Proposal
Didah Mahmudah
NIM: 200603056
PROGRAM STUDI……
TAHUN, 2021
KATA PENGANTAR
……………………., 2021
Nama Kamu
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
PENDAHULUAN
Pijat merupakan salah satu metode pengobatan tertua di dunia. Pijat meliputi
seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang mampu melemaskan sendi yang
terlalu kaku dan menyatukan organ tubuh dengan gosokan yang kuat. Terapi pijat
tidak hanya digunakan disalon dan spa saja, tapi juga diberbagai rumah sakit dan
pusat perawatan kesehatan. Saat ini, teknik pijat telah banyak digunakan untuk
kesehatan dan peningkatan berat badan pada bayi (Ilmu et al., 2020)
Pada tahun 2007 cakupan penimbangan balita yaitu yang ditimbang dibagi
jumlah sasaran (D/S) mencapai 81,99%, untuk cakupan balita yang mengalami
kenaikkan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita mencapai
97,56%. Menargetkan cakupan penimbangan balita diposyandu mencapai 90%.
Cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S)
mencapai 76%. Untuk cakupan balita yang mengalami kenaikan berat badan
dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita mencapai 86%.
1
digolongkan sebagai aplikasi stimulasi sentuhan, karena dalam pijat bayi terapat
unsur sentuhan berupa kasih sayang, perhatian, suara atau bicara, pandangan
mata, gerakan, dan pijatan. Stimulasi ini akan merangsang perkembangan struktur
maupun fungsi sel-sel otak.
Saat ini telah banyak penelitian yang menyatakan bahwa pijat bayi memiliki
banyak manfaat baik fisik maupun emosional. Beberapa manfaat pijat bayi adalah
diantaranya meningkatkan nafsu makan, melipatgandakan keuntungan ASI
ekslusif, meningkatkan berat badan, meningkatkan daya tahan tubuh, membuat
bayi tidur lebih nyenyak, dan membina keterikatan antara orang tua dan anak.
Beberapa penelitian mengatakan pijat bayi bisa merangsang nervus vagus, dimana
saraf ini meningkatkan peristaltik usus sehingga pengosongan lambung meningkat
dengan demikian akan merangsang nafsu makan bayi. Disisi lain pijat juga
melancarkan peredaran darah 6 dan meningkatkan metabolisme sel, dari
rangkaian tersebut berat badan bayi akan meningkat. Roesli mengutip penelitian
Field dan Scafidi yaitu pada bayi prematur yang dilakukan pemijatan 3x10 menit
selama 10 hari, kenaikan berat badannya tiap hari 20%-47% dan pada bayi cukup
bulan usia 1-6 bulan dipijat 15 menit, dua kali seminggu selama enam minggu,
kenaikan berat badannya lebih baik daripada yang tidak dipijat (Journal, 2015).
Pijat bayi adalah pemijatan yang dilakukan dengan usapan-usapan halus pada
permukaan kulit bayi, dilakukan dengan menggunakan tangan yang bertujuan
untuk menghasilkan efek terhadap syaraf, otot, sistem pernafasan serta sirkulasi
darah dan limpha.
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi
adalah perangsangan yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat
stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak
yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Studi tentang bayi telah
menunjukkan bahwa sentuhan, gerakan dan juga suara akan merangsang jalan
syaraf, selain itu juga akan mempercepat pertumbuhan jaringan syaraf.
Penambahan berat badan akan semakin cepat dan aktifitas sel akan ditingkatkan
bersamaan dengan meningkatnya fungsi endokrin.
2
Sentuhan dan pijat pada bayi setelah kelahiran dapat memberikan jaminan
adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman
pada bayi. Pemijatan tidak hanya bermanfaat untuk bayi tetapi juga untuk pemberi
pijatan, ini adalah alat yang akan membebaskan diri dari stres dan merupakan alat
untuk membangun ikatan antar orangtua dan juga ikatan antara orangtua dengan
bayi. Manfaat lain dari pemijatan pada bayi adalah meningkatnya keyakinan
pemberi pijatan dalam mengurus bayi itu.
3
diperoleh 18.749 penderita. Survei mortalitas yang dilakukan Subdit ISPA tahun
2010 menempatkan ISPA sebagai penyebab terbesar kematian bayi di Indonesia
dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita.
Bayi atau balita yang menderita ISPA banyak yang mengalami kekurangan
tidur, yaitu sekitar 44,2% bayi mengalami gangguan tidur seperti sering terbangun
di malam hari. Namun lebih dari 72% orang tua menganggap gangguan tidur pada
bayi bukan suatu masalah atau hanya masalah kecil (Febrianti & Yanti, 2021).
