang airnya dilakukan

setiap saat. Pada usia 4 bulan, interval buang airnya sudah dapat

diramalkan.
f. Perkembangan Intelegensi

Sejak tahun pertama dari usia anak, fungsi intelegensi sudah

mulai tampak dalam tingkah lakunya, umpamanya dalam tingkah

lakunya motorik dan berbicara. Anak yang cerdas menunjukkan

gerakan-gerakan yang lancar, serasi dan terkoordinasi.

g. Perkembangan Bahasa

Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi

antara gejolak fisiologis dan perilaku yang tampak. Untuk dapat

memahami secara pasti mengenai kondisi emosi bayi bukanlah hal

mudah, sebab informasi mengenai aspek emosi yang subjektif hanya

dapat diperoleh dengan cara intropeksi, sedangkan bayi masih sangat

muda tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik.

h. Perkembangan Moral

Seorang anak yang baru dilahirkan belum memiliki konsep

tentang apa itu baik atau apa itu buruk. Pada masa ini tingkah laku

bayi hampir semuanya didominasi oleh dominan naluriah belaka

(Desy, 2019).

D. Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Pijat Bayi

Indikasi dari pijat bayi menurut Globalmed Learning Center (2015)

terdapat 5 indikasi dari pijat bayi yaitu:

1) Bayi lahir premature

2) Bayi dengan berat badan kurang

3) Bayi sulit makan


4) Bayi yang rewel

5) Bayi yang sehat untuk merangsang perkembangan motorik

Kontra indikasi dari pijat bayi menurut Globalmed Learning

Center (2015) terdapat 6 poin kontra indikasi dari pijat bayi yaitu:

1) Memijat bayi langsung setelah selesai makan

2) Memijat saat bayi tidur

3) Memijat dalam keadaan demam

4) Memaksa bayi yang tidak mau di pijat

5) Memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi

6) Membangunkan bayi khususnya untuk pemijatan.


BAB III
PELAKSANAAN TERAPI SENTUHAN

A. Persiapan Terapis

1) Sebelum menyentuh bayi, terapis mencuci tangan sampai

pergelangan tangan selama 3 menit menggunakan cairan antiseptik

dengan air hangat. Suhu tangan terapis 34ºC pada saat memulai

terapi sentuhan.

2) Membuka jendela inkubator.

3) Melakukan penimbangan berat badan, mengukur suhu tubuh dan

nadi bayi pada kelompok intervensi dan kontrol, kemudian

melakukan pencatatan di lembar observasi.

4) Posisi terapis berada dibagian wajah bayi. Terapis tidak boleh

berbicara pada bayi saat melakukan terapi sentuhan. Hal ini

dilakukan agar bayi tidak terlalu banyak mendapatkan stimulus.

B. Tahap – Tahap Terapi Sentuhan

1. Tahapan Awal : Memegang Tanpa Mengusap (Hand Containment)

No Cara Gambar
1 Pegang bayi dengan kedua belah
tangan kita yang hangat.
Lakukan seolah-olah kita sedang
memegang berlian yang sangat
berharga di antara telapak
tangan.
2 Ambil nafas dalam disertai
perasaan yang rileks
3 Pegang bayi untuk beberapa
waktu lamanya, kemudian
ditambah waktunya secara
bertahap pada waktu berikutnya.

Hand Containment merupakan


dasar dari terapi sentuh dan
dikerjakan pada saat bayi
diinkubator dan diawal kegiatan
terapi sentuh selanjutnya.

2. Rangsangan Raba (Tactile Stimulation) selama 5 menit

No Cara Gambar

1 Bayi dalam posisi


ditengkurapkan. Tiap
gerakan dilakukan dalam
waktu 2 x 5 detik dan tiap
gerakan diulang sebanyak
enam kali
2 Kepala
Dengan menggunakan
kedua telapak tangan, usap
kepala dari puncak kepala
sampai leher, kemudian
kembali lagi ke puncak
kepala

3 Bahu
Dengan dua jari kedua
tangan, usap kedua bahu
bayi dari pertengahan
punggung sampai ke
pangkal lengan, kembali ke
pertengahan
.
4 Punggung
Dengan dua jari kedua
tangan usap dari leher
sampai ke bagian bokong
bayi, lalu kembali ke
bokong