Balita dikatakan ISPA dengan tanda dan gejala pilek, batuk dan demam
dalam kurun waktu 2 minggu berdasarkan tanda dan gejala tersebut akan
menimbulkan gangguan pola tidur yang tidak tercukupi. Mengingat akan
pentingnya waktu tidur bagi bayi, maka kebutuhan tidurnya harus benar-benar
terpenuhi agar tidak berpengaruh buruk terhadap perkembangannya. Salah satu
cara yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah pijatan,
bayi atau balita yang dipijat akan dapat tidur dengan lelap, sedangkan pada waktu
bangun, daya konsentrasinya akan lebih penuh.
4
2. Mengetahui bagaimanakah pengaruh dari pijatan yang diberikan kepada
bayi terhadap Penyembuhan Bayi Pilek
3. Mengetahui bagaimana alur atau proses tindakan baby massage pada bayi
yang sedang terserang flu
Adapun ruang lingkup penelitian dalam review literatur ini yaitu semua jenis
penelitian yang berkaitan dengan Efektifitas Desinfection Chamber Terhadap
Resiko Penularan Covid-19 Pada Bidan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Batuk pilek adalah infeksi primer nasofaring dan hidung yang sering
mengenai bayi dan anak. Penyakit batuk pilek pada balita cenderung berlangsung
lebih berat karena infeksi mencakup daerah sinus paranasal, telinga bawah, dan
nasofaring disertai demam yang tinggi. Penyakit ini sebenarnya merupakan self
limited diseased yang sembuh sendiri 5- 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain.
Batuk pilek adalah infeksi virus yang menyerang saluran nafas atas (hidung
sampai tenggookan) dan menimbulkan gejala ingus meler atau hidung mampet,
batuk sering disertai demam dan sakit kepala yang berlebih.
Banyak virus yang dapat menyebabkan batuk pilek, tetapi yang paling sering
adalah rinovirus (terdapat 100 jenis rinovirus berbeda yang dapat menginfeksi
manusia, diikuti dengan respiratory sincytial virus (RSV), dan adenovirus. Virus
yang masuk ke tubuh dan menginfiltrasi saluran nafas di hidung sampai
tenggorokan kita akan memicu rangkaian reaksi sitem imun (pertahanan tubuh)
dan bermanifestasi sebagai gejala-gejala yang dialami (Nurjanah & Pratiwi,
2020).
Penyebab batuk pilek hampir selalu virus. Lebih dari dua ratus virus dikenal
sebagai penyebab batuk-pilek (termasuk rhinovirus, virus parainfluenza, dan virus
sinsitial pernafasan), dan diduga ada lebih dari 1.500 virus batuk pilek atau
kombinasi virus. Karena anak balita belum mempunyai banyak kesempatan untuk
membangun daya tahan tubuh terhadap virus-virus ini, maka anak balita sangat
peka terhadap batuk pilek.
Batuk dan pilek merupakan suatu respon tubuh yang diciptakan untuk
membuang benda asing, termasuk virus, bakteri, debu, lendir, dan partikel kecil
lain yang berusaha mengotori saluran nafas dimulai dari tenggorokan hingga
paruparu. Batuk menjaga saluran nafas tetap bersih agar seseorang tidak
mengalami sesak nafas. Ingus atau lendir yang diproduksi saat seseorang
6
mengalami batuk pilek adalah upaya tubuh mengeluarkan benda asing, termasuk
partikel virus dan bakteri dari saluran napas atas manusia (Rofifah, 2020).
Batuk, pilek, dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) pada anak, dapat
memicu otitis media. Ketika anak terserang batuk-pilek (flu) atau ISPA, terjadi 11
penyumbatan pada saluran eustachia, yakni saluran yang menghubungkan telinga
tengah dengan rongga hidung bagian belakang dan tenggorokan, dapat
menyebabkan penimbunan cairan atau nanah di belakang gendang telinga.
Penimbunan nanah tersebut menimbulkan nyeri, telinga seperti penuh, dan
berdenging, bahkan dapat mengakibatkan kehilangan pendengaran.
Prevalensi terjadinya otitis media di seluruh dunia untuk usia 1 tahun sekitar
62%, sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83%. OMA terjadi pada 2
kelompok umur berbeda, lebih sering pada kelompok yang lebih muda yaitu 0
sampai 5 tahun, dibandingkan pada kelompok yang lebih tua yaitu 5 sampai 11
tahun.