5 Kaki
Dengan dua jari kedua
tangan usap bagian kaki
secara bersamaan, dari
pangkal paha sampai ke
pergelangan kaki, kemudian
ke pangkal paha
6 Lengan
Dengan dua jari kedua
tangan, usap kedua lengan
bayi secara bersamaan dari
pangkal bahu ke
pergelangan tangan,
kemudian kembali ke
pangkal bahu

3. Rangsangan Kinestetik (Kinestetic Stimulation) selama 5 menit

N Cara Gambar
o
1 Bayi dalam posisi ditelentangkan.
Tiap gerakan dilakukan dalam
waktu 2 x 5 detik dan tiap gerakan
diulang sebanyak enam kali

2 Lengan
Dilakukan satu per satu, pegang
lengan pada pergelangan tangan,
kemudian ditekuk pada daerah
siku bayi
3 Kaki
Dilakukan satu persatu, pegang
daerah pergelangan kaki,
kemudian tekuk di daerah lutut
dan pinggul.

4 Kaki
Dilakukan pada kedua kaki secara
bersamaan, pegang daerah kaki,
kemudian tekuk didaerah lutut,
tekan kedua kaki kearah perut
4. Rangsangan Raba (Tactile Stimulation) selama 5 menit

N Cara Gambar
o
1 Bayi dalam posisi
ditengkurapkan. Tiap
gerakan dilakukan dalam
waktu 2 x 5 detik dan tiap
gerakan diulang sebanyak
enam kali
2 Kepala
Dengan menggunakan
kedua telapak tangan,
usap kepala dari puncak
kepala sampai leher,
kemudian kembali lagi ke
puncak kepala

3 Bahu
Dengan dua jari kedua
tangan, usap kedua bahu
bayi dari pertengahan
punggung sampai ke
pangkal lengan, kembali
ke pertengahan
.
4 Punggung
Dengan dua jari kedua
tangan usap dari leher
sampai ke bagian bokong
bayi, lalu kembali ke
bokong
5 Kaki
Dengan dua jari kedua
tangan usap bagian kaki
secara bersamaan, dari
pangkal paha sampai ke
pergelangan kaki,
kemudian ke pangkal
paha

6 Lengan
Dengan dua jari kedua
tangan, usap kedua lengan
bayi secara bersamaan dari
pangkal bahu ke
pergelangan tangan,
kemudian kembali ke
pangkal bahu

Sumber: Pediatric Massage Theraphy (IHCA)


BAB IV
EVALUASI

A. Evaluasi Akhir

1) Terapis menempatkan sikunya sejajar dengan matras bayi,

sehingga berat lengan terapis tidak menekan bayi. Setiap 30 detik

tangan terapis diistirahatkan, sehingga tekanan tangan terapis pada

posisi tangan yang relaks

2) Terapis mencuci tangan

3) Evaluasi akhir

Evaluasi dilakukan yaitu dengan cara melakukan penimbangan

berat badan, pengukuran suhu tubuh dan nadi bayi setelah

pemberian terapi sentuhan.

Untuk kelompok intervensi A (1 kali sehari), evaluasi akhir

dilakukan setelah melakukan terapi sentuhan di pagi hari.


Untuk kelompok intervensi B (2 kali sehari), evaluasi akhir

dilakukan setelah melakukan terapi sentuhan yang kedua, yaitu

pada sore hari.

4) Melakukan pencatatan di lembar observasi

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Field, T.M,1998; Massage Therapy Effects, The American Phychology.

Roesli, 2001; Pedoman Pijat Bayi, Puspa Swara, edisi pertama, Anggota
IKAPI, Jakarta.
Salvo, Susan. G. 1999; Massage Therapy Principles and Practice,
Philadelphia.
Thomas, S, 1989; Massage for Comman Ailments, United Kingdom

Werner, Ruth, A, 1998; Massage Therapist’s Guide to Pathology,


Philadelphia: Lippincott, Williams and Wilkins.
Tim Penyusun Profil RSUD Pariaman, 2021; Profil RSUD Pariaman,
Pariaman.

Anda mungkin juga menyukai