7
Anak-anak berespon positif terhadap berbagai bentuk massage. Sensasi
sentuhan dan bonding memberikan effect therapeutic pada anak yang sedang
dimassage, sehingga kadang akan tertidur sebelum massage selseai. Hal ini
merupakan tanda atau point effect positive dari therapy massage.
Prosedur pediatric massage therapy pada common cold: Sinus line, Ears, neck
and chin Check rain drop, Big love, Butterfly, Toby top-intercosta, , Chest rain
drop, Back and forth, Sweeping neck to bottom, Sweeping neck to feet, Back
circles, Circle over the scapula, Back rain drop, Back rain drop, Pitching,
Relaxation. Setiap gerakan dilakukan sebanyak 6 kali (Gitawati, 2014).
8
menggunakan alat bantu berupa leaflet dan audio visual berupa rekaman video
dalam bentuk compact disc tentang cara memijat bayi yang baik dan benar.
Pada penelitian Siti Nurjanah (2020) juga mengungkapkan Terapi pijat telah
menunjukkan efek positif untuk mengatasi permasalahan pada bayi prematur,
masalah pencernaan termasuk sembelit dan diare, serta untuk penyakit saluran
pernapasan seperti asma dan common cold.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
mana sifat dan definisi masalah yang terjadi adalah serupa dengan masalah yang
dialami saat ini.
Data merupakan hasil pencatatan Penulis, baik berupa fakta maupun angka.
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari data yang diperoleh. “Sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya”. Adapun sumber yang
Penulis gunakan dalam menyusun Skripsi ini dikelompokkan menjadi dua yakni
sumber primer dan sumber sekunder.
1. Sumber Primer
Sumber primer adalah data yang diperoleh dari pelaku peristiwa itu sendiri,
dengan pertanyaan yang bersifat umum yang bertujuan untuk mengungkap data.
Adapun yang dimaksud dari data primer adalah data yang berbentuk verbal atau
kata-kata yang diungkapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang
dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek
penelitian (informan) yang berkenanaan dengan variabel yang diteiti.
2. Sumber Sekunder
Sumber sekunder dapat disebut juga dengan sumber tambahan atau sumber
penunjang. Sumber sekunder adalah sumber data yang tidak langsung dalam
memberikan data pada pengumpulan data, misalnya dalam bentuk dokumen atau
lewat orang lain. Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder adalah pasien
yang berkunjung ke klinik Z dan refrensi jurnal terkait.
11
menggunakan bermacammacam metode pengumpulan data untuk mencapai tujuan
penelitian tersebut. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan maka penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Wawancara
2. Observasi
3. Dokumentasi
4. Teknik Penjamin
12
penelitian ini adalah triangulasi data. Triangulasi data yaitu teknik yang lebih
mengutamakan efektifitas hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu menggunakan kata-kata, hal ini
bisa dipengaruhi oleh kredibilitas informannya, waktu pengungkapan, kondisi
yang dialami. Maka peneliti perlu melakukan triangulasi yaitu pengecekkan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Sehingga ada triangulasi
dari sumber dan triangulasi waktu.
Data Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisa data kualitatif, yaitu analisa yang mendasarkan pada adanya hubungan
semantik antarmasalah penelitian. Analisis kualitatif dilaksanakan dengan tujuan
agar peneliti mendapatkan makna data untuk menjawab masalah penelitian. Oleh
karena itu, dalam analisis kualitatif data-data yang terkumpul perlu
disistematisasikan, distrukturkan, disemantikkan, dan disintesiskan agar memiliki
makna yang utuh.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abiyoga, A., Ana, R. A., & Arifin, R. F. (2018). Hubungan antara Perilaku
Kesehatan Orang Tua dan Status Gizi Anak terhadap Kejadian Common
Cold pada Balita. Jurnal Darul Azhar, 5(1), 1–7.
Febrianti, R., & Yanti, J. (2021). PIJAT BATUK PILEK PADA BAYI DI
KELURAHAN MAHARANI KECAMATAN RUMBAI PESISIR.
Prosiding Hang Tuah Pekanbaru, 95–98.
https://doi.org/10.25311/prosiding.Vol1.Iss2.92
Ilmu, F., Universitas, K., Ilmu, F., & Universitas, K. (2020). the Risk Factor of
Frequency Visit on Underfive Children With the Case of Cough. 15(2).
https://doi.org/10.36086/jpp.v15i1.559
Korompis, M., & Pesik, D. M. D. (2018). Pentingnya Pijat Pada 1000 Hari
Pertama Kehidupan Anak. Politeknik Kesehatan Menado, 516–524.
Pujiarto, P. S. (2014). Batuk pilek (common cold) pada anak. November, 1–8.
14
a Media History of Documents, 12–26.
